PEMEKARAN KOTA DAN PERKEMBANGAN LUAS AREA PERUMAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR JALAN MANADO- BITUNG DI KECAMATAN KALAWAT

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kondisi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

WALIKOTA PROBOLINGGO

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA TIDORE

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SUSUN

DAFTAR ISI Julimawati, 2014 Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Baleendah

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang

BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

Transkripsi:

PEMEKARAN KOTA DAN PERKEMBANGAN LUAS AREA PERUMAHAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari hasil observasi. Hasil pengolahan data tersebut dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hasil penelitian tersebut adalah kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage, pengaruh pemekaran kota terhadap perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage, dan pola perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage sebagai akibat pemekaran kota. Kecepatan Perkembangan Luas Area Perumahan Interpretasi data yang diperoleh dari basil survey lapangan dan studi dokumentasi, menunjukkan adanya peningkatan kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage. Secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut: Kecepatan Perkembangan Sebelum Pemekaran Kota Berdasarkan data dapat dilihat bahwa jumlah Luas area pembangunan perumahan selama _ecade sebelum pemekaran kota (tahun 1978-1987) adalah sebesar 173.690 m 2. Luas area pembangunan perumahan yang paling tinggi sebesar 63.695 m 2 terjadi pada tahun 1987, sedangkan luas area pembangunan perumahan yang paling rendah sebesar 2.745 m 2` terjadi pada tahun 1981. Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage Kotamadya Bandung sebelum pemekaran kota rata-ratanya adalah sebesar 6,67%. Secara lebih rinci dapat kita amati bahwa kecepatan perkembangan luas area perumahan yang paling tinggi sebesar 23,6% terjadi pada tahun 1981 ke tahun 1982, sedangkan kecepatan perkembangan luas area perumahan yang paling rendah sebesar -19,87% terjadi pada tahun 1979 ke tahun 1980. Selanjutnya kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage sebelum pemekaran kota dapat dilihat pada gambar 5.1. Dan gambar tersebut dapat kita lihat bahwa grafiknya landai, ini menunjukkan bahwa kecepatan perkembangan luas area perumahan sebelum pemekaran kota adalah lambat. Hal ini sesuai dengan data sebelumnya yang menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan luas area perumahan sebesar 17.369 m /tahun dan rata-rata kecepatan perkembangan luas area perumahan tersebut sebesar 6,67%. Kecepatan Perkembangan Luas Area Setelah Pemekaran Kota Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa jumlah luas area pembangunan perumahan selama dekade setelah pemekaran kota (tahun 1988-1997) adalah sebesar 38

2.120.037 m 2 dan rata-ratanya sebesar 212.003,7 m 2. Luas area pembangunan perumahan yang paling tinggi sebesar 557.811 m 2 terjadi pada tahun 1997, sedangkan luas area pembangunan perumahan yang paling rendah sebesar 4.280 m 2 terjadi pada tahun 1988. Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage setelah pemekaran kota rata-ratanya adalah sebesar 7,65%. Secara lebih rinci dapat kita amati bahwa kecepatan perkembangan luas area perumahan yang paling tinggi sebesar 51.78% terjadi dari tahun 1991 ke tahun 1993, sedangkan kecepatan perkembangan luas area perumahan yang paling rendah sebesar -16,82% terjadi dari tahun 1994 ke tahun 1995. Selaujutnya kecepatan perkembangan luas area perumahan dl wilayah Gedebage setelah pemekaran kota dapat dilihat pada gambar 5.2. Dari gambar tersebut kita lihat bahwa grafiknya cukup curam, ini menunjukkan bahwa kecepatan perkembangan luas area perumahan selama dekade setelah pemekaran kota (1988-1997) cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan data sebelumnya yang menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan luas area perumahan sebesar 212.003,7 m 2 /tahun dan rata-rata kecepatan perkembangan luas area perumahan tersebut sebesar 7,65%. 200000 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 Gambar 5.1 Diagram Perkembangan Luas Area Perumahan di Wilayah Gedebage Sebelum Pemekaran Kota Sumber : Ijin Lokasi dari Kantor Wilayah Gedebage 39

