BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4. Hasil dan Pembahasan. Peneliti melakukan swabbing di dua ruangan. yang memiliki karakter berbeda yaitu bangsal anak dan

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana SKRIPSI. Di susun oleh: Novriyana Bungayagi M

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan klien, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Peran perawat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

Kata kunci : infeksi nosokkomial, hand washing, cairan cuci tangan

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

Efektivitas Cuci Tangan dengan Sabun Antiseptik Mengurangi. Cemaran Stafilokokus di Ruang Rawat Inap Flamboyan 2 Rumah Sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

Pelaksanaan Kegiatan UKS No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit Halaman :

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri farmasi berkembang pesat seiring dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTISEPTIK ETHANOL DAN 1-PROPANOL DIBANDINGKAN DENGAN ETHANOL DAN HIDROGEN PEROKSIDA

STERILISASI & DESINFEKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

PPI dan Peran Laboratorium Mikrobiologi Klinik. dr. Inayati Habib M.Kes. Sp.M.K.

LAMPIRAN 1 INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan menambah bahan tertentu(rachmawati & Triyana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Infeksi Nosokomial. Chairuddin P. Lubis. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 21-31

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI UNTUK KANKER PARU DAN MENCUCI TANGAN

Transkripsi:

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang didapat bukan timbul ataupun sudah pada stadium inkubasi saat masuk dan dirawat di rumah sakit, atau merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit sebelumnya (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, Satari, 2008). Pada saat pasien dirawat, penurunan daya tahan tubuh, membuatnya rentan hingga mudah terjangkit mikroorganisme yang ada di sekitarnya (Schwartz, 2000). Transmisi infeksi nosokomial dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu: flora transien dan residen dari kulit pasien sendiri, flora dari petugas kesehatan ke pasien, dan flora dari lingkungan rumah sakit. Petugas kesehatan memiliki peran besar dalam rantai transmisi infeksi ini karena petugas kesehatan lebih banyak berinteraksi dengan pasien terutama perawat. Cuci tangan telah sejak lama dipraktikkan untuk memutus 1

rantai transmisi ini, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah (Departemen Kesehatan RI, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) membuktikan bahwa cuci tangan mampu menurunkan jumlah kuman pada tangan hingga 58%. Dobson (2003) menyatakan bahwa cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian per tahun akibat penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare hingga 47%. Terhadap individu yang bersangkutan, cuci tangan dapat meningkatkan kebersihan dan mempertahankan kesehatan diri. Perawat harus mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin terjadi akibat infeksi nosokomial. Kendati telah ditetapkan oleh Rumah Sakit, masih banyak perawat kurang memperhatikan bahkan tidak jarang mengabaikan prosedur baku penegakan hand hygiene sebelum dan sesudah tindakan pada pasien dilakukan (Setiawati, 2009). Menurut Widmer (2000), terdapat dua konsep dasar penegakan higiene tangan yang berbeda yaitu hand washing dan hand rubbing. Telaah yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) dan Parienti et al. (2002) menambah bukti bahwa menggosok tangan 2

menggunakan cairan berbahan dasar alkohol lebih efektif dibandingkan metode kebersihan yang standar yaitu mencuci tangan menggunakan air dan sabun. Semmelweis (1981) melakukan observasi bahwa peningkatan rerata kematian ibu saat proses persalinan disebabkan karena dokter dan mahasiswa yang sering datang ke ruang bersalin selepas mempersiapkan autopsi dan meninggalkan cairan pada tangannya, selain cairan sabun saat mencuci tangan. Hipotesis beliau menyatakan bahwa partikel cadaverous yang ditransmisikan oleh dokter dan mahasiswa dapat menyebabkan demam. Peneliti ini merekomendasikan cairan antisepsis dengan chlorinated lime solution khususnya ketika dokter meninggalkan ruang autopsi. Hasil evidence base menetapkan bahwa hand rubbing dengan bahan berbasis alkohol lebih efektif menekan perkembangbiakan bakteri pada tangan dan cross transmission yang disebabkan oleh tim kesehatan dibandingkan dengan menggunakan cairan sabun anti mikroba. Mathai, Allegranzi, Kilpatrick, Pittet (2010) mengatakan bahwa cuci tangan dengan alkohol hanya 3

membutuhkan waktu 20-30 detik untuk pengeringan, sedangkan penggunaan sabun membutuhkan waktu 60-90 detik. Tangan yang basah dapat menumbuhkan dan menyebarkan mikroorganisme dibandingkan dengan tangan yang kering. Penggunaan alkohol untuk cuci tangan memiliki beberapa kelebihan: a. Sangat banyak mengurangi jumlah kuman di kulit, kerjanya cepat dan lebih sedikit menyebabkan iritasi (gatal-gatal) dibandingkan dengan berkali-kali memakai air dan sabun (New South Wales Health, Indonesian March 2006). b. Pembersihnya menguap tanpa bekas, dan juga mengandung zat pelembab yang menjaga agar kulit tetap dalam keadaan baik. c. Karabay, et al. (2004) menyatakan bahwa cairan alkohol lebih efektif penggunaannya dalam mencuci tangan, sebab masa kering cairan alkohol lebih cepat (yaitu sekitar 20-30 detik) dibandingkan mencuci tangan memakai sabun, setelah kering tidak akan membuat kuman berkembang biak. 4

Kelemahan menggunakan alkohol adalah : a. Pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak berhasil baik jika kulit tampak nyata kotornya karena pembersih itu tidak melunturkan dan membasuh kotoran seperti dilakukan oleh sabun dan air (New South Wales Health, Indonesian March 2006). b. Biaya untuk mendapatkan alkohol cenderung lebih mahal dibandingkan sabun pencuci tangan. Kelebihan menggunakan sabun adalah : a. Cuci Tangan Pakai Sabun adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling cost-effective (Kementrian Kesehatan, 2010). b. Jika sabun digunakan dalam mencuci tangan akan menghapus sebagian besar bakteri transien (Synder, 1988) Kelemahan menggunakan sabun adalah : a. Memakan waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan alkohol (Mathai, et al. 2010) b. Dilaporkan kasus iritasi dan kekeringan pada kulit; kesulitan mengakses perlengkapan cuci tangan, peningkatan kesibukan karena mencuci 5

tangan cukup memakan waktu (Boyce 2000, Kampf & Löffler 2003). c. Penggunaan sabun tidak membunuh mikroorganisme, hanya menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Perry & Potter, 2005). Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu petugas kesehatan di salah satu Rumah Sakit di Salatiga didapatkan informasi bahwa sebagian besar perawat di Rumah Sakit tersebut menggunakan sabun dalam melakukan hand hygiene dibandingkan penggunaan alkohol. Setiap bangsal memiliki wastafel untuk mencuci tangan, tetapi tidak semua bangsal memiliki cairan alkohol untuk hand hygiene. Selain itu, menurut petugas tersebut seluruh perawat yang ada di ruangannya selalu melakukan hand hygiene menggunakan kedua bahan tersebut, setelah mencuci tangan menggunakan sabun mereka membersihkannya lagi menggunakan cairan alkohol, mereka melakukan hal tersebut karena mereka tidak tahu mana bahan yang lebih efektif dalam menekan jumlah bakteri pada tapak tangan. 6

1.2 Batasan Masalah Mengingat kelebihan dan kelemahan masingmasing metode cuci tangan, peneliti ingin membandingkan keefektifan hand washing dan hand rubbing dalam hal menekan bakteri stafilokokus pada kulit tangan perawat di bangsal anak dan HCU di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga. 1.3 Hipotesis Diprakirakan bahwa hand rubbing lebih efektif dalam hal menurunkan populasi mikroflora oportunis (khususnya Staphylococus aureus) pada tangan perawat. 1.4 Tujuan Membandingkan efektivitas hand washing dan hand rubbing dalam hal menurunkan populasi bakteri stafilokokus pada prosedur penegakan hand hygiene perawat di bangsal anak dan HCU pada Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga 1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi petugas kesehatan 7

Sebagai referensi baru dalam menetapkan bahan yang tepat untuk menekan jumlah Staphylococus aureus. 1.5.2. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti dan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti lainnya. 1.5.3 Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang Ilmu Keperawatan Dasar. 8