SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi,

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PORNOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. terlanjur jauh sehingga anak mencari sumber-sumber lain yang tidak akurat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

Pendahuluan. Bab I. A. Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada

Elly Risman Musa, Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati

Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI MENONTON BLUE FILM TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional cenderung selalu mengalami perubahan

BAB II KAJIAN TEORI Perilaku Seksual Pengertian Perilaku Seksual. Menurut Sarwono (2002) perilaku seksual adalah segala

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

Transkripsi:

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para siswa terlebih bagi keberlangsungan para siswa saat mereka di sekolah. Narasumber pada kegiatan ini adalah Ida Ayu Putri Widiarini, M.Psi. psykolog di lembaga swasta tertentu di Surabaya. Peserta yang hadir dalam seminar ini adalah guru-guru BK dan PKn SMP-SMA/SMK Katolik Se-Kevikepan Surabaya yang berjumlah 154 orang, di Aula SMAK Sint Louis 1, Jalan Polisi Istimewa Surabaya mulai pukul 09.00-12.00 wib. Kegiatan ini diselenggarakan karena munculnya keprihatinan dari unit-unit sekolah tentang pelecehan seksual/kekerasan seksual yang marak di masyarakat. Untuk menghindari atau mencegah hal tersebut masuk di lingkungan sekolah, maka BKS SMP-SMA/SMK katolik merencanakan dalam program jangka pendek 3 tahunan, salah satunya ialah mengadakan Seminar Bahaya Pornografi. Berikut adalah materi yang diseminarkan tentang Bahaya Pornografi Hasil Survei Hasil survei Komisi Perlindungan Anak (KPA) terhadap 4.500 remaja mengungkap; - 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi - 93 persen pernah berciuman bibir - 62,7 persen responden pernah berhubungan badan dan 21 persen di antaranya telah melakukan aborsi. Berdasarkan hasil survey, Indonesia berada pada urutan ke tujuh (7) pengunduh film porno terbesar di dunia. Pengunduh situs porno di Indonesia, didominasi oleh pemuda, remaja bahkan anak dibawah umur. Kebanyakan situs porno di

unduh melalui warnet (warung internet), karena mereka takut ketahuan oleh orang tua jika mereka melakukannya di rumah Di Amerika (9/11/2015) terjadi kehebohan dikalangan guru-guru di sebuah SMA (Canon, AS) karena beredarnya foto bugil siswa mereka di chat online (sex chatting / sexting). Lebih dari 300-400 siswa terlibat dalam kasus ini. Setelah diselidiki sebagian besar siswa melakukan sexting menggunakan aplikasi vault apps di ponsel mereka untuk saling berkirim foto Tantangan yang Dihadapi Orangtua dan Guru Media informasi yang terus berkembang dengan pesatnyaà dunia ada dalam genggaman Rasa ingin tahu anak dan pengaruh teman sebaya Budaya kita yang masih mentabukan bicara tentang seksualitas dengan anak (topik pembicaraan yang dianggap tidak pantas) Kesadaran mengenai kesehatan reproduksi masih rendah Apa itu PORNOGRAFI? Uu no. 44/2008 Gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya, melalui berbagai bentuk media komunikasi dan /atau pertunjukkan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat Mengapa Pornografi Marak? Internet Jaringan internet yang sangat terbuka, mudah diakses dimana saja dan untuk mencari informasi apa saja. Mulai dari televisi, medsos, dan media komunikasi apapun, memudahkan orang untuk mengakses materi-materi yang mengandung pornografi Orang tidak perlu keluar rumah, tidak terlihat orang lain, tidak mudah dilacak, bisa dilakukan dimana saja à mengakses konten pornografi Pemahaman dan pengawasan orang tua yang lemah, terhadap penggunaan jaringan internet dan gadgetà yang memudahkan anak mengakses pornografi

u Peraturan yang tidak tegas Peraturan perundang-undangan terkait pornografi tidak tegas. Batasan tentang pornografi dan pornoaksi, hingga saat ini masih tidak jelas. Sehingga masyarakat bersikap berbeda-beda terkait tampilan yang disebut pornografi dan pornoaksi. Penegakan hukum terkait pornografi dan pornoaksi juga tidak jelas Pada akhirnya bisa kita lihat tayangan-tayangan di televisi sudah jelas tidak mendidik, masih tetap bisa tayang. Di medsos begitu mudah kita lihat foto-foto tidak senonoh, tapi begitu mudah beredar tanpa bisa dikendalikan. Pencarian hal-hal yang berbau porno lewat internet juga tetap mudah diakses, meski pemerintah mengatakan sudah memblokir situs-situs tersebut u Pendidikan Seksual yang terlewati Banyak orangtua masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu, sehingga mereka tak pernah memberikan informasi yang sehat tentang seks kepada anak. Atau karena mereka sendiri miskin informasi tentang seks dan tidak tahu bagaimana mengkomunikasikan seks yang baik kepada anak. Karenanya, untuk memenuhi keingintahuannya yang besar tentang seks, seringkali anak mencari alternatif dengan menikmati pornografi secara sembunyi-sembunyi, baik sendirian maupun dengan teman-teman mereka. BAHAYA PORNOGRAFI Secara umum : 1. 2. 3. 4. 5. Merusak moral dan kepribadian yang luhur Terjadi pergeseran norma-norma susila di masyarakat Meningkatnya kasus asusila Kerusakan otak dan gangguan kejiwaan (kecanduan pornografi) Anak bisa jadi pelaku dan korban pelecehan/kekerasan seksual 1. Perilaku Seks menyimpang Pornografi yang mengeksploitasi seks secara vulgar akan merangsang nafsu seks yang berkobar-kobar. Sehingga sedikit ada perangsang, maka nafsu itu akan berkobar-kobar. Awalnya akan terasa cukup dengan melihat, namun semakin lama untuk memenuhi rangsangan nafsu seks dibutuhkan sesuatu yang lebih intens dan kuat. Ketika nafsu seks sudah tidak bisa dibendung lagi, maka dibutuhkan pelampiasan. Pelampiasan bisa dengan melakukan masturbasi, pelecehan bahkan sampai kekerasan seksual pada orang lain 2. Ketagihan (kecanduan) Pornografi

Pornografi juga membuat penikmatnya ketagihan/kecanduan. Bagi remaja, kecanduan situs porno (cybersex) akan membuat ritme belajar menjadi kacau. Secara umum, kecanduan situs porno akan berdampak negatif terhadap karakter seseorang: Gangguan konsentrasi pada berbagai aktifitas Keterampilan sosial tidak memadai (malu, rendah diri, rasa bersalah, tertutup) Lebih memilih bergelut dengan fantasi yang bersifat seksual Asyik berkomunikasi dengan figur-figur ciptaan hasil imajinasinya sendiri, Tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak mengakses situs porno dan lupa waktu 3. Terjebak Pergaulan dan Perilaku Sex Bebas Karena terinspirasi oleh film yang mereka tonton, maka kegiatan seks bebas mulai mereka lakoni. Dampaknya adalah rusaknya mental dan moral yang berimbas pada kejahatan-kejahatan seksual: - Maraknya pemerkosaan - Hamil di luar nikah - Penyakit kelamin - Tidak sedikit dari mereka yang mencoba membuat video sendiri demi mengabadikan aktifitas seks bersama pasangan CARA MENCEGAH Waspada pada penggunaan internet dan Gadget Sekolah perlu bersikap bijaksana terkait dengan: * Ada tidaknya wifi (jaringan internet) di sekolah * Boleh tidaknya siswa menggunakan gadget di sekolah Sekolah dapat memasang software filter pornografi, untuk menyaring situs-situs porno dari komputer sekolah u Jalin komunikasi dengan Orangtua Ajak orangtua untuk terlibat dalam gerakan ini: Beri penyuluhan secara berkala (parenting class) Adakan kegiatan sekolah yang melibatkan orangtua, sehingga mereka berperan aktif untuk melanjutkan program di

rumah Lakukan konseling dan kunjungan rumah pada kasus-kasus khusus u Kebijakan Sekolah yang Mendukung Program Tekankan pada pendidikan budi pekerti. Melalui pembentukan kebiasaan yang baik dalam kegiatan sehari-hari di sekolah Bangun kepedulian terhadap lingkungan, sehingga siswa tidak sibuk dengan diri sendiri tetapi memiliki empati dan mampu berbuat untuk lingkungannya Optimalkan kecerdasan anak, tidak saja pada bidang akademik tetapi juga pada bidang nonakademik Memberi penyuluhan dan kegiatan character building, agar siswa memiliki wawasan yang luas dan membangun kepribadian yang tangguh sehingga dapat menghadapi tantangan di masa yang akan datang