BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

TUGAS MATA KULIAH METOPEN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial. Usia sekolah merupakan kondisi paling riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, emosional fisiologis yang berpengaruh pada emosionalnya. Itu sebabnya anak usia sekolah ini memerlukan perhatian secara intens dan khusus dari semua pihak (Setiantono, 1999). Depresi, salah satu permasalahan pada anak, merupakan suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan putus asa, perasaan rendah diri, bersalah, menarik diri dari kontak interpersonal, tidak bersemangat, dan gejala somatik seperti gangguan makan dan tidur (Dorland, 2002).Pendapat lain, depresi juga dapat diartikan sebagai suatu gangguan suasana perasaan (mood) dalam episode yang lama yang meliputi proses berpikir, perasaan dan aktivitas seseorang yang ditunjukkan dengan pikiran negatif pada diri sendiri, suasana hati menurun, kehilangan minat, berkurangnya konsentrasi dan menurunnya semangat untuk melakukan aktivitas (Keliat, et al., 2011). Nevid, dkk. (2005) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja sering melaporkan adanya episode kesedihan dan menangis, merasa apatis, 1 38

2 sulit tidur, lelah, dan kurang nafsu makan. Mereka juga memiliki pikiran untuk bunuh diri dan bahkan mencoba untuk bunuh diri. Namun depresi pada anak-anak juga memiliki ciri yang berbeda seperti menolak masuk sekolah, takut akan kematian orang tua, dan terikat pada orang tua. Masalah akademik, keluhan fisik, dan bahkan hiperaktivitas dapat bersumber dari depresi yang tidak disadari. Nolen-Hoeksema berpendapat bahwa depresi dengan tingkat sedang dapat bertahan sampai beberapa tahun dan sangat mempengaruhi prestasi sekolah dan fungsi sosial (Nevid, et al., 2005). Beberapa pasien depresi tidak mengakui bahwa dirinya sedang mengalami depresi, padahal secara tidak sadar mereka menunjukkan berkurangnya ketertarikan mereka dengan hal yang dulu menarik bagi mereka dan berkurangnya interaksi mereka dengan keluarga, teman dan lingkungan disekitarnya (Kaplan, et al., 2010). Depresi bisa digolongkan menjadi depresi dengan penarikan diri dan depresi dengan kegelisahan atau agitasi (Maramis, 2004). Sekitar 97% pasien depresi mengeluh bahwa dirinya tidak dapat fokus dan konsentrasi dalam sekolah, berkurangnya semangat bekerja, dan berkurangnya minat untuk melakukan pekerjaan. Sebanyak 80% pasien depresi mengalami perubahan pola tidur seperti sering terbangun pada malam hari dan bangun lebih awal, berkurangnya nafsu makan sehingga dapat menurunkan berat badan. Tetapi ada juga pasien dengan depresi bisa tidur lebih lama dari biasanya, meningkatnya nafsu makan dan bertambahnya berat badan (Kaplan, et al., 2010).

3 Depresi banyak terjadi pada usia belasan tahun dan dapat mengakibatkan seseorang melakukan bunuh diri. Hal ini dapat muncul karena mereka banyak dihadapkan dengan kesulitan dalam belajar dan usaha untuk mencari identitas diri (Anonim, 2009).Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab utama kematian di Amerika Serikat (Hawari cit Oktavianti, 2011). Kejadian depresi pada anak usia sekolah sekitar 1-1,5% dan 5-10% pada orang dewasa di Amerika Utara (Lumbantobing, 2011). Penelitian lain menyebutkan bahwa depresi terjadi sekitar 5% pra-pubertas anak perempuan dan 1,5% pra-pubertas anak laki-laki (Giannakopoulos, et al., 2009). MenurutWorld Health Organization (2008), penelitian pada anak didapatkan 20% pernah mengalami masalah gangguan mental dengan diagnosa yang sering muncul adalah depresi. Angka-angka di atas menunjukkan bahwa semakin mudanya usia penderita depresi. Jika beberapa tahun yang lalu depresi lebih banyak dialami oleh usia produktif di atas 20 tahun, kini depresi banyak diderita oleh anak usia remaja, bahkan dalam beberapa kasus, anak usia sekolah diperkirakan telah mengalami depresi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, gangguan mental emosional (depresi dan cemas) dialami sekitar 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk yang usianya diatas 15 tahun. Sementara itu untuk gangguan jiwa berat didapatkan prevalensi sekitar 0,46% atau sekitar 1 juta penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penelitian

4 selanjutnya kota Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang mempunyai ciri kepadatan yang tinggi dan mengalami perubahan kultural sosial yang cepat. Kondisi ini memungkinkan munculnya stresor psikososial yang berakibat munculnya kecenderungan depresi di masyarakat khususnya anak-anak yang akan berdampak pada prestasi belajar mereka di sekolah. Penderita depresi mayor yang berumur sebelum 15 tahun akan berdampak serius pada perkembangan sosial, emosi, dan belajar. Hal tersebut menjadi prediktor dalam perilaku bunuh diri pada usia 15-24 tahun (Stuart, et al., 2005). Menurut Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia pada tahun 2010, 50-60% penderita gangguan bipolar dewasa memiliki awitan penyakit depresi atau mania pada usia remaja sebelum 19 tahun sehingga penting untuk mengintervensi kejadian depresi sedini mungkin agar tak berulang pada tahap tumbuh kembang berikutnya. Penyakit jiwa adalah salah satu penyebab kecacatan di dunia yang harus diperhatikan dan tingkat prevalensinya lebih tinggi pada wanita (Muzik, et al., 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya depresi adalah faktor biologis yaitu adanya hubungan dengan garis keturunan, gangguan hormon dan neurotransmiter, dan faktor lingkungan disekitarnya yang meliputi kehilangan orang yang dicintai, tidak memiliki mekanisme koping yang kuat, rasa negatif pada diri sendiri maupun orang lain, adanya masalah, individu dengan kepribadian dependen, belajar perilaku dari

