BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bandung, 03 Juli Ivan Arifin

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini dunia usaha memasuki era globalisasi, dimana semua

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi usaha yang terkenal. Potensi usaha masyarakat yang dari Cirebon salah

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pariwisata dan bisnis internasional. penerbangan dari penjualan tiket yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PABRIK TEKSTIL KOPERASI BATIK WONOPRINGGO DI PEKALONGAN

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Sejalan dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dewasa ini,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi krisis ekonomi. Krisis ini telah menyebabkan merosotnya

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas pada PT. Bukit Emas Dharma Utama guna mengetahui kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dengan jasa Delivery belakangan ini banyak diminati oleh

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. telah dimulai pada tahun 2015 kemarin. Ketika ASEAN Summit ke-9 tahun 2003

BAB II UKM DAN BIAYA

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. AR-RAHMAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

tidak termasuk pada model penelitian ini (pengaruh faktor lain). yaitu pengaruh signifikan oleh unsur kegiatan pengendalian (X 6 ) sebesar

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia. Suatu usaha

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Danbi International adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi bulu mata palsu. PT. Danbi International didirikan di Indonesia pada tahun 2009, merupakan cabang dari perusahaan asal korea yang bernama Seowoo International Corp. yang saat ini sudah mempunyai dua pabrik produksi yaitu pabrik pertama berlokasi di Kabupaten Garut beralamat di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 380, Garut 44181, Jawa Barat dan pabrik kedua berlokasi di Kabupaten Ciamis yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan RT. 20/10 Ciharalang-Cijeunjing, Ciamis, Jawa Barat. Alasan PT. Danbi International didirikan di Kabupaten Garut dan Ciamis ini adalah karena melihat potensi yang ada, yaitu dari segi ketersediaan tenaga kerja dan masih jarangnya pabrik sejenis di daerah Jawa Barat khususnya. Saat ini, selain 2 cabang yang berada di Indonesia Seowoo International Corp. memiliki cabang lainnya yaitu di New York Amerika Serikat dengan nama perusahaan yaitu Charlesbay Corp. dan di Sri Lanka yang bernama SS International (PTE) LTD. Seowoo International Corp. melakukan ekspansi dengan membuka cabang di luar negeri karena melihat potensi pasar dari produk bulu mata palsu ini terus meningkat, permintaan pasar dunia terutama di pasar Amerika dan Eropa cukup tinggi, membuat perusahaan ini mencoba untuk memperbesar kuantitas produksinya. Saat ini Seowoo International Corp. dalam sebulan dapat memproduksi hingga mencapai 4 juta pasang dari seluruh tempat produksinya di seluruh dunia. Produk ini laris di pasar karena bulu mata palsu yang dibuat asli hasil kerajinan tangan dari para pekerja sendiri, membuat kualitas bulu mata yang dihasilkan hampir sama dengan bulu mata yang asli dibandingkan yang dibuat dengan bantuan mesin. Untuk ketersediaan bahan baku, PT. Danbi International masih mengandalkan dari barang impor yang berasal dari Korea dan India karena kualitas rambut dari kedua negara ini terkenal lebih bagus dibanding dari negara 1

lain, meskipun sebagian ada yang berasal dari tempat-tempat di Indonesia seperti dari daerah Jakarta dan Bandung. Berikut gambar alur produksi bulu mata palsu berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen: Bahan Baku Tenaga Kerja Bag. Sortir Produk Sesuai Proses Mesin Bag. Packing Produk Jadi Tidak Produk Sisa Gambar 1.1 Alur Produksi Bulu Mata Palsu Sumber: Olah Data Penulis Berdasarkan Gambar 1.1, bahwa alur produksi bulu mata palsu dimulai dari bahan baku utama berupa rambut manusia yang diserahkan kepada tenaga kerja untuk diproses menjadi rangkaian bulu mata, rangkaian-rangkaian ini akan diserahkan kepada bagian penyortiran produk untuk dilihat apakah memenuhi standar atau tidak, jika sesuai maka akan dilanjutkan ke bagian pemrosesan dengan menggunakan mesin agar lebih steril dan menarik, jika tidak maka produk akan dikategorikan menjadi produk sisa. Produk yang sesuai akan diproses dengan mesin untuk proses pemanasan, selanjutnya produk akan diserahkan kepada bagian packing sebagai tahap akhir sebelum produk siap dipasarkan. Poin yang sedang menjadi perhatian dari PT. Danbi International Cabang Ciamis saat ini adalah optimalisasi dari sisi produksi. Dari bahan baku yang digunakan, PT. Danbi International Cabang Ciamis berfokus pada pengurangan produk sisa dengan melakukan pengawasan yang lebih ketat saat proses produksi agar bahan baku yang digunakan dapat terserap menjadi produk setengah jadi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen, produk sisa merupakan bahan baku yang digunakan namun mengalami kerusakan dalam proses pengerjaannya, pada PT. Danbi International ini, produk sisa dikategorikan sebagai produk yang tidak lulus uji sortir sesuai standar yang ditentukan. Program 2

