57 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kapasitas dan peningkatan kemampuan yang ada pada masyarakat baik dilihat dari aspek pengetahuan, sikap mental dan keterampilan dengan maksud agar masyarakat tersebut dapat menentukan alternatif-alternatif pilihan dalam memecahkan persoalan hidupnya. Dalam konsep pemberdayaan tersebut terdapat upaya peningkatan kekuatan (daya) yang dimiliki masyarakat agar masyarakat tersebut mempunyai kekuatan untuk maju dan berkembang, memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, dan mampu mengakses berbagai layanan publik. Khusus terkait dengan pemberdayaan keluarga miskin di wilayah Kota Jakarta Utara, proses pemberdayaan tersebut harus dilakukan kegiatan secara terprogram dan terfokus untuk lebih meningkatkan kemampuan keluarga untuk memecahkan permasalahan-permasalahan hidupnya, baik ekonomi maupun sosial. Pola pemberdayaan keluarga miskin yang perlu untuk diperkuat adalah melalui penguatan, baik ekonomi maupun sosial. Setiap keluarga miskin melalui kepala keluarganya perlu diberikan pengetahuan yang kuat tentang pengelolaan. Keterlibatan kepala keluarga miskin dalam - tersebut diharapkan agar anggota (terdiri dari kepala keluarga miskin) diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sehingga mampu meningkatkan aktivitas yang lebih produktif. Bagi keluarga miskin, keberdayaan keluarga menjadi titik lemah yang perlu untuk diperbaiki. Media untuk meningkatkan keberdayaan keluarga ke arah yang lebih positif tidak lain adalah melalui program pemberdayaan. Upaya dalam mengubah perilaku dalam mencari nafkah melalui merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan agar seseorang mampu melakukan usaha ekonomi produktif. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan, serta berbagai bentuk
58 bantuan modal usaha maupun bantuan sarana prasarana usaha kepada sasaran. Dengan kata lain, semua program pemberdayaan diarahkan agar keluarga miskin yang menjadi sasaran menjadi lebih berdaya. Secara skematis, kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Intervensi Pemberdayaan Oleh Pemerintah Pendekatan Perorangan Pengetahuan (Knowledge) Keterampilan (Skill) Keberdayaan Keluarga Miskin Meningkat: Pendekatan Sikap Mental (Attitude) Peningkatan Pendapatan Keluarga Intervensi Pemberdayaan Oleh Swasta, NGO, PT Dll Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian Pemberdayaan keluarga miskin melalui pendekatan diarahkan kepada kemampuan di dalam memberdayakan keluarga miskin tersebut. Maksudnya adalah dengan adanya eksistensi yang diikuti oleh tiap-tiap kepala keluarga atau anggota keluarganya mampu tercipta sebuah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental khususnya pola peningkatan keberdayaan keluarga. dalam hal ini merupakan sebuah kekuatan bagi keluarga miskin yang akan membantu memecahkan masalah masalah yang berhubungan dengan pola perubahan khususnya dalam beradaptasi, pencapaian tujuan, berintegrasi dan memiliki sistem nilai yang baik. Keberdayaan keluarga dalam keluarga miskin sangat diperlukan agar tiap - tiap
59 keluarga miskin tersebut dapat memiliki akses yang kuat dalam hal akses informasi, akses ekonomi, akses pelayanan publik, akses pasar serta akses akses lainnya. Dengan demikian dengan adanya keberdayaan keluarga bagi keluarga miskin tersebut, pada akhirnya akan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Tingkat kesejahteraan keluarga sebagai peubah tidak bebas (Y2) sangat ditentukan oleh peubah keberdayaan keluarga (Y1). Peubah keberdayaan keluarga tersebut sangat ditentukan oleh beberapa peubah bebas yang mempengaruhi antara lain:karakteristik individu (X1), karakteristik (X2), lingkungan keluarga (X3), lingkungan sosial (X4), dan intervensi pemberdayaan (X5). Secara skematis keterkaitan antar peubah dalam mendesain model pemberdayaan keluarga melalui pendekatan di dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Jakarta Utara dan Kota Bekasi, dapat dilihat pada Gambar 3. X1 Karakteristik Individu: X1.1. Pendidikan formal X1.2.Pendidikan non- Formal X1.3. Usia X1.4.Jumlah Tanggungan Keluarga X5 Intervensi Pemberdayaan: X5.1.Ketepatan Proses X5.2.Tingkat Kewenangan X5.3.Dukungan Fasilitasi X2 Karakteristik : X2.1. Kepemimpinan X2.2. Kedinamisan X2.3.Intensitas Komunikasi Antar X3 Sumber Daya Keluarga: X3.1. Dukungan Sumber Daya Fisik X3.2.Dukungan Sumber Daya Non Fisik Y1 Keberdayaan Keluarga: Y1.1. Tingkat Adaptasi Y1.2.Tingkat Pencapaian Tujuan Y1.3. Tingkat Integrasi Y1.4.Tingkat latensi X4 Lingkungan Sosial: X4.1.Dampak Negatif Kebijakan X4.2.Ketersediaan Sumberdaya ekonomi X4.3.Ketersediaan Sumberdaya Sosial X4.4.Peran Media Massa X4.5.Dukungan Jaringan Usaha X4.6. Peluang Kemitraan X4.7. Pengaruh Kultural Y2 Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Y2.1.Tingkat Pendapatan Y2.2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Y2.3. Pemenuhan Kebutuhan Sekunder Y2.4. Pemenuhan Kebutuhan Tertier Y2.5. Kesinambungan Usaha Y2.6. Ketepatan Pengelolaan Keuangan Gambar 3. Keterkaitan antar peubah yang berpengaruh terhadap keberdayaan keluarga miskin dalam meningkatkan kesejahteraannya
