Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

BAB III METODE PELAKSANAAN

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

TUGAS AKHIR (LS 1336)

LATAR BELAKANG TUJUAN PERUMUSAN MASALAH. Fadila Putra K Distribusi menurun hingga 60% (2007) Kebutuhan Pupuk

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

OPTIMALISASI PENGOPERASIAN KECEPATAN KAPAL UNTUK MENGURANGI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI CO 2

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN

Model Pengangkutan Crude Palm Oil

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

TUGAS AKHIR Analisa Penentuan Alat Bongkar Muat Kapal dan Unitisasi Muatan untuk Meningkatkan Kinerja Operasional Kapal : Studi Kasus Cement Bag

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: Page 1 of 6

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

ANALISIS PENENTUAN RUTE PELAYARAN PETIKEMAS DOMESTIK BERBASIS PERMINTAAN

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

OPTIMASI RUTE DAN JADWAL PELAYANAN PENGISIAN BBM MFO 380 BAGI KAPAL-KAPAL TUJUAN LUAR NEGERI UNTUK WILAYAH KALTIM DAN KALSEL

Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Proses Layanan Bisnis. B. Transportasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep)

Kata Kunci - Ship Scheduling and Assignment, NP - Hard Problem, Metode Meta-heuristik, Simple Iterative Mutation Algoritm, Minimum requirement draft

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura

Analisis Dampak Pembangunan Pelabuhan Terhadap Biaya Transportasi : Studi Kasus Pelabuhan Teluk Prigi di Wilayah Jawa Timur

Dosen Pembimbing : Ir. H. Agoes Santoso, M.Sc

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Kajian Teknis dan Ekonomis Bunkering LNG untuk Pemenuhan Bahan Bakar Gas Kapal Pelni

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

ABSTRACT. KEY WORDS : Landing Ship Tank, Propulsion system, Knot

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung

Studi Kegiatan Transshipment Batubara

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

Konsep Optimasi Penentuan Armada dan Kecepatan Operasi Kapal Kontainer pada Perusahaan Pelayaran Liner

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur

ANALISA PERANCANGAN STERN DRIVE PADA BOAT FISHING SPORT 12 METER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

MODEL TRANSPORTASI TERPADU PENGIRIMAN REMPAH-REMPAH DARI HILA (MALUKU TENGAH) MENUJU ROTTERDAM (BELANDA)

UNTUK DISTRIBUSI LNG DARI PULAU KALIMANTAN MENUJU PULAU JAWA MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC FERRIZA ZAINURY

Pesawat Polonia

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai

Perancangan Rute Transportasi Laut untuk Sumatran Ring dengan Pendekatan Riset Operasi dan Simulasi

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR

PERANCANGAN SISTEM OPTIMASI BERBASIS DATABASE PADA PENJADWALAN PENAMBATAN KAPAL UNTUK MENDUKUNG TERCAPAINYA ZERO WAITING TIME

PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

A. Konsep Pengembangan Model

Perencanaan Sistem Propulsi Hybrid Untuk Kapal Fast Patrol Boat 60 M

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

SISTEM OPERASI DAN KELAUTAN

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper Farin Valentito, R.O. Saut Gurning, A.A.B Dinariyana D.P Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: sautg@its.ac.id Abstrak--Makalah ini akan mempelajari masalah fuel management untuk pelayaran tramper. Dengan studi kasus kapal MV. MAMIRI yang melayani rute pelabuhan Tj. Priok Bitung Tj. Priok. Dalam permasalahan ini akan mempertimbangkan 3 hal yaitu : pemilihan pelabuhan bunker, jumlah bahan bakar yang dibeli, dan pengaturan kecepatan. Karena ketiga hal ini memiliki hubungan, maka dapat digunakan untuk pertimbangan membuat strategi fuel management. Pembuatan model yang tepat untuk mewakili hubungan antara konsumsi bahan bakar dan kecepatan kapal adalah hal yang penting pada strategi fuel management. Kemudian dari permodelan tadi akan dikembangkan agar mendapatkan skenario bunkering yang optimal pada keadaan muatan kapal yang berbeda yaitu muatan kapal normal, muatan kapal rendah dan muatan kapal tinggi. Didalamnya termasuk pelabuhan pengisian bahan bakar, jumlah bahan bakar, dan kecepatan kapal. Berdasarkan permodelan yang telah dibuat, akan membahas efek time windows terhadap kapal, harga bahan bakar, kapasitas tangki kapal dan kemungkinan kehilangan muatan di rute Tj. Priok Bitung Tj. Priok. Kata Kunci--fuel management, ship speed, time windows, harga bunker. S I. PENDAHULUAN ejalan dengan perkembangan perdagangan global, transportasi laut menjadi salah satu bagian yang penting dalam pendistribusiannya. Secara umum ada tiga tipe pelayaran di transportasi maritim yaitu pelayaran liner, pelayaran tramper/charter, dan pelayaran industrial [1]. Pelayaran liner beroperasi seperti bus umum, kapal biasanya beroperasi pada rute yang tetap dan setiap kapal memiliki jadwal masing-masing pada pelabuhan di rute yang dilaluinya. Muatan pada kapal hampir selalu penuh karena melakukan kegiatan bongkar muat pada tiap pelabuhan yang dilewati. Pelayaran tramper beroperasi seperti sebuah taxi, kapal baru akan beroperasi ketika ada permintaan dari pemilik barang. Lalu kapal berangkat saat muatan tersedia dan biasanya kapasitas muatan kapal terisi penuh hanya untuk satu tujuan. Sedangkan pelayaran industrial beroperasi seperti armada truk di daratan. Pemilik muatan biasanya adalah perusahaan besar yang mengangkut muatannya sendiri. Pemilik muatan dapat mengatur seluruh kegiatan armada kapal. Kapal biasanya dimiliki secara langsung atau menyewa. Tetapi perbedaan antara ketiga tipe ini tidak mutlak atau tidak tergambar dengan jelas. Sebuah kapal dapat berubah dari satu jenis tipe menjadi tipe yang lain. Hal itu tergantung oleh siapa kapal tersebut dioperasikan. Masing-masing tipe pelayaran memiliki bermacam-macam masalah tersendiri dalam menjalankannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi oleh pemilik kapal adalah menentukan jumlah biaya bahan bakarnya. Biaya operasional yang paling besar didalamnya adalah biaya bahan bakar kapal. Karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar maka muncul pertanyaan bagaimana cara menekan biaya bunker untuk kapal sehingga pos pengluaran untuk bahan bakar dapat dikurangi. Dari Tabel 1 ditunjukan bahwa secara umum biaya untuk bahan bakar bunker memiliki prosentase yang besar hampir separuh dari seluruh operasionalnya. Tabel 1. Prosentase biaya operasional kapal Jenis biaya Biaya (%) Awak kapal 32 Provisi dan pelumas 11 Repair dan perawatan 16 Asuransi 30 Administrasi 12 Bahan bakar 47 D.O 7 Pelabuhan 46 Sumber : Saut Gurning (2010) Karena itu penurunan biaya bahan bakar dapat memberikan penghematan yang besar dari total biaya kapal. Banyak cara yang diambil oleh perusahaan pelayaran untuk menekan konsumsi bahan bakar ini. Disamping menggunakan strategi bersifat teknis seperti menggunakan mesin induk yang efesien, menggunakan propeller yang efisiensinya tinggi dll. Salah satu cara adalah berlayar pada kecepatan rendah, tetapi berlayar dengan kecepatan rendah akan menambah waktu perjalanan yang dibutuhkan sehingga bisa saja melebihi jadwal kapal. Oleh karena itu bagaimana cara meningkatkan kecepatan kapal pada tiap titik (antara satu pelabuhan ke pelabuhan tujuan) menjadi hal yang penting. Lagipula harga bahan bakar di tiap pelabuhan dapat berbeda. Hal ini disebabkan penentuan harga jual minyak bakar oleh Pertamina. Di Indonesia ada pembagian 4 wilayah harga yaitu wilayah 1 untuk pulau Jawa dan Sumatra, wilayah 2 untuk pulau Kalimantan, wilayah 3 untuk pulau Sulawesi, dan wilayah 3 untuk pulau Papua dan Maluku seperti tabel 2. Dalam hal pemilihan pelabuhan bunker ada bermacammacam faktor yang berhubungan dengan harga. Faktor tersebut pada umumnya adalah tarif pelabuhan, waktu tunggu, harga bunker dan peraturan pelabuhan [2]. Sejalan dengan hal tersebut pemilihan pelabuhan untuk bunker di daerah Indonesia juga dipengaruhi oleh hal tadi. Sedangkan faktor-faktor kapal melakukan pemilihan pelabuhan bunker yang ada di daerah ASEAN adalah tingkat efisiensi dari

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 transaksi, tarif pelabuhan, reliability, akses dengan daratan dan akses dengan lautan [3]. Tabel 2. Harga jual minyak bakar Pertamina Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Harga 7.700.000 7.800.000 7.900.000 8.050.000 Sumber : Pertamina 2012 Oleh karena itu, dalam paper ini akan membahas strategi menejemen bahan bakar tersebut dengan tujuan meminimalkan biaya total bunker untuk pelayaran. Lebih lanjut lagi dipelajari efek akibat jadwal time windows pada kapal yang antara lain mengatur waktu tunggu, waktu bongkar muat, waktu awal kedatangan, dan waktu akhir pelayanan. Lalu disini akan mengambil satu studi kasus pada rute pelayaran Priok-Perak-Gorontalo-Bitung-Priok sebagai contoh. II. URAIAN PENELITIAN A. Identifikasi Power dan Kecepatan Secara umum kapal yang bergerak di air dengan kecepatan tertentu, maka akan mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor) [4]. Untuk mengatahui hubungan power dan kecepatan kapal sebelumnya harus diketahui tentang tahanan kapal. Tahanan kapal ini akan berperan untuk menemukan EHP dan dari EHP dapat diketahui BHP kapal pada tiap kecepatan. EHP = λ x Vs 3 (1) EHP : Effective horse power (kw) λ : Konstanta Vs : Kecepatan kapal Setelah diperoleh nilai EHP, nilai tadi akan digunakan untuk mencari nilai DHP (Delivered horse power). DHP adalah besar daya yang tersalurkan dari motor induk kapal hingga propeller. DHP = EHP / ηh x ηrr x ηo (2) DHP = Delivered horse power (kw) EHP = Effective horse power (kw) ηh = Efisiensi lambung ηrr = Efisiensi relatif rotatif ηo = Efisiensi propulsi Setelah diperoleh nilai DHP, nilai DHP tadi akan digunakan untuk mencari nilai SHP (Shaft horse power). SHP adalah besar daya yang tersalurkan dari motor induk kapal hingga poros propeller. SHP = DHP / ηbηs (3) SHP = Shaft horse power (kw) DHP = Delivered horse power (kw) ηbηs = Losses akibat letak kamar mesin (2% - 3%) Setelah diperoleh nilai SHP, nilai SHP tadi akan digunakan untuk mencari nilai BHP (Brake horse power). BHP adalah besar energi yang keluar dari mesin induk kapal. BHP = SHP / ηg (4) BHP = Brake horse power (kw) SHP = Shaft horse power (kw) ηg = Losses akibat reduction gear (1% - 2%) Gambar. 1. Pembagian daya pada kapal Pada pemilihan kecepatan akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu kecepatan di area pelabuhan awal, kecepatan di laut, dan kecepatan di area pelabuhan tujuan. Untuk kecepatan di area pelabuhan ditentukan pada kecepatan 4 5 knot. Sedangkan kecepatan di laut adalah kecepatan yang memiliki BHP diatas 50%. Hal ini dikarenakan karakteristik mesin yang akan berakibat buruk jika tidak dioperasikan sesuai aturan. Kombinasi yang muncul adalah sebagai berikut. No Tabel 3. Skenario variasi kecepatan Kecepatan (knot) No Kecepatan (knot) 1 4 15.5 4 9 5 15.5 5 2 4 16 4 10 5 16 5 3 4 16.5 4 11 5 16.5 5 4 4 17 4 12 5 17 5 5 4 17.5 4 13 5 17.5 5 6 4 18 4 14 5 18 5 7 4 18.5 4 15 5 18.5 5 8 4 19 4 16 5 19 5 B. Identifikasi Rute dan Pelabuhan Data yang digunakan dalam menentukan jarak antar pelabuhan ini dengan menggunakan perhitungan jarak pelayaran yang telah dihitung berdasarkan rute kapal. Tabel 4. Jarak antar pelabuhan Jarak Area Pel 1 Area Laut Area Pel 2 Tj.Priok Tj. Perak 10 338 25 Tj.Perak Gorontalo 25 915 6 6 155 9 Bitung Tj. Priok 9 1268 10 C. Identifikasi Demand Untuk demand akan digunakan data perusahaan Meratusline yang melayani rute - Gorontalo.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 Pelabuhan D. Deskripsi Sistem Tabel 4. Demand tiap pelabuhan Demand (TEUs) Tj. Perak 800 Gorontalo 600 Bitung 600 Tj. Priok 667 Sumber : Meratusline (2012) Studi kasus mengenai kapal MV. Mamiri yang beroperasi pada rute Tj. Priok Bitung Tj. Priok. Pada tiap-tiap pelabuhan yang dilalui kapal memiliki jadwal time windows yang harus dipatuhi. Apabila kapal tiba di pelabuhan sebelum jadwal maka akan dikenai charge, begitu pula jika kapal melewati jadwal pelayanan akan dikenai charge pula. Sehingga dalam pelayaran dapat diatur kapan kapal berjalan dengan kecepatan tinggi dan kapan kapal berjalan pada kecepatan rendah. t : Waktu (jam) F. Rancangan Permodelan 1. Notasi Notasi yang digunakan didalam model adalah sebagai berikut : Parameter n : jumlah pelabuhan d i,j : jarak pelabuhan i dan j t : total waktu satu putaran (jam) t i : port time ( waktu tunggu dan waktu bongkar muat) (jam) e i : waktu awal time windows (jam) l i : waktu akhir time windows (jam) a i : konsumsi bahan bakar kapal pada pelabuhan i c : koefisien charge waktu pelabuhan w : kapasitas tangki FO (kl) r : koefisien revenue loss v min : kecepatan minimum kapal (knot) v max : kecepatan maksimal kapal (knot) Decision Variable V i,j : kecepatan antara pelabuhan i dan j (knots) S i : total volume bunker untuk 1 kali putaran (kl) Dependent Variable I i : volume bunker saat tiba di pelabuhan i (kl) C i : Biaya bunker pada pelabuhan i (Rp) A i : Waktu tiba di pelabuhan i (jam) D i : Waktu berangkat dari pelabuhan i (jam) F ij : Konsumsi bunker antara pelabuhan i dan j (kl/jam) 2. Variabel Model Parameter : - Jumlah pelabuhan : 4 - Ukuran kapal : 1104 TEU - Waktu pelayaran : 336 jam - Kapasitas tangki : 500 ton/526 kl - Interval kecepatan : 15.5 19 knot Gambar. 2. Jadwal time windows di tiap pelabuhan. E. Perhitungan Durasi dan Konsumsi Bahan Bakar Untuk menghitung durasi perjalanan kapal pada tiap leg digunakan persamaan berikut. t : Durasi (jam) S : Jarak V : Kecepatan (m/s) t = (5) Untuk menghitung konsumsi bahan bakar tiap rute dengan kecepatan yang ada adalah dengan menggunakan persamaan berikut. FC = BHP x SFOC x t (6) FC : Konsumsi bahan bakar (kl) BHP : Power motor induk (kw) SFOC : Specific fuel oil consumption (gr/kwh) Biaya charge akibat time windows Biaya charge (c) = (e i -A i ) + (D i -l i ) x Rp.100 x GT (7) Port time - Waktu Antri Adalah waktu ketika kapal menunggu melakukan bongkar muat. Waktu ini terdiri dari waktu parkir, waktu persiapan. dan waktu lain-lain. Diasumsikan idle time tiap pelabuhan adalah sebagai berikut. Tj. Perak = 35 jam Gorontalo = 20 jam Bitung = 15 jam Tj. Priok = 30 jam - Waktu Bongkar Muat Adalah waktu ketika kapal melakukan bongkar muat. Lama bongkar muat ini ditentukan oleh jumlah muatan kapal (TEUs) dibandingkan dengan kapasitas kemampuan crane di pelabuhan. Lama kegiatan bongkar muat dapat dihitung dengan persamaan berikut.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 W BM = (8) Revenue Loss Adalah nilai muatan kapal yang hilang akibat berat bahan bakar. Revenue loss ini berdasarkan demand muatan yang ada. Revenue loss = Total TEUs Volume bahan bakar (9) G. Model Matematis Total Biaya = Min Biaya Bunker + Revenue Loss + Biaya Charge 1. Biaya Bunker C i = α 1.S i -I i + α 2.S i -I i + α 3.S i -I i + α 4.S i -I i (10) α 1 + α 2 + α 3 + α 4 = 1 I i = S i -F i,j x (d n /V n ) (11) S i -l i 20%w (12) S i w (13) 2. Revenue Loss = r 1.(S i -a i ) (14) 3. Biaya Charge Vmin V i,j Vmax (15) A i +1 = A i +t i +(d i +1/V i +1) (16) e i A i l i (17) A 1 = 0 c = (e i -A i ) + (D i -l i ) x Rp.100 x GT kapal (18) H. Pembuatan Skenario Bunkering Dari model tersebut akan menghasilkan total biaya pada saat kapal berlayar di kondisi normal dan pemilihan kecepatan yang digunakan. Apabila terjadi perubahan jumlah demand maka variable yang lain seperti port time dan revenue loss nya juga akan ikut berubah. Dalam perhitungan menentukan kecepatan dan scenario bunkering yang minimum akan digunakan metode simulated annealing. Metode ini meniru perilaku baja yang mengalami pemanasan sampai suhu tertentu lalu didinginkan secara perlahan [5] Metode ini digunakan karena akan mempercepat proses perhitungan pemilihannya. Dalam perhitungannya digunakan MATLAB sehingga perhitungan dapat diulang beberapa kali hingga mendapatkan hasil yang paling minimum. Skenario Muatan Normal Skenario muatan normal tetap seperti kondisi demand yang ada pada Tabel 4. Hasil perhitungan lama bongkar muat tiap pelabuhan adalah sebagai berikut. Tj. Perak = 26,6 jam Gorontalo = 33,3 jam Bitung = 31,1 jam Tj. Priok = 24,4 jam Gambar. 3. Alur penggunaan kecepatan kombinasi 9-9-9-1 dengan total bahan bakar yang digunakan adalah 185,48 kl. didapatkan bunker sebesar 70 kl. Lalu konsumsinya untuk = 82,88 kl Sehingga kapal akan memilih pelabuhan bunker 1 sebesar 70 kl dan pelabuhan 2 untuk bunker sebesar 115,56 kl. Untuk total biaya bunker, total charge, dan revenue loss adalah Rp.1.428.200.000. Skenario Muatan Rendah Skenario muatan rendah tetap seperti kondisi demand yang ada pada Tabel 4 tetapi diasumsikan berkurang 10%. Hasil perhitungan lama bongkar muat tiap pelabuhan adalah sebagai berikut. Tj. Perak = 24 jam Gorontalo = 30 jam Bitung = 28 jam Tj. Priok = 22 jam kombinasi 9-9-9-1 dengan total bahan bakar yang digunakan adalah 185.48 kl. didapatkan bunker sebesar 100 kl. Lalu konsumsinya untuk = 82,88 kl Sehingga kapal akan memilih pelabuhan bunker 1 sebesar 100 kl dan pelabuhan 2 untuk bunker sebesar 85,56 kl. Untuk total biaya bunker, total charge, dan revenue loss adalah Rp.1.427.100.000. Skenario Muatan Tinggi Skenario muatan rendah tetap seperti kondisi demand yang ada pada Tabel 4 tetapi diasumsikan bertambah 10%.