pengawasan yang dilakukan sampai sekarang dianggap cukup efektif oleh manajemen ditandai dengan terus berkurangnya angka produk sisa yang terjadi. Dari sisi tenaga kerja, PT. Danbi International Cabang Ciamis sedang menjalankan program optimalisasi karyawan, saat ini setiap tenaga kerja hanya dapat memproduksi rata-rata 15 pasang bulu mata per hari dan sekitar 270.000 pasang per bulan siap ekspor, sedangkan PT. Danbi International Cabang Garut lebih unggul dengan setiap tenaga kerja rata-rata menghasilkan 20 pasang bulu mata per hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen, PT. Danbi International Cabang Ciamis terus melakukan pelatihan-pelatihan terhadap tenaga kerja agar optimalisasi produktivitas karyawan dapat terus meningkat. Pelatihan tersebut berupa program pelatihan dasar yang dikhususkan untuk tenaga kerja baru yang dilakukan jika tenaga kerja baru minimal berjumlah 100 orang dan program pelatihan tenaga kerja lanjutan oleh tenaga ahli yang dilakukan rutin setiap empat bulan. Program ketenagakerjaan tersebut didukung pula dengan terus ditingkatkannya jumlah upah yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja produksi sebagai balas jasa atas kontribusi mereka dan sebagai bentuk program kesejahteraan tenaga kerja. Hampir 80 persen proses produksi bulu mata di PT. Danbi International menggunakan proses manual dengan tujuan agar kualitas produk dapat terjaga dan tetap disukai pasar, penggunaan mesin hanya pada saat proses pemanasan bulu mata agar lebih menarik dan steril saat siap dipasarkan. Namun dalam proses produksinya, penggunaan mesin harus selalu ada untuk membuat produk yang siap jual atau dengan kata lain penggunaan mesin tidak dapat dipisahkan dari proses produksi, hal ini yang menjadikan fungsi mesin menjadi penting untuk terus diperhatikan. Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, penulis menetapkan PT. Danbi International Cabang Ciamis sebagai objek penelitian untuk melihat adanya pengaruh biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan mesin terhadap jumlah persediaan barang jadi bulu mata palsu. 3

