Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya"

Transkripsi

1 1 Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk FH USI Dizaman globalisasi ini, banyak kemudahan-kemudahan yang diperoleh oleh manusia untuk mendapatkan kebutuhannya sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun komunikasi. Namun ternyata tidak hanya dampak positif yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun komunikasi, namun juga dampak negatif seperti pornografi yang sangat mudah dilihat atau diperoleh melalui berbagai media. Pornografi sebagai suatu tindak pidana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun Pornografi dapat memicu maraknya terjadi tindak pidana kesusilaan seperti zinah, perkosaan atau perbuatan cabul yang tidak hanya melibatkan orang dewasa tetapi juga anak dibawah umur baik sebagai pelaku maupun korbannya. Kata Kunci : Pornografi, Tindak Pidana, Kesusilaan... Pendahuluan Sejak dahulu kala bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beradab, berbudaya, ramah tamah dan sangat sopan baik dalam bersikap, bertutur kata maupun berpakaian. Kemajuan zaman tampaknya mulai menggeser nilai-nilai yang sudah sejak lama itu tertanam di dalam kepribadian bangsa Indonesia dan hal itu dapat terlihat dari kebiasaan berperilaku, bertutur kata maupun cara berpakaian sebahagian masyarakat yang sudah mulai kebarat-baratan dan menjadi bahagian dari gaya hidup metropolis. Masalah pornografi pun bagi sebahagian besar masyarakat tidak dianggap sebagai suatu hal yang aneh ataupun tabu lagi. Pergerseran nilai di dalam masyarakat didukung dengan canggihnya ilmu pengetahuan dan tehnologi di era globalisasi ini. Media massa cetak, media elektronik dan alat komunikasi media dapat dijadikan sebagai alat atau sarana penyampaian informasi dan pesan-pesan berkaitan dengan pornografi. Tanpa disadari hal ini sebenarnya sangat berbahaya terutama bagi generasi muda. Bukan hanya masalah narkotika saja sebagaimana diakui selama ini yang dapat merusak masa depan generasi muda, akan tetapi masalah pornografi juga sangat berpengaruh terhadap bahayanya rusaknya mental/kepribadian bangsa terutama generasi muda. Berdasarkan hal ini perlu dikaji dampak tindak pidana pornografi terhadap tindak pidana kesusilaan lainnya dan cara menanggulanginya. Rumusan Masalah 1. Bagaimana dampak tindak pidana pornografi terhadap tindak pidana kesusilaan lainnya? 2. Bagaimana upaya untuk menanggulangi tindak pidana kesusilaan akibat pornografi?

2 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dampak tindak pidana pornografi terhadap tindak pidana kesusilaan lainnya. 2. Untuk mengetahui upaya menanggulangi tindak pidana kesusilaan akibat pornografi. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif untuk mengumpulkan data sekunder dan penelitian hukum empiris dengan melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Pematangsiantar untuk mengumpulkan data primer. Pembahasan 1. Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya Pornografi menimbulkan dampak dalam kehidupan masyarakat, bahkan terhadap berbagai segi kehidupan yang meliputi segi agama, etika dan moral, budaya maupun psikologis. Ditinjau dari segi etika atau moral, maka pornografi akan merusak tatanan normanorma dalam masyarakat, merusak keserasian hidup dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya serta merusak nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti nilai kasih, cinta, keadilan dan kejujuran. Nilai-nilai itu sangat dibutuhkan masyarakat sehingga dapat tercipta dan terjamin hubungan yang sehat dalam masyarakat. Sebab masyarakat yang sakit dalam nilai-nilai dan norma-norma akan mengalami kemerosotan kultur dan akhirnya akan runtuh. Dengan demikian berarti pornografi menyebabkan rusaknya sendi-sendi serta tatanan keluarga dan masyarakat yang beradab. Timbulah pergaulan bebas, perselingkuhan (perzinahan), kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, kekerasan seksual, prilaku seksual yang menyimpang, dan sebagainya. Selain berdampak dalam etika dan moral, pornografi dapat pula berdampak pada psikologis seseorang. Dampak psikologis ini bisa menjangkiti semua orang dan dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang parah dan yang menjadi ancaman serta dapat membawa malapetaka bagi manusia. Sebagai contoh misalnya: semakin meningkatnya kekerasan seksual dalam rumah tangga, ataupun perkosaan. Perkosaan-perkosaan akibat porngrafi telah banyak dilakukan, meskipun pornografi bukan satu-satunya penyebab terjadinya perkosaan. Perkosaan akibat pornografi tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan korban. Bahkan ada beberapa kasus perkosaan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anak perempuan kandung (baik balita,anak-anak maupun sudah dewasa), kakek memperkosa cucu kandung yang masih balita, paman memperkosa keponakan perempuan yang masih anak-anak atau remaja, laki-laki remaja memperkosa anak perempuan tetangganya, laki-laki dewasa memperkosa teman wanitanya, supir angkutan umum memperkosa penumpangnya, guru memperkosa muridnya.

