Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
Aida Ratna Zulaiha Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

DASAR NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LKPP. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

Bersatu Mengawal Pengadaan Yang Bebas Korupsi

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

DISKUSI ALTERNATIF SOLUSI PENYELESAIAN SANGGAH/SANGGAHAN BANDING DAN PENGADUAN PENGADAAN

BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI PERPRES NO. 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

Daftar Isi. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

Definisi Unit Layanan Pengadaan

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN WONOSOBO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2017

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

1. Latar Belakang I /1-17

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

Matriks Perbedaan Antara Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 (Bagian 1)

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

PENGANTAR E-PROCUREMENT

UNIT LAYANAN PENGADAAN BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BEKASI 2014

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PENGANTAR E-PROCUREMENT

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5655); 2. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR: TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

ARTI PENTINGNYA PENGENDALIAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya

Transkripsi:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan Hasil Kajian Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

4 3 Penutup 2 Temuan dan Rekomendasi 1 Akar Masalah Korupsi PBJ di Indonesia Pendahuluan

I. PENDAHULUAN

4

Tujuan Tujuan secara umum: mendorong menutup celah potensi korupsi yang terkait dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Memetakan akar masalah terkait Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Memetakan titik-titik rawan pada regulasi, pelaksanaan, pengawasan, dan penganggaran terkait Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Menyusun saran rekomendasi untuk menutup titik rawan pada pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Menyusun saran rekomendasi strategis terkait Pencegahan Korupsi pada Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Nasional 5

Metode Kajian 1.1 Studi Literatur 1. Pengumpulan Data Awal 1.2 Wawancara Mendalam 1.3 FGD Pakar: Merumuskan Akar Masalah Korupsi PBJ Akar Masalah Korupsi PBJ di Indonesia 2.1 Penyusunan Instrumen Kajian Saran dan Rekomendasi Untuk Pencegahan Korupsi PBJ Pemerintah 2. Field Review 2.2 Corruption Impact Assesment (CIA) Regulasi PBJ 2.3 Verifikasi hasil CIA dengan kondisi lapangan 2.4 Konfirmasi kepada Pakar/ Lembaga 2.5 Field Review instansi yang menjadi sampling (mengikuti business process) 2.6 Konfirmasi kepada Pakar/Lembaga 3. Analisis Kasus Inkracht KPK 3.1.Analisis Hasil Field Review dan Kasus Inkracht KPK Temuan Potensi Masalah Pada Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 6

Batasan PBJ Pemerintah Dalam Kajian PBJ dalam penelitian ini didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan* yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang dan jasa dengan menggunakan dana rupiah murni dalam APBN/APBD *Serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan hingga evaluasi. Kata kunci: transparansi, berbasis kebutuhan, kompetisi yang sehat, efisien (harga terbaik/economically advantageous price/value for money), efektif (sesuai tujuan), 7

II. AKAR MASALAH KORUPSI PADA PBJ

Rendahnya Kualitas Barang/Jasa Pemerintah Akar Masalah Korupsi Pada PBJ EFFECTS Kerugian Keuangan Negara Rendahnya nilai Manfaat yang didapatkan CENTRAL PROBLEM TINGGINYA KORUPSI PADA PBJ PEMERINTAH CAUSES Regulasi Sistem perundangan berbenturan, multitafsir, tumpang tindih, tidak kuat, tidak aplikatif. Perencanaan & Penganggaran 1. Stakeholders (oknum) perencanaan tidak berintegritas (mens rea) 2. Proses perencanaan tidak transparan 1. Organisasi pelaksana PBJ tidak berintegritas (mens rea) 2. Intervensi eksternal dlm PBJ Pelaksanaan 3. Individu tidak berintegritas (koruptif dan tdk independen) 4. Kelemahan sistem SDM 5. Keterbatasan informasi harga pasar 6. Kolusi antara penyedia/vendor 7. Sistem screening di K/L/D tidak menyaring vendor yang berintegritas 8. Intervensi pada proses pemilihan 9penyedia Pengawasan Pengawasan bersifat reaktif, tidak proaktif, 9