1.2 Latar Belakang Penelitian Sektor ekonomi kreatif di Indonesia memiliki peran yang cukup penting terhadap perekonomian nasional, dengan kontribusi sebesar Rp. 641.815,5 miliar atau 7,04 persen terhadap pencapaian PDB Indonesia di tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2013). Subsektor kuliner dan fesyen menempati dua peringkat teratas dalam sektor ekonomi kreatif dengan kontribusi masing-masing adalah Rp. 208.633 miliar atau 33 persen dan Rp. 181.570 miliar atau 27 persen dari keseluruhan Nilai Tambah Bruto (NTB) ekonomi kreatif pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2013). Dengan perkembangan sektor ekonomi kreatif saat ini, salah satu yang sedang menjadi sorotan adalah produksi bulu mata palsu. Pemerintah menyatakan produk fesyen seperti bulu mata dan rambut palsu Indonesia mampu meraup keuntungan mencapai USD 12 miliar pada tahun 2012 dan terjual hampir di 40 negara dunia. Sentra pengrajin produk bulu mata palsu ini banyak berasal dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Surabaya, dan DKI Jakarta. Ke depan, permintaan produk kecantikan ini akan terus meningkat jika industri fesyen dalam negeri terus mendapat dukungan penuh baik dari pemerintah dan seluruh pelaku usaha. Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk akan mengakibatkan kenaikan harga disebabkan oleh keterbatasan produk di pasaran. Hukum penawaran akan terjadi (Rianto dan Euis, 2010:49), dimana semakin tinggi harga maka semakin banyak barang yang ditawarkan oleh perusahaan ke pasar. Dampak selanjutnya adalah terjadinya persaingan usaha diantara perusahaan sejenis. Perusahaan sejenis akan banyak bermunculan, menargetkan jumlah produksi yang banyak untuk memenuhi permintaan pasar dan bersaing agar produknya dapat terjual. Setelah ini, setiap pelaku usaha dituntut untuk dapat mengoptimalkan kinerja operasional perusahaan agar dapat tetap bertahan di arus permintaan dan penawaran pasar, yaitu dapat dilakukan dengan efisiensi faktorfaktor produksi yang pada akhirnya berfungsi sebagai bentuk pengendalian terhadap biaya produksi. Sehubungan dengan permintaan yang terus meningkat diimbangi dengan jumlah produksi yang bertambah namun tetap efisien dalam produksinya, hal ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji hubungan antara 4

variabel dari faktor produksi diantaranya adalah bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan pada mesin yang digunakan dengan jumlah persediaan barang jadi. Persediaan barang jadi merupakan persediaan unit produk yang telah selesai proses produksinya tetapi belum dijual kepada konsumen (Islahuzzaman, 2012:149). Dalam kaitannya dengan jumlah persediaan barang jadi, tidak lepas dari adanya proses produksi. Pada produksi bulu mata palsu ini, PT. Danbi International Cabang Ciamis membutuhkan berbagai jenis faktor produksi diantaranya terdiri dari bahan baku utama yaitu rambut manusia, jumlah tenaga kerja, dan teknologi atau mesin. Sebagai perusahaan yang baru berdiri, PT. Danbi International Cabang Ciamis saat ini sedang berusaha mengoptimalkan sisi produksi yaitu dari bahan baku yang digunakan, peningkatan upah tenaga kerja produksi, dan optimalisasi kapasitas produksi mesin yang digunakan. Tabel 1.1 Jumlah Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Kapasitas Mesin Terpakai dalam Pairs, dan Jumlah Persediaan Barang Jadi Periode / Tahun Maret 2011 Februari 2014 Bahan Baku (Kg) Biaya Tenaga Kerja Langsung Kapasitas Mesin Terpakai (PRS/thn) Jumlah Persediaan Barang Jadi (PRS) Mar 2011 - Des 2011 551,5 Rp 5.406.144.000 2.192.765 2.104.085 Jan 2012 - Des 2012 836 Rp 8.365.841.000 3.042.684 3.005.157 Jan 2013 - Des 2013 757,5 Rp 7.279.250.000 2.988.543 2.868.338 Jan 2014 - Feb 2014 125 Rp 1.157.390.000 491.850 542.738 Sumber: Laporan Produksi Bulanan PT Danbi International Cab. Ciamis (Data Diolah) Dari tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah bahan baku yang digunakan mengalami kenaikan di tahun 2012 dan di tahun 2013 mengalami penurunan, ini disebabkan penurunan produksi, menurut pihak manajemen ini disebabkan semakin banyaknya pesaing yang bermunculan terutama di daerah Jawa Barat sendiri yaitu di daerah Cirebon dan Kuningan. Dari bahan baku yang digunakan, PT. Danbi International Cabang Ciamis berfokus pada pengurangan produk sisa 5

dengan melakukan pengawasan yang lebih ketat saat proses produksi agar bahan baku yang digunakan dapat terserap menjadi produk setengah jadi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen, produk sisa merupakan bahan baku yang digunakan namun mengalami kerusakan dalam proses pengerjaannya, pada PT. Danbi International ini, produk sisa dikategorikan sebagai produk yang tidak lulus uji sortir sesuai standar yang ditentukan. PT. Danbi International Cabang Ciamis mempunyai standar untuk bahan baku yang digunakan menjadi produk setengah jadi yaitu setiap 10 Kg bahan baku dapat menghasilkan hingga 38.000 pairs bulu mata, menurut pihak manajemen dalam periode 2009-2010 tingkat penyerapan bahan baku hanya mencapai rata-rata 30.000 pairs yang menandakan bahwa angka produk sisa dari hasil produksi masih tinggi, hal ini disebabkan oleh kurang intensifnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak perusahaan saat proses produksi berlangsung. Program pengawasan yang dilakukan sampai sekarang dianggap cukup efektif oleh manajemen di mana pada tahun 2011 hingga awal 2014 penyerapan bahan baku yang digunakan menjadi produk setengah jadi berangsur naik mencapai rata-rata 36.000 pairs untuk setiap 10 Kg bahan baku yang digunakan. Peningkatkan jumlah upah yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja produksi merupakan program tenaga kerja yang terus dijalankan setiap tahunnya. Peningkatan ini berfungsi sebagai balas jasa atas kontribusi mereka dan sebagai bentuk program kesejahteraan tenaga kerja. Dapat terlihat bahwa di Tabel 1.1 biaya tenaga kerja langsung mengalami kenaikan pada tahun 2012, walaupun di tahun 2013 mengalami penurunan yang disebabkan intensitas keluar masuk tenaga kerja cukup tinggi, di awal 2013 jumlah tenaga kerja mencapai 917 orang dan pada akhir 2013 hanya mencapai 559 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen, tingkat upah pada awal tahun 2011 adalah Rp. 26.000 per hari dan saat ini ditingkatkan hingga Rp. 50.000 per hari di tahun 2014 untuk golongan tenaga kerja di atas enam bulan masa kerja. Ditingkatkannya jumlah upah tenaga kerja produksi diharapkan dapat lebih memotivasi para tenaga kerja untuk lebih giat dalam meningkatakan produktivitas mereka dan sebagai kompensasi lebih atas loyalitas mereka terhadap perusahaan. 6

Pentingnya fungsi mesin dalam kegiatan produksi PT. Danbi International cabang Ciamis menjadi salah satu perhatian dari pihak manajemen, meskipun dalam proporsinya hanya sekitar 20 persen dari keseluruhan proses produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen, permasalahan yang sedang menjadi fokus utama pihak manajemen tehadap mesin adalah tidak terpakainya semua kapasitas mesin yang ada sehingga membuat hasil jumlah produksi belum maksimal. Dilihat dari tabel 1.1 bahwa dari tahun 2011 sampai dengan 2013 kapasitas mesin terpakai masih belum maksimal, masih jauh dari kapasitas terpasangnya yaitu mencapai 3.600.000 pairs per tahun. Tiga unit mesin dengan kapasitas 5.000 pairs per hari atau 300.000 pairs per bulan, saat ini hanya bisa menyerap rata-rata mencapai 240.000 pairs per bulan di tahun 2013. Output merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Semakin banyak output yang dihasilkan berarti semakin besar pula perusahaan tersebut. Output tersebut akan terkumpul menjadi persediaan barang jadi jika produk tersebut tidak langsung dijual kepada konsumen. Dengan menggunakan faktor produksi pada setiap proses produksi, perlu kiranya dikombinasikan dalam jumlah dan kuantitas tertentu. Besar kecilnya barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Selain faktor produksi bahan baku, tenaga kerja, teknologi, juga terdapat faktor produksi yang lain seperti modal, transportasi, sumber energi atau bahan bakar, dan pemasaran. Input dari bahan baku yang digunakan dapat berpengaruh terhadap produksi suatu barang dan jasa. Dalam semua jenis industri, bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh T. Lyza Tahura (2013) bahwa variabel bahan baku berpengaruh positif terhadap jumlah produksi, dan penelitian yang dilakukan oleh Luh Diah Citraresmi (2013) dalam penelitiannya bahwa variabel modal kerja yang sebagian besar diambil dari persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam produksi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi tetapi secara tidak langsung tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Selain itu, besarnya jumlah output yang dihasilkan akan berdampak pada input bahan baku yang dibutuhkan. 7

Semakin besar input bahan baku yang digunakan maka output produksi yang dihasilkan juga semakin banyak jika penyerapan bahan baku saat proses produksi dilakukan secara maksimal. Dalam kegiatan produksi tidak lepas dari faktor tenaga kerja karena tenaga kerja sangat dominan untuk melancarkan kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi. Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam berbagai macam dalam kegiatan produksi. Berdasarkan beberapa penelitian terkait, terdapat perbedaan mengenai pengaruh tenaga kerja terhadap jumlah produksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rani Rahman (2008), menunjukan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi. Penelitian sejenis lainnya dilakukan oleh T. Lyza Tahura (2013) bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi, dan penelitian yang dlakukan oleh Luh Diah Citraresmi (2013) menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja berdasarkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi. Mesin adalah peralatan yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian produk tertentu. Besarnya jumlah kapasitas produksi dari mesin yang digunakan pada perusahaan dapat menjadi salah satu alat ukur dalam menghitung kinerja dari mesin. Hal ini menunjukan seberapa besar kuantitas yang dapat diproduksi oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006) dalam penelitiannya bahwa variabel mesin yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi, dan penelitian yang dilakukan oleh T. Lyza Tahura (2013) bahwa variabel mesin dengan satuan rata-rata kapasitas mesin yang terpakai perjam saat berproduksi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh input bahan baku, tenaga kerja, dan mesin dapat mempengaruhi jumlah persediaan barang jadi produk bulu mata palsu baik secara simultan atau parsial. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Pengaruh Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Mesin terhadap Jumlah 8

Persediaan Barang Jadi (Studi Kasus PT. Danbi International Cabang Ciamis). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perhitungan bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, mesin, dan jumlah persediaan barang jadi pada PT. Danbi International cabang Ciamis? 2. Bagaimana pengaruh bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan mesin terhadap jumlah persediaan barang jadi secara simultan? 3. Bagaimana pengaruh bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan mesin terhadap jumlah persediaan barang jadi secara parsial? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah dimaksudkan untuk: 1. Mengetahui bagaimana perhitungan bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, mesin, dan jumlah persediaan barang jadi pada PT. Danbi International cabang Ciamis. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan mesin terhadap jumlah persediaan barang jadi secara simultan. 3. Mengetahui bagaimana pengaruh bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan mesin terhadap jumlah persediaan barang jadi secara parsial. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan serta bahan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian seputar akuntansi biaya berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan. 9

1.5.2 Aspek Praktis Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi produsen bulu mata palsu dalam menganalisis biaya produksi dan secara umum bagi perkembangan produksi bulu mata palsu saat ini. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membaginya dalam lima bab. Bab I akan memaparkan mengenai gambaran umum objek penelitian dan latar belakang masalah beserta permasalahannya. Disini penulis mengangkat mengenai permasalahan yang berkaitan dengan faktor produksi yang digunakan perusahaan dengan mengidentifikasi pengaruh dari faktor-faktor produksi terhadap jumlah persediaan barang jadi. Dalam hal ini penulis mengambil variabel input bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan mesin sebagai bahan kajian yang akan diteliti. Bab 2 akan memaparkan mengenai tinjauan pustaka bagi teori-teori yang mendasari penelitian. Penulis memilih teori yang relevan dan terkait dengan bahan kajian yang diteliti dan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Kemudian dalam bab 3 penulis memaparkan gambaran umum dari tempat penelitian. Disini penulis juga memaparkan mengenai metode yang digunakan, data yang diperlukan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan hipotesa. Selanjutnya dalam bab 4 penulis memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini dilaporkan data yang diperoleh dari penelitian, analisis data, interpretasi hasil dan argumentasi terhadap hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis) perhitungan analisis ini akan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Package Social Science). Terakhir bab 5 yaitu penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari penelitian yang menjawab seluruh pertanyaan penelitian, serta saran yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 10