2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 Gambar 5.2 Diagram Perkembangan Luas Area Perumahan di Wilayah Gedebage Setelah Pemekaran Kota Sumber : Ijin Lokasi dari Kantor Wilayah Gedebage Perbandingan Kecepatan Perkembangan Luas Area Perumahan Setelah Pemekaran Kota dengan Sebelum Pemekaran Kota Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage Kotamadya Bandung yang lebih tinggi terjadi setelah pemekaran kota, ini dapat dilihat dari jumlah luas area pembangunan perumahan selama dekade setelah pemekaran kota (1988-1997) sebesar 2.120.037 m 2 dan rata-ratanya sebesar 212.003,7 m 2`/tahun (lampiran A.2). Sedangkan jumlah luas area pembangunan perumahan selama dekade sebelurn pemekaran kota (1978-1987) sebesar 173.690 m 2 dan rata-ratanya sebesar 17.369 m 2./tahun. Permasalahan selanjutnya apakah perbedaan luas area pembangunan perumahan per tahun sebelum dan setelah pemekaran kota tersebut memiliki perbedaan yang sigmifikan secara statistik atau tidak? Untuk menjawab persoalan tersebut maka perlu dilakukan uji statistik. Uji statistik tersebut selain untuk mengetahui signifikansi dari kedua nilai rata-rata tersebut, juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Uji statistik yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata rata dengan menggunakan model statistik-t gabungan. Menurut Nick Moore (1995), hipotesis yang akan diuji harus dinyatakan dalam hipotesis statistik (Ho). Hipotesis statistik merupakan pernyataan negatif (kebalikan) dari hipotesis yang kita kemukakan. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa adanya peningkatan kecepatan 40

perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage Kotamadya Bandung sebagai akibat dari pemekaran kota. Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage tersebut rata-rata sebesar 7,65%. Selanjutnya perbandingan peningkatan kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage Kotamadya Bandung sebelum dan setelah pemekaran kota dapat dilihat pada gambar 5.3. Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa grafik perkembangan luas area perumahan setelah pemekaran kota lebih curam jika dibandingkan dengan grafik perkembangan luas area perumahan sebelum pemekaran kota. Ini menunjukkan bahwa kecepatan perkembangan luas area perumahan setelah pernekaran kota lebih cepat bila dibandingkan dengan kecepatan perkembangan luas area perumahan sebelum pemekaran kota. Hal ini didukung oleh hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya. Pengaruh Pemekaran Kota terhadap Perkembangan Luas Area Perumahan Bagian ini akan membahas berapa besar pengaruh pemekaran kota terhadap perkembangan luas area perumahan ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi. Untuk menentukan koefisien determinasi pertama-tama kita harus menghitung koefisien korelasi. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan program statistik yang dimiliki Microsoft Excel. Setelah diperoleh harga koefisien korelasi, kemudian dihitung koefisien determinasi dengan menggunakan rumus : d= r 2 x 100% Variabel pemekaran kota akan dianalisis dengan menggunakan parameter pemekaran kota. Pengaruh pemekaran kota terhadap peningkatan perkembangan luas area perumahan akan dihitung dari pengaruh parameter dan faktor yang mempercepat pemekaran kota terhadap perkembangan luas area perumahan secara sendiri-sendiri. Setelah dihitung tiap-tiap parameter dan faktor yang mempercepat kemudian dicari koefisien determinasi total yang menunjukkan besarnya pengaruh dari pemekaran kota terhadap peningkatan perkembangan lokasi perumahan. Hubungan Antara Aksesibilitas dengan Perkembangan Luas Area Perumahan Hubungan antara aksesibilitas dengan perkembangan luas area perumahan diperoleh dari nilai koefisien korelasi dengan parameter-parameter selain aksesibilitas dikontrol (dianggap konstans). Hubungan antara aksesibilitas (dengan parameter lain dikontrol) dengan perkembangan luas area perumahan adalah sebesesar 0,84 dan dapat dikategorikan hubungan yang tinggi. Aksesibilitas dapat mempunyai makna kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau kita lihat data yang berhubungan dengan aksesibilitas (lampiran B.2, peta wilayah Gedebage, dan peta Kotamadya Bandung), dapat disimpulkan bahwa aksesbilitas untuk mencapai wilayah Gedebage mudah. Kemudahan tersebut dapat terlihat dari adanya jalan Sukarno-Hatta (by Pass), adanya pintu tol Mohammad Toha dan pintu tol Buah Batu, pelebaran jalan Terusan jalan Buah Batu dan terusan 41

jalan Kiaracondong dan jalan-jalan lainnya. Hubungan Antara Fasilitas dengan Perkembangan Luas Area Perumahan Hubungan antara fasilitas dengan perkembangan luas area perumahan diperoleh dari nilai koefisien korelasi dengan paramater-parameter selain fasilitas dikontrol (dianggap konstan). Hubungan antara (dengan parameter lain dikontrol) terhadap perkembangan luas area perumahan adalah sebesar 0,68 dan dapat dikatagorikan hubungan yang cukup. Fasilitas yang dimaksud disini adalah fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di wilayah Gedebage. Data mengenai fasilitas tersebut dapat dilihat pada lampiran B.4, B.6 dan B.8. Data tersebut berupa sarana perekonomian, pendidikan, lapangan olah raga, taman rekreasi, jalur hijau, kuburan, sarana keagamaan, dan industri. Hubungan Antara Infrastruktur dengan Perkembangan Luas Area Perumahan Hubungan antara infrastruktur dengan perkembangan luas area perumahan diperoleh dari nilai koefisien korelasi dengan paramater-parameter selain infrastruktur dikontrol (dibuat konstan). Hubungan antara infrastruktur (dengan parameter lain dikontrol) dengan perkembangan luas area perumahan adalah sebesar 0,96 (lampiran B. 1) dan dapat dikatagorikan hubungan yang tinggi. Data mengenai infrastruktur dapat dilihat pada lampiran B.3, B.7 dan B.9. Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa jaringan telepon, listrik, air(pam), juga termasuk sarana jalan dan jembatan. Hubungan Antara Perkembangan Penduduk dengan Perkembangan Luas Area Perumahan Hubungan antara perkembangan penduduk dengan perkembangan luas area perumahan diperoleh dari nilai koefisien korelasi dengan paramater-parameter selain perkembangan penduduk dikontrol (dibuat konstan). Hubungan antara perkembangan penduduk (dengan parameter lain dikontrol) terhadap perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage adalah sebesar 0,95 (lampiran B. 1) dan dapat dikatagorikan hubungan yang tinggi. Pengaruh Minat Developer terhadap Perkembangan Luas Area Perumahan Minat investor merupakan hal yang penting untuk diberi penekanan pada penelitian ini, karena dalam penelitian ini adalah perumahan yang dibangun oleh pengembang. Hal-hal yang mempengaruhi minat pengembang untuk membangun lokasi perumahan antara lain fasilitas, infrastruktur, aksesibilitas, harga, ketersediaan lahan, tata guna tanah, topografi, dll. Data mengenai minat pengembang terhadap pembangunan suatu kawasan perumahan selain diperoleh dari data hasil studi dokumentasi juga data yang secara khusus diperoleh dari hasil penyebaran angket kepada pengembang. Data hasil penyebaran angket dapat dilihat pada lampiran B. 15. Secara lebih rinci data dari : angket 42

