Margareta Maria Sudarwani, Andreas Agung Widhijanto. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Jawa Timur secara umum

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

PENDAHULUAN Tatanan pemukiman sebagai produk budaya, penyusunannya ditentukan oleh tiga faktor yaitu: bentuk lingkungan bangunan, kondisi alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB III ELABORASI TEMA

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

Arsitektur Dayak Kenyah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Wahyudin Ciptadi Jurusan Teknik Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak

UTS SPA 5 RAGUAN

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

UNIVERSITAS DIPONEGORO COHOUSING PAGUYUBAN PRINGGOMUKTI DI TEGALDOWO, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN REGIONALISME KRITIS DAN PERMAKULTUR

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN)

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Elemen Rumah Tradisional melalui Simbolisasi Budaya di Dusun Mantran Wetan Magelang Margareta Maria Sudarwani, Andreas Agung Widhijanto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pandanaran. Abstrak Rumah tradisional merupakan bangunan bersejarah yang memiliki nilai arsitektur, nilai estetika, nilai sejarah, ekonomi, sosial dan bahkan politik dan spiritual atau nilai simbolik (M. Feilden, 2003:1). Seiring dengan perkembangan arsitektur yang begitu cepat dusun ini mulai tergerus dengan bentukbentuk modernitas, jika tidak dibatasi dapat merubah karakter spesifik rumah tradisional tersebut, oleh karena itu kajian terhadap rumah tradisional merupakan hal yang cukup penting. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi elemen rumah tradisional di Dusun Mantran Wetan, untuk mengidentifikasi aspek yang berpengaruh terhadap bentukan elemen rumah tradisional, dan mengkaji simbolisasi budaya pada elemen rumah tradisional. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan terhadap elemen rumah tradisional disimpulkan bahwa aspek yang berpengaruh terhadap elemen rumah tradisional secara tidak langsung membentuk sebuah identitas yang khas terhadap bangunan di kawasan tersebut. Elemen rumah tradisional dibentuk dan dipengaruhi oleh simbolisasi budaya setempat yang sampai sekarang masih dilestarikan dan dipentaskan. Kata-kunci : identifikasi, rumah tradisional, dusun mantran wetan Pengantar Dusun Mantran Wetan merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Dusun ini terletak di lereng Gunung Andong, berjarak ± 25 Km dari arah Kota Magelang ke arah jalur utama menuju Kota Salatiga. Lokasi permukiman tradesional Dusun Mantran Wetan terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Magelang-Salatiga melalui Kopeng, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 15 ke arah timur Kabupaten Magelang. Keunikan kawasan tradisional itu juga semakin spesifik, yang ditandai dengan bentang alam lansekap yang menarik karena berada di lereng Gunung Andong, bangunan rumah tradisional yang khas diikut oleh detail-detail ornamen bangunan yang menyiratkan kekayaan arsitektur lokal yang cukup dilestarikan masyarakat setempat, serta kegiatan seni dan budaya tradisional berupa Tari Jaran Kepang Papat sebagai salah satu aktivitas yang cukup kental digeluti. Rumah tradisional memiliki karakter yang spesifik meliputi desain yang menyesuaikan iklim, adanya ornamen-ornamen tradisional, dan juga menggunakan material lokal (Budihardjo, 1996- :5-8). Rumah tradisional merupakan bangunan bersejarah yang memiliki nilai arsitektur, nilai estetika, nilai sejarah, dokumentasi, arkeologi, ekonomi, sosial dan bahkan politik dan spiritual atau nilai simbolik (M. Feilden, 2003:1). Kebudayaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Kebudayaan berarti : pikiran, bahasa, akal budi. Sedangkan Hasil Kebudayaan berupa : adat istiadat serta sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Rumah tradisional merupakan simbol dari iden-- titas budaya dan merupakan bagian dari pusaka Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 I 131

Identifikasi Elemen Rumah Tradisional melalui Simbolisasi Budaya di Dusun Mantran Wetan Magelang tradisi suatu daerah. Oleh karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi elemen rumah tradisional khususnya di permukiman tradisional Dusun Mantran Wetan Kabupaten Magelang. Simbol, berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol adalah gambaran yang melambangkan dan berfungsi sebagai pengganti untuk sesuatu yang lain. Simbol dibagi menjadi dua, yang pertama adalah ekspresi simbol yang berupa wahana ekspresi berbentuk benda, ruang, isi, permukaan: yang kedua adalah pesan-pesan yang di sampaikan atau wahana muatan. Identifikasi elemen rumah tradisional Dusun Mantran Wetan Magelang merupakan studi untuk mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai makna simbolisasi yang timbul sebagai ekspresi bangunan. Dari uraian tersebut, maka Perumusan Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : aspek apakah yang berpengaruh terhadap elemen rumah tradisional yang membentuk sebuah identitas yang khas di Dusun Mantran Wetan? Tujuan Penelitian adalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang bermanfaat dalam memberikan masukan maupun bahan pertimbangan aspek atau elemen yang perlu dipertahankan dan elemen yang harus dikembangkan pada rumah tradisional Dusun Mantran Wetan, maka tujuan penelitian ini adalah: mengidentifikasi elemen rumah tradisional di Dusun Mantran Wetan, untuk mengidentifikasi aspek yang berpengaruh terhadap bentukan elemen rumah tradisional, dan mengkaji simbolisasi budaya pada elemen rumah tradisional. Metode I 132 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Metode penelitian yang dipergunakan adalah Metode Kualitatif dengan pendekatan Rasionalistik. Pendekatan penelitian rasionalistik kualitatif ini sesuai dengan sifat masalah penelitian yaitu untuk mengidentifikasi dan mengkaji berbagai simbolisasi yang muncul pada rumah tradisional Dusun Mantran Wetan yang memiliki makna khusus serta adanya pengaruh kehidupan sosial budaya pada pola penataan dan bentuk bangunan yang belum diketahui berdasar landasan berpikir dan dialog pengetahuan. Metode Pengumpulan Data Untuk mengidentifikasi elemen rumah tradisional dan mengidentifikasi aspek yang berpengaruh terhadap bentukan elemen rumah tradisional serta mengkaji simbolisasi budaya pada elemen rumah tradisional tersebut terlebih dahulu ditetapkan elemen yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Elemen Utama berupa Elemen Arsitektur rumah tradisional Dusun Mantran Wetan, yang membentuk dan mempengaruhi makna simbolisasi, terdiri dari fenomena fisik yang berkaitan dengan hubungan antar bangunan dan selaras dengan teori bentuk dan massa bangunan (Shirvani, 1985) yang antara lain meliputi: atap, ornamen, fasade. 2. Elemen Penunjang berupa Kehidupan sosial budaya Dusun Mantran Wetan Magelang, terutama karakteristik sosial budaya yang menunjang terbentuknya elemen arsitektur rumah tradisional. Metode Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif (analisis data verbal) yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan, serta mencari esensi dengan mendudukkan kembali hasil penelitiannya pada grand concepts nya (Muhadjir, 1996). Analisis dan Interpretasi Dusun Mantran Wetan secara administrasi masuk Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Dusun ini terletak di lereng Gunung Andong, dengan ketinggian 1.185 meter diatas permukaan laut. Berlatar belakang kawasan yang berada di lereng pegunungan, masyarakat Dusun Mantran Wetan sebagian besar bermata pencaharian dalam bidang pertanian dan peternakan. Komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebagian besar adalah Tanaman Sayuran (Hortikultura) dan Tembakau. Selain itu, masyarakat dusun ini juga mengolah sisa hasil panen sayuran untuk dijadikan pakan ternak.