60 Guna memperjelas kerangka berpikir di atas terdapat beberapa paradigma beberapa konsep utama dalam kerangka berpikir di atas antara lain: (1) Paradigma karakteristik, (2) Paradigma keberdayaan keluarga, (3) Paradigma intervensi pemberdayaan, dan (4) Paradigma sumber daya keluarga: (1) Karakteristik merupakan suatu keadaan suatu dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam yang dapat membuka perilaku dan anggotaanggotanya (tabel 2). Tabel 2. Paradigma Karakteristik No. Indikator tidak berdaya Berdaya 1. Kepemimpinan 1. Pemimpin terlalu membebaskan anggota nya 1. Pemimpin memiliki kemampuan untuk menggerakkan anggota nya 2. Kedinamisan 2. Pemimpin terlalu mengandalkan hubungan yang personal kepada anggota tertentu 3. Pemimpin tidak memiliki informasi yang strategis bagi anggota nya 4. Pemimpin membebaskan anggota untuk mengambil keputusan yang tidak terarah 1. Anggota lebih mementingkan tujuan pribadi 2. Tidak terdapat pembagian tugas yang jelas 2. Pemimpin memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan hubungan interpersonal dengan anggota 3. Pemimpin memiliki kemampuan dalam memberikan informasi yang tepat kepada anggota 4. Pemimpin memiliki kemampuan untuk Memfasilitasi pengambilan keputusan secara tepat 1. Anggota memiliki keinginan yang kuat untuk 2. Terdapat tugas yang jelas dalam
61 Tabel 2. (Lanjutan) No. Indikator tidak berdaya Berdaya 3. Anggota lebih mementingkan tujuan pribadi 3. Anggota memiliki keinginan yang kuat untuk 4. Tidak terdapat pembagian tugas yang jelas 5. Pemimpin apatis terhadap anggota 6. Anggota bekerja sendiri-sendiri 7. Tidak memiliki pola kerja yang jelas antar anggota 8. Suasana kerja tidak kondusif 7. mengembangkan konflik yang merusak 8. Terdapat keinginan yang kuat untuk bekerja secara individual 4. Terdapat tugas yang jelas dalam 5. Pemimpin melakukan pemberdayaan terhadap anggota 6. Anggota memiliki kerja sama yang kuat 7. memiliki pola kerja sama yang konsisten 8. Terdapat suasana kerja yang harmonis dalam 7. Anggota menghindari konflik yang merusak hubungan antar anggota 8. Anggota memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan 9. Lebih memfokuskan pada kepentingan masing-masing individu 3. Komunikasi 1. Anggota menerapkan komunikasi yang kaku 2. Kurang ada penghargaan antara anggota terhadap informasi 3. Memiliki tingkat kerja sama yang rendah antar anggota 4. Antar anggota saling tidak peduli antara yang satu dengan yang lain 9. Anggota memiliki komitmen untuk membesarkan 1. Memiliki tingkat intensitas interaksi yang tinggi antar anggota 2. Memiliki tingkat keeratan yang tinggi antar anggota 3. Memiliki tingkat kerja sama yang tinggi antar anggota 4. Memiliki saling pengertian yang tinggi antar anggota
62 (2) Keberdayaan keluarga merupakan kemampuan dari keluarga miskin untuk tetap bertahan hidup hidup, berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada lingkungan yang ada di sekitar keluarga sehingga mampu mencari alternatif di dalam memecahkan masalah yang dihadapi (tabel 3). Tabel 3. Paradigma Keberdayaan Keluarga No. Indikator Keluarga Tidak Berdaya Keluarga Berdaya 1. Kemampuan adaptasi 1. Keluarga Tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan 1. Keluarga mampu menyesuaikan dengan lingkungan 2. Kemampuan keluarga 3. Kemampuan berintegrasi 2. Keluarga lebih berorientasi ke masa lampau 3. Keluarga tidak mampu mengelola sumber daya keluarga 1. Keluarga tidak mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi 2. Keluarga tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sosial 1. Keluarga apatis terhadap aktivitas keluarganya 2.Keluarga tidak memiliki nilai-nilai yang kuat yang dijunjung tinggi keluarga. 2. Keluarga mampu merubah orientasi ke masa kini dan masa depan 3. Keluarga mampu memanfaatkan sumber daya keluarga secara terarah 1. Keluarga mampu mendapatkan penghasilan yang layak 2. Keluarga mampu sosial 1. Keluarga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap aktivitas keluarganya 2.Keluarga memegang teguh nilai-nilai moral yang tinggi. 4. Tingkat Latensi 1. Antar anggota keluarga memiliki sikap saling curiga 2. Saling menjatuhkan antar anggota keluarga 3. Antar anggota keluarga bersikap egois 4. Anggota selalu berpikir stagnan 1. Keluarga memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap anggota keluarga 2. Antar anggota keluarga memiliki persaingan yang sehat untuk maju 3. Antar anggota keluarga memiliki kerja sama yang kuat 4. Anggota keluarga memiliki kesadaran untuk maju.