3 3 Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya - Novelina MS Hutapea Demikian berita/informasi yang sering didengar dan dilihat di televisi maupun korankoran. Masalah perzinahan atau perselingkuhan diantara orang-orang yang salah satu atau keduanya berstatus sebagai suami atau istri yang masih terikat dalam ikatan perkawinan yang sah dengan istinya atau suaminya juga bukan suatu hal yang aneh lagi didengar akhirakhir ini. Bahkan banyak yang mengangap perbuatan itu sebagai perbuatan yang sudah biasa dilakukan di zaman modern ini dan tidak lagi menganggap perbuatan perselingkuhan atau perzinahan sebagai perbuatan dosa dan memalukan. Perbuatan ini juga besar sekali pengaruhnya akibat pornografi. Pasangan suami atau istri yang terangsang dengan adegan-adegan pornografi tetapi sebaliknya tidak mendapat respon dari suami atau istrinya kemudian mencari jalan untuk melampiaskan hawa nafsunya di luar rumah terhadap pasangan yang dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan demikian secara psikologis, pornografi membawa dampak terhadap timbulnya sikap dan perilaku anti sosial. Kaum pria menjadi lebih agresif terhadap kaum wanita. Dampak lain yang lebih parah lagi adalah bahwa manusia pada umumnya menjadi kurang tanggap terhadap penderita kekerasan dan tindakan-tindakan perkosaan. Akhirnya pornografi akan menimbulkan dampak yang lebih tinggi pada penggunaan kekerasan sebagai bagian dari seks. Pada akhirnya akibat penyimpangan seks ini, akan timbul berbagai penyakit yang mengerikan bahkan mematikan seperti penyakit kelamin dan HIV atau AIDS. Dari uraian-uraian di atas tidak dapat dipungkiri bahwa pornografi berperan besar dalam memicu perkembangan berbagai tindak pidana di dalam masyarakat, khususnya tindak pidana kesusilaan yang sangat erat hubungannya dengan masalah seksual. Dengan kata lain bahwa pornografi memicu agresifitas seseorang dalam melakukan kejahatan kesusilaan. Dampak pornografi juga telah dirasakan masyarakat di pedesaan, sejauh mana media massa cetak dan media massa elektronik dapat menjangkaunya. Dampak ini dirasakan paling mengkhawatirkan terhadap kehidupan dan pola pikir generasi muda yang sesungguhnya adalah para penerus harapan bangsa. Pornografi ini jelas sangat merusak akhlak dan moral, khususnya bagi generasi muda. Orang yang sudah dewasa jika melihat dan/atau mendengar dan/atau menyentuh benda-benda pornografi akan berbeda dengan orang yang anak-anak atau belum dewasa. Bagi orang yang sudah dewasa, kemungkinan untuk mengendalikan diri dari pornografi masih ada dibandingkan dengan orang yang belum dewasa. Sedangkan orang yang belum dewasa terutama anak-anak yang berusia menjelang remaja dan usia remaja lebih mudah dipengaruhi oleh pornografi baik yang dilihat, didengar ataupun disentuh mereka. Generasi muda yang sudah menyenangi pornografi akan menjadi ketergantungan sebagaimana halnya orang yang kecanduan narkotika, sehingga cenderung untuk selalu menghayal dari pada melakukan perbuatan positif yang nyata, atau sebaliknya dapat melakukan perbuatan nyata yang negatif dalam