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 Hasil perhitungan lama bongkar muat tiap pelabuhan adalah sebagai berikut. Tj. Perak = 29,3 jam Gorontalo = 36,6 jam Bitung = 34,2 jam Tj. Priok = 26,8 jam kombinasi 9-9-9-9 dengan total bahan bakar yang digunakan adalah 184,56 kl. didapatkan bunker sebesar 50 kl. Lalu konsumsinya untuk = 81,96 kl Sehingga kapal akan memilih pelabuhan bunker 1 sebesar 50 kl dan pelabuhan 2 untuk bunker sebesar 134,56 kl. Untuk total biaya bunker, total charge, dan revenue loss adalah Rp.1.422.100.000. I. Validasi Pada bagian ini akan dilakukan proses validasi tentang metode yang digunakan, apakah dapat memberikan hasil yang sesuai atau tidak apabila terjadi perubahan pada variabelnya. Pada proses ini akan digunakan harga bahan bakar yang berbeda pada tiap pelabuhan. Tabel 5 Harga baru tiap pelabuhan Tj. Priok Tj. Perak Gorontalo Bitung Harga 8.000.000 8.000.000 7.900.000 7.900.000 Dengan skenario muatan normal tetap seperti kondisi demand yang ada pada Tabel 4. Hasil perhitungan lama bongkar muat tiap pelabuhan adalah sebagai berikut. Tj. Perak = 26,6 jam Gorontalo = 33,3 jam Bitung = 31,1 jam Tj. Priok = 24,4 jam untuk biaya bunker, total charge, dan revenue loss adalah Rp.1.467.000.000. III. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan pada tugas akhir ini yang mengacu pada data data yang relevan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Didapatkan bahwa variasi kecepatan yang dipilih untuk satu kali perjalanan dari Tanjung Priok Tanjung Perak Tanjung Priok pada saat kondisi muatan normal dan muatan rendah adalah kombinasi 9 9 9 1 yang memiliki kecepatan 5-15.5-4 knot. Sedangkan pada saat kondisi muatan tinggi variasi kecepatan yang digunakan adalah kombinasi 9 9 9 9 yang memiliki kecepatan 5-15.5-5 knot. 2. Ketika kapal berjalan pada kecepatan tersebut bahan bakar yang digunakan mencapai titik paling minimum yaitu 185.48 kl pada saat kondisi muatan rendah dan normal dan 184.56 kl pada saat kondisi muatan tinggi. 3. Harga volume bahan bakar pada tiap pelabuhan bisa berbeda tergantung harga pada daerah tersebut. Sehingga harga total bahan bakar juga berbeda. Harga pada pelabuhan Tj. Priok dan Tj. Perak sebesar Rp. 1,421,112,000.00. Harga pada pelabuhan Gorontalo dan Bitung sebesar Rp. 1,458,024,000.00. 4. Setelah dilakukan validasi dengan harga baru, hasil skenario bunkernya dapat mengikuti perubahan variable yang ada. IV. DAFTAR PUSTAKA [1] Ronen, D. 2002. Cargo ships routing and scheduling: survey of models and problems, School of Business Administration, University of Missouri-St. Louis. [2] Acosta,M.2010. Bunkering competition and competitiveness at the port of the Gibraltar Strait, Jurnal of Transport Geography, Elsevier. [3] Tongzon, J. 2007. Determinants of competitiveness in logistics: Implications for the ASEAN region, Maritime Economics & Logistics. [4] Harvald, J. 1992. Resistance and Propulsion of Ships, John Wiley & Sons. [5] Santosa, B., Willy, P. 2011. Metoda Metaheuristik Konsep & Implementasi. Guna Wijaya. Surabaya. kombinasi 9-9-9-9 dengan total bahan bakar yang digunakan adalah 184,56 kl. didapatkan bunker sebesar 70 kl. Lalu konsumsinya untuk = 81,96 kl Sehingga kapal akan memilih pelabuhan bunker 1 sebesar 70 kl, pelabuhan 2 untuk bunker sebesar 20.13 kl dan pelabuhan 3 untuk bunker sebesar 94.43 kl. Dan total biaya