BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan hal yang penting bagi siapapun manusia dan dimanapun ia berada. Kebutuhan manusia akan pangan harus dapat terpenuhi agar keberlansungan hidup manusia dimuka bumi tetap berlanjut. Tak hanya menjadi permasalahan bagi individu semata, permasalahan pangan adalah permasalahan bersama. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tak akan bisa menyelesaikan semua permasalahannya sendiri walau hanya untuk satu permasalahan pangan. Untuk itulah kemudian manusia berkumpul, menyatukan pandangan,kemudianlahirlah kelompokkelompok dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas, partai, hingga negara. Pada hakekatnya, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia,termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undangundang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Secara tidak lansung hal ini membuktikan bahwa masalah pangan adalah salah satu masalah yang harus ditangani secara nasional terlihat dengan adanya aturan, regulasi, ataupun ketentuan akan pangan dalam Undang-

undang yang merupakan salah satu landasan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu kebijakan pemantapan ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan serta merupakan fokus utama dalam pembangunan pertanian (Departemen Pertanian, 1999 dan Departemen Pertanian 2002). Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam pembangunan pertanian adalah beras. Beras adalah bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakatindonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup,sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan hal yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati. Kesalahan yang dilakukan dalam kebijaksanaan perberasan akan berdampak tidak saja pada kondisi perberasan nasional tetapi juga pada berbagai bidang lain yangterkait. Oleh sebab itu dalam sejarah perberasan di Indonesia tidak pernah lepas dari peranan pemerintah yang secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi perberasan nasional. Peranan beras yang sangat khusus merupakan salah satu alasan penting campur tangan pemerintah terhadap perberasan masih dilakukan (DEPTAN, 2009). Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras telah menjadi komoditas strategis

dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Peran beras, selain sebagai sumber pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Beras juga bisa dijadikan sebagai komoditas politik karena keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komoditas lain dan harus dalam jumlah yang memadai. Meskipun pemerintah telah mengupayakan diversifikasi pangan, namun sampai saat ini belum mampu mengubah preferensi penduduk terhadap bahan pangan beras. Oleh karena itu, ketersediaan beras harus selalu terjaga, berkelanjutan, bahkan harus ditingkatkan. Peningkatan ketahanan pangan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional. Dari sisi produksi, peningkatan ketahanan pangan tersebut diupayakan melalui peningkatan produksi beras terutama yang dihasilkan dari lahan sawah. Pertimbangan yang melatarbelakangi kebijakan tersebut adalah bahwa beras merupakan bahan pangan pokok penduduk yang memiliki sumbangan paling besar terhadap konsumsi kalori dan protein yaitu sekitar 55 persen dan 45 persen (SUSENAS,1999). Pola konsumsi pangan demikian menyebabkan kelangkaan beras akansangat mempengaruhi kecukupan konsumsi gizi penduduk. Selain itu, produktivitas usahatani padi sawah jauh lebih tinggi dibanding usahatani padi lahan kering, dimana sekitar 90 persen produksi beras nasional dihasilkan dari usahatani padi sawah (Irawan et al., 2003). Kondisi demikian menyebabkan pemberdayaan lahan sawah untuk menghasilkan padiakan memberikan dampak lebih besar terhadap ketersediaan pangan dibanding pemberdayaan lahan kering.

Produksi beras berfluktuasi mengikuti pola tanam, sementara konsumsi beras stabil sepanjang tahun. Surplus beras meningkat pada masa panen (bulan Februari- April), sementara pada musim kemarau dan musim tanam (Oktober- Januari)mengalami defisit. Harga beras berpotensi turun ketika produksi melimpah (musim panen) yang merugikan petani, dan sebaliknya harga beras akan naik pada saat defisit yang merugikan konsumen sehingga harga beras akan bergejolak sepanjang tahun (Prastowo, 2008). Karena beras merupakan bahan makanan pokok utama rakyat Indonesia. Kebutuhan beras dari tahun ke tahun terus meningkat karena kenaikan jumlah penduduk dan kebutuahan ini harus terpenuhi. Kekurangan pangan berpengaruh pada gizi buruk, kesehatan, dan sekaligus menurunkan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa terus berupaya untuk memiliki serta memelihara ketahanan pangan khususnya beras. Namun seiring dengan usaha tersebut di dalam operasionalnya, masalah vital yang dihadapi saat ini adalah adanya alih fungsi lahan sawah. Alih fungsi lahan sawah dari tahun ke tahun terus meningkat. Apabila situasi ini terus berlangsung dikawatirkan dapat mengancam ketahanan pangan beras. Parahnya lahan yang sudah dialihfungsikan tidak bisa dikembalikan menjadi lahan sawah seperti semula. Di lain pihak untuk pencetakan sawah baru jumlahnya sangat sedikit terkendala oleh biaya tinggi dan waktu yang lama. (I Gusti Ngurah Santosa et al. 2011) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam bidang pertanian. Selain untuk konsumsi dan ketahanan pangan, beras juga menjadi penopang hidup

banyak masyarakat Indonesia. Hal ini karena cukup banyaknya penduduk negeri ini yang berprofesi sebagai petani padi. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 oleh Badan Pusat Statistik yang dilakukan dalam rentang bulan Mei 2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga tani tanaman padi adalah 14,1 juta ruta, artinya jika dibandingkan angka tersebut dengan jumlah ruta penduduk Indonesia terdapat 21,77% masyarakat Indonesia menanam tanaman padi, atau secara rasio dari 5 rumah tangga maka satu rumah tangga bisa dipastikan merupakan petani tanaman padi. Angka tersebut diatas memberi gambaran bahwa betapa padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat petani Indonesia. Kondisi ini tentu berlaku juga pada Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu penghasil beras terbesar di Indonesia dan termasuk satu dari 12 provinsi penyangga produksi beras nasionaldimana produksi beras Sumatera Barat mencapai 2.430.384 Ton pada tahun 2013 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Pada level Propinsi Sumatera Barat diketahui bahwa jumlah petani tanaman padi adalah 385.314 rumah tangga. Jika angka tersebut dikomparasikan dengan jumlah rumah tangga Sumbar maka diperoleh angka dari 3 rumah tangga yang ada maka satu adalah rumah tangga tanaman padi. Hal tersebut mencerminkan betapa tanaman padi menjadi usaha yang begitu digemari bagi masyarakat di Sumatera Barat. Dari sudut pandang luas lahan yang digunakan petani untuk melakukan usaha tanaman padi, di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 terdapat 224.182 ha sawah yang dikelola. Atau dalam kata lain setiap rumah tangga tani jika dirata-ratakan mengelola lahan tanaman padi 0.6 ha. Pada tahun tersebut total produksi padi

disumatera Barat adalah 2.430.384 ton. Jika dirata-rata kan, setiap rumah tangga tanaman padi dalam setahun menghasilkan 6,3 ton padi. Angka produksi padi tersebut jika dikonversikan kepada beras maka diperoleh perkiraan produksi beras 1.443.260 ton. Dari angka tersebut diperoleh angka produktifitas tanaman padi 10,3 ton/ha, artinya dalam satu tahun tiap satu hektar lahan menghasillkan 10,3 ton padi. Luas lahan padi sangat mempengaruhi produksi padi. Apabila luas lahan padi semakin luas maka produksi padi akan semakin meningkat. Sebaliknya apabila luas lahan padi semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Sekitar 8,1 juta hektare sawah yang ada di Indonesia, saat ini sekitar 3,1 juta atau sekitar 40 persen terancam alih fungsi lahan terkait tata ruang dan tata bangunan yang dilakukan pemerintah daerah. Sekitar 4.276 hektar yang sebelumnya areal pertanian telah dialih fungsikan untuk lahan perkebunan, perumahan dan penggunaan usaha lainnya.alih fungsi lahan sawah ini dari tahun ke tahun terus meningkat dan dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama dapat mengancam ketahanan pangan beras. Di Indonesia dari tahun 2005 diperkirakan terjadi alih fungsi lahan sawah beririgasi 42,40% (Salama,2010). Tabel.1.1 :Luas Lahan Sawah di Indonesia berdasarkan Provinsi Provinsi Luas Lahan Sawah (Hektar) 2011 2012 2013 ACEH 307556.00 308973.00 300808.00 SUMATERA UTARA 467138.00 448722.00 438346.00 SUMATERA BARAT 231463.00 230775.00 224182.00

