BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. membantu anak agar cukup cakap melaksankan tugas hidupnya sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru (dalam proses belajar mengajar) untuk membantu peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. b. Model Pembelajaran Cooperatif Learning Menurut Ari Widodo (2007: 96) mengatakan bahwa pembelajaran model kooperatif adalah strategi belajar-mengajar yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja, membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Pada pemebelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya bergantung dari guru dan kemampuan individu secara utuh, tetapi juga dari pihak yang terlibat dalam pembelajaran itu. 5

6 Senada dengan Ari Widodo, Nurhadi (2005: 112) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi. 2. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31) tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yang meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut akan dijabarkan sebagai berikut : a. Saling ketergantungan yang positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga tiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Keberhasilan kelompok tergantung dari usaha setiap anggota. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini disebabkan pola penilaian yang unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota. b. Tanggung jawab perseorangan Siswa akan merasa bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Hal ini akibat dari pola penilaian cooperative

7 learning. Pembagian tugas yang jelas akan mengatasi sikap kurang bertanggung jawab siswa, kerana dapat diketahui dengan mudah siswa tesebut dapat melaksanakan tugasnya atau tidak. Sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya untuk melaksankan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. c. Tatap muka Interaksi antar anggota akan menciptakan sinergi yang menguntungkan kepada semua anggota. Inti sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. d. Komunikasi antar anggota Setiap siswa perlu dibekali ketrampilan berkomunikasi yang efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaannya. Ketrampilan ini memerlukan proses panjang, namun siswa perlu menempuh proses ini untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosional siswa. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama dengan efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur model pembelajaran kooperatif adalah: a. Saling ketergantungan yang positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok 3. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) a. Pengertian Metode STAD Menurut Nurhadi (2005:116) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masingmasing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok

8 yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Sedangkan menurut Slavin (2008: 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. b. Unsur-unsur Metode STAD STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: 1) Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Sehingga para siswa akan memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka akan menentukan skor tim mereka. 2) Tim Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bias mengerjakan kuis dengan baik. 3) Kuis Setelah tim tersebut melakukan diskusi maka semua siswa akan mengerjakan kuis secara individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4) Skor kemajuan individual Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya, tetapi tidak ada

9 siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. 5) Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.(slavin, 2008: 146) c. Beberapa pertimbangan memilih metode Menurut Nana Sudjana (2005: 76) tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar. Ketepatan penggunaan metode mangajar tersebut bergantung pada: 1) Tujuan pembelajaran. 2) Isi proses belajar-mengajar (materi). 3) Kegiatan belajar-mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. d. Langkah-langkah metode STAD Menurut Agus Suprijono (2009: 133) langkah-langkah metode STAD adalah: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). 2) Guru menyajikan pelajaran. 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota anggota dalam kelompok itu mengerti. 4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5) Memberi evaluasi. 6) Kesimpulan.

10 e. Kelebihan dan kelemahan metode STAD Menurut Soewarso dalam Mulyati (2007: 30-31) metode STAD mempunyai kelebihan antara lain: 1) Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. 2) Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah. 3) Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat halhal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. 4) Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. 5) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. 6) Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan. 7) Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama. Menurut Slavin dalam Mulyati (2007: 32) model pembelajaran cooperative learning tipe STAD mempunyai kelemahan sebagai berikut: 1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet. 2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas. 3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflikkonflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

11 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode STAD mempunyai kelebihan yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Sedangkan kelemahan metode STAD yaitu bila dalam penerapan metode siswa tidak dipantau secara teliti akan mengurangi kefektifan metode tersebut. 4. Kajian Tentang Hasil Belajar a. Pengertian belajar Menurut Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2003: 3-4) adalah: 1) Perubahan terjadi secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Faktor-faktor belajar menurut Slameto (2003: 54) dibedakan menjadi dua yaitu: 1). Faktor intern, yang meliputi: a) faktor jasmaniah: kesehatan dan cacat tubuh b) faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat motif, kematangan, dan kesiapan. c) faktor kelelahan.

12 2). Faktor ekstern, yang meliputi: a) faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c) faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. c. Hasil belajar Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009: 5-6) mengatakan hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap

13 merupakan kemampuan menginternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (2005:46) tipe hasil belajar dibedakan menjadi 3, yaitu: 1) Tipe hasil belajar bidang kognitif merupakan bidang yang berhubungan dengan penguasaan konsep. 2) Tipe hasil belajar bidang afektif merupakan bidang yang berhubungan dengan sikap dan nilai. 3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik merupakan bidang yang berhubungan dengan ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Adapun tipe hasil belajar yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah tipe informasi verbal (dapat dikategorikan dalam ranah kognitif) yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan maupun soal yang dibuat guru tentang materi yang telah disampaikan. 5. Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang mengkaji berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, dan proses suatu penemuan yang dilakukan secara sistematis. b. Tujuan Pembelajaran IPA Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya.

14 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

15 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. B. Penelitian yang Relevan Di bawah ini akan disajikan penelitian-penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Sri Sumarsih (2008) melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII B SMP N 3 Kebakkramat). Menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan: a) Keaktifan siswa bekerjasama dengan anggotanya meningkat dari 0 % menjadi 57,5 % pada akhir siklus. b) Keberanian siswa menjawab pertanyaan guru/mengerjakan soal ke depan kelas meningkat dari 10 % menjadi 27,5 %. c) Siswa yang mengajukan ide atau tanggapan pada guru meningkat dari 5 % menjadi 12 %.

16 d) Siswa yang memberi tanggapan jawaban siswa lain meningkat dari 5 % menjadi 15 %. e) Siswa yang aktif membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri meningkat dari 25 % menjadi 42,5 %. Peningkatan hasil belajar siswa adalah nilai rata-rata kelas latihan terkontrol meningkat dari 93,125 menjadi 96,875. Sedangkan nilai rata-rata kelas latihan mandiri meningkat dari 77 menjadi 88,375. Edi Winarto (2008)melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (PTK Pembelajaran Matematika kelas VII MTs N Jumapolo). Menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar matematika yang meliputi: a) motivasi mengerjakan tugas mandiri kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan kondisi akhir sebanyak 17 siswa (70,83%), b) motivasi bertanya kondisi awal sebanyak 3 siswa (12,50%) dan kondisi akhir sebanyak 11 siswa (45,83%), c) motivasi menjawab pertanyaan kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan kondisi akhir sebanyak 13 siswa (54,17%), d) motivasi mengerjakan soal di depan kelas kondisi awal sebanyak 4 siswa (16,70%) dan kondisi akhir sebanyak 9 siswa (37,50%), e) motivasi mengerjakan soal-soal latihan kondisi awal sebanyak 18 siswa (75%) dan kondisi akhir sebanyak 21 siswa (87,50%). Penelitian ini

17 menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari kedua penelitian di atas, maka penulis terinspirasi untuk melakukan penelitian yang serupa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPA. Adapun persamaan penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, sedangkan perbedaan terdapat pada subyek dan obyek penelitian. C. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran sebelum menggunakan kooperatif yaitu menggunakan metode konvensional, pembelajarannya masih berpusat pada guru sehingga keaktifan siswa rendah. Akibatnya siswa menjadi jenuh dan mudah bosan. Akibat dari kondisi awal yang seperti itu, dapat mempengaruhi hasil belajar IPA. Dari kondisi awal di atas, penulis melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA materi rangka manusia. Setelah tindakan dilaksanakan, kondisi akhir yang dicapai adalah hasil belajar siswa meningkat.

18 Kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut: Pembelajaran IPA di SD Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir Model pembelajaran tradisional: Hasil belajar siswa rendah Hasil belajar siswa meningkat Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran B. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Melalui model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi rangka manusia pada siswa kelas IV MI Baitussalam.