MEDIA PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan α-tokoferol ke dalam Pengencer Susu-Skim Kuning Telur

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR DOMBA GARUT TIPE LAGA PADA TIGA WAKTU PENAMPUNGAN SEMEN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

OPTIMALISASI KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT MELALUI PENAMBAHAN TREHALOSA KE DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 2. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon 3

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

OPTIMALISASI PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PENGENCER SITRAT KUNING TELUR UNTUK MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN KAMBING BOER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

D. Alawiyah dan M. Hartono Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung ABSTRAK

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

MATERI DAN METODE. Materi

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

PENGARUH PENAMBAHAN LAKTOSA DI DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN α-tokoferol PADA MEDIA PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT Herdis, Ida Kusuma dan I Wayan Angga D. Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang TAB BPPT Gd. BPPT II lt. 16 Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta Pusat kangherdis@yahoo.co.id Abstract The study was conducted to know the influence of α- tocoferrol additional into the egg yolk tris extender medium to the liquid semen quality of Garut lamb (Ovis aries). Parameter which had been evaluated i.e. percentages of progressive motile sperm, percentages of viable sperm and percentages of plasma membrane. On the 4 th day evaluation showed that the addition of α- tocoferrol with the dose 0,04 g/100 ml into the egg yolk tris extender produced the highest percentages of progressive motile sperm, percentages of viable sperm and percentages of plasma membrane ( 49,0 ± 6,5%; 68,6 ± 4,2% and 59,3 ± 6,5% ) but there were not significantly different from control ( 45,5 ± 5%; 66,0 ± 4,6% and 56,2 ± 5,7% ) and the addition of α- tocoferrol with the dose 0,02 g/100 ml ( 49,0 ± 6,5%; 66,6 ± 4,0% and 59,3 ± 2,8% ) respectively. In conclusion, the addition of α-tocoferrol in the egg yolk tris extender medium no significant effect on the liquid semen quality. Kata kunci : α-tokoferol, semen cair, domba garut 1. PENDAHULUAN Semen merupakan cairan yang mengandung spermatozoa dan hasil-hasil kelenjar kelamin pelengkap Pada proses pengolahan semen, masalah yang sering timbul biasanya rusaknya membran plasma spermatozoa akibat terbentuknya peroksidasi lipida (Herdis, 2005). Keadaan ini terjadi karena membran spermatozoa banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi (Maxwell dan Watson, 1996). Saat pengolahan semen terjadi kontak antara semen dan udara bebas yang mengandung oksigen. Hal ini menyebabkan tingginya aktivitas metabolisme oksidatif yang berpotensi menghasilkan radikal bebas. Guna meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas, biasanya di dalam pengencer semen ditambahkan senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan ini akan bereaksi dengan radikal bebas, sehingga dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi pada membran plasma sel spermatozoa. Menurut Suryohudoyo (2000) membran plasma merupakan bagian sel yang paling rentan mengalami kerusakan akibat serangan senyawa radikal bebas. Hal ini karena dua dari tiga komponen utama membran plasma sel yakni fosfolipida dan glikolipida mengandung asam lemak tak jenuh (asam linoleat, linolenat, dan arakidonat) yang sangat rawan terhadap serangan senyawa radikal bebas. Pemakaian beberapa antioksidan untuk memperbaiki kualitas semen telah banyak dilaporkan antara lain vitamin C pada semen beku sapi (Beconi et al., 1993), vitamin C dan E pada semen kelinci (Yousef et al., 2003), serta vitamin E dan butylated hydroxytoluene (BHT) pada semen beku domba st. croix (Feradis, 1999). Penggunaan senyawa α-tokoferol juga dilaporkan pada semen beku kambing peranakan etawah (Werdhany et al., 2000) dan pada semen beku domba garut (Herdis et al., 2002). Vitamin E atau α-tokoferol merupakan salah satu antioksidan yang termasuk ke dalam kelompok yang dikenal sebagai antioksigen. Antioksidan ini mengandung substansi yang dapat menghambat oksidasi oleh reaksinya dengan radikal bebas dan kemudian menghambat rantai reaksi berikutnya. Contoh lain dari kelompok ini adalah butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT). Menurut Combs (1992) tokoferol mempunyai fungsi dasar yang penting dalam pemeliharaan integritas membran pada seluruh sel tubuh. Fungsi antioksidan tokoferol meliputi reduksi radikal bebas yang kemudian menghambat reaksi Pengaruh Penambahan α Tokoferol...(Herdis, Ida Kusuma, I Wayan Angga. D) 175

