BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas terstruktur merupakan kegiatpan pembelajaran yang berupa. siswa, tanpa interaksi langsung antara guru dan murid, dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 TOLINGGULA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

STRATEGI-STRATEGI YG MEMADUKAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) RAYON UIN ALAUDDIN MAKASSAR

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan dimana para siswa (peserta

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

METODE DAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI. Presentated By:kelompok 6 Bio 4B

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

Tutik Daryati 22. Kata kunci : Diskusi, TTS, Hasil Belajar, Ikatan Kimia. Guru SMA Negeri 4 Jember

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode sangat memegang peranan penting, keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan menggunakan metode pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu komponen pengajaran yang menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan pembelajaran, tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi pertanyaan metode mengajar yang bagaimanakah yang bisa memberikan hasil belajar terbaik (Hamdani, 2010). Dalam penggunaan metode terkadang dosen harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah peserta didik mempengaruhi penggunaan metode, tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, dosen perlu merumuskan dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi dosen menentukan yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut. Semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi peserta didik. Jalan pengajaran pun berlangsung

kaku, peserta didik kurang bergairah belajar, kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi dosen dan peserta didik. Dosen mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan peserta didik dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh dosen sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2011) Kenyataan menunjukkan manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dengan para pendidik, mereka selalu berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh pendidik benar-benar menjadi milik peserta didiknya. Jadi jelaslah bahwa metode merupakan alat mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tetapi dalam bidang pengajaran, ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain faktor pendidik, faktor peserta didik, dan faktor situasi (lingkungan sekolah). Faktor-faktor tersebut merupakan hubungan yang timbal balik berada dalam sistem pengajaran atau interaksi edukatif dan hal ini penting dalam mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Macam-macam metode pembelajaran a. Diskusi kelompok b. Demonstrasi dan eksperimen c. Ceramah d. Tanya jawab e. Sosiodrama

f. Pemecahan masalah (Problem solving) g. Sistem regu B. Metode Penugasan Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana dosen memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh peserta didik dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka inilah yang biasanya dosen gunakan untuk mengatasinya (Djamarah, 2006). Penugasan tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tatapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang peserta didik untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok. Tugas yang diberikan kepada peserta didik ada berbagai jenis. Karena tugas ini sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai; seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dan lain-lain.

Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugasatau resitasi, yaitu; a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya mempertimbangkan: 1) Tujuan yang akan dicapai; 2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut; 3) Sesuai dengan kemampuan peserta didik; 4) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan peserta didik; 5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah pelaksanaan tugas Adapun langkah dalam pelaksanaan penugasan yang diberikan kepada peserta didik adalah:1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh dosen; 2) Diberikan dorongan sehingga peserta didik mau bekerja; 3) Diusahakan/dikerjakan oleh peserta didik sendiri; 4) Dianjurkan agar peserta didik mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis. c. Fase mempertanggung jawabkan tugas Hal yang perlu dikerjakan pada fase ini; 1) Laporan peserta didik baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya; 2) Ada tanya jawab/diskusi kelas; 3) Penilaian hasil pekerjaan peserta didik baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya (Hamdani, 2010). 1. Pemberian Tugas Individual Terstruktur. Metode pemberian tugas belajar merupakan metode mengajar yang berupa pemberian tugas oleh pendidik kepada peserta didik, dan kemudian peserta didik harus mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil tugas tersebut. Metode ini tidak sama

dengan Pekerjaan Rumah (PR). PR merupakan tugas terstruktur yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah dengan waktu yang ditentukan, sedangkan dalam resitasi tugas tidak harus dikerjakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di laboratorium, perpustakaan, sekolah, atau di tempat lainnya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan. Pemberian tugas terstruktur dimaksudkan agar selain untuk penguatan juga menimbulkan sikap positif terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Pemberian tugas biasanya bertujuan memberikan kesempatan peserta didik untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang materi yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Dengan ini peserta didik akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari materi yang telah diajarkan oleh pendidik. Dan dengan adanya pemberian tugas terstruktur peserta didik juga tidak akan merasa bosan dalam belajar karena materi dapat menimbulkan pengalaman belajar dan pemahaman materi. Tugas dirancang untuk membimbing peserta didik dalam pemahaman materi yang lengkap terdiri atas rangkaian kegiatan belajar dan soal-soal latihan untuk membantu peserta didik mencapai indikator yang dirumuskan dengan jelas. Tugas terstruktur merupakan salah satu media pembelajaran bahan ajar yang disususn sesuai dengan kebutuhan belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tugas terstruktur ini memiliki manfaat ditinjau dari kepentingan peserta didik antara lain peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar jam tidak dibatasi oleh kelas, peserta didik berkesempatan menguji kempuan diri sendiri dengan mengerjakan soal latihan yang disajikan dalam tugas, dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai factor belajar lainya.

Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik dari pendidik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai sumber belajar, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh pendidik untuk mengetahui tingkat kebenaran jawaban peserta didik. Pemberian tugas terstruktur merupakan metode yang dapat digunakan peserta didik untuk mencari alternatif pemecahan masalah dengan kendala serta masalahnya. Metode pemberiantugas terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai literatur atau buku sumber, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh pendidik untuk mengetahui tingkat pemahaman materi serta pencapaian kompetensi dasar dari jawaban tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik. 2. Kelebihan dan kelemahan Metode Penugasan Ada beberapa kelebihan metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain; 1) Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif; 2) Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini peserta didik harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan; 3) Merangsang peserta didik melakukan aktivitas belajar individual; 4) Mengembangkan kemandirian peserta didik; 5) Mengembangkan kreativitas. Selain memiliki kelebihan metode penugasan juga memiliki beberapa kelemahan antara lain; 1) Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai; 2) Seringkali peserta didik tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin

pekerjaan temannya; 3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu; 4) Jika kurang bervariasi akan menimbulkan kebosanan (Djamarah, 2006). C. Metode Diskusi Menurut killen (1998) dalam Sanjaya (2011) metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu masalah. Tujuan metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta membuat suatu keputusan. Adapun peran pendidik sebagai pemimpin diskusi: 1) Pengatur dan pengarah acara diskusi; 2) Pengatur lalu lintas percakapan; 3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat. Menurut Syah (2010) Metode diskusi adalah metode mengajar yang erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut dengan metode diskusi dan resitasi bersama. Menurut Sanjaya (2010) Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecahkan sutu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik untuk suatu keputusan. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa metode diskusi merupakan suatu cara melatih peserta didik untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah, selain itu peserta didik juga dilatih untuk berani bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapatnya kepada sesama teman ataupun pendidik. Dalam hal ini pendidik ingin merangsang peserta didik untuk berfikir kritis dan praktis serta membantu peserta didik untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing, ingin memecahkan suatu persoalan berdasarkan pengalaman peserta didik itu sendiri. 1. Tujuan Penggunaan Metode Diskusi Diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berfikir dan keterampilan komunikasi peserta didik dan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik didalam pelajaran. Namun secara khusus menurut Tjokrodihardjo dalam Trianto (2009) diskusi digunakan oleh para pendidik dengan tujuan yaitu; 1) Meningkatkan cara berfikir peserta didik dengan jalan membantu peserta didik membangkitkan pemahaman isi pelajaran; 2) Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi peserta didik; 3) Membantu peserta didik mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berfikir. Menurut Rosmala (2010) tujuan penggunaan metode diskusi yaitu; 1) dengan diskusi peserta didik didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain; 2) Peserta didik mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis; 3) Diskusi memberi kemungkinan pada peserta didik untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama. 2. Kelebihan dan kelemahan Metode Diskusi Ada beberapa kelebihan metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: 1) Metode diskusi dapat merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide; 2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan; 3) Dapat melatih peserta didik untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.

Disamping itu, diskusi juga bias melatih peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain. Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya; 1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara; 2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur; 3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan; 4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosianal yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadangkadang ada pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran (Suryosubroto, 2009). 3. Jenis-Jenis Diskusi Terdapat bermacam-macam diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: a. Diskusi kelas Diskusi kelas disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah; Pertama, pendidik membagi tugas sebagai pelaksanaa diskusi dalam membagi siapa yang akan menjadi moderator, dan penulis. Kedua, pemaparan sumber masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, Peserta didik diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, narasumber akan memberi tanggapan, Kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil ini dilakukan dengan membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok.jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.pelaksanaannya dimulai dengan pendidik menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil, selesai diskusi ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya. c. Simposium Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. d. Diskusi panel Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audien (Hamdani, 2010). 4. Langkah-Langkah Dalam Melaksanakan Diskusi Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut; 1) Langkah persiapan Adapun langkah dalam melaksanakan diskusi kelompok antara lain: (a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus; (b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (c) Menetapkan masalah yang akan dibahas; (d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan

diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus makala diperlukan. 2) Pelaksanaan Diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi antara lain: Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi; Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan; Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan; Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya; Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. 3) Menutup Diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut; (a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi; (b) Menelaah jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. D. Minat Belajar 1 Pengertian Belajar Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi danperilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Belajar menurut Slameto(2003) ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain: 1)

Terjadi secara sadar; 2) Bersifat kontinu dan fungsional; 3) Positif dan aktif; 4) Bukan bersifat sementara; 5) Memiliki arah atau bertujuan; 6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku. 2 Fase-Fase Dalam Proses Belajar Belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu terjadi perubahanperubahanbertahap melalui fase-fase yang berurutan. Menurut Jerome S.Bruner dalam Syah ( 2010) peserta didik menempuh tiga episode dalam proses belajar yakni 1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi). Peserta didik memperoleh informasi berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. 2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi). Informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk abstrak. 3) Fase Evaluasi (tahap penilaian mater). Peserta didik akan menilai sejauh mana pengetahuan dapat dimanfaatkan gunamemahami atau memecahkan masalah lain. 3 Pengertian Minat Belajar Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan kebutuhannya sendiri. Minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang biasanya disertai rasa senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan,

melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan waktu belajar atau bekerja (Sardiman, 2010). Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Peserta didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain (Djamarah, 2006). 4 Aspek-Aspek Minat Hadis (2008) menjelaskan aspek-aspek yang terdapat dalam minat belajar meliputi, kemauan belajar, aktifitas belajar, perhatian dan perasaan senang. a. Perhatian Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat peserta didik dalam belajar. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2010). Perhatian peserta didik diartikan sebagai pemusatan tenaga peserta didik yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh pengajar pada saat roses pembelajaran dikelas sedang berlangsung. Seorang peserta didik dianggap memiliki perhatian belajar terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh pengajar dikelas, jika peserta didik tersebut memusatkan perhatiannya dengan cara memfokuskan pandangannya kedepan untuk memperhatikan materi yang disajikan oleh pengajar dengan memusatkan

kesadaran dan daya jiwanya untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang disajikan oleh pengajar dikelas (Hadis, 2008). Macam macam perhatian menurut Suryabrata (2010) : 1) Aktivitas atau pengalaman batin a) Perhatian intensif b) Perhatian tidak intensif. 2) Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi: a) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu Perhatian spontan (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). b) Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif) c) Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, dibedakan menjadi Perhatian terpencar (distributif), dan perhatian terpusat (konsentratif). b. Perasaan Senang Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 2010). Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar (Winkel, 2009).

c. Kemauan Belajar Kemauan untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini lebih baik bila dibandingkan segala kegiatan yang tanpa maksud. Kemauan untuk belajar berarti pada diri peserta didik itu memang ada dorongan untuk belajar, sehingga hasilnya tentu lebih baik (Sardiman, 2010). d. Aktivitas Belajar Sudjana (2009) mengatakan belajar adalah proses yang aktif. Aktifitas belajar yang dimaksud adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Piaget dalam Sardiman (2010) menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan. 5 Cara Mendapatkan Data Minat Belajar Peserta didik Sardiman (2010) menguraikan beberapa cara yang dapat pengajar lakukan untuk mendapatkan data minat peserta didik, diantaranya sebagai berikut: 1) Melakukan Observasi Mengadakan pengamatan terhadap perilaku peserta didik didalam kelas, merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu peserta didik. Pengajar tidak hanya memerhatikan hasil hasil pelajaran, melainkan perlu juga memerhatikan minat, bakat, sifat sifat, watak, kebebasan, keterbukaan dan cara kerja setiap anak. 2) Menggunakan Angket Untuk mengetahui data pribadi dan latar belakang serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan cara pengisian angket. Jadi pengajar membuat suatu angket yang

sudah didesain sedemikian rupa sesuai dengan data yang dibutuhkan, kemudian disuruh mengisi atau menjawab oleh peserta didik. 6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuhnya Minat Menurut hadis (2008), minat belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1) Objek belajar Minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maslow berkeyanin bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. 2) Metode pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar, pengajar tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian peserta didik. 3) Pendeketan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan perubahan tingkah laku dan lain sebagainya. 4) Variasi mengajar Keterampilan dalam mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi 3 aspek yaitu, variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media diantara media audio, media visual, dan media audiovisual.

5) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia Pengajar bukan merupakan satu-satunya sumber belajar agar hasil belajar yang dicapai optimal, kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi peserta didik. 6) Lingkungan belajar Konsep lingkungan belajar meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan peserta didik belajar. 7 Menumbuhkan Minat Belajar Sardiman (2010), mengemukakan beberapa macam cara yang dapat pengajar lakukan untuk membangkitkan minat peserta didik meliputi: a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri peserta didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan c. Pengalaman yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik mudah menerima bahan pelajaran. d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual peserta didik e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

E. Ruang Lingkup Mata Kuliah Konsep Kebidanan 1. Konsep Kebidanan Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahapeserta didik untuk memahami Konsep Kebidanan dengan pokok bahasan; Filosofi dan konseptual Kebidanan, paradigma asuhan Kebidanan, metodologi asuhan kebidanan model dan teori dalam praktek kebidanan, peran dan fungsi bidan, konsep profesi bidan sebagai tenaga profesional, perkembangan profesi bidan dan pendidikan secara nasional dan internasional, pengembangan karir dan sistem penghargaan bagi bidan. 2. Tujuan Pembelajaran a. Menjelaskan pengertian, filosofi dan definisi bidan b. Menjelaskan perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan bidan secara nasional dan internasional c. Menjelaskan paradigma asuhan kebidanan d. Menjelaskan peran fungsi bidan e. Menjelaskan teori dan model konseptual asuhan kebidanan f. Menggunakan konsep kebidanan sebagai dasar dalam praktek kebidanan g. Menjelaskan sistem penghargaan h. Menjelaskan prinsip pengembangan karir bidan