4 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 upaya mewujudkan hasrat seksualnya yang sebenarnya belum pantas dilakukan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, semakin jelas bahwa pornografi memang membawa dampak yang buruk bagi kehidupan manusia. Pornografi menyebabkan dekadensi moral yang berakibat tidak dihargainya nilainilai agama, kesopanandan kesusilaan. Harus ada usaha bersama dari seluruh lapisan masyarakat untuk menanggulangi pornografi, supaya tidak semakin jauh menjerumuskan masyarakat kepada keadaan pengingkaran akan hakikat kita sebagai manusia yang dikaruniakan segala sesuatu oleh Tuhan Yang Maha Kuasa termasuk seksualitas. Tentang pengaruh pornografi terhadap timbulnya tindak pidana kesusilaan ini dapat diterima dari hasil penelitian di Pengadilan Negeri Pematangsiantar. Dari keterangan terdakwa di sidang pengadilan dapat diketahui bahwa hampir semua perbuatan persetubuhan yang dilakukan terhadap anak di bawah umur baik yang dilakukan dengan cara memaksa ataupun tidak adalah akibat pelaku sebelumnya telah menyaksikan film porno. Diperoleh pula fakta bahwa tindak pidana kesusilaan yang terjadi di Pematangsiantar, dilihat dari segi korban dan pelakunya adalah: 1. Orang dewasa melakukan perkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur. 2. Anak yang sudah remaja melakukan persetubuhan dengan anak yang masih di bawah umur. 3. Remaja melakukan persetubuhan dengan sesama temannya remaja. 4. Zina. Penerapan sanksi pidana bagi pelaku kejahatan kesusilaan ini adalah didasarkan pada ketentuan KUHP bila korbannya sudah dewasa sedangkan jika korbannya adalah anak yang masih di bawah umur, sesuai dengan Pasal 1 Butir 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak : Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun) termasuk anak yang masih dalam kandungan (dalam tindak pidana kesusilaan ini tentu saja yang dimaksud hanyalah anak yang masih belum berusia 18 tahun saja). Terhadap pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang tersebut. 2. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Akibat Tindak Pidana Pornografi. Upaya penanggulangan tindak pidana kesusilaan sebagai akibat pengaruh pornografi tidak terlepas dari upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pornografi yang juga merupakan tindak pidana kesusilaan. Hal ini disebabkan orang mengkonsumsi pornografi adalah akibat adanya pornografi yang diproduksi atau dihasilkan oleh pembuat pornografi sebagai pelaku tindak pidana pornografi yang telah diatur dalam Undangundang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi sebagai payung hukum untuk menindak secara tegas pelaku tindak pidananya. Di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 telah diatur tentang peran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

5 5 Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya - Novelina MS Hutapea Masyarakat untuk mencegah pembuatan, penyebarluasan dan penggunaan pornografi dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 22. Adapun upaya tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemerintah Melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan penyebarluasan produk pornografi atau jasa pornografi, termasuk pemblokiran pornografi melalui internet; melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi; dan melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar negeri, dalam pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi. 2. Pemerintah Daerah Melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan penyebarluasan produk pornografi atau jasa pornografi, termasuk pemblokiran pornografi melalui internet di wilayahnya; melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di wilayahnya; melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di wilayahnya; dan mengembangkan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi dalam rangka pencegahan pornografi di wilayahnya. Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pencegahan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi. 3. Masyarakat Melaporkan pelanggaran undang-undang pornografi; melakukan gugatan perwakilan ke pengadilan; melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur pornografi; dan melakukan pembinaan kepada masyarakat terhadap bahaya dan dampak pornografi. Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat akan lebih efektif jika didukung peran keluarga dalam upaya mencegah pembuatan, penyebarluasan dan penggunaan pornografi demikian juga guna mencegah tindak pidana kesusilaan akibat pornografi tersebut. Perlu diingat bahwa pelaku tindak pidana kesusilaan akibat pornografi dapat dilakukan oleh siapa saja baik orang yang sudah dewasa ataupun masih anakanak, demikian juga korbannya. Banyak ahli yang berpendapat bahwa keluarga atau rumah tangga mempunyai fungsi sebagai sekolah ataupun tempat pendidikan dasar yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak-anak. Setiap orang belum menjadi makhluk sosial sebelum melalui proses belajar dan proses menyesuaikan diri kepada dan dalam kelompok keluarga. Di dalam kelompok keluarga ini lah anak-anak untuk pertama kalinya memasuki pergaulan hidup yang dinamakan dengan pergaulan sosial dengan ayah dan ibu, dengan kakak ataupun adik maupun saudara-saudara yang lain. Semasa ini seorang anak mulai mengembangkan sikapsikapnya dalam hubungan-hubungan sesama anggota keluarga. Kemudian hubungan ini semakin meningkat atau meluas sampai kepada