tersebut adalah sebagai berikut : 1. Untuk pertanyaan tentang mudahnya pembebasan lahan untuk lokasi perumahan di wilayah Gedebage, Responden sebanyak 21 orang, 76,19% menjawab ya, berarti dapat dikategorikan bahwa pembebasan lahan untuk lokasi perumahan di wilayah Gedebage cukup mudah. 2) Untuk pertanyaan tentang klasifikasi harga tanah untuk lokasi perumahan di wilayah Gedebage dapat dikategorikan rendah, responden 21 orang, 66,67% menjawab ya, berarti dapat dikategorikan bahwa kebanyakan/sebagian besar tanah di wilayah Gedebage dapat diklasifikasikan harganya rendah. Pernyataan ini diperkuat oleh data mengenai harga dasar tanah di Kotamadya Bandung. Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian besar tanah di wilayah Gedebage berada pada kelas lima dan kelas enam, bahkan ada yang masuk kelas tujuh. 3) Untuk pertanyaan tentang ketersediaan lahan untuk lokasi perumahan, responden 21 orang, 90,48% menjawab ya, berarti bahwa lahan untuk lokasi perumahan di wilayah Gedebage masih tersedia cukup banyak. Data tersebut didukung oleh RDTRK Koatamadya Bandung yang menyatakan bahwa fungsi wilayah Gedebage diperuntukkan bagi pusat pemukiman, pusat kegiatan jasa perkantoran, pusat industri, pusat kegiatan ekspor impor, pusat wilayah dan peruntukan daerah khusus. 4) Untuk pertanyaan mengenai jarak wilayah Gedebage ke pusat kota Bandung kurang dari 20 km, responden 21 orang, 80.95% menjawab ya. Ini berarti bahwa kebanyakan dari mereka menyatakan bahwa jarak lokasi perumahan di wilayah Gedebage tidak terlalu jauh dari pusat kota. 5) Untuk pertanyaan mengenai ketersediaan angkutan umum ke lokasi perumahan, responden 21 orang, 80,95% memberikan jawabab ya. Ini dapat kita artikan bahwa angkutan umum untuk mencapai lokasi perumahan cukup tersedia. 6) Untuk pertanyaan mengenai kemudahan mencapai pusat kota, responden 21 orang, 85,71 % memberikan jawaban ya. Ini bisa kita artikan bahwa untuk mencapai pusat kota cukup mudah. Kemudahan ini diantaranya karena ditunjang oleh sarana angkutan umum yang tersedia dan sarana jalan yang sudah cukup memadai (lampiran B.2). 7) Untuk pertanyaan tentang ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 80,95% memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa fasilitas umum dan sosial di wilayah Gedebage tersedia. Pertanyaan ini didukung oleh data yang dapat dilihat pada lampiran B.4, B.6 dan B.8. 8) Untuk pertanyaan tentang ketersediaan infrastruktur yang mendukung perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 85,71 % memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa infrastruktur yang mendukung perkembangan lokasi perumahan telah tersedia. 9) Untuk pertanyaan tentang kemudahan memperoleh ijin prinsip, ijin lokasi dan ijin bangunan, responden 21 orang, 90,48% memberikan jawaban ya. Ini dapat 43

kita artikan bahwa untuk memperoleh ijin prinsip, ijin lokasi dan ijin bangunan di wilayah Gedebage cukup mudah. 10) Untuk pertanyaan tentang peruntukan wilayah Gedebage untuk lokasi perumahan, responden 21 orang, 95,24% memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa wilayah Gedebage sebagian besar diperuntukkan untuk perumahan. Pernyataan ini dapat didukung oleh kenyataan bahwa memang wilayah Gedebage mempunyai fungsi utama sebagai pusat pemukiman. 11) Untuk pertanyaan tentang "apakah wilayah Gedebage mempunyai RDTRK?", responden 21 orang, 100% memberikan jawaban ya. 12) Untuk pertanyaan tentang minat konsumen tinggal di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 80,95% memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa minat konsumen untuk tinggal di perumahan yang ada di wilayah Gedebage masih cukup tinggi. Hal ini diperkuat pula dengan data yang menunjukkan bahwa setiap rumah yang dihangun telah habis dibeli oleh konsumen. 13) Untuk pertanyaan tentang operasonalisasi/pelaksanaan pembangunan perumahan (tenaga kerja, bahan bangunan), responden 21 orang, 90,48% memberikan jawaban ya. Ini menunjukkan bahwa untuk operasionalisasi pembangunan perumahan dl wilayah Gedebage cukup mudah. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa balk tenaga kerja atau material bahan bangunan dengan mudah dapat diperoleh disekitar lokasi pembangunan perumahan yang ada di wilayah Gedebage tersebut. 14) Untuk pertanyaan tentang dukungan keadaan topografi wilayah Gedebage untuk pengembangan perumahan, responden 21 orang, 90,48% memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa keadaan topografi wilayah Gedebage mendukung untuk pengembangan lokasi perumahan. Hal ini bisa ditunjukkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar wilayah Gedebage berupa daerah _yang datar dan jarang sekali ditemukan bukit. 15) Untuk pertanyaan tentang dukungan keadaan geografis wilayah Gedebage untuk pengembangan perumahan, responden 21 orang, 90,48% memberikan jawaban ya. Ini dapat kita artikan bahwa keadaan geografi wilayah Gedebage mendukung untuk pengembangan lokasi perumahan. 16) Untuk pertanyaan tentang kelayakan profit dari hasil usaha bidang perumahan di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 85,71% memberikan jawaban ya. Ini menunjukkan hahwa profit hasil usaha bidang perumahan di wilayah Gedebage masih cukup layak. 17) Untuk pertanyaan tentang status kepemilikan lahan (tanah adat, SHM), responden 21 orang; 80,95% memberikan jawaban ya. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan status kepemilikan lahan yang ada di wilayah Gedebage sudah jelas (tanah adat, SHM). Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh dari kantor Wilayah Gedebage dan BPN (lampiran tentang status kepemilikan lahan) yang menunjukkan bahwa kebanyakan lahan yang ada di wilayah 44