yang mempunyai kemampuan merusak seperti tingginya spesies oksidatif reaktif. Menurut Mayes (1995) Tokoferol merupakan baris pertama pertahanan terhadap peroksidasi asam-asam lemak tak jenuh ganda yang terdapat dalam fosfolipid membran seluler dan subseluler. Sebagai antioksidan, tokoferol bertindak dengan memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat kemampuannya untuk memindahkan hidrogen fenolat kepada radikal bebas peroksil dari asam lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami proksidasi. Domba garut (Ovis aries) merupakan plasma nutfah domba Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Domba garut jantan dewasa rata-rata mempunyai berat badan sekitar 60-80 kg bahkan bisa mencapai 120 kg, sedangkan domba garut betina mempunyai berat badan sekitar 30-40 kg. Domba garut jantan memiliki postur yang gagah dan tanduk yang khas dengan ukuran yang besar, kokoh, kuat dan melingkar. Domba garut jantan biasa digunakan sebagai domba laga yang berperan dalam industri pariwisata sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan domba local (Herdis et al., 2006) Melihat peranan α-tokoferol sebagai antioksidan yang berperan penting dalam melindungi spermatozoa selama penyimpanan, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan α-tokoferol kedalam media pengencer semen cair Tris kuning telur. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan inseminasi buatan dengan semen cair domba Garut sehingga dapat membantu meningkatkan populasi domba Garut sekaligus melaksanakan konservasi plasma nutfah domba Indonesia. 2. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan enam ekor domba Garut jantan yang digunakan sebagai penghasil semen. Hewan percobaan dikandangkan dalam kandang individu yang masing-masing dilengkapi dengan tempat pakan. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput segar dilengkapi dengan konsentrat. Bahan-bahan yang digunakan adalah semen segar domba Garut, pengencer semen Tris-kuning telur, α-tokoferol, penisilin, streptomisin, akuades, K-Y jelly dan alkohol. Sedangkan alat-alat yang digunakan terdiri atas vagina buatan dan Menggunakan zat pewarna eosin-negrosin. Spermatozoa yang hidup tidak berwarna sedangkan yang mati berwarna merah. Evalusi menggunakan sistim skor 0% sampai 100%. persentase membran plasma utuh (% perlengkapanya, tabung sperma, mikroskop cahaya, gelas objek, gelas penutup, gelas erlenmeyer, gelas piala, timbangan mikro dan waterbath. Pengencer semen Tris-kuning telur yang digunakan menggunakan komposisi pengencer : 2,42 g Tris (hydroxymethyl) aminomethan (Merck, Germany, cat. K27219882003), 1,28 g asam sitrat monohidrat (Merck, Germany, cat. K22939944632), 2,16 g D(-) fruktosa (Merck, Germany, cat. K27917123038), 100.000 IU penisilin-g (Meiji, Japan, cat. APG 0598 J) 50 mg streptomisin sulfat (Meiji, Japan, cat. SSL 1095 A), ad 100 ml akuabidestilata (Supracointra, Indonesia). Setelah di campur secara merata pengencer semen dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenis perlakuan dengan penambahan α- tokoferol yakni : 1. Kelompok pengencer tanpa α-tokoferol (kontrol). 2. Kelompok pengencer dengan α-tokoferol 0,02 g/100 ml pengencer. 3. Kelompok pengencer dengan α-tokoferol 0,04 g/100 ml pengencer. Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan metode vagina buatan. Segera setelah ditampung semen segar yang diperoleh dievaluasi secara mikroskopis dan makroskopis. Kemudian semen segar dicampurkan secara merata kepada masing-masing kelompok perlakuan dan disimpan pada lemari es. dilakukan untuk melihat perubahan persentase motilitas, persentase hidup dan membran plasma utuh spermatozoa domba Garut pada semen cair yang telah diberi perlakuan α- tokoferol yang berbeda. Pengamatan dilakukan setiap hari pada pagi hari selama empat hari percobaan. Penelitian menggunakan enam kali ulangan dengan individu domba jantan sebagai ulangan. Persentase Motilitas (%M) adalah persentase sperma yang bergerak kedepan, dihitung dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran objektif 40 kali. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sistem skor. Skor 0% (tidak ada yang bergerak) sampai 100% (seluruh sperma bergerak kedepan). Persentase hidup (%H) adalah persentase spermatozoa yang hidup, dihitung dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran objektif 100 kali. m MPU) dilakukan dengan menggunakan metode Uji hipoosmotis atau Hypo Osmotic Swelling (HOS) test. Pengujian dilakukan dengan cara mencampur 0,1 ml semen dengan 9,9 ml medium hipoosmotik. Medium hipoosmotik dibuat dengan 176 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 3, Desember 2009 Hlm.175-180

melarutkan 0.179 NaCl ke dalam aquabidestilata menjadi 100 ml larutan. Setelah dicampurkan, sediaan diinkubasi dalam waterbath bersuhu 37 0 C selama 30 menit. dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400 kali. Penilaian dilakukan dengan sistim skor 0% sampai 100%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Semen Segar Supaya dapat diproses lebih lanjut, semen segar harus mempunyai persentase motil progresif minimal 65%, konsentrasi spermatozoa minimal 700 juta spermatozoa/ml dan abnormalitas kurang dari 20% (Toelihere, 1993). Menurut Ax et al. (2000), spermatozoa dengan abnormalitas lebih dari 20 % tidak dapat digunakan untuk inseminasi buatan. Tabel 1 menunjukkan kualitas semen segar domba garut yang diperoleh pada penelitian. Tabel 1. Rataan Makroskopis dan Mikroskopis Semen Segar Parameter Volume (ml) Warna Konsistensi ph Gerakan massa Konsentrasi (juta/ml) Persentase spermatozoa motil (%M) Persentase Spermatozoa hidup (%H) Persentase spermatozoa abnormal (% Ab) Persentase membran plasma utuh (MPU) Rataan 1,09 ± 0,28 Putih susu Kental 6,9 ± 0,10 3,0 ± 0, 3735 ± 37 76,5 ± 2,34 87,33 ± 2,25 3,28 ± 0,85 87,17 ± 3,37 Warna semen yang ditampung adalah putih susu atau krem. Hasil ini sesuai dengan pendapat Ax et al. (2000) dan penelitian Qomariyah et al. (2001) yang menyatakan bahwa warna semen domba adalah putih susu atau krem. Konsistensi semen domba garut yang diperoleh sesuai dengan penelitian Hastono et al. (2001) pada tiga jenis domba persilangan garut yaitu kental. Persentase hidup spermatozoa domba garut hasil penelitian adalah 87,33 ± 2,25%. Hasil yang diperoleh tidak berbeda dengan hasil penelitian Feradis (1999) pada domba St croix (89,33%) namun lebih tinggi daripada yang diperoleh Adiati et al.(2001) sebesar 69,24±11,34% pada domba persilangan St. croix dan garut. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan individu, umur, dan kondisi reproduksi domba yang digunakan selama penelitian. Hasil penelitian semen segar menunjukkan bahwa volume rata-rata semen cair domba Garut adalah 1,09 ± 0,28 ml. Hasil ini sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa volume semen domba ratarata berkisar antara 0,8-1,2 ml. Menurut Qomariyah et al. (2001) volume semen domba garut per ejakulat sebesar 1,08 ± 0,14 ml. Perbedaan volume ini terjadi karena adanya perbedaan umur, ukuran tubuh, perubahan kesehatan reproduksi dan frekuensi penampungan. Apabila dilihat dari parameter yang dievaluasi, penelitian menunjukkan semen segar yang diperoleh memenuhi syarat untuk dilakukan proses pengolahan semen lebih lanjut. 3.2. Persentase Motilitas Spermatozoa Motilitas atau daya gerak spermatozoa digunakan sebagai ukuran kesanggupan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Perkiraan motilitas adalah prosedur visual dan dinyatakan secara komparatif, tidak mutlak. Motilitas spermatozoa di dalam suatu contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu populasi spermatozoa. Pada hari ke-4 pengamatan, penelitian menunjukkan persentase motilitas tertinggi dicapai pada perlakuan penambahan tokoferol 0,04 g/100 ml pengencer (49,0 ± 6,5%) namun tidak berbeda dengan perlakuan kontrol dan perlakuan tokoferol 0,02 g/100 ml pengencer. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian tokoferol sampai dosis 0,04 g/100 ml pengencer pada pengencer semen cair belum dapat mempertahankan motilitas spermatozoa. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maxwell dan Watson (1996) yang menyimpulkan penambahan antioksidan pada pengencer semen dapat meningkatkan fertilitas semen beku, tetapi tidak berpengaruh terhadap semen segar. Apabila dilihat dari persentase motilitas yang diperoleh pada setiap hari pengamatan, penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan memenuhi syarat untuk digunakan pada program inseminasi buatan karena memiliki motilitas spermatozoa lebih dari 40% (Tabel 2). Pengaruh Penambahan α Tokoferol...(Herdis, Ida Kusuma, I Wayan Angga. D) 177

Tabel 2. Persentase Motilitas Spermatozoa Domba Garut pada Berbagai Waktu Kontrol (%) 0,02 g / 0,04 g / Hari ke-1 75,0 ± 0 75,0 ± 0 75,0 ± 0 Hari ke-2 68,0 ± 2,9 69,0 ± 2,2 69,0 ± 2,2 Hari ke-3 59,0 ± 2,2 60,0 ± 6,1 59,0 ± 4,1 Hari ke-4 45,0 ± 5,0 49,0 ± 6,5 49,0 ± 6,5 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT) 3.3. Persentase Hidup dan Membran Plasma Utuh Spermatozoa Hasil evaluasi dengan pewarna eosin menunjukkan spermatozoa yang hidup terlihat tidak berwarna setelah diberi pewarna eosin. Hal ini terjadi karena pada spermatozoa yang hidup, pewarna yang masuk akan dipompa kembali keluar sehingga spermatozoa terlihat tidak berwarna. Pada spermatozoa yang mati, kemampuan daya pompa dari sel sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga pewarna tetap berada di dalam sel, dan sel spermatozoa terlihat berwarna merah. Membran plasma merupakan bagian dari spermatozoa yang berfungsi melindungi secara fisik organel-organel sel serta berperan dalam menjaga keseimbangan elektrolit intra dan ekstra seluler. Rusaknya membran palsma akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme dan proses fisiologis spermatozoa sehingga menyebabkan kematian spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari ke-4 pengamatan, persentase hidup tertinggi dicapai pada perlakuan penambahan tokoferol 0,04 g/100 ml pengencer (68,6 ± 4,2%) namun tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (66,0 ± 4,6%) dan perlakuan tokoferol 0,02 g/100 ml pengencer (66,6 ± 4,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian tokoferol sampai dosis o,o4 g/100ml pengencer belum berpengaruh terhadap persentase hidup spermatozoa. Tabel 3 menunjukkan secara lengkap persentase hidup spermatozoa pada empat hari pengamatan. Tabel 3. Persentase Hidup Spermatozoa Domba Garut pada pada Berbagai Waktu Kontrol (%) 0,02 g / 0,04 g / Hari ke-1 84,4 ± 0,9 83,0 ± 3,0 84,0 ± 2,1 Hari ke-2 75,0 ± 3,0 77,2 ± 2,0 78,6 ± 1,1 Hari ke-3 70,8 ± 6,0 71,0 ± 5,4 71,8 ± 5,6 Hari ke-4 66,0 ± 4,6 66,6 ± 4,0 68,6 ± 4,2 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari ke-4 pengamatan, persentase membran plasma utuh tertinggi dicapai pada perlakuan penambahan tokoferol 0,04 g/100 ml pengencer (59,3 ± 6,5%) dan perlakuan tokoferol 0,02 g/100 ml pengencer (59,3 ± 2,8%), namun tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (56,2 ± 5,67%). Hasil ini mendukung parameter persentase motilitas dan persentase hidup dan memperkuat argumentasi bahwa penambahan antioksidan termasuk tokoferol tidak berpengaruh terhadap proses pengolahan semen cair namun berpengaruh terhadap proses pengolahan semen beku. Menurut Maxwell dan Watson (1996) antioksidan dapat meningkatkan fertilitas semen beku, tetapi tidak pada semen segar. Manfaat antioksidan pada semen beku telah dibuktikan oleh Feradis (1999) pada semen beku domba St. Croix yang menyimpulkan penambahan antioksidan ke dalam bahan pengencer dapat meningkatkan kualitas semen beku domba St. Croix. Menurut Beconi et. al. (1993) tokoferol dapat melindungi membran plasma spermatozoa sapi selama pembekuan dan pencairan kembali. Menurut Tumen dan Ozkoca (1994) kualitas semen domba yang baik dicapai bila ditambahkan tokoferol ke dalam pengencer semen. Tabel 4 menunjukkan persentase membran plasma utuh pada semua perlakuan yang diberikan. 178 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 3, Desember 2009 Hlm.175-180

Tabel 4. Persentase Membran Plasma Utuh Spermatozoa Domba Garut pada pada Berbagai Waktu Kontrol 0,02 g per 0,04 g per (%) 100 ml (%) Hari ke-1 82,6 ± 3,7 83,2 ± 3,2 83,2 ± 2,2 Hari ke-2 72,2 ± 4,2 76,0 ± 1,2 75,6 ± 2,1 Hari ke-3 64,6 ± 4,6 67,2 ± 4,4 67,3 ± 5,6 Hari ke-4 56,2 ± 5,7 59,3 ± 2,8 59,3 ± 6,5 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT) Penelitian menunjukkan pada semua parameter, perlakuan tokoferol 0,04 g/100 ml pengencer menghasilkan kualitas semen cair lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa penggunaan tokoferol cenderung dapat mempertahankan kualitas spermatozoa pada semen cair. Keadaan ini diduga terjadi karena α-tokoferol lebih mampu menghambat proses peroksidasi lipida dibandingkan tanpa perlakuan α-tokoferol. Menurut Hamilton et. al. (1997) dalam Feradis (1999) tingkat reaksi α-tokoferol dengan radikal bebas jauh lebih tinggi dibandingkan BHT. Keunggulan lain α-tokoferol dibandingkan dengan BHT adalah kemampuan α-tokoferol yang dapat didaur ulang setelah digunakan oleh spermatozoa dengan bantuan vitamin C yang terkandung dalam semen domba. 4. KESIMPULAN Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penambahan tokoferol sampai dosis 0,04 g/100 ml pengencer cenderung meningkatkan persentase motilitas, daya hidup dan membran plasma utuh spermatozoa namun belum mampu mempertahankan kualitas semen cair domba garut. Dari hasil penelitian disarankan, pada proses pengolahan semen cair tidak menambahkan tokoferol ke dalam media pengencer semen cair supaya efisien DAFTAR PUSTAKA Adiati, U, Subandriyo, B Tiesnamurti dan S Aminah. 2001. Karakteristik semen segar tiga genotipe domba persilangan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. 113-117. Ax RL, M Dally, BA Didion, RW Lenz, CC Love, DD Varner, B Hafez and ME Bellin. 2000. Semen Evaluation. In : Hafez B, ESE Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. pp : 365-389. Beconi, M.T., C.R. Francia, N.G. Mora and M.A. Affranchino. 1993. Effect of natural antioxidants on frozen bovine semen preservation. Theriogenology. 40:841-851 Combs, F.G. 1992. The Vitamins: Fundamental Aspects in Nutrition and Health. Academic Press Inc. New York. Feradis. 1999. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan Metode Sinkronisasi Estruis pada Program Inseminasi Buatan Domba ST. Croix. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Garner DL and ESE Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In : Hafez B, ESE Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. pp : 96-109. Hastono, I. Inounu dan N. Hidayati. 2001. Karakteristik semen dan tingkat libido domba persilangan. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Ternak, Bogor. 106-112. Herdis. 2005. Optimalisasi Inseminasi Buatan Melalui Aplikasi Teknologi Laserpunktur pada Domba Garut (Ovis aries). (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Herdis, M. Surachman, M. Rizal, A. Budiono dan Yulnawati. 2006. Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries) Jurnal Ilmiah Biologi Biosfera Vol. 23 No. 1. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 24 30. Pengaruh Penambahan α Tokoferol...(Herdis, Ida Kusuma, I Wayan Angga. D) 179

Maxwell, W.M.C. and P.F. Watson. 1996. Recent progress in the preservation of ram semen. Anim. Reprod. Sci. 42:55-65. Mayes, P.A. 1995. Struktur dan fungsi vitamin yang larut dalam lemak. In Biokimia Harper. Editor : D.H. Ronardy dan J. Oswari. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 681-691. Qomariyah, S. Mihardja dan R. Idi. 2001. Pengaruh kombinasi telur dengan air kelapa terhadap daya tahan dan abnormalitas spermatozoa domba Priangan pada penyimpanan 5 0 C, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Puslitbang Bioteknologi LIPI. Bogor. 172-177. Suryohudoyo, P. 2000. Oksidan, antioksidan, dan radikal bebas. Suryohudoyo P di dalam: Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. CV. Sagung Seto, Jakarta. Hlm 31-47. Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. Tumen, H. and A. Ozkoca. 1994. Studies on the fertility and characters of ram semen diluted by various techniques. Turk Veterinerlik ve hayvancilik dergisi. 18:287-291. abstract. Werdhany, I.W., M.R. Toelihere, I. Supriatna, dan I.K. Sutama. 2000. Efek pemberian berbagai konsentrasi α-tokoferol sebagai antioksidan dalam pengencer Tris sitrat terhadap motilitas sperma kambing peranakan Etawah. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor, 18-19 Oktober 1999. Hlm 244-252. Yousef, M.I., G.A. Abdallah, and K.I. Kamel. 2003. Effect of ascorbic acid and vitamin E supplementation on semen quality and biochemical parameters of male rabbits. Anim Reprod Sci 76:99-111. 180 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 3, Desember 2009 Hlm.175-180