6 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 hubungan-hubungan dengan masyarakat lainnya yang berada di luar keluarga. Perobahan-perobahan atau gangguangangguan keseimbangan yang terjadi dalam suatu keluarga menyebabkan ketika dalam suatu keluarga terjadi keretakan maka hal ini sangat berpengaruh pula terhadap atau tingkah laku ataupun temperamen anak. Oleh sebab itu ketahanan diri dan keluarga perlu ditingkatkan dengan membina komunikasi yang baik dalam keluarga. Anak dan remaja yang memiliki ketahanan diri, adalah produk dari orang tua yang berhasil membangun ketahanan keluarga. Dengan adanya ketahanan keluarga maka anak-anak tidak mudah terpengaruh dengan kondisi-kondisi ataupun pergaulan-pergaulan yang tidak baik yang dialaminya di luar rumah, seperti ajakan teman-teman untuk menyaksikan adegan pornografi. Beberapa cara dapat ditempuh oleh keluarga untuk mencegah tindak pidana kesusilaan akibat pornografi : 1. Suami dan istri harus menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Perilaku orang tua harus dijaga, harmonisasi hubungan suami istri harus tetap dipelihara sehingga setiap anggota keluarga tetap merasakan kehangatan kasih sayang. 2. Orang tua harus dekat dengan anakanak. 3. Sejak dini anak harus dibekali dengan pendidikan/ajaran agama. 4. Membiasakan anak berfikir, memilih dan mengambil keputusan sendiri. Oleh sebab itu orang tua harus mengenal watak anak-anaknya. 5. Tumbuhkan dan pelihara harga diri dan kepercayaan diri anak. Hal ini berarti orang tua jangan selalu mencurigai anak dan menyudutkan anak terhadap kesalahan ataupun kelemahannya. 6. Anak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga diri dan selalu waspada terhadap segala kemungkinan akan bahaya yang mengancam. 7. Tontonan, bacaan, isi telepon genggam anak maupun situs yang diakses anak juga harus diketahui oleh orang tua dengan cara yang bijak sehingga anak tidak merasa hak dan kehidupan pribadinya terlalu dicampuri. Oleh sebab itu orang tua juga harus menguasai teknologi dan informasi. 8. Orang tua perlu memberikan pendidikan seks, agar anak-anak memahami bahaya dan akibat pornografi, dengan demikian anak-anak pun dapat menghindarkan diri dari pornografi. 9. Harus diketahui dengan siapa anak bergaul, kegiatan-kegiatan anak di dalam ataupun di luar rumah. Dengan pembinaan yang baik dari orang tua yang diperoleh anak dalam rumah tangga maka kepribadian seorang anak akan terbentuk pula dengan baik. Anak akan tumbuh dengan iman yang kuat, pendirian yang teguh, iman yang kuat serta rasa percaya diri yang kuat, sehingga orang tua tidak mengalami kesulitan dalam mengarahkan anak meniti jalan

