BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penyelenggaraan pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENGANTAR. revisi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernyataan Standar Akuntasi Pemerintahan (PSAP) Nomor 7 tentang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks perlu dikelola secara optimal karena sudah tidak sesuai dengan

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengamanan aset daerah.

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan pada setiap daerah di Indonesia. Dalam penyelenggaraan Otonomi

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 3 TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset daerah saat ini menjadi sorotan utama bagi pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi pemerintah daerah karena aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah seharusnya mampu mengelola aset yang dimilikinya agar dapat menciptakan nilai aset dengan cara memberdayakan dan mengembangkan aset yang sudah dimilikinya. Pengelolaan aset/barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2014 pengganti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 36 Tahun 2008 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah, bukan semata hanya masalah administratif. Akan tetapi, lebih menekankan pengelolaan barang milik daerah yang harus mengedepankan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, keefektifan, dan menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan atas dasar asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabel, dan kepastian nilai. Pengelolaan aset yang tidak berjalan dengan baik, 1

akan memberi dampak pada melemahnya pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta kinerja laporan keuangan daerah. Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi hampir semua pemerintah daerah terkait dengan pengelolaan aset daerah, seperti inventarisasi, penilaian, penatausahaan dan pelaporan yang belum efektif. Di samping itu, pembukuan penambahan aset, dan pemanfaatan juga belum optimal, serta masih rendahnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Penambahan maupun pengurangan aset daerah seringkali tidak diikuti dengan pengelolaan aset dengan baik, karena berbagai alasan, seperti masalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), dan hilangnya dokumen-dokumen penting akibat seringnya mutasi pejabat/staf. Selain itu, belum dilaksanakannya sensus barang, juga berpengaruh terhadap penilaian aset daerah untuk penyajian neraca laporan keuangan pemerintah daerah. Penilaian aset sangat penting, bukan saja dalam rangka penyajian neraca daerah, tetapi secara praktis memiliki hubungan langsung dengan pelaksanaan penghapusan dan pemindahtanganan aset/barang milik daerah yang dilelang/dijual. Penghapusan barang milik daerah dari daftar inventaris barang bertujuan untuk membebaskan pengguna, kuasa pengguna, dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi, dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Setelah proses penghapusan dilakukan, selanjutnya diikuti dengan proses pemindahtanganan. Pemindahtanganan dilakukan dengan beberapa metoda, yaitu metoda pelelangan, penjualan, dan pemusnahan. 2

Pengelolaan aset yang kurang baik sering menjadi hambatan bagi pemerintah daerah untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian pada saat akhir pemeriksaan laporan keuangan. Melihat kondisi aset yang beragam jenis maupun karakteristiknya, pemerintah daerah sebagai entitas pengelola keuangan daerah harus mampu memahami dan mengelola berbagai potensi aset di daerahnya. Pengelolaan aset negara yang profesional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan daerah dari masyarakat/stakeholder. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola aset daerah tersebut dengan baik sesuai perundang-undangan yang berlaku. Tanggung jawab pengelolaan aset tidak hanya terbatas kepada gubernur/bupati/walikota saja, tetapi melibatkan seluruh elemen pemerintahan, stakeholder dan masyarakat sehingga pengelolaan keuangan daerah yang baik bisa terwujud dengan baik. Pengelolaan aset secara profesional ini mengarah pada privatisasi, karena dengan privatisasi, pengelolaan aset pemda benar-benar dioptimalkan. Potensi yang besar dari suatu daerah tidak dapat dioptimalkan bila bupati/walikota tidak dapat mengelola potensi daerahnya dengan benar. Salah satu strategi optimalisasi pengelolaan barang milik daerah adalah melibatkan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti auditor internal dan appraisal (penilai). Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010: 154) sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan pengelolaan aset/barang milik daerah antara lain: 1. terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah; 3

2. terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah; 3. pengamanan aset daerah; 4. tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam nomor 17 Tahun 2007, penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah. Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam nomor 64 Tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah. Penilaian aset/barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai nomor 3 Tahun 2008 tentang pengelolaan barang milik daerah adalah penilaian barang milik daerah selain tanah dan bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh pengelola dan dapat melibatkan penilai independen bersertifikat dibidang penilaian aset yang ditetapkan oleh pengelola barang Kabupaten Kepulauan Mentawai terbentuk pada tahun 2009 berdasarkan UU nomor 49 Tahun 2009, yang berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang terdiri atas 4 (empat) pulau besar dan 10 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Pada Tahun Anggaran 2013 Kabupaten Kepulauan Mentawai mendapat Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan 4

Republik Indonesia (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Salah satu penyebabnya adalah pengelolaan aset yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang penilaian kendaraan dinas untuk tujuan laporan keuangan belum pernah dilakukan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Akan tetapi, penelitian mengenai manajemen aset khususnya pengelolaan barang milik daerah telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Hasil-hasil penelitian tersebut memiliki spesifikasi sendiri-sendiri, karena di samping lokasi dan waktunya berbeda, fokus yang menjadi objek penelitian serta variabel-variabel yang diamati juga tidak sama. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai penilaian aset pemerintah daerah yang menginspirasi penelitian ini. Riadi (2007), melakukan penelitian tentang penilaian aset (tanah dan bangunan) pemerintah daerah (studi pada Mess Saijaan Kabupaten Kotabaru). Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian aset tanah dan bangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru dengan menggunakan metoda pendekatan perbandingan data pasar, metoda pendekatan biaya, dan metoda pendekatan pendapatan. Kondo (2014), melakukan penelitian tentang penilaian kendaraan dinas untuk tujuan penghapusan pada Sekretariat Daerah Kota Bitung tahun 2012, Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian kendaraan dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bitung tahun 2012. 5

Kasro I (2009), melakukan penelitian tentang penilaian PT. Jasa Marga (Persero) Tbk terkait dengan transaksi material tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai perusahaan (firm value) dan nilai saham PT. Jasa Marga (Persero) Tbk terkait dengan transaksi material tahun 2009. Marsani (2001), melakukan penelitian tentang penentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi dengan teknik quality rating, pada penilaian ini di uraikan mengenai perhitumgan quality score dengan cara mengalikan score dari tiap faktor yang berpengaruh dengan persentase angka tertimbang. Prasetyo (1999), menelitian tentang sitem acuan penelitian nilai pasar tanah, pada penelitian ini dituliskan bagaimana cara perhitungan menggunakan teknik quality rating dengan cara mengalikan score dari tiap atribut zona. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu mempunyai kesamaan dengan penelitian ini, yakni meneliti tentang aset pemerintah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada fokus penelitian, alat analisis dan kondisi objek penelitian. Penelitian ini berbeda dari penelitianpenelitian terdahulu yang kebanyakan meneliti aset tanah dan/atau bangunan. Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian terhadap aset kendaraan dinas dengan menggunakan salah satu pendekatan penilaian sesuai standar penilaian yang berlaku yaitu pendekatan nilai pasar dengan metoda perbandingan data pasar, dengan menggunakan teknik Quality Rating Value Estimation (QRVE) dan regresi garis sederhana (simple linear regression), dengan mengunakan software Eviews 7 serta menggunakan metode penyusutan garis lurus dan metode penyusutan saldo menurun ganda. 6

1.3 Rumusan Masalah Banyaknya aset tetap yang dimiliki pemerintah terkadang sering kurang mendapat perhatian yang serius dan kurangnya informasi mengenai pengelolaan aset, membuat pihak pemerintah daerah terkesan melakukan pembiaran atas aset tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka membantu pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk memberikan pemahaman baru bahwa pengelolaan aset daerah saat ini mutlak dilakukan. Berdasarkan latar belakang, maka penelitian tentang penilaian kendaraan dinas untuk tujuan pelaporan keuangan mutlak dilakukan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 17 Tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah. Nilai kendaraan dinas yang dilaporkan di dalam laporan keuangan adalah nilai wajar atau nilai pasar. Hal ini sesuai dengan standar akutansi pemerintahan dan ketentuan perundangundangan lainnya (Standar Penilaian Indonesia 2007). 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah proses inventarisasi kendaraan dinas telah sesuai prosedur yang ditetapkan di dalam manajemen dan penilaian aset menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku? 2. Apakah sudah ada standar yang ditetapkan untuk umur ekonomis kendaraan? 3. Apakah kendaraan sudah dilakukan penyusutan? 7

4. Apakah ada kapitalisasi biaya pemeliharaan aset tetap selama siklus umur hidup kendaraan? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk mengidentifikasi pemahaman baru proses penilaian aset khususnya kendaraan dinas agar bisa disajikan dalam laporan keuangan; 2. untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan Sekretariat Dewan Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk mengoptimalkan penggunaan aset (kendaraan); 3. untuk penyajian dalam laporan keuangan. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan digunakan oleh: 1. para pengurus barang untuk lebih mengerti dan bisa mengawasi barang-barang yang menjadi tanggung jawabnya; 2. bagi para pengelola barang untuk cepat mendapatkan informasi akurat tentang keadaan barang; 3. bagi para pembantu pengelola barang bisa lebih menjalankan fungsi pengawasan melekat yang ketat. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang mencakup latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta 8

sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori dan Kajian Pustaka yang mencakup; teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, formula hipotesis, dan model penelitian. Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari desain penelitian, metoda pengumpulan data, metoda penyampelan, definisi operasional, instrument penelitian dan metoda analisis data. Bab IV Analisis yang mencakup deskripsi data, uji hipotesis, pembahasan dan hasil perhitungan. BAB V Kesimpulan dan Saran yang terdiri dari simpulan, implikasi dan keterbatasan serta saran peneliti untuk peneliti berikutnya. 9