BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan dapat sebagai penentu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas III SDN Inpres Tunggaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Via Ulfah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BUNYI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN I KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONEBOLANGO

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

pembelajaran berkembang, agar pembelajaran dapat berkembang kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

Skripsi. Nama Mahasiswa :WADIATMO NIM : Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diselenggarakan melalui dua jalur yaitu jalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD). Sesuai dengan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. 2.1.1.2. Hakikat IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: a. Sikap Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. b. Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan demonstrasi atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan. c. Produk Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil. d. Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat 5

6 unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. 2.1.1.3. Tujuan Pengajaran IPA Menurut Dede Awan ( 2009 :1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk memehami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan seharihari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhsn Yang Maha Esa. Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2.1.2. Mengajar dan metode pembelajaran 2.1.2.1. Mengajar Mengajar adalah memberikan pelajaran kepada anak didik, jadi guru bertugas untuk memberikan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didiknya. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja diciptakan untuk mengantarkan anak didiknya ke arah kemajuan dan kebaikan. Oleh karena itu, keefektifan guru dalam mengajar akan banyak tergantung pada bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Sedangkan menurut Gulq W (2002:8), mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri terdiri atas beberapa komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Menurut Witherington dalam Marno (2008:37), Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Dari beberapa pengertian di atas bahwa fungsi mengajar menyediakan kondisi yang kondusif pada proses belajar, sedangkan yang berperan aktif adalah siswa sebagai perubahan tingkah laku. 2.1.2.2. Metode mengajar Metode menurut Mulyani Soemantri (2001:114) merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

8 Wina Sanjaya (2006 : 145) menyatakan metode adalah cara yang digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 2.1.3. Metode Demonstrasi 2.1.3.1. Pengertian Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. a. Tujuan Tujuan menggunakan metode demonstrasi adalah : 1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa. 2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa. 3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama. b. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi Guru menggunakan metode demonstrasi apabila : 1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi. 2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi.

9 3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya. 4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja. 5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit. c. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi 1) Kekuatan Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi dibanding dengan metode yang lain adalah: a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme. b) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan itu. c) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri. e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain 2) Kelemahan Metode Demonstrasi Beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain: a) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik. b) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. c) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab. d) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang. d. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi? Kelemahan metode demonstrasi dapat diatasi melalui berbagai cara berikut:

10 1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi. 2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi. 3) Mengatur waktu sebaik mungkin. 4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin. e. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi Apa saja langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi? Langkah- langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal berikut : 1) Kegiatan Persiapan a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa b) Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. c) Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan. d) Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara menggunaan peralatan yang diperlukan. 2.13.2. Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi a) Kegiatan Pembukaan Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pembukaan pelajaran : 1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru. 2) Tanyakan pelajaran sebelumnya. Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. 3) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti.

11 b) Kegiatan Inti Pembelajaran 1) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru. 2) Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaikbaiknya. 3) Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan. 4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya adalah: 1) Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi. 2) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. 3) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas- tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan. 2.1.4. Hasil Belajar Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per kata terlebih dahulu.

12 Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162). Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (Sunaryo,1983:4). Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123). Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah NK,1995:123). Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum, materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya. Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan

13 permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun khusus. Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut. a) Mengandung satu jenis perbuatan. b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa. c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP Semarang, 1995:28). Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru. Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi

14 intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman, 1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca. Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu : a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan. b. Abnormalitas persepsi visual. c. Assosiasi visual motorik. d. Perverasi. e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol. f. Gangguan penghayatan tubuh. g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono Abdurrahman, 1999:259). Jadi kesulitan belajar IPA disebabkan rendahnya kemampuan intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan adanya gangguan assosiasi visual motorik. Gejala adanya kesulitan belajar meliputi : a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang. c. Lambat dalam melakukan tugas belajar. d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain.

15 e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89). Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah. 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan Suyitno (2009) dalam penelitian yang berjudul Metode Demonstrasi Dalam Upaya miningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa SD Kaliaman Jepara, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat, Siklus I 88%, Siklus II 97%. Rahayu, Nanik Dwi (2008) dalam penelitian yang berjudul Metode Demonstrasi Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI SMAN 2 Blora menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada tiap siklus, yaitu Siklus I Keaktifan siswa 50%, Keaktifan guru 64,29%, Ketuntasan belajar 83,33%. Pada siklus II Keaktifan siswa 64,10%, Keaktifan guru 85,71%, Ketuntasan belajar 94,8%. Siklus III Keaktifan siswa 87,18%, Keaktifan guru 100%, Ketuntasan belajar 100%. Kholosoh, Siti ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Kelas III MI Sumber Rembang Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan persentase ketuntasan belajar membaca intensif siswa sebelum tindakan sebesar 32,25%, siklus 1 61, 29%, dan siklus 2 sebesar 83.87%. Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, membuktikan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penggunaan metode deonstrasi sangat tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa

16 tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda di kelas III SDN Karangwotan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. 2.3. Kerangka Bepfikir Kondisi Awal Kondisi Akhir Guru tidak Mnggunakan metode Demonstrasi. Kualitas pembelajaran diduga meningkat Keaktifan siswa rendah Keaktifan siswa meningkat Kualitas pembelajaran rendah Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II Guru menggunakan metode demonstrasi TINDAKAN Gambar kerangka berfikir penelitian 2.4. Hipotesis Tindakan Metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dalam mengidentifikasi sifat-sifat benda bagi siswa kelas III SD Karangwotan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Semester 1 tahun 2011/2012..