7 7 Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya - Novelina MS Hutapea kehidupan yang aman, karena ia telah memiliki kemampuan untuk membedakan perbuatanperbuatan yang baik dan yang buruk sehingga memiliki pula kemampuan untuk menghindari pengaruh-pengaruh buruk seperti pornografi yang dapat merusak pikirannya. Sedangkan untuk mencegah anak menjadi korban tindak pidana kesusilaan akibat pornografi, setiap orang tua harus memberikan perhatian dan melindungi anakanaknya dengan baik. Anak-anak di bawah umur sebaiknya tidak dibiarkan bepergian ataupun bermain leluasa tanpa pengawasan yang dilakukan dengan bijak demi kepentingan terbaik bagi anak. Bagi anak-anak sebagai generasi muda beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah menjadi pelaku tindak pidana kesusilaan, misalnya memperkuat rasa percaya diri untuk meraih cita-cita, memahami dampak teknologi pada diri dan masa depan, menentukan sikap untuk melindungi diri dampak negatif media dan teknologi, untuk itu hindari mengkonsumsi segala bentuk pornografi, berkomunikasi dengan orang tua, guru ataupun saudara terdekat jika ada masalah sehingga dapat dicari jalan keluar yang terbaik bagi penyelesaian masalah itu serta memberdayakan setiap potensi yang ada dalam diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga pikiran dapat dijauhkan dari pornografi. Dalam upaya pencegahan ini, aparat kepolisian harus mengadakan bimbingan/ penyuluhan hukum baik kepada masyarakat umum maupun anak/remaja tentang dampak pornografi terhadap tindak pidana kesusilaan. Dengan penyuluhan/bimbingan yang diberikan ini, maka masyarakat maupun anak/remaja akan memahami arti pornografi dan bahayanya serta dapat menentukan sikap terhadap pornografi tersebut. Di samping upaya pencegahan, maka harus pula dilakukan upaya penindakan kepada pelaku tindak pidana kesusilaan yang terjadi akibat pornografi yaitu dengan menerapkan hukum pidana melalui suatu proses peradilan pidana. Dengan upaya ini, maka pelaku yang terbukti bersalah harus diberikan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam KUHP atau Undang-undang Nomor 23 Tahun Penutup 1. Kesimpulan Bahwa tindak pidana pornografi dapat memicu terjadi dan berkembangnya tindak pidana kesusilaan lainnya seperti perkosaan, perbuatan cabul atau perzinahan, sebab pikiran dan nafsu seksualias seseorang sangat terpengaruh akibat pornografi dan mendorong agresifitas seseorang untuk melakukan berbagai tindak pidana kesusilaan. Upaya penanggulangan tindak pidana kesusilaan akibat pornografi dapat dilakukan secara preventif yang harus melibatkan aparat penegak hukum, khususnya kepolisian, pemerintah, masyarakat juga keluarga. Selain itu sebagai jalan terakhir dapat ditempuh jalur hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatan pelaku.

8 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@ Saran Perlu dilakukan pengawasan terhadap peredaran pornografi terus dilakukan, mengingat pornografi sangat berdampak buruk terhadap pikiran, mental maupun perilaku manusia. Agar diberikan sanksi yang tegas dan maksimal bagi setiap pelaku tindak pidana pornografi (produsen pornografi) karena tindak pidana kesusilaan akibat pornografi tersebut tidak terlepas akibat perbuatan mereka. Orang tua harus peduli dan melindungi anak-anak dalam keluarga agar terhindar dari berbagai ragam dampak negatif dari pornografi. Pustaka Bungin Burhan, Pornomedia, Prenada Media, Jakarta, Djubaedah Neng, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Prenada Media, Jakarta, Gultom Elisatris, Tipologi Korban, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Manan Abdul, Aspek-aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta, Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1988, hlm Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. Catatan : Tulisan ini telah dipublikasi pada Jurnal : Habonaron Do Bona, Edisi 3, Nopember 2012; ISSN :

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana 1 Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Adakalanya dalam pembuktian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya dengan ridho Tuhan, langgeng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara hukum, pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengatur semua peri kehidupan warga negaranya termasuk dalam hal perkawinan. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet? No. Responden : Umur : tahun Kelas/jurusan : Jenis kelamin : L/P Tempat tinggal : Uang saku : Rp. Perhari Pendidikan terakhir Orangtua : Pendidikan terakhir Ayah Ibu Pekerjaan Orangtua : Penghasilan Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari generasi muda yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan

Lebih terperinci

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4928 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian dikalangan masyarakat. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak pidana

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No. 72 BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN 2008 A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi telah diundangkan

Lebih terperinci

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin

Lebih terperinci

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan 1 Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk FH USI Di satu sisi masih banyak anggapan bahwa penjatuhan pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya nilai sebuah peradaban dari masa ke masa tentunya mampu memberikan kemajuan bagi kehidupan manusia, namun tidak dapat dilupakan juga bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan dari sebuah ikatan perkawinan. Setiap anak yang dilahirkan adalah suci, oleh karena itu janganlah sia-siakan anak demi penerus generasi

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di Indonesia ternyata selain membawa dampak yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman??

Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman?? Tema : Pengaruh Kemajuan Teknologi Bagi Remaja Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman?? Globalisasi. Sebuah istilah yang pastinya sering kita dengar, memiliki arti suatu proses di mana antarindividu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari ruang lingkup kekerasan seksual, mengenal adanya pencabulan, yaitu segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan era globalisasi ini, yang semuanya serba modern dengan keterbukaan di semua lini, masalah-masalah cenderung meningkat pesat, mulai dari kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI 1 PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI I. UMUM Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma

BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin menarik perhatian. Permasalahannya semakin meningkat, bukan dalam frekuensinya tetapi yang lebih

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI TINDAK PIDANA PERKOSAAN YANG DILAKUKAN OLEH AYAH KANDUNG TERHADAP ANAKNYA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara Indonesia adalah negara hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan elektronik, seperti internet, buku, dan surat kabar, saat ini mempunyai pengaruh yang sangat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan merupakan cara terbaik dalam menegakan keadilan. Kejahatan yang menimbulkan penderitaan terhadap korban, yang berakibat

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet yang tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang ditimbulkan oleh maraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masalah perilaku seks pra nikah di kalangan remaja pada saat ini merupakan masalah yang sifatnya sudah nasional, remaja Indonesia pada saat sekarang ini mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses hukum.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan. Anak. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai moral yang ada di dalam masyarakat kita semakin berkurang. Pergaulan bebas dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu golongan masyarakat yang termasuk dalam kategori generasi muda, dikaitkan dengan pembangunan suatu negara, sumber daya manusia

Lebih terperinci

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan. Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari generasi muda yang memiliki peranan strategis yang mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan hidup manusia dimasyarakat yang diwujudkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang sedang merajalela di kalangan masyarakat beserta problematikanya. Dampak arus global pornografi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang Mengingat : : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana memiliki pengertian perbuatan yang dilakukan setiap orang atau subjek hukum yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Oleh: Desak Made Pratiwi Dharayanti A.A Sri Indrawati Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper is

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum positif, artinya hukumhukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada aturan pancasila, konstitusi, dan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di lingkungan masyarakat seperti kekerasan seksual pada anak dibawah umur salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan data yang telah peneliti analisis terhadap 12 informan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi 6 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi? Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab Program Studi Ilmu Hukum-Universitas Narotama Surabaya Abstrak Maraknya peredaran narkotika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa pelacuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan untuk bertahan hidup seperti otak,

Lebih terperinci

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang saat ini semakin cepat dan berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam system dunia yang mengglobal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N : WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DAN PERBUATAN ASUSILA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang a. bahwa pelacuran dan perbuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA A. Pengaturan Sanksi Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap Pedofilia 1. pengaturan Sanksi Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset bangsa dan sebagai generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dan kesejahteraannya harus dijamin. Bahwa di dalam masyarakat seorang anak harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.1.1. Era Kebebasan Berpikir Tingkah laku dan perbuatan remaja zaman sekarang dipengaruhi oleh tayangan televisi, film, radio dan internet. Tren berpakaian, gaya

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

Peranan Polri dalam Mencegah Tindak Pidana Narkotika di Kalangan Remaja (Penelitian di Kabupaten Simalungun)

Peranan Polri dalam Mencegah Tindak Pidana Narkotika di Kalangan Remaja (Penelitian di Kabupaten Simalungun) 1 Peranan Polri dalam Mencegah Tindak Pidana Narkotika di Kalangan Remaja (Penelitian di Kabupaten Simalungun) Novelina MS Hutapea Dosen Fakultas Hukum USI Ringkasan Perkembangan tindak pidana narkotika

Lebih terperinci

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga 1 Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga Novelina MS Hutapea Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Dalam upaya penghapusan kekerasan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik 1 Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik Novelina M.S. Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Penyidikan suatu tindak pidana adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, komputer memegang peranan yang sangat penting. Dengan komputer kita dapat mengatur segala sesuatu yang kita perlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi saat ini tidak dapat dihindari, hal tersebut terjadi dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi seperti masuknya pengaruh budaya

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci