Lembar Pertanyaan. 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 5 Agustus 2014

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN REKAM MEDIS DIREKTUR RS BAPTIS BATU

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

KOMPETENSI 6 Organisasi dan Managemen Pelayanan. Elise Garmelia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Dokumen adalah berkas yang berisikan data-data identitas, data. dalam suatu pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

LATAR BELAKANG Pelaksanaan pengodean dilakukan oleh seorang profesional perekam medis dengan menggunakan standar klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

FKM-UDINUS-BM-08-05/R1

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2016/2017 PROGRAM STUDI PEREKAM MEDIS

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Aspek Fisik. Aspek Anatomik. Aspek Isi. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

BAB III METODE PENELITIAN. rawat inap bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data kuantitatif yang diambil

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

TINGKAT AKURASI KODEFIKASI MORBIDITAS RAWAT INAP GUNA MENUNJANG AKURASI PELAPORAN DI BAGIAN REKAM MEDIS RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN. Rudy J Mandels.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permenkes Nomor: 269/Menkes/PER/III/2008 rekam medis

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

BAB I PENDAHULUAN. melayani berbagai masalah kesehatan yang dilaksanakan secara optimal.

09/03/2016 KODING. ICD-10 : International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Rev

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

Transkripsi:

Lampiran 1 Lembar Pertanyaan 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? 2. Bagaimana Pengkodean diagnosis di Rumah Sakit Atma Jaya terutama pada Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan? 3. Adakah Kendala dalam pengkodean tersebut? 4. Adakah Standar Prosedur Operasional dalam pemberian kode penyakit? 5. Adakah petugas khusus yang melakukan Analisis Kualitatif?

Struktur Organisasi Rumah Sakit Atma Jaya Lampiran 2

Lampiran 3 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Atma Jaya

Lampiran 4 RUMAH SAKIT ATMA JAYA Pluit Raya No.2, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara PROSEDUR TETAP No. Dokumen RM/010 Tanggal Terbit KODEFIKASI PENYAKIT/ MASALAH KESEHATAN DAN SEBAB LUAR No. Revisi Ditetapkan Oleh, Direktur Utama Halaman 1/2 (dr. Marcia Marimba,MM) PENGERTIAN Merupakan kegiatan penterjemahan/penyandian penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar yang telah ditetapkan oleh dokter menjadi kode alphanumeric untuk kepentingan statistik. TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR Sebagai acuan bagi petugas Bagian Rekam Medis dalam mengerjakan kodefikasi penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar, agar terdapat kesatuan bahasa pada pelaksanaannya dan menghasilkan suatu bentuk pengelompokkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 1. Permenkes RI No. 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis 2. Keputusan Dirjen Yan.Med.No. HK. 00.05.1.4.00744 3. Penggunaan Buku ICD X 4. Penggunaan singkatan dan symbol 5. Singkatan, symbol dan tanda peringatan 6. Petunjuk teknis kodefikasi 7. Kodefikasi dilaksanakan berdasarkan penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar yang ditetapkan oleh dokter 8. Hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ICD - X dapat dilakukan atas kesepakatan bersama secara tertulis 1. Menjadikan resume medis sebagai sumber acuan penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar untuk kodefikasi morbiditas dan sertifikat medis penyebab kematian untuk kodefikasi kematian. 2. Memastikan penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar dengan memperhatikan lembaran-lembaran lain dalam rekam medis. 3. Menetapkan / menyimpulkan penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar yang akan digunakan sebagai dasar penetapan nomor kode 4. Jika terdapat simbol, singkatan dan tanda khusus dalam penulisan diagnosis, maka petugas harus melihat Daftar Singkatan Diagnosis. Penggunaan simbol, singkatan dan tanda khusus pada penulisan diagnosis yang tidak ada dalam Daftar Singkatan Diagnosis, maka petugas harus melakukan konfirmasi dengan dokter yang bersangkutan dan menambahkannya pada Daftar Singkatan Diagnosis. 5. Menetapkan lead term dan modifier untuk pencarian dalam buku ICD - X volume 3

RUMAH SAKIT ATMA JAYA KODEFIKASI PENYAKIT/ MASALAH KESEHATAN DAN SEBAB LUAR No. Dokumen No. Revisi Halaman Pluit Raya No.2, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara PROSEDUR TETAP RMIK/010 Tanggal Terbit Ditetapkan oleh, Direktur Utama 2/2 (dr. Marcia Marimba,MM) 6. Membaca dan memperhatikan tanda-tanda yang tercantum di bawah lead term, termasuk cross-reference (see - see also) 7. Melakukan konfirmasi kode yang telah ditemukan dari volume 3 pada buku ICD - X volume 1 8. Menggunakan ICD X volume 2 sebagai petunjuk apabila terdapat dua kondisi utama yang terekam di dalam rekam medis 9. Menetapkan nomor kode penyakit/masalah kesehatan dan sebab luar 10. Mencantumkan nomor kode tersebut pada rekam medis sesuai dengan tempat yang telah disediakan. UNIT TERKAIT

Lampiran 5 RUMAH SAKIT ATMA JAYA Pluit Raya No.2, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN KODEFIKASI OPERASI/TINDAKAN No. Dokumen No. Revisi Halaman Tanggal Terbit Ditetapkan oleh, Direktur Utama (dr. Marcia Marimba,MM) Merupakan kegiatan penterjemahan/penyandian tindakan/operasi yang telah ditetapkan oleh dokter menjadi kode numeric untuk kepentingan statistik. 1/2 Sebagai acuan bagi petugas Bagian Rekam Medis dalam mengerjakan kodifikasi tindakan/operasi agar tercapai kesatuan bahasa pada pelaksanaannya dan menghasilkan suatu bentuk pengelompokkan data yang akurat dan dapat dipertanggung- jawabkaan. 1. Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis 2. Penggunaan Buku ICD X/ICOPIM 3. Penggunaan singkatan dan simbol 4. Singkatan, symbol dan tanda peringatan 5. Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis di RS. Santo Borromeus 6. Petunjuk Teknis Kodifikasi 7. Kodifikasi dilaksanakan berdasarkan tindakan/operasi yang ditetapkan oleh dokter 8. Hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ICOPIM dapat dilakukan atas kesepakatan bersama secara tertulis PROSEDUR 1. Berdasarkan informasi yang tercantum dalam rekam medis, petugas Bagian Rekam Medis (Coder) menetapkan/ menyimpulkan tindakan/operasi yang akan digunakan sebagai dasar penetapan nomor kode 2. Menetapkan jenis tindakan/operasi untuk pencarian pada lembaran Index halaman 1-1 s/d halaman 1-139 dalam buku ICOPIM 3. Untuk meyakinkan kebenaran penetapan nomor kode, petugas Bagian Rekam Medis (Coder) melakukan konfirmasi pada lembaran pengelompokkan tindakan/operasi dalam buku ICOPIM 4. Penetapan nomor kode tindakan/operasi

RUMAH SAKIT ATMA JAYA Pluit Raya No.2, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara KODEFIKASI OPERASI/TINDAKAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 2/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan oleh, Direktur Utama (dr. Marcia Marimba,MM) 5. Selanjutnya setelah penetapan nomor kode dianggap tepat, petugas Bagian Rekam Medis (Coder) mencantumkan nomor kode tersebut pada rekam medis sesuai dengan tempat yang telah disediakan. UNIT TERKAIT

Lampiran 6 Tabel 4.1 Diagnosis Bayi Baru Lahir dengan Gangguan pada Rekam Medis pasien Rawat Inap Kebidanan di Rumah Sakit Atma Jaya Kode menurut No No Rekam Medis Diagnosis Kode Awal RS ICD-10 1 285807 Jaundice Fisiologis P03.4 P59.9 2 284751 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 3 285133 Neonatal Hiperbilirubinemia P59.9 P59.0 4 284145 Neonatal Hiperbilirubinemia P59.9 P59.0 5 284461 Meconium Aspiration Syndrome P36.9 P24.0 6 289167 Jaundice Fisiologis P03.4 P59.9 7 288504 Dehydration P07.3 P74.1 8 285168 Neonatal Pneumonia P24.0 P23.9 9 284790 Hypothermia P36.9 P80.0 10 285076 Dehydration P07.3 P74.1 11 285143 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 12 289582 Bronchopneumonia Neonatal P03.1 P24.9 13 291182 Jaundice Fisiologis P03.4 P59.9 14 291413 Intra Uteri Growth Retardation P03.4 P05.9 15 290602 Respiratory Disstress Syndrome P36.9 P22.0 16 292010 Intra Uteri Growth Retardation P36.9 P05.9 17 285449 Low Birth Weight 1150g P07.1 18 289948 Jaundice Fisiologis P59.9 19 289956 Hypothermia P03.4 P80.9 20 274300 Infeksi Saluran Kemih P39.9 P39.3 21 293686 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 22 284689 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 23 291685 Jaundice Fisiologis P03.4 P59.9 24 286561 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 25 289735 Early Onset Sepsis P36.9 26 289936 Neonatal Hiperbilirubinemia P59.9 P59.0 27 277329 Hypothermia P36.9 P80.9 28 291355 Early Onset Sepsis P36.9 29 291865 Jaundice Fisiologis P59.9 30 292969 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 31 292964 Hypothermia P03.4 P80.0 32 290367 Neonatal Hiperbilirubinemia P03.4 P59.0 33 294751 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 34 291459 Early Onset Sepsis P36.9 35 274792 Transient Tachypnoea of Newborn P22.1 36 274792 Jaundice Breast Milk Inhibitor P59.3 37 273393 Early Onset Sepsis P36.9 38 273690 Transient Tachypnoea of Newborn P36.9 P22.1 39 275428 Erb's Palsy Dextra P14.0 40 268836 Neonatal Diarrhoea P78.3 41 270008 Transient Neonatal Depression P36.9 P91.4 42 271781 Jaundice Breast Milk Inhibitor P59.3 43 271289 Transient Tachypnoea of Newborn P07.3 P22.1

Lampiran 7 Tabel 4.2 Jumlah Ketepatan Kode Diagnosis Bayi Baru Lahir dengan Ganggua Tabel 4.2 Jumlah Ketepatan dan Persentasi Keakukaratan Kode Diagnosis Bayi Baru Lahir dengan Gangguan pada Rekam Medis pasien Rawat Inap Kebidanan di Rumah Sakit Atma Jaya No Kode Diagnosis Tepat Kurang Tepat Jumlah 1 P22.1 Transient Tachypnoea of Newborn 8 2 10 2 P59.9 Jaundice Fisiologis 2 4 6 3 P59.0 Neonatal Hiperbilirubinemia 0 4 4 4 P80.9 Hypothermia 0 4 4 5 P36.9 Early Onset Sepsi 4 0 4 6 P47.1 Dehydration 0 2 2 7 P23.9 Neonatal Pneumonia 0 1 1 8 P05.9 Intra Uteri Growth Retardation 0 2 2 9 P24.9 Bronchopneumonia Neonatal 0 1 1 10 P24.0 Meconium Aspiration Syndrome 0 1 1 11 P78.3 Neonatal Diarrhoea 1 0 1 12 P22.0 Respiratory Disstress Syndrome 0 1 1 13 P07.1 Low Birth Weight 1 0 1 14 P39.3 Infeksi Saluran Kemih 0 1 1 15 P59.3 Jaundice Breast Milk Inhibitor 2 0 2 16 P14.0 Erb's Palsy Dextra 1 0 1 17 P91.4 Transient Neonatal Deppresion 0 1 1 Total 19 24 43 Persentase 44,18% 55,81% 100%

Lampiran 8 CORE CURRICULUM FOR MORBIDITY CODERS No. 1 Kelompok Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Biomedik 2 Legal Issue 3 4 5 Struktur dan Isi Data Perawatan Kesehatan Kegunaan Umum Data Morbiditas Kegunaan Spesifik Data Morbiditas Tujuan Untuk membangun pemahaman tentang pengetahuan klinik mulai dari struktur dan fungsi tubuh manusia, patofisiologi, diagnosa dan perawatan serta terapi farmasi yang memungkinkan dalam perawatan pasien Untuk memperkenalkan isu legal dan etik yang dapat diterapkan untuk informasi kesehatan Untuk memperkenalkan komponen umum dari isi, kegunaan dan struktur data perawatan kesehatan Untuk menjelaskan tujuan pengumpulan data morbiditas dan bagaimana penggunaannya Untuk memperkenalkan kegunaan spesifik dari kodefikasi data morbiditas dan informasi kesehatan Materi Terminologi medis Anatomi fisiologi Patofisiologi/Proses Penyakit Farmakologi Prinsip privasi dan kerahasiaan Pelepasan informasi Etika profesi Isi dari rekam kesehatan Persyaratan dokumentasi Data rekaman perawatan kesehatan Sumber dokumen Tujuan koding Hasil statistik Indeks penyakit rumah sakit Perencanaan dan evaluasi program dan pelayanan kesehatan Penelitian kesehatan Register penyakit Pendidikan kesehatan Reimbursement Quality Assurance Monitoring Pengambilan keputusan pelayanan kesehatan Analisa tren dan situasi kesehatan Penyakit khusus Penyebab penyakit dan cidera Kesehatan masyarakat Penelitian medis Perencanaan pelayanan dan