III. TEMUAN DAN REKOMENDASI PBJ

Tindak Pidana Korupsi PBJ TAHAPAN PROSES PBJ Pada proses mana korupsi banyak terjadi? Setelah ada Perpres PBJ Sebelum ada Perpres PBJ Proses Perencanaan Anggaran Perencanaan Persiapan PBJ Pemerintah Pelaksanaan PBJ Pemerintah Proses Serah Terima dan Pembayaran Proses Pengawasan dan Pertanggungjawaban o30 perkara, o66 terpidana, okerugian negara (BPK/BPKP) 1,15 T ouang pengganti (inkracht) 332,4 M Unsur: DPR/DPRD, Kepala K/L/Pemda (KPA/satker), Kemenkeu, PPK, Pimpro/Pokja ULP, Pengusaha/vendor o 12 perkara, o 33 terpidana, o Kerugian negara (BPK/BPKP 165,8 M o Uang pengganti (inkracht) 75,1 M Unsur: PPK, PIMPRO/POKJA ULP, LPSE, Panitia Penerima Barang, Pengusaha/vendor o 3 perkara o 8 terpidana Unsur: PPK, Pimpro/ POKJA ULP, BPK/BPKP, Penegak hukum 11

Tindak Pidana Korupsi PBJ Modus umum korupsi Bagaimana modus korupsi yang dilakukan? Proses Perencanaan Anggaran Perencanaan Persiapan PBJ Pemerintah Pelaksanaan PBJ Pemerintah Proses Serah Terima dan Pembayaran Proses Pengawasan dan Pertanggungjawaban oproyek/paket sudah dijual terlebih dahulu kepada vendor sebelum anggaran disetujui atau disahkan. Pengadaan tidak sesuai dengan kebutuhan (rekayasa dokumen). opersekongkolan antara DPR, pihak K/L (KPA), dan Vendor. Proaktif bisa dilakukan oleh DPR, K/L, atau vendor. ohps dan spek teknis dibuat oleh vendor omark up harga osuap kepada pihak-pihak terkait omanipulasi pemilihan pemenang. o Pengumuman terbatas o Manipulasi pemilihan pemenang o Manipulasi dokumen lelang. o HPS dan spek teknis dibuat oleh vendor o Mark up harga o Suap kepada pihak-pihak terkait o Persekongkolan KPA, PPK, Pokja ULP/Pimpro, PPHP, Bendahara. o Manipulasi dokumen serah terima o Suap kepada auditor (BPK atau BPKP) untuk menghilangkan temuan audit o Suap kepada penegak hukum untuk meringankan hukuman 12

Rekomendasi Rekomendasi Penyempurnaan Sistem PBJ Nasional 1. Kajian Sentralisasi PBJ dengan Batasan Tertentu 2. Integrasi antara Perencanaan dan Penganggaran PBJ Pelaksanaan Teknis sebagai Pendukung Penyempurnaan Sistem PBJ Nasional 1. Pengembangan Perangkat Pendukung 2. Kualitas SDM PBJ 3. Kualitas Penyedia Barang dan Jasa 4. Pengawasan PBJ 13

Rekomendasi Strategis 1. Kajian Sentralisasi PBJ dengan Batasan Tertentu Permasalahan: 1. Jenis barang dan jasa yang dihasilkan tidak terstandarisasi 2. Peluang Penyimpangan pengadaan yang bernilai besar, kompleks dan strategis (Modus TPK KPK : Kasus Wisma Atlet karena panitia tidak paham teknis konstruksi, HPS dan spek teknis dibuat oleh vendor, merekrut tenaga ahli swasta yang merupakan vendor peserta lelang) Peraturan Pendukung : - Best practice di negara lain yaitu sentralisasi pengadaan-pengadaan yang bersifat strategis (Filipina, Korea Selatan) - PBJ nasional harus tetap memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri, memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa nasional dan memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil ( Perpres 54 tahun 2010 pasal 96) Pelaksana: 14

Rekomendasi Strategis 2. Integrasi antara Perencanaan dan Penganggaran PBJ Permasalahan: 1. Tidak Jenis barang termonitornya dan jasa besaran yang dihasilkan dan realisasi jumlah tidak terstandarisasi anggaran pengadaan barang dan 2. jasa Peluang di Indonesia Penyimpangan pengadaan yang 2. Tidak bernilai selarasnya besar, kompleks perencanaan dan strategis keuangan negara (Modus dengan TPK KPK realisasi : Kasus belanja Wismanegara Atlet dalam karenapengadaan panitia tidak barang paham danteknis jasa pemerintah konstruksi, HPS dan spek teknis dibuat 3. Tidak oleh vendor, terdeteksinya merekrut penyimpangan tenaga ahli swasta perencanaan yang merupakan PBJ secara vendor dini peserta lelang) Peraturan Pendukung : - Peraturan Presiden No 20 Tahun 2016 Pasal 3 Bappenas menyelenggarakan fungsi : a. Pengoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional b. Pengoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan nasional dalam rangka sinergi rencana kerja pemerintah dan rancangan pendapatan dan belanja Negara Pelaksana: 15

Rekomendasi Teknis 1. 2. Pengembangan Integrasi antara Perangkat Perencanaan dan Pendukung Penganggaran PBJ 1. Penerapan prinsip value for money dalam penjelasan efisien 2. Perluasan e-katalog, termasuk penguatan database harga dan spesifikasi barang dan jasa serta lembaga pengelola 3. Mendorong ULP Permanen (berdasar kriteria ditetapkan) Permasalahan: 1. Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan rendah 2. Tidak standarnya perumusan HPS dan Spek teknis untuk satu komoditas yang sama di setiap K/L/I sehingga terbukanya celah potensi korupsi persekongkolan dengan calon vendor untuk membuat spek teknis dan HPS yang sesuai dengan kepentingan 3. ULP dan Pokja tidak dapat professional, tidak independen dan rentan diintervensi. Peraturan Pendukung : - Value for money : Benchmark Malaysia, Singapura, Korea Selatan - E katalog: Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 110 - ULP Permanen: Perpres 54 Tahun 2010 pasal 130 ayat 1 ULP wajib dibentuk Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi paling lambat Tahun Anggaran 2014. Dan Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 1 (8) Pelaksana: 16

Rekomendasi Teknis 2. Penyediaan SDM Spesialis Pengadaan Barang dan Jasa Permasalahan: 1. Kualitas SDM Pengelola PBJ terbatas 2. Rekruitmen yang tidak berbasis seleksi integritas dan kompetensi, kompensasi yang rendah, tidak adanya peningkatan kompetensi, serta adanya rangkap pekerjaan membuat pelaksana pengadaan rentan melakukan fraud. Peraturan Pendukung : - In Passing Fungsional Pengadaan Barang dan Jasa : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 77 Tahun 2012 Pelaksana: 17

Rekomendasi Teknis 3. Pelaksanaan Vendor Management System dalam Rangka Perbaikan Kualitas Penyedia Barang dan Jasa Permasalahan: 1. Keikutsertaan kembali vendor yang wanprestasi, blacklist, tersangkut KKN, dst. 2. Persekongkolan vertical dan horizontal. 3. Aplikasi SIKAP justru belum menyediakan menu penilaian kinerja penyedia oleh pengguna barang/jasa di K/L/D/I. Peraturan Pendukung : - Vendor Management System : Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 109A Percepatan pelaksanaan E-Tendering dilakukan dengan memanfaatkan Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa. Pelaksana: 18

Rekomendasi Teknis 4. Pemberdayaan APIP dalam Pengawasan Pro Aktif PBJ Permasalahan: 1. Pelanggaran PBJ diketahui setelah terjadi, tidak ada preventif 2. Kasus tindak pidana diketahui setelah ada audit eksternal atau proses penegakan hukum. Peraturan Pendukung : - Wewenang APIP melakukan pengawasan pro aktif : Perpres 54 Tahun 2010 Pasal 116 ayat 1 K/L/D/I wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan ULP/Pejabat pengadaan di Lingkungan K/L/D/I masing-masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk melakukan audit sesuai dengan ketentuan. Pelaksana: 19

IV. Langkah Tindak Lanjut

Tindak Lanjut I. Pelaksanaan Rekomendasi II. Kajian Bersama 1. Penyusunan Actionplan Dalam waktu 1 bulan,pihak yang diberi rekomendasi (K/L) menyampaikan actionplan kepada KPK 2. Kesepakatan actionplan dan waktu pelaksanaan antara KPK dengan K/L 3. Pelaksanaan actionplan oleh K/L 4. Pemantauan actionplan oleh KPK Pelaporan actionplan per 3 bulan oleh KPK 1. Pembahasan Ruang Lingkup 2. Pembagian Penugasan 3. Pelaksanaan kajian 4. Tindak lanjut kajian 21

Terima Kasih 22