Gedebage kepemilikannya sudah jelas balk SHM atau tanah adat. 18) Untuk pertanyaan tentang image/persepsi konsumen terhadap lokasi perumahan di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 80,95% memberikan jawaban ya. Ini berarti bahwa persepsi konsumen terhadap lokasi perumahan di wilayah Gedebage cukup balk. 19) Untuk pertanyaan tentang status konsumen apabila memiliki/tinggal di perumahan yang ada di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 80,95% memberikan jawaban ya. ini menunjukkan bahwa konsumen yang tinggal di perumahan yang berlokasi di wilayah Gedebage merasa mempunyai status yang cukup balk. 20) Untuk pertanyaan tentang daya scrap pasar yang dibangun oleh developer di wilayah Gedebage, responden 21 orang, 95,24% memberikan jawaban ya. Ini menunjukkan bahwa daya serap pasar perumahan di wilayah Gedebage cukup tinggi. Hal ini bisa kita lihat dari data tentang kebutuhan dan suplai perumahan (tabel 3.2.1). Secara keseluruhan bisa kita lihat bahwa minat investor untuk membangun rumah di wilayah Gedebage cukup tinggi. Ini bisa kita lihat dari data-data untuk tiap indikator yang menunjukkan minat developer yang berkisar antara 66,67% - 100% atau secara rata-rata sebesar 85,48%. (lampiran B. 15) Pertanyaan kita selanjutnya adalah Bagaimana pengaruh minat investor terhadap perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage? Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa minat developer dipengaruhi oleh banyak hal misalnya aksesibilitas, infrastruktur, fasilitas, dll. Dari pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa pengaruh dari aksesibilitas, infrastruktur, fasilitas terhadap perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage cukup tinggi. Hal ini dan hasil dari angket menunjukkan indikasi bahwa pengaruh dari minat investor terhadap perkembangan lokasi perumahan juga tinggi. Pengaruh pemekaran kota terhadap perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage, seperti telah dijelaskan sebelumnya akan ditentukan oleh pengaruh parameter dari pemekaran kota terhadap perkembangan lokasi perumahan tersebut. Pengaruh pemekaran kota terhadap perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi, yaitu sebesar 89,29% (lampiran B.1). Hal ini menunjukkan bahwa 89,29% perkembangan lokasi perumahan ditentukan/sebagai akibat dari pemekaran kota sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pola Perkembangan Luas Area Perumahan Dari gambar (gb.5.4) tentang pola perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage akibat pemekaran kota menunjukkan bahwa pola yang terjadi adalah pola yang tidak jelas, bahkan mendekati pola urban sprawl (semerawut) dimana pola perkembangan lokasi perumahan lebih cenderung mengikuti kalangan "swasta". Perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage tidak terorganisasi dengan balk. 45

Lokasi perumahan yang tercipta hanyalah kantong-kantong perumahan yang terlepas satu sama lain, yang akan menyulitkan penataan kembali kawasan perumahan. Itulah sebabnya mengapa seolah-olah terdapat kesan, perencanaan umum tata ruang (RUTR) ditentukan oleh kalangan swasta/bisnis. Dengan demikian pola perkembangan lokasi yang terjadi mengalir mengikuti peluang-peluang yang ada di lapangan. Kalangan bisnis hanya melihat di lapangan ada peluang bisnis, transportasi yang mudah dicapai, perizinan yang bisa diperoleh dan lain-lain, sehingga terjadilah penentuan lokasi perumahan sesuai keinginan pengembang. Tampaknya hal tersebut tidak disebabkan oleh faktor kesengajaan, namun lebih pada inkonsistensi dalam perencanaan yang telah ditetapkan. Dari kenyataan dl lapangan menunjukkan bahwa pola perkembangan lokasi perumahan di wilayah Gedebage tidak mengikuti teori pola perkembangan lokasi perumahan secara utuh. 46