63 (3) Intervensi pemberdayaan merupakan Intervensi pemberdayaan adalah pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga lembaga formal baik oleh pihak pemerintah, swasta, NGO (Non Goverment Organization), perguruan tinggi dengan tujuan untuk merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota keluarga miskin sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga (tabel 4). Tabel 4. Paradigma Intervensi Pemberdayaan No. Indikator Intervensi Memperdayakan Intervensi Pemberdayaan 1. Ketepatan proses 1. Kegiatan yang tidak mengarah kepada pengelolaan sumber daya ekonomi 1. Serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya ekonomi 2. Kegiatan yang diarahkan kepada kepentingan konsumtif 3. Modal usaha bercampur baur dengan kegiatan konsumtif keluarga 4. Jaringan usaha yang sangat terbatas 5. Kemampuan pengelolaan organisasi yang sangat terbatas 2. Tingkat kewenangan 1. Keluarga sangat bergantung kepada pihak lain 2. Keluarga menjadi tidak teratur dengan program yang dijalankan 2. Mengembangkan kegiatan pengelolaan usaha 3. Pengelolaan pengembangan modal usaha 4. Pengelolaan pengembangan jaringan usaha 5. Keahlian pengelolaan organisasi 1. Keluarga mampu memahami kegiatan pemberdayaan 2. Keluarga secara mendiri menjalankan program pemberdayaan 3. Dukungan fasilitasi 1. Tidak memiliki dukungan usaha yang memadai dari pihak luar 2. Tidak berhubungan dengan pihak luar 1. Terdapat dukungan usaha dari pihak luar 2. Terdapat frekuensi yang tinggi khususnya dana stimulus dari pihak luar (4) Sumber daya keluarga merupakan sejumlah sumber daya yang ada dalam keluarga yang sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas keluarga, baik yang berhubungan dengan aktivitas di dalam keluarga miskin ataupun yang terkait dengan aktivitas di luar keluarga miskin itu sendiri (tabel 5).
64 Tabel 5. Paradigma Sumber Daya Keluarga No. Indikator Sumber Daya Keluarga yang Tidak Potensial 1. Dukungan sumber 1. Kondisi rumah yang daya fisik sangat kumuh 2. Tiap-tiap kamar diisi oleh banyak orang 2. Dukungan sumber daya non fisik 3. Luas tanah rumah yang sempit 4. Posisi rumah yang terpencil jauh dari akses fasilitas umum 1. Antar anggota keluarga memiliki tingkat konflik yang tinggi 2. Antar anggota keluarga terlalu egois 3. Terdapat persaingan yang tidak sehat dengan keluarga lain 4. Antar keluarga saling mendominasi antara yang satu dengan yang lain 5. Anggota keluarga tidak peduli terhadap pendidikan Sumber Daya Keluarga yang Potensial 1. Memiliki rumah yang serasi 2. Masing-masing anggota keluarga memiliki kamar sendiri 3. Memiliki tanah rumah yang luas 4. Posisi rumah yang strategis 1. Memiliki rasa saling percaya antar anggota keluarga 2. Terdapat komunikasi yang intensif antar anggota keluarga 3. Terdapat komunikasi yang intensif dengan keluarga lain 4. Antar anggota keluarga terdapat keserasian koordinasi 5. Anggota keluarga memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan Hipotesis Untuk menjawab masalah penelitian ini, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Karakteristik dan intervensi pemberdayaan berpengaruh secara nyata terhadap keberdayaan keluarga. (2) Karakteristik individu, sumber daya keluarga, dan lingkungan sosial berpengaruh secara nyata terhadap keberdayaan keluarga. (3) Keberdayaan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga.