LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Presiden Republik Indonesia,

Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Lampiran I Skematik Proses Perijinan. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA BERGULIR PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA MEDAN NOMOR : 482 / 091.K /

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MEDAN KELAS IA KHUSUS Nomor: W2-U1/ 7430a /HK.02/IV/2017

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF RANTAU PRAPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Balai Lelang PT. TRIAGUNG LUMINTU

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PELAYANAN PUSAT INFORMASI HARGA PANGAN STRATEGIS

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 1981 (35/1981)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1.Sejarah Dan Gambaran Umum Kota Medan. Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MELAKUKAN WAWANCARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA. A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 33 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF PARIAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sistem Administrasi. Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF PAGAR ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

Nama_Propinsi Nama_Kabupaten Nama_Kecamtan Nama_Desa Kode_R301 Keterangan Nanggroe Aceh Darussalam ACEH SELATAN KLUET SELATAN SUAQ BAKONG 2 Kelurahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 28 TAHUN 1995 (28/1995) Tanggal: 23 AGUSTUS 1995 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TEBING TINGGI Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1979 Tanggal 11 April 1979

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

KEMENDAGRI. Kabupaten langkat. Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara. Batas Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. 2.1 Sejarah Umum Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Selatan / Dinas Pendapatan Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1982 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINSTRATIF BATURAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KOTA MEDAN. A. Letak Geografis

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 1991 (KABUPATEN/DATI II. PEMERINTAH DAERAH. SUMATERA UTARA. Karo. ) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BRASTAGI MARDINDING DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KARO, KECAMATAN PEMATANG BANDAR, HUTABAYU RAJA DAN UJUNG PADANG DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SIMALUNGUN, KECAMATAN PARBULUAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DAIRI DAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG, MEDAN HELVETIA, MEDAN POLONIA, MEDAN MAIMUN, MEDAN SELAYANG, MEDAN AMPLAS DAN MEDAN AREA DI WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MEDAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA UTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi dan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas-tugas pelayanan di bidang pemerintahan dan pembangunan serta untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dipandang perlu membentuk 14 (empat belas) Kecamatan, masingmasing 2 (dua) Kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, 3 (tiga) Kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, 1 (satu) Kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi dan 8 (delapan) Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan; b. bahwa sesua dengan ketentuan Pasal 75 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan Di Daerah, pembentukan Kecamatan harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Sumatera Utara; 3. Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupatenkabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara; 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BERASTAGI DAN MARDINDING DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KARO, KECAMATAN PEMATANG BANDAR, HUTABAYU RAJA DAN UJUNG PADANG DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SIMALUNGUN, KECAMATAN PARBULUAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DAIRI DAN KECAMATAN MEDAN PETISAH, MEDAN TEMBUNG, MEDAN HELVETIA, MEDAN POLONIA, MEDAN MAIMUN, MEDAN SELAYANG,

MEDAN AMPLAS DAN MEDAN AREA DI WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MEDAN DALAM WILAYAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUMATERA UTARA. Pasal 1 (1) Membentuk Kecamatan Berastagi di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, yang meliputi Wilayah: a. Desa Daulu; b. Desa Peceren; c. Desa Lau Gumba; d. Desa Rumah Berastagi; e. Desa Guru Singa; f. Desa Raya; g. Kelurahan Gundaling I; h. Kelurahan Gundaling II; i. Kelurahan Tambak Laumulgab I; j. Kelurahan Tambak Laumulgab II. (2) Wilayah Kecamatan Berastagi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Kabanjahe. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Berastagi, maka Wilayah Kecamatan Kabanjahe dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Berastagi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 2 (1) Kecamatan Mardinding di Kabupaten Daerah Tingkat II Karo diubah namanya menjadi Kecamatan Lau Baleng. (2) Membentuk Kecamatan Mardinding di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, yang meliputi Wilayah: a. Desa Mardinding; b. Desa Lau Kesumpat; c. Desa Bandar Purba; d. Desa Lau Pengulu; e. Desa Lau Pakam; f. Desa Tanjung Pamah; g. Desa Lau Mulgab; h. Desa Lau Solu; i. Desa Rimo Bunga. j. Desa Kuta Pengkih. (3) Wilayah Kecamatan Mardinding sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Lau Baleng sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Dengan dibentuknya Kecamatan Mardinding, maka Wilayah Kecamatan Lau Baleng dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Mardinding sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pasal 3 (1) Membentuk Kecamatan Pematang Bandar di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, yang meliputi wilayah: a. Desa Pematang Bandar; b. Desa Purwosari; c. Desa Talun Madear; d. Desa Mariah Bandar; e. Desa Kandangan; f. Desa Pardomuan Nauli; g. Desa Purbaganda; h. Desa Kerasaan II; i. Desa Kerasaan I; j. Desa Bah Gunung; k. Desa Laras; l. Desa Bandar Tonga; m. Desa Naga Jaya; n. Desa Dolok Parnonangan; o. Desa Bandar Manis; p. Desa Tanjung Hataran; q. Desa Bandar Betsi I; r. Desa Bandar Betsi II. (2) Wilayah Kecamatan Pematang Bandar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Bandar.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Pematang Bandar, maka Wilayah Kecamatan Bandar dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Pematang Bandar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 4 (1) Membentuk Kecamatan Hutabayu Raja di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, yang meliputi wilayah: a. Desa Dolok Sinumbah; b. Desa Raja Maligas; c. Desa Silakkidir; d. Desa Bosar Bayu; e. Desa Maligas Bayu; f. Desa Bah Jambi; g. Desa Mariah Jambi; h. Desa Hutabayu; i. Desa Pulobayu; j. Desa Jawa Maraja; k. Desa Bahalat Bayu; l. Desa Tanjung Maraja; m. Desa Mariah Hombang. (2) Wilayah Kecamatan Hutabayu Raja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Tanah Jawa. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Hutabayu Raja, maka Wilayah Kecamatan Tanah Jawa dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Hutabayu Raja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 5 (1) Membentuk Kecamatan Ujung Padang di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, yang meliputi Wilayah: a. Desa Ujung Padang; b. Desa Sordang Bolon; c. Desa Dusun Ulu; d. Desa Tinjowan; e. Desa Sayur Matinggi; f. Desa Hutaparik; g. Desa Taratak Nagodang. (2) Wilayah Kecamatan Ujung Padang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Bosar Maligas. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Ujung Padang, maka Wilayah Kecamatan Bosar Maligas dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Ujung Padang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 6 (1) Membentuk Kecamatan Parbuluan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi yang meliputi Wilayah: a. Desa Bangun; b. Desa Laehole; c. Desa Parbuluan I; d. Desa Parbuluan II; e. Desa Parbuluan III; f. Desa Parbuluan IV; g. Desa Parbuluan V; h. Desa Parbuluan VI. (2) Wilayah Kecamatan Parbuluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Sidikalang. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Parbuluan, maka Wilayah Kecamatan Sidikalang dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Parbuluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 7 (1) Membentuk Kecamatan Medan Petisah di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Sei Putih Barat; b. Kelurahan Sei Putih Tengah; c. Kelurahan Sei Putih Timur II; d. Kelurahan Sekip; e. Kelurahan Sei Sikambing D;

f. Kelurahan Petisah Tengah; g. Kelurahan Sei Putih Timur I. (2) Wilayah Kecamatan Medan Petisah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Barat. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Petisah, maka Wilayah Kecamatan Medan Barat dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Petisah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 8 (1) Membentuk Kecamatan Medan Tembung di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Indra Kasih; b. Kelurahan Sidorejo Hilir; c. Kelurahan Sidorejo; d. Kelurahan Bantan Timur; e. Kelurahan Bantan; f. Kelurahan Bandar Selamat; g. Kelurahan Tembung. (2) Wilayah Kecamatan Medan Tembung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Denai. Pasal 9 (1) Membentuk Kecamatan Medan Helvetia di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan tanjung Gusta; b. Kelurahan Helvetia; c. Kelurahan Helvetia Tengah; d. Kelurahan Helvetia Timur; e. Kelurahan Cinta Damai; f. Kelurahan Dwi Kora; g. Kelurahan Sei Sikambing C. (2) Wilayah Kecamatan Medan Helvetia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Sunggal. Pasal 10 (1) Membentuk Kecamatan Medan Polonia di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Madras Hulu; b. Kelurahan Anggrung; c. Kelurahan Polonia; d. Kelurahan Sukadamai; e. Kelurahan Sari Rejo. (2) Wilayah Kecamatan Medan Polonia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Baru. Pasal 11 (1) Membentuk Kecamatan Medan Maimun di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Aur; b. Kelurahan Hamdan; c. Kelurahan Jati; d. Kelurahan Suka Raja; e. Kelurahan Sei Mati; f. Kelurahan Kampung Baru. (2) Wilayah Kecamatan Medan Maimun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Baru. Pasal 12 (1) Membentuk Kecamatan Medan Selayang di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Asam Kumbang; b. Kelurahan Tanjung Sari; c. Kelurahan Padang Bulan Selayang II; d. Kelurahan Beringin; e. Kelurahan Padang Bulan Selayang I. (2) Wilayah Kecamatan Medan Selayang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari: a. Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan, yang terdiri dari:

1. Kelurahan Asam Kumbang; 2. Kelurahan Tanjung Sari; 3. Kelurahan Padang Bulan Selayang II. b. Wilayah Kecamatan Medan Baru, yang terdiri dari: Kelurahan Beringin. c. Wilayah Kecamatan Medan Tunggal, yang terdiri dari: Kelurahan Padang Bulan Selayang I. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Selayang, maka Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Selayang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan ditambah dengan Kelurahan Mangga dari Kecamatan Medan Johor. Pasal 13 (1) Membentuk Kecamatan Medan Amplas di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Harjosari I; b. Kelurahan Harjosari II; c. Kelurahan Timbang Deli; d. Kelurahan Bangun Mulia; e. Kelurahan Sitirejo II; f. Kelurahan Sitirejo III; g. Kelurahan Amplas; h. Kelurahan Binjai. (2) Wilayah Kecamatan Medan Amplas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari: a. Wilayah Kecamatan Medan Johor, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Harjosari I; 2. Kelurahan Harjosari II; 3. Kelurahan Timbang Deli; 4. Kelurahan Bangun Mulia. b. Wilayah Kecamatan Medan Kota, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Sitirejo II; 2. Kelurahan Sitirejo III; c. Wilayah Kecamatan Medan Denai, yang terdiri dari: 1. Kelurahan Amplas; 2. Kelurahan Binjai. Pasal 14 (1) Membentuk Kecamatan Medan Area di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, yang meliputi Wilayah: a. Kelurahan Tegal Sari I; b. Kelurahan Tegal Sari II; c. Kelurahan Tegal Sari III; d. Kelurahan Pasar Merah Timur; e. Kelurahan Pandau Hulu I; f. Kelurahan Sukaramai I; g. Kelurahan Sukaramai II; h. Kelurahan Sei Rengas II, i. Kelurahan Sei Rengas Permata; j. Kelurahan Kotamatsum I; k. Kelurahan Kotamatsum II; l. Kelurahan Kotamatsum IV. (2) Wilayah Kecamatan Medan Area sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Medan Kota. Pasal 15 (1) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Amplas dan ditatanya Kecamatan Medan Tuntungan, maka Wilayah Kecamatan Medan Johor dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Amplas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a dan Wilayah Kecamatan Medan Tuntungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3). (2) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Amplas, maka Wilayah Kecamatan Medan Kota dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan Wilayah Kecamatan Medan Amplas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Amplas, maka Wilayah Kecamatan Medan Denai dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Tembung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan Wilayah Kecamatan Medan Amplas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c.

(4) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Selayang, maka Wilayah Kecamatan Medan Sunggal dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Helvetia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Wilayah Kecamatan Medan Selayang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c. (5) Dengan dibentuknya Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Maimun dan Kecamatan Medan Selayang, maka Wilayah Kecamatan Medan Baru dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Medan Polonia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), Wilayah Kecamatan Medan Maimun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan Wilayah Kecamatan Medan Selayang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b. Pasal 16 (1) Pusat Pemerintahan Kecamatan Berastagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) berada di Desa Rumah Berastagi. (2) Pusat Pemerintahan Kecamatan Lau Baleng sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berada di Desa Lau Baleng. (3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Mardinding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berada di Desa Mardinding. (4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Pematang Bandar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berada di Desa Pematang Bandar. (5) Pusat Pemerintahan Kecamatan Hutabayu Raja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berada di Desa Hutabayu. (6) Pusat Pemerintahan Kecamatan Ujung Padang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) berada di Desa Ujung Padang. (7) Pusat Pemerintahan Kecamatan Parbuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) berada di Desa Parbuluan IV. (8) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Petisah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berada di Kelurahan Sei Putih Timur I. (9) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Tembung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) berada di Kelurahan Bandar Selamat. (10) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Helvetia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) berada di Kelurahan Dwi Kora. (11) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Polonia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) berada di Kelurahan Anggrung. (12) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Maimun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) berada di Kelurahan Sei Mati. (13) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Selayang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) berada di Kelurahan Padang Bulan Selayang II. (14) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Amplas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) berada di Kelurahan Harjosari II. (15) Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) berada di Kelurahan Kotamatsum I. Pasal 17 Batas wilayah Kecamatan-kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Pasal 18 Pemekaran, penggabungan, penghapusan, serta perubahan nama dan batas Kelurahan/Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1), sepanjang tidak mengakibatkan perubahan batas-batas wilayah Kecamatan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 19 (1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Segala sesuatu yang berkenaan dengan dan sebagai akibat dari pembentukan 14 (empat belas) Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dengan memperhitungkan kemampuan keuangan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Pasal 20 Segala ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembentukan dan perubahan batas Kecamatan dalam Wilayah Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 21 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1991 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1991 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO MOERDIONO ke atas (c)2010 Ditjen PP :: www.djpp.depkumham.go.id www.djpp.info Kembali