Sumber : BPS (data diolah) Di Sumatera Barat sendiri, alih fungsi lahan pertanian dalam kurung waktu 2006-2011 mencapai 4.276 hektar. Sebanyak 4.276 hektar yang sebelumnya areal pertanian telah dialih fungsikan untuk lahan perkebunan, perumahan dan penggunaan usaha lainnya. Dari tahun 2011 hingga 2013 alih fungsi lahan masih terus terjadi, terlihat dari tabel.1 diatas. Hal ini dikhawatirkan akan berimbas terhadap produksi padi, karena apabila luas lahan padi terus berkurang, maka produksi padi semakin lama juga akan terus berkurang. Ketersediaan beras ditiap-tiap provinsi di Indonesia ini harus dapat terpenuhi. Apalagi bagi provinsi-provinsi yang merupakan penyangga produksi beras nasional seperti Sumatera Barat. Tak peduli masalah alih fungsi lahan yang marak terjadi produksi padi di Sumatera Barat harus memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya yang sebagian besarnya merupakan petani padi itu sendiri.analisis Produksi Padi di Sumatera Barat dilakukan untuk mempelajari bagaimana dan sejauh mana tenaga kerja, luas panen, dan rasio luas panen dengan luas lahan yang merupakan faktor-faktor produksi pertanian dapat mempengaruhi produksi padi di Sumatera Barat. Diharapkan hasil analisis ini digunakan sebagai basis informasi bagi pemangku kepentingan. Sejanjutnya berdasarkan gambaran tersebut dapat dirumuskan perumusan masalah. 1.2 Perumusan Masalah ini adalah : Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian

1. Berapa besar pengaruh tenaga kerjaterhadap produksi padi di Sumatera Barat? 2. Berapa besar pengaruh luas panenterhadap produksi padi di Sumatera Barat? 3. Berapa besar pengaruh rasio luas panen dengan luas lahan terhadap produksi padi di Sumatera Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Berasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi di Sumatera Barat 2. Untuk mengetahui pengaruh luas panen terhadap produksi padi di Sumatera Barat 3. Untuk mengetahui pengaruh rasio luas panen dengan luas lahanterhadap produksi padi di Sumatera Barat 1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Memberi masukan bagi pengambil keputusan berkaitan dengan produksi padi di Sumatera Barat

2. Memberi masukan bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan ketersediaan beras di Sumatera Barat 1.5 Sistematika Penulisan Untuk lebih terarahnya penulisan hasil penelitian ini, maka sistematika penulisan dibagi kedalam beberapa bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori dan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai litelatur, yang sesuai dengan topik dari skripsi yang dapat membantu penulisan. Selain itu, pada bab ini juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran atas permasalahan yang diteliti serta hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Pada Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian, yang diantaranya adalah definisi operasional dan variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data sampai dengan teknik analisis data. Bab IV : Gambaran Umum

Berisikan gambaran umum (deskripsi objek penelitian yang diperoleh), pembahasan masalah dan implikasi kebijakan. Bab V : Hasil dan Pembahasan Merupakan bab yang memperlihatkan hasil penelitian. Bab VI : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian skripsi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan saran-saran mendukung yang direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu berkaitan dengan tema dan hasil penelitian.