5 lingkungan yang tidak berdaya dan adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidupnya (Keliat, et al., 2011). Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru dalam bentuk laporan hasil belajar siswa atau rapor. Prestasi belajar seorang anak dapat mencerminkan kecerdasan serta perkembangannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang anak adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah semua faktor yang ada dalam diri anak, sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang berada di luar diri anak, salah satunya adalah faktor masalah yang dapat mencetuskan terjadinya frustasi dan mengakibatkan depresi pada anak. Banyak terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut, salah satunya adalah terapi spiritual yang saat ini sudah mulai berkembang. Pentingnya agama sangat berpengaruh terhadap kesehatan, aspek spiritual (kerohanian atau agama) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya, melengkapi aspek lain berupa kesehatan fisik, psikologi dan sosial. Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra d 13:28)

6 Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu yang sehat dari segala macam penyakit dengan jalan bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan. Mengetahui bahwa jumlah penderita depresi pada anak mempunyai prevalensi yang cukup berarti maka peneliti tertarik untuk meneliti seberapa erat hubungan antara depresi terhadap kualitas atau prestasi belajar pada anak yang mencerminkan kecerdasan serta perkembangannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Adakah hubungan antara depresi dengan prestasi belajar pada anak? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara depresi dengan prestasi belajar pada anak. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang kedokteran jiwa Sebagai informasi tentang kondisi depresi pada anak yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

7 2. Bidang masyarakat Untuk menambah wawasan masyarakat agar dapat mencegah anak dari kondisi depresi yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. 3. Peneliti selanjutnya Sebagai acuan untuk melakukan penelitian tentang depresi yang dihubungkan dengan variabel yang berbeda. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara depresi dengan prestasi belajar pada anak di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta belum pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan depresi dan prestasi belajar yang sudah dilakukan, diantaranya adalah : 1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Ursula Arus Rinestaelsa, 2008, dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar dari aspek kognitif dan dari aspek psikomotor pada siswa SMA. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel dependennya yaitu prestasi belajar dan instrumen yang digunakan yaitu nilai rapor siswa. Perbedaannya adalah pada penelitian tersebut lokasi yang digunakan yaitu di SMA Negeri 3 Yogyakarta dan pada variabel independennya yaitu pola asuh orang tua. Namun pada penelitian ini lokasinya di SMP Muhammadiyah 3

8 Yogyakarta dan variabel independennya adalah depresi pada anak SMP. 2. Penelitian yang juga berkaitan dengan penelitian ini pernah diteliti oleh Tentrem Rianita, 2007, dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa p = 0,400 (p > 0,050) sehingga dapat diketahui bahwa pola asuh orangtua tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel dependennya yaitu prestasi belajar dan instrumen yang digunakan yaitu nilai rapor siswa. Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah pada lokasi yaitu di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan pada variabel independennya yaitu pola asuh orangtua. Sedangkan pada penelitian ini lokasinya di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan variabel independennya adalah depresi pada anak. 3. Agustine (2011) dengan judul penelitian Hubungan antara Insidensi Stres dan Prestasi Belajar dalam Kaitannya dengan Indeks Prestasi pada Mahasiswa Baru Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Umum dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Semester Satu Angkatan 2010/2011 dengan hasil: p 0,05% yang berarti tidak ada hubungan antara toleransi terhadap stres dengan Indeks Prestasi (IP) pada mahasiswa baru Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

9 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta semester satu angkatan 2010/2011. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu, sama-sama ingin mengetahui hasil dari prestasi belajar. Perbedaannya adalah pada penelitian tersebut menghubungkan antara stres dengan prestasi belajar yang dalam hal ini maksud dari prestasi belajar dengan mengetahui IP dari mahasiwa, sedangkan pada penelitian ini menghubungan depresi dengan prestasi belajar yang diukur dari hasil rapor siswa. 4. Suhito (2009) dengan judul penelitian Hubungan antara Percaya Diri (Self Confidence) dengan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran FK UMY Tingkat III dengan hasil: p 0,05 dan ada hubungan yang negatif pada hasil korelasi yang menunjukkan korelasi negatif yang berarti semakin tinggi percaya diri seseorang akan diikuti dengan semakin rendahnya depresi pada mahasiswa kedokteran FK UMY tingkat III sehingga penelitian signifikan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama memiliki variabel depresi. Perbedaannya pada penelitian tersebut depresi dihubungkan dengan percaya diri dan subyeknya adalah mahasiswa kedokteran FK UMY yang termasuk dalam fase remaja akhir, sedangkan pada penelitian ini depresi dihubungkan dengan prestasi belajar anak dan dengan subyeknya adalah siswa SMP Muhammadiyah 3.