6 7 Pengguna Data Morbiditas Healthcare Delivery Systems 8 ICD 9 10 Bagaimana Untuk Mengkode Quality Assurance Untuk menjelaskan kelompok dan stakeholders yang menggunakan data morbiditas Untuk memberikan kesadaran organisasi, pembayaran dan pemberian pelayanan kesehatan Untuk membangun pemahaman mengenai ICD, pengetahuan dan kemampuan untuk mendapatkan kode diagnosa yang valid Untuk memberikan instruksi detail dan pengalaman untuk mengaplikasikan peraturan kodefikasi dan pemberian kode Untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas data pengkodean dan menjelaskan teknik untuk meyakinkan kualitas data program kesehatan Investigasi kasus penyakit Providers (Rumah Sakit) Pihak ketiga (Pemerintahan, Asuransi) Pembuatan kebijakan Peneliti Pendidik dan mahasiswa Standar akreditasi Pembayaran dan Reimbursement Organisasi kesehatan Nomenclature and Classification Konteks Internasional Standarisasi Sejarah klasifikasi Struktur klasifikasi Mengembangkan mekanisme klasifikasi Bagaimana menggunakan setiap volume dalam ICD Peraturan kodefikasi dan instruksi ICD Panduan kodefikasi Definisi kondisi utama, diagnosa tambahan Latihan kodefikasi Kualitas sumber dokumen Proses query Editing dan validasi Berurutan, lengkap dan akurat Clinical Coding Audit Sumber: Hasil terjemahan oleh peneliti dari situs resmi IFHIMA

PROSES AUDIT PENGKODEAN KLINIS Lampiran 9 1. Langkah Pertama : Menyediakan beberapa sampel rekam medis kasus kebidanan yang mula-mula telah dipilih diagnosa utamanya untuk dikode oleh Coder A. 2. Langkah Kedua : Aturan yang dipakai, diagnosa yang dipilih beserta kodenya yang telah ditetapkan oleh Coder A dari sampel rekam medis kasus kebidanan yang telah dipilih, dikumpulkan dan diliput pada formulir khusus. Contoh formulir dapat dilihat pada langkah keempat. 3. Langkah Ketiga : Coder B memilih aturan untuk pengkodean klinis dan kemudian mengkode ulang sampel rekam medis kasus kebidanan yang sebelumnya telah dikode Coder A. 4. Langkah Keempat : Coder B memasukan aturan yang dipakai, diagnosa utama yang dipilih dan kode ICD-10 yang telah ditetapkan pada formulir pengumpulan data. Contoh formulir pengumpulan data :

No NO CM Coder A Coder B Coder C Kesimpulan R U K R U K R U K R U K Keterangan Tabel : R : Peraturan yang dipilih coder untuk menentukan diagnosa utama sesuai ketentuan yang dibuat dalam ICD-10 tentang kodefikasi morbiditas. U : Diagnosa utama yang dipilih coder. K : Kode ICD-10 hasil pengkodean klinis coder. 5. Langkah Kelima : Coder B membandingkan aturan, diagnosa utama dan kode diagnosa utama yang Ia ditetapkan dengan yang sebelumnya telah ditetapkan Coder A pada sampel yang sama. 6. Langkah Keenam : Coder B mendiskusikan eror dengan Coder A. Eror yang dimaksudkan adalah apabila muncul ketidaksesuaian aturan, diagnosa utama dan kode ICD-10 yang dipilih Coder A dan Coder B dari sampel rekam medis yang sama. Jika tidak ada perselisihan kode yang tidak bisa diputuskan maka proses berlanjut ke langkah kesembilan.

7. Langkah Ketujuh : Sampel rekam medis yang menimbulkan perbedaan kode antara Coder A dan Coder B dikode ulang oleh Coder C dimana Coder C menetapkan aturan, memilih diagnosa utama dan kemudian mongkode diagnosa utama. 8. Langkah Kedelapan : Keputusan (hasil kode) yang dibuat oleh Coder C dijelaskan kepada Coder A dan Coder B. 9. Langkah Kesembilan : Coder B menyimpulkan hasil akhir. Klasifikasi Coder : Coder A : Petugas Kodefikasi 1 di Rumah Sakit Atma Jaya Coder B : Petugas Kodefikasi 2 di Rumah Sakit Atma Jaya Coder C : Kepala Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Atma Jaya Sumber: Terjemahan Peneliti dari Buku Improving the quality and use of birth, death and cause-of-death information: guidance for a standards-based review of country practices oleh WHO 2013.