BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang memuaskan serta memiliki kekuatan (Farga-Ninoles dkk., 2013). Mahkota

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi

Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

IV. PRINSIP BIOMEKANIK PREPARASI

MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN ENDODONTIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

ribbon-shaped yang memutar 180 o dimulai dari mesial (mesiobukal dan atau mesiolingual) melintasi daerah bukal dan berakhir di distal. Sering ditemuka

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

Volume 46, Number 3, September 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

preparasi dengan membentuk dinding kavitas 3-5 derajat divergen ke oklusal

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

Jenny Krisnawaty dkk: Apeksifikasi gigi permanen muda insisivus pertama kiri atas yang non-vital

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang dibuat haruslah adekuat, yaitu mampu membentuk kembali kontur gigi yang telah rusak akibat lesi atau trauma, juga mencegah kebocoran koronal, dan mampu menahan beban kunyah. Menurut Ford (2004) pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan perawatan endodontik. Berdasarkan hal ini maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu anatomi dan fungsi dari jaringan gigi dalam keadaan normal, karena perawatan endodontik seringkali merubah kondisi struktur gigi, sifat fisik dentin, dan perubahan warna gigi. Garg (2011) menyatakan bahwa perubahan struktur gigi akibat perawatan endodontik akan menyebabkan fraktur gigi. Hal ini menunjukkan bahwa pembuangan jaringan gigi selama perawatan endodontik yang banyak menyebabkan perubahan struktur gigi. Kondisi ini menyebabkan pemilihan restorasi gigi setelah perawatan endodontik menjadi kompleks. Berdasarkan Ford (2004), preparasi akses kavitas, pembersihan, dan pembentukan saluran akar merupakan langkah dalam perawatan endodontik yang membutuhkan pembuangan jaringan cukup banyak. Hal yang perlu kita pelajari dari pernyataan ini adalah tindakan preparasi akses dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lapang pandang yang luas untuk mencari orifis, agar preparasi saluran 43

44 akar dapat dapat lurus menuju apeks sehingga memudahkan pengambilan seluruh jaringan pulpa yang terinfeksi dari saluran akar. Berdasarkan penelitian Schwartz et al (2004) dan Suprastiwi (2006), perubahan sifat fisik dentin masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi perubahan sifat fisik dentin karena berkurangnya kelembaban dentin, namun penelitian lain menyatakan tidak ada perubahan fisik pada dentin setelah perawatan endodontik. Brenna et al (2009) mengatakan bahwa perubahan warna gigi sering terjadi karena nekrosis gigi, pelepasan produk disintegrasi yang akan masuk ke dalam tubulus dan merubah warna pada dentin. Pewarnaan gigi juga dapat terjadi setelah perawatan endodontik, karena pembersihan dan pembentukan saluran akar yang tidak sempurna, atau adanya akumulasi dari bahan pengisi saluran akar, debris, dan material bahan tambal yang tersisa. Perubahan warna ini dapat diatasi dengan perawatan bleaching atau dengan restorasi estetik, atau kombinasi keduanya. Torabinejad & Walton (2002) menyatakan bahwa penting dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan perawatan endodontik, sebelum dilakukan prosedur restorasi. Evaluasi ini dianggap penting karena gigi yang telah direstorasi akan menyulitkan operator jika dibutuhkan perawatan ulang. Evaluasi ini meliputi keluhan pasien dan pemeriksaan klinis serta radiografis. Prosedur restorasi dapat segera dilakukan jika hasil evaluasi diyatakan baik, namun apabila tidak maka prosedur restorasi harus ditunda sampai kondisi gigi dinyatakan baik dan siap untuk dilakukan restorasi.

45 Menurut Ford (2004) dan Garg (2011), terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan prosedur restorasi, salah satunya adalah banyaknya jaringan keras gigi yang tersisa setelah perawatan endodontik. Hal ini berkaitan dengan bentuk retensi dan resistensi dari restorasi yang akan dibuat. Ford (2004) dan Segovic (2004) menyatakan pertimbangan fungsi gigi dalam lengkung juga merupakan pertimbangan yang penting. Tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya beban kunyah yang akan diterima restorasi. Pernyataan ini sangat berkaitan dengan pemilihan bahan restorasi. Gigi dengan beban kunyah yang besar harus direstorasi dengan bahan yang mampu menahan beban kunyah besar, seperti logam cor dan porselen. Pertimbangan lainnya menurut Cheung (2011) dan Ford (2004) adalah posisi atau lokasi gigi. Pertimbangan ini akan menjadi sangat penting karena lokasi gigi di anterior membutuhkan pertimbangan estetik, sedangkan gigi posterior tidak. Posisi juga perlu diperhatikan sehubungan dengan restorasi yang ada pada gigi sebelahnya atau gigi antagonisnya. Pertimbangan selanjutnya menurut Cheung (2011) dan Ford (2004) adalah anatomi saluran akar. Anatomi saluran akar merupakan pertimbangan yang harus dilakukan jika akan merestorasi gigi dengan mahkota pasak. Gigi dengan anatomi saluran akar yang bengkok merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan. Kegagalan perawatan endodontik seringkali disebabkan oleh kegagalan restorasi dibandingkan dengan kegagalan perawatan endodontik itu sendiri (Ford, 2004 ; Garg, 2011 ; Torabinejad & Walton, 2002). Kegagalan restorasi yang

46 sering terjadi diantaranya adalah kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur pada restorasi, dan fratur gigi (Suprastiwi, 2006). Kegagalan restorasi disebabkan oleh kerapatan (seal) yang tidak baik, retensi yang tidak adekuat, resistensi yang tidak adekuat, restorasi yang tidak dapat memberi perlindungan yang cukup terhadap tekanan oklusal, dan retensi yang tidak dapat melindungi gigi dari fraktur (Torbinejad & Walton, 2002). Kebocoran tepi dapat menyebaban karies sekunder yang berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan semen, sehingga mencapai apeks. Hal ini dapat menyebabkan infeksi berulang yang menyebabkan harus dilakukan retreatment. Lepas dan frakturnya restorasi juga dapat menyebabkan larutnya semen dan masuknya bakteri hingga apeks yang dapat menyebabkan retreatment. Fraktur gigi dapat menyebabkan gigi harus diekstraksi (Madisan & Wilcox, 1998 ; Messer, 2003 ; Sjorgen, 1990). Kebocoran tapi, lepasnya restorasi, dan fraktur pada restorasi dapat menyebabkan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar. Risiko yang paling dihindari dari gagalnya restorasi adalah fraktur gigi, karena dapat menyebabkan gigi harus diekstraksi (Ingle & Bakland, 2008 ; Torabinejad & Walton, 2002). Menurut Cohen (2011), Sisthaningsih & Suprastiwi (2006), suatu restorasi harus mampu menutupi koronal gigi secara menyeluruh untuk menghindari kebocoran, agar tidak terjadi masuknya bakteri ke dalam saluran akar yang dapat

47 menyebabkan infeksi berulang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa jika terjadi kebocoran, maka harus dilakukan perawatan endodontik kembali atau retreatment Menurut Garg (2011) dan Segovic (2004) terdapat beberapa pilihan restorasi untuk gigi anterior. Gigi anterior dengan sisa jaringan gigi yang masih banyak dan retensi yang masih cukup dapat direstorasi secara langsung dengan komposit resin. Gigi anterior dengan sisa jaringan sedikit, yaitu kurang dari sepertiga koronal sehingga retensi tidak cukup, restorasi dengan mahkota pasak menjadi pilihan. Pemilihan restorasi pada gigi yang telah dirawat endodontik seringkali mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan struktur jaringan gigi yang tersisa seringkali tidak cukup sebagai retensi dari restorasi. Keadaan seperti ini membutuhkan pasak yang masuk ke dalam saluran akar. Fungsi pasak adalah untuk menambah retensi dari restorasi dan membagi tekanan yang diterima gigi merata ke sepanjang saluran akar. Adanir (2007), Schwartz (2004), dan Tronstad (2003) menjelaskan mengenai fiber untuk mahkota pasak. Bahan pasak yang tengah berkembang saat ini adalah pasak non metal, yaitu pasak fiber. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin saluran akar. Pasak dengan bahan ini lebih lentur dibandingkan dengan pasak metal, sehingga mencegah risiko fraktur gigi yang sering terjadi pada gigi dengan pasak metal. Kelebihan lain dari pasak dengan bahan fiber adalah biokompatibilitasnya yang lebih baik, dan tahan terhadap korosi dibandingkan dengan pasak metal.

48 Menurut Cheung (2011), Cohen (2011), dan Segovic (2004) terdapat beberapa pilihan restorasi untuk gigi poseterior. Gigi posterior dengan sisa jaringan tersisa sedikit akibat tindakan preparasi akses kavitas sehingga diperlukan perlindungan bonjol dan kavitas meliputi linggir proksimal, maka dibutuhkan restorasi indirek. Restorasi indirek minimal untuk gigi yang telah dirawat endodontik adalah restorasi onlay dengan bahan logam cor, porselen, atau komposit. Gigi dengan sisa jaingan keras yang lebih sedikit dapat direstorasi dengan restorasi mahkota, pilihan bahannya adalah logam com poselen, atau komposit. Gigi yang membutuhkan retensi lebih dapat direstoasi dengan mahkota pasak. Macam-macam bahan restorasi yang dapat digunakan setelah perawatan endodontik adalah komposit resin, semen glass ionomer, porselen, dental amalgam, dan logam cor. Powers dan Sakaguchi (2006), Manhart et al., (2001) menjelaskan mengenai sifat-sifat komposit. Penulis banyak menemukan komposit resin merupakan restorasi yang saat ini penggunaannya semakin luas, karena memiliki nilai estetik yang baik dan dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior. Hal ini disebabkan adanya penambahan sifat fisik dan mekanis dari komposit resin. Filler sebagai bahan pengisi ditambahkan ke dalam matriks resin untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis dari komposit resin. Sifat mekanis ditingkatkan adalah nilai translusensi, mengurangi penyusutan selama polimerisasi, dan mengurangi muai termis komposit, sedangkan nilai mekanis yang ditingkatkan adalah meningkatkan kekuatan, kekerasan, mengurangi penyerapaan air, dan mengurangi pewarnaan.

49 Mount (1994), Qualthrough (2005), dan Suprastiwi (2006) menjelaskan mengenai bahan glass ionomer. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh semen glass ionomer adalah bersifat tidak iritatif, adhesif, dan memiliki biokompatibilitas tinggi. Nilai estetiknya cukup baik, namun jika dibandingkan dengan resin kompsoit, nilai estetiknya menjadi kurang baik. Ketahanan semen glass ionomer dalam menahan beban kunyah dan terhadap abrasi juga kurang baik, karena itu tidak menjadi pilihan utama sebagai restorasi pada gigi yang telah dirawat endodontik. Berdasarkan uraian tersebut penulis melihat bahwa semen glass ionomer memiliki kelebihan dalam hal estetik namun memiliki kekurangan dalam hal kekuatan menerima beban kunyah. Hal ini akan sangat membantu kita memutuskan kapan sebaiknya menggunakan bahan semen glass ionomer. Kidd (2003), Park (2002), dan Walmsley (2007) menjelaskan mengenai bahan porselen. Porselen mempunyai warna yang mirip dengan jaringan gigi. Porselen yang digunakan sebagai restorasi adalah porselen low dan high fusing. Bahan ini sangat keras dan tidak larut dalam cairan mulut, namun mempunyai sifat rapuh, karena itu kedalaman minimal dari restorasi harus dipenuhi. Hal ini menyebabkan restorasi porselen menjadi indikasi pada gigi dengan kavitas yang luas dan sisa jaringan gigi yang sedikit. Manocci et al. (2005) dan Roberson et al. (2006) menjelaskan mengenai penggunaan dental amalgam sebagai restorasi direk karena mudah ditempatkan ke dalam kavitas serta dapat mengembalikan bentuk dan fungsi gigi. Penjelasan dari bahan tambal amalgam membuat bahan amalgam menjadi pilihan sebagai restorasi gigi setelah perawatan endodontik namun tidak menjadi pilihan utama.

50 Dental amalgam tidak melindungi bonjol dan linggir proksimal dengan baik, dan gigi yang telah dirawat endodontik seringkali telah kehilangan bonjol selama preparasi akses. Pertimbangan lain adalah tidak adanya ikatan adhesif antara amalgam dengan jaringan gigi. Bentuk retensi gigi setelah perawatan endodontik seringkali tidak adekuat untuk menggunakan restorasi amalgam. Johnson (2002) dan Weine (2004) menjelaskan mengenai bahan logam cor. Logam cor memiliki kekuatan yang baik dalam menahan beban kunyah. Pengerjaannya yang tidak langsung juga memungkinkan hasil yang lebih baik. Nilai estetik dari logam cor kurang baik, karena itu lebih dipilih sebagai restorasi gigi posterior setelah perawatan endodontik. Bentuk restorasi dari bahan logam cor yang menjadi pilihan minimal pada gigi setelah perawatan endodontik adalah restorasi onlay. Logam cor sampai saat ini masih digunakan sebagai bahan restorasi gigi setelah perawatan endodontik. Bahan ini dalam hal estetik kurang baik, sehingga banyak pasien yang menolak menggunakan restorasi dengan bahan logam cor ini, namun dari segi kekuatan dapat menahan beban kunyah.