Margareta Maria Sudarwani Tabel 2.Kondisi Bangunan di Tepi Jalan Utama No Jenis Bangunan Jumlah Prosen tase 1 Dinding Batu Bata 28 62,2 % 2 Dinding Kayu 8 17,8 % 3 Dinding Anyaman 8 17,8 % Bambu 4 Dinding Batako 1 2,2 % Total 45 100 % Dari tabel 1 terlihat kondisi bangunan rumah yang ada di Dusun Mantran Wetan pada lapisan dalam permukiman 54.6% merupakan bangunan rumah tradisional, yang yang terbuat dari dinding kayu dan bambu, 44.75% nya merupakan bangunan rumah modern yang terbuat dari susunan batu bata, dan sisanya 0.7% berupa rumah toko berdinding batako. Sedangkan dari tabel 2 terlihat kondisi bangunan rumah yang ada di Dusun Mantran Wetan di tepi jalan utama 35.6% merupakan bangunan rumah tradisional, yang yang terbuat dari dinding kayu dan bambu, 62.2% nya merupakan bangunan rumah modern yang terbuat dari susunan batu bata, dan sisanya 2.2% berupa rumah toko berdinding batako. Gambar 1. Bentang Alam Mantran Wetan Kondisi Bangunan Arsitektur rumah tradisional Dusun Mantran Wetan, sebagian besar berupa bentuk bangunan Jawa yang berupa limasan dan kampung. Permukiman Dusun Mantran Wetan terdiri dari rumah tinggal, tempat usaha (warung), dan bangunan fasilitas sosial berupa masjid dan mushola. Fisik bangunan berdasarkan bahan dindingnya dibedakan menjadi empat, yaitu dinding batu bata, dinding batako, dinding kayu, dan dinding anyaman bambu. Tabel 1.Kondisi Bangunan di Dusun Mantran Wetan No Jenis Bangunan Jumlah Prosen tase 1 Dinding Batu Bata 64 44,75 % 2 Dinding Kayu 39 27,3 % 3 Dinding Anyaman 39 27,3 % Bambu 4 Dinding Batako 1 0,7 % Total 143 100 % Gambar 2. Peta Permukiman Mantran Wetan Dari peta permukiman pada Gambar 2, diketahui juga bahwa sebagian besar bangunan tradesional berkembang subur di bagian dalam permukiman, jauh dari jalan utama. Sedangkan bangunan modern atau berdinding batu bata cenderung mendominasi di sekitar jalur utama permukiman ini (lihat tabel 2). Hal tersebut di karenakan jalan utama merupakan pusat arus modernisasi yang lebih berkembang. Bentuk Atap dan Gunungan Seluruh rumah di dusun ini menggunakan atap miring, sehingga air hujan dapat dialirkan dengan baik. Bentuk atap rata-rata kampung dan limasan dengan beberapa modifikasi, misalnya kampung srotongan dengan gunungan yang unik yang mampu berfungsi sebagai tritisan dan ventilasi udara. Lalu limasan model maligi gajah dengan ornamen di bubungannya. Untuk bahan penutup atap sebagian besar menggunakan genteng tanah liat dengan usuk dan reng berupa kayu atau bamboo yang mudah didapatkan didaerah sekitar. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 I 133

Identifikasi Elemen Rumah Tradisional melalui Simbolisasi Budaya di Dusun Mantran Wetan Magelang Gambar 3. Bentuk Atap Mantran Wetan Gunungan Atap /Top Givel merupakan bentuk sofi-sofi yang terbuat dari Bilah Papan, yang di susun sedemikian rupa membentuk komposisi yang artistik. beberapa rumah sudah menggunakan dinding bahan batu bata. Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruang beranda atau emperan di bawahnya. Pada bagian tritisan tersebut dikuatkan dengan konsol yang beraneka macam bentuknya. Hal unik yang ada di kampung ini adalah modelmodel konsol kayu yang beraneka ragam dengan ornamen dan bentuk yang bermacammacam. Konsol terbuat dari kayu, dengan bentuk pahatan bertumpuk. Gambar 4. Gunungan Atap Mantran Wetan Elemen Dinding Bahan dinding kayu dan bambu (gedhek) menjadi ciri khas rumah tradisional Mantran Wetan, yang menggunakan material lokal yang tersedia dengan teknik sederhana. Pintu dan jendela pada rumah tradisional berbahan dasar kayu nangka, sengon, dan lain-lain. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam. Rumah tradisional di dusun ini, elemen pintu dan jendela kebanyakan belum menggunakan kaca dan kayunya pun sudah tidak difinish. Gambar 6. Model Konsol Mantran Wetan Konstruksi bangunan yang khas pada rumah tradisional jawa dengan fungsi setiap bagian yang berbeda satu sama lain mengandung unsur filosofis yang yang sarat dengan nilai-nilai religi, kepercayaan, norma dan nilai budaya adat etnis Jawa. Gambar 5. Elemen Dinding Mantran Wetan Struktur dan Konstruksi Struktur bangunan tradisional di rumah-rumah warga Dusun Mantran Wetan ini merupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu atau bambu. Dinding ruangan sekedar merupakan tirai pembatas dengan bahan kayu atau anyaman bambu (gedhek), bukan dinding pemikul dengan pondasi umpak dan kolom kayu. Namun Gambar 7. Konstruksi bangunan Mantran Wetan Tata Ruang Dalam Ketika membangun rumah Orang jawa selalu diiringi doa dengan harapan agar tempat tinggalnya dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan serta ketenangan hati bagi Penghuninya, untuk itulah designnya selalu menggabungkan unsur fisik dan non fisik. Terjadi penerapan prinsip hirarki dalam pola penataan ruangnya. Setiap ruangan memiliki perbedaan I 134 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Margareta Maria Sudarwani nilai, ruang bagian depan bersifat umum (publik) dan bagian belakang bersifat khusus (pribadi/privat). Pada perkembangannya karena faktor cuaca yang cukup dingin menyebabkan pawon pada rumah tinggal Dusun Mantran Wetan yang bersifat servis pada akhirnya justru menjadi area semi publik karena tamu kebanyakan datang tidak lewat pendopo melainkan lewat pawon belakang dengan tujuan menghangatkan badan dekat tungku pawon. Main Entrance Gambar 9. Elemen Ragam Hias 1 Elemen Ragam Hias 4 2 4 5 6a 6 3 3 Side Entrance 7 Sebagian besar masyarakat di dusun Mantran Wetan ini tingkat ekonominya menengah ke bawah. Sehingga berpengaruh terhadap bentuk rumah yang ditempatinya. Rata-rata rumah di dusun Mantran Wetan ini menggunakan elemenelemen tanpa ornamen khusus. Penggunaan material seperti kayu dan bambu dibiarkan polos. Hanya pada elemen eksterior seperti konsol dan di bagian bubungan yang terdapat ornamen. Namun ornamen terlihat digunakan untuk menunjukan filosofis suatu bangunan, terutama bangunan untuk kegiatan kesenian, untuk menjadikannya penuh estetika tanpa mempengaruhi fungsi. Kepercayaan jaman dulu ragam hias memiliki fungsi filosofis, seperti sebagai penunjuk derajat dari sang pemilik. Gambar 8. Pembagian sifat ruang Ragam hias pada bangunan tradisional jawa pun memiliki jenis yang cukup beragam, peletakannya pun berbeda-beda. Untuk ragam hias pada pendopo ataupun bangunan yang lain pada rumah tradisional jawa, terdapat 5 bentuk ragam hias berdasarkan motif yang terdapat ada ragam. Gunungan (Kayon / kekayon) : Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orangorang Jawa memasang motif gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 I 135

Identifikasi Elemen Rumah Tradisional melalui Simbolisasi Budaya di Dusun Mantran Wetan Magelang adanya ketenteraman dan lindungan Tuhan dalam rumah tersebut. Lung-lungan : Sesuai dengan arti harafiah kata lung sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi. Wajikan : Berasal dari kata wajik, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga. Patran : Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran di tempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang Banyu-tetes : Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, ornamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari. Banaspati / Kala / Kemamang : Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk. Mantran Wetan terkenal memiliki aktivitas seni budaya yang sangat kental. Aktivitas budaya ini terkait dengan beberapa kesenian daerah yang dimiliki warga, yaitu kegiatan Bersih Desa dan Suronan. Kegiatan Bersih Desa ini dilakukan pada waktu menjelang puasa, kegiatan yang biasa dilakukan dengan mengambil air dari sendang, kemudian air dibawa melewati jalur sebelah selatan desa yang kemudian berakhir di ruang terbuka yang berada di sebelah timur, dekat dengan kuburan, kemudian dilakukan kegiatan kesenian berupa tarian. Sedangkan untuk kegiatan Suronan adalah kegiatan yang dilakukan pada waktu awal bulan Suro (Maulud Nabi), dengan kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengambil air dari sendang kemudian dibawa melalui jalur sebelah utara dan berakhir di ruang terbuka yang berada di samping rumah Bapak Supadi, kemudian pada ruang terbuka ini dilakukan ritual dengan tarian. Kedua jalur untuk kegiatan ritual ini berdasarkan dari hasil survei masih berupa tanah, serta merupakan jalur jalan setapak, dengan kondisi jika hujan tanah tersebut akan tergenang air. Gambar 10. Jaran Kepang Papat Mantran Wetan Kehidupan Sosial Budaya Permukiman tradisional di Dusun Mantran Wetan merupakan permukiman pedesaan awalnya tumbuh mendekati sumber air, sekarang ini sumber air menjadi pusat ritual, dimana kegiatan tarian tradisional berlangsung awalnya di mulai dari sumber air. Hal ini dapat dilihat dari rumah penduduk yang sangat tua. Identitas kawasan adalah kawasan permukiman di lereng Gunung Andong dengan kondisi permukiman sebagian masih asli dan mempunyai budaya Tari Jaran Kepang Papat yang sekarang masih di lestarikan dan dipentaskan. Masyarakat Dusun I 136 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Gambar 11. Jaran Kepang Papat masih dilestarikan dan dipentaskan Jaran kepang papat berdiri sekitar tahun 1819. Dilihat dari usia seni itu memang bagi

masyarakat Mantran Wetan pantas untuk nguringuri kebudayaan yang langka tersebut. Keberadaan seni tersebut dari semula hanya beranggotakan sekitar 20 orang, itupun bias kurang, dikarenakan sebagai anggota hanya keturunan-keturunan orang tua pendahulu saja atau masih kerabatnya saja. Kesenian tersebut hanya dipentaskan satu tahun hanya dua kali yaitu pada bulan sapar dan pada hari raya idul fitri saja. Kuda Kepang Papat bagi warga Mantran Wetan sangat disakralkan dari jumlah anggotanya yang tertentu, dari ketuanyapun masih harus keturunan atau silsilah ketua dulu. Kecemburuan sosial pun timbul pada remaja, pemuda yang ingin menjadi orang seni tapi terbatas oleh kenyataan yang ada. Maka para pemuda, remaja pada sekitar tahun 1983 mendirikan sebuah kesenian tentunya tidak jauh bentuknya dari Kuda Kepang Papat, maka berdirilah Kuda Lumping yang diberi nama Bekso Turonggo Mudo. Keberadaan kesenian tersebut dibebaskan dari jumlah anggota maupun keberadaan ketua, dengan anggota 80 orang dengan seperangkat gamelan, kuda lumping menjadi wahana baru yang bias diminati keberadaannya bagi masyarakat Mantran dan sekitarnya. Atas perintah para sesepuh maka pada tiap-tiap tanggal 1 Suro, Kuda Lumping Bekso Turonggo Mudo melakukan ritual khusus yaitu jamasi jaran atau membersihkan kuda kepang dari mata air yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat tersebut. Gambar 12. Jalur Ritual Dusun Mantran Wetan Kesimpulan Margareta Maria Sudarwani Berdasarkan identifikasi yang dilakukan terhadap elemen rumah tradisional disimpulkan bahwa aspek yang berpengaruh terhadap elemen rumah tradisional secara tidak langsung membentuk sebuah identitas yang khas terhadap bangunan di kawasan tersebut. Rumah tradisional sebagai elemen fisik dibentuk dan dipengaruhi oleh simbolisasi budaya setempat sebagai elemen non fisik. Kedua elemen yang berpengaruh terhadap elemen rumah tradisional Dusun Mantran Wetan secara tidak langsung membentuk sebuah identitas yang khas terhadap bangunan di kawasan tersebut. Elemen tersebut diantaranya: 1. Elemen fisik, meliputi tipologi, fasade, atap, ornamen, struktur dan konstruksi sebagai elemen utama. Secara makro tipologi rumah tradisional sebagai komponen fisik sangat kentara dan merupakan rumah tradisional yang khas diikut oleh detail-detail ornamen bangunan yang menyiratkan kekayaan arsitektur lokal yang cukup dilestarikan masyarakat setempat. Dominasi bangunan tradisional di Dusun Mantran Wetan terbentuk dari beberapa aspek seperti bentuk atap, tata ruang, ragam hias dan elemen penunjang lainnya. Bentuk atap rata-rata kampung dan limasan dengan beberapa modifikasi, missalnya Kampung srotongan dengan gunungan yang unik yang mampu berfungsi sebagai tritisan dan ventilasi udara. 2. Elemen non fisik, meliputi kehidupan sosial budaya warga Dusun Mantran Wetan sebagai elemen penunjang. Simbolisasi rumah tradisional Dusun Mantran Wetan tidak lepas dari pengaruh kehidupan seni dan budaya tradisional sebagai komponen non fisik. Di sela-sela kesibukan bertani dan bercocok tanam karena desa tersebut merupakan penghasil sayuran terbesar di Jawa Tengah, masyarakat Dusun Mantran Wetan juga melestarikan seni dan budaya tradisional berupa Tari Jaran Kepang Papat sebagai salah satu aktivitas yang cukup kental digeluti. Identitas kawasan adalah kawasan permukiman di lereng Gunung Andong dengan kondisi rumah tradisional pada permukiman yang sebagian masih asli dan mempunyai budaya Tari Jaran Ke- Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 I 137

Identifikasi Elemen Rumah Tradisional melalui Simbolisasi Budaya di Dusun Mantran Wetan Magelang pang Papat yang samapi sekarang masih di lestarikan dan dipentaskan. Rekomendasi penelitian ini antara lain adalah sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan mengenai Dusun Mantran Wetan dan bagi perencanaan, perbaikan, serta pengembangan permukiman dalam mengadopsi potensi sosial budaya setempat agar kelestarian bentuk dan budaya setempat tetap terjaga. Daftar Pustaka Altman, Irwin, 1980, Culