B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

dokumen-dokumen yang mirip
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA (1 5 TAHUN) DI POSYANDU CEMPAKA DESA NGREMBEL KELURAHAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai variabel independen

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. orang yaitu terdiri dari ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun yang

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

BAB V HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU RT 07 RW 01 KELURAHAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2016

Tingkat Partisipasi Ibu Hadir Tidak Hadir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di posyandu Anyelir A sebanyak 65 anak yang terdiri dari usia 0 sampai 11

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Jurnal Kesehatan Kartika 50

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita Dewi ³. INTISARI

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61 km2. Secara Demografis jumlah penduduk di Kelurahan Sendangmulyo sangat banyak yaitu terdapat 10.413 KK dengan jumlah pendudukan 36.646 jiwa. Jumlah penduduk yang besar terbagi dalam 30 RW, dimana Kelurahan Sendangmulyo ini sebagia besar adalah perumahan dan hanya sebagian kecil perkampungan.penelitian dilaksanakan di RW 28 dimana di RW ini terdapat 2 posyandu dengan kegiatan setiap bulan diadakan penimbangan anak, pemberian makanan tambahan dan pemantauan pertumbuhan anak. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden Umur Frekuensi Persentase Dewasa awal Dewasa akhir 66 11 85,7 14,3 Jumlah 77 100 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah dewasa awal yaitu sebanyak 66 orang (85,7%). Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian sebagian besar 37

38 masih termasuk keluarga muda dengan kisaran umur antara 20 sampai denga 35 tahun. Kelurahan Sendangmulyo RW 28 adalah kompleks perumahan yang relatif baru sehingga banyak dihuni oleh keluarga dengan usia pernikahan yang masih relatif muda. Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Perubahan umur mempengaruhi perilaku seseorang, karena melalui perjalanan umurnya yang disebabkan karena proses pendewasaan maka seseorang akan lebih mudah melakukan adaptasi perilaku hidup dengan lingkungannya (Notoatmojo, 2005). Menurut Pariani (2000), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, sehingga semakin matang dan umurnya semakin banyak maka pengetahuan seseorang akan semakin bertambah, artinya semakin umurnya banyak maka akan mudah menyerap pendidikan kesehatan yang diberikan. b. Pendidikan responden Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan responden Pendidikan Frekuensi Persentase Pendidikan menengah (SMA) Pendidikan Tinggi 42 35 54,5 45,5 Jumlah 77 100

39 Pendidikan responden yang terbanyak adalah Pendidikan menengah yaitu sebanyak 42 orang (54,5%). Hal ini menunjukkan bahwa di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo banyak dihuni oleh orangorang dengan pendidikan menengah hingga tinggi, artinya bahwa responden penelitian mempunyai kemampuan untuk memahami berbagai informasi dengan lebih baik. Pendidikan berdasarkan UU pendidikan No. 20 tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Namun demikian masyarakat dapat mengenyam pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, tingkat sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambahnya umur maka pendidikan dan pengalaman yang didapat akan semakin banyak. Baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah adanya perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau ketrampilannya (Notoatmodjo, 2003). c. Pendapatan responden Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan pendapatan responden Pendapatan Frekuensi Persentase < UMR (Rp. 1.423.500) > UMR (Rp. 1.423.500) 10 67 13,0 87,0 Jumlah 77 100

40 Kondisi sosial ekonomi responden dalam penelitian ini didasarkan pada tingkat pendapatannya. Hasil penelitian ditemukan bahwa pendapatan responden sebagian besar adalah diatas UMR yaitu Rp. 1.423.500,00 sebanyak 87,0% dan yang berpendapatan di bawah UMR sebanyak 13,0%. Hal terjadi karena sebagian besar anggota keluarga responden penelitian terutama suami mempunyai pekerjaan tetap baik sebagai karyawan swasta maupun yang berwiraswasta sendiri. Pendapatan yang tinggi ini memberikan dampak yang baik bagi pola pengasuhan anak balita terutama dalam memperhatikan kesehatan yang terdiri dari pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga didapatkan balita yang sehat. Pendapatan merupakan jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan per kapita (per capita income) keluarga adalah pendapatan rata-rata dalam suatu keluarga pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu keluarga pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan keseluruhan anggota keluarga pada periode tertentu dibagi dengan jumlah anggota keluarga pada periode tersebut. Ternyata tingginya pendapatan keluarga, tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga

41 tinggi. Hal ini terjadi karena faktor jumlah anggota keluarga juga sangat menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita (Budiono, 2004). Pendapatan yang tinggi dalam arti di atas upah minimum regional (UMR) tentunya menyebabkan para orang tua atau responden telah mampu memenuhi standar hidup di daerah penelitian ini. Standar hidup yang layak yang dirasakan oleh responden menyebabkan mereka mampu memperhatikan status gizi keluarga terutama bagi anak balitanya d. Pekerjaan responden Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan responden Pekerjaan Frekuensi Persentase IRT Swasta Wiraswasta PNS 54 20 1 2 70,1 26,0 1,3 2,6 Jumlah 77 100 Responden penelitian sebagian besar menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 54 orang (70,1%).Hasil penelitian ini juga menemukan responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dan PNS. Responden yang tidak memiliki aktivitas pekerjaan di luar rumah tentunya mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam pengasuhan anaknya termasuk keaktifannya dalam mematau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui posyandu

42 e. Pengetahuan responden Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik Cukup Kurang 33 22 22 42,8 28,6 28,6 Jumlah 77 100 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan responden yang terbanyak adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 33 responden (42,8%). Pengetahuan mengenai pemanfaatan Posyandu yang baik ini didapatkan oleh para ibu melalui berbagai media seperti penyuluhan dari para kader dan petugas kesehatan serta dari beberapa media seperti tayangan televisi mengenai pentingnya pemanfaatan Posyandu untuk memantau pertumbuhan Balita. Ibu dengan pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan Posyandu ini berimplikasi kepada perilaku ibu dalam memanfaatkan Posyandu. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

43 Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Taufik, 2010). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang baik dari para ibu yang menjadi responden penelitian mengenai pemafaatan Posyandu akan mendukung tindakan responden untuk membawa anak Balitanya ke Posyandu secara rutin untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan dan pengukuran antopometri pada anak. f. Sikap Ibu.Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Sikap Frekuensi Persentase Negatif Positif 37 40 48,1 51,9 Jumlah 77 100 Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sikap responden yang positif sebanyak 40 orang (51,9%). Sikap yang positif adalah sikap yang mendukung dimana menunjukkan bahwa responden menyetujui

44 dengan adanya Posyandu yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pertumbuhan anak balitanya. Responden ketika memanfaatkan posyandu telah merasakan banyak keuntungan seperti pengetahuan yang meningkat mengenai pertumbuhan serta perkembangan anak melalui penjelasan dari kader posyandu yang memberikan pelayanan kepada responden. Sikap positif ini disebabkan karena responden telah memahami pentingnya Posyandu yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan anak Balitanya. Apalagi berbagai kasus yang diberitakan melalui media tentang adanya gizi buruk yang tidak terpantau akhirnya membuat responden berkeinginan untuk memantau pertumbuhan Balitanya melalui Posyandu. Hal ini membuat responden penelitian akhirnya bersikap positif atau mendukung terhadap pemanfaatan Posyandu. Sikap sendiri merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tertentu (Azwar, 2010). Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi dengan rangsang yang diterima. Jika sikap mengarah pada objek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap

45 objek tertentu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap objek tersebut. Sikap merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu dari suatu penghayatan terhadap objek. Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan objek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins (Azwar, 2010) bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predesposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan g. Kunjungan ke posyandu Tidak aktif Aktif Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan jumlah kunjungan Jumlah kunjungan Frekuensi Persentase 31 46 40,3 59,7 Jumlah 77 100 Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa responden yang aktif berkunjung ke posyandu sebanyak 46 orang (59,7%). Jumlah kunjungan ke posyandu ini sebagai pertanda keaktifan ibu dalam membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang guna mengetahui pertumbuhan anak balitanya. Keaktifan kunjungan ke posyandu ini

46 didukung dengan pengetahuan dan sikap yang baik pada pemanfaatan posyandu sehingga mendukung perilaku ibu dalam pemanfaatan Posyandu. Keaktifan kunjungan responden ini menunjukkan perilaku yang merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu itu. Perilaku atau aktivitas merupakan jawaban dari respon terhadap stimulus yang mengenainya (Walgito (2002). Bentuk stimulus yang diterima responden penelitian adalah berupa penyuluhan dan informasi dari kader Posyandu sehingga menambah pengetahuan dan sikap responden. Pengetahuan dan sikap responden sebagai faktor predisposisi dari perilaku sehingga sebagian besar responden penelitian memiliki perilaku yang positif dalam memafaatkan posyandu. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan usia dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.8 Hubungan usia dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Usia Tidak aktif Aktif Total n % n % n % Dewasa awal 26 39,4 40 60,6 66 100 Dewasa akhir 5 45,5 6 54,5 11 100 Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,748

47 Hubungan usia dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada usia dewasa awal lebih banyak yaitu 26 orang (39,4%) dibandingkan dewasa akhir yaitu 5 orang (45,5%), sedangkan hubungan usia dengan kunjungan ke posyadu aktif pada dewasa awal lebih banyak yaitu 40 orang (60,6%) dibandingkan dewasa akhir yaitu 6 orang (54,5%). Hasil uji statistic dengan Fisher s exact diperoleh p value sebesar 0,748 (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Usia ibu tidak menjadi faktor terhadap kunjungan ke posyandu, hal ini terjadi karena responden baik yang berusia dewasa awal maupun dewasa akhir sebagian besar tetap aktif berkunjung ke posyandu dengan tujuan untuk dapat menimbang dan memantau perkembangan anak. Penelitian Tri Wahyudianingsih (2009) menyebutkan bahwa posyandu erat sekali kaitannya dengan peran serta aktif masyarakat (partisipasi ibu balita). Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu diantaranya adalah usia ibu, faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor jumlah keluarga, faktor penghasilan, serta sikap. Penelitian yang dilakukan oleh Rarasati (2013) yang meneliti tentang hubungan karakteristik ibu, frekuensi kehadiran anak ke posyandu, asupan energi dan protein dengan status gizi anak usia 1-2

48 tahun menemukan bahwa usia ibu tidak berhubungan secara signifikan dengan kehadiran ke posyandu. b. Hubungan pendidikan dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.9 Hubungan pendidikan dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Pendidikan Tidak aktif Aktif Total n % n % n % SMA 26 61,9 16 38,1 42 100 Perguruan 5 14,3 30 85,7 35 100 tinggi Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,000 Hubungan pendidikan dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada pendidikan SMA lebih banyak yaitu 26 orang (61,9%) dibandingkan perguruan tinggi yaitu 5 orang (14,3%). Hubungan pendidikan dengan kunjungan ke posyadu aktif pada perguruan tinggi lebih banyak yaitu 30 orang (85,7%) dibandingkan SMA yaitu 16 orang (38,1%). Hasil uji statistic dengan Continuity correction diperoleh p value sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Khotimah (2009) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu

49 di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Erman (2010) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan kunjungan ke posyandu Kelurahan Lubuk Tanjung Puskesmas Perumahan Kota Lubuk Linggau. Hasil penelitian ini sesuai teori yang menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki cara berfikir yang lebih dinamis dalam menerima setiap informasi baru sehingga mampu mengambil manfaat dari informasi tersebut. Sebaliknya pendidikan yang rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan-perubahan hidup sehat termasuk berkaitan dengan pemahaman mengenai pentingnya melakukan kunjungan ke posyandu untuk memantau kesehatan dan perkembangan anak (Notoatmodjo, 2010). c. Hubungan pendapatan dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.10 Hubungan antara pendapatan dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Pendapatan Tidak aktif Aktif Total n % n % n % < UMR 7 70,0 3 30,0 10 100 > UMR 24 35,8 43 64,2 67 100 Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,080

50 Hubungan pendapatan dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada pendapatan > UMR lebih banyak yaitu 24 orang (35,8%) dibandingkan pendapatan < UMR yaitu 7 orang (70,0%), sedangkan hubungan pendapatan dengan kunjungan ke posyadu aktif pada pendapatan <UMR lebih banyak yaitu 43 orang (64,2%) dibandingkan pendapatan < UMR yaitu 3 orang (30,0%). Hasil uji statistic dengan Fisher s exact diperoleh p value sebesar 0,080 (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. d. Hubungan pekerjaan dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.11 Hubungan pekerjaan dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Pekerjaan Tidak aktif Aktif Total n % n % n % Tidak bekerja 26 48,1 28 51,9 54 100 Bekerja 5 21,7 18 78,3 23 100 Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,056 Hubungan pekerjaan dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada responden tidak bekerja lebih banyak yaitu 26 orang (48,1%) dibandingkan yang bekerja yaitu 5 orang (21,7%), sedangkan hubungan pekerjaan dengan kunjungan ke posyadu aktif pada

51 responden yang tidak bekerja lebih banyak yaitu 28 orang (51,9%) dibandingkan responden yang bekerja yaitu 18 orang (78,3%). Hasil uji statistic dengan Continuity correction diperoleh p value sebesar 0,056 (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2010) yang menemukan tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Erman (2010) juga tidak menemukan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kunjungan ke posyandu. e. Hubungan pengetahuan dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.12 Hubungan pengetahuan dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Pengetahuan Tidak aktif Aktif Total n % n % n % Kurang 19 86,4 3 13,6 22 100 Cukup 12 54,5 10 45,5 22 100 Baik 0 0 33 100 33 100 Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,000

52 Hubungan pengetahuan dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 19 orang (86,4%) dibandingkan pengetahuan cukup yaitu 12 orang (54,5%), sedangkan hubungan pengetahuan dengan kunjungan ke posyadu aktif pada responden yang baik lebih banyak yaitu 33 orang (100%) dibandingkan responden yang pengetahuannya cukup yaitu 10 orang (45,5%) dan pengetahuannya kurang yaitu 3 orang (13,6%). Hasil uji statistic dengan Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2009) yang meneliti dengan judul hubungan antara faktor pengetahuan, sikap dan kepercayaan dengan perilaku ibu berkunjung ke Posyandu III Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang menemukan bahwa pengetahuan ibu berhubungan secara signifikan dengan perilaku ibu berkunjung ke posyandu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suharti (2012) juga menemukan bahwa pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan perilaku kunjungan ke posyandu di Banjarnegara Jawa Tengah. Pengetahuan ini sebagai salah satu dasar pembentukan perilaku seseorang. Orang yang berpengetahuan banyak, akan cenderung

53 mudah mengeksplorasi keinginan dalam bentuk tindakan. Tindakan yang direncanakan dapat mengarah pada tindakan positif atau negatif, hal ini tergantung dari akhlak dan kebudayaan seseorang. Jadi untuk memperkaya pengetahuan seseorang harus aktif menerima input untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik.. f. Hubungan sikap dengan kunjungan ke posyandu Tabel 4.13 Hubungan sikap dengan kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu Sikap Tidak aktif Aktif Total f % f % f % Negatif 29 78,4 8 21,6 37 100 Positif 2 5,0 38 95,0 40 100 Total 31 40,3 46 59,7 77 100 p value 0,000 Hubungan sikap dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada sikap negatif lebih banyak yaitu 29 orang (78,4%) dibandingkan sikap positif yaitu 2 orang (5,0%), sedangkan hubungan pengetahuan dengan kunjungan ke posyadu aktif pada sikap positif lebih banyak yaitu 38 orang (95,0%) dibandingkan responden yang sikapnya negative yaitu 8 orang (21,6%). Hasil uji statistic dengan Continuity correction diperoleh p value sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kunjungan balita ke posyandu di

54 RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erman (2010) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu yang mempunyai balita 0-5 tahun ke posyandu di Lubuk Tanjung Wilayah Kerja Puskesmas Kota Lubuk Linggau menemukan bahwa sikap ibu berhubungan secara signifikan terhadap kunjungan ibu ke posyandu, artinya semakin positif sikap ibu maka kunjungan ke posyandu akan semakin aktif. Penelitian lain dilakukan oleh Tri Wahyudianingsi (2009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu balita terhadap keaktifan dalam kegiatan posyandu III Dusun Boto Kabupaten Tulungagung. Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau melalui kartu menuju sehat (KMS). Menurut Arisman (2004) KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan hanya menilai status gizi. Salah satu kegiatan Posyandu yaitu menimbang Balita kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan grafik pertumbuhan pada KMS.

55 C. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya kendala pada saat dilaksanakannya penelitian, yaitu ketidaksediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena takut akan berpengaruh terhadap diri dan keluarganya, namun setelah peneliti berikan penjelasan bahwa penelitian ini tidak berpengaruh apapu kepada responden maka akhirnya mereka bersedia.

56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umur responden sebagian besar adalah dewasa awal yaitu sebanyak 85,7%. 2. Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA yaitu sebanyak 54,5%. 3. Pendapatan responden sebagian besar adalah diatas UMR yaitu Rp. 1.423.500,00 sebanyak 87,0%. 4. Responden penelitian sebagian besar menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 70,1%. 5. Pengetahuan responden yang terbanyak adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 42,8% 6. Sikap responden yang positif sebanyak 51,9%. 7. Kunjungan responden ke posyandu sebagian besar dalam kategori aktif yaitu sebanyak 59,7%. 8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo. 9. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo 10. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo.

57 11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo. 12. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo. 13. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo. B. Saran 1. Ibu Balita Ibu Balita perlu meningkatkan pengetahuan tentang perlunya melakukan pemanfaatan Posyandu setiap bulan, perlunya meningkatkan pengetahuan tentang tanda kekurangan gizi anak serta mencegah Balita sering sakit agar tidak menghambat pertumbuhan Balita. Ibu bisa mendapatkan pengetahuan gizi ini dari buku, majalah atau televisi yang menayangkan tentang gizi Balita. 2. Tenaga kesehatan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat beberapa Balita yang tidak aktif berkunjung ke posyandu. Untuk itu para tenaga kesehatan harus mampu memberikan penanganan kepada mereka termasuk memberi bantuan berupa pemantauan dan penangan terhadap masalah gizi Balita jika ditemukan indikasi gizi kurang dan memberikan informasi untuk berkunjung setiap bulan ke posyandu.

58 3. Kader Posyandu Kader Posyandu diharapkan dapat berperan aktif dalam ikut melakukan pemantauan terhadap status gizi Balita dengan secara aktif mengundang ibu Balita untuk mendatangi Posyandu secara rutin, dan jika ada ibu Balita yang tidak dapat datang ke Posyandu kader dapat mendatangi ibu tersebut dan memberikan pengertian agar bersedia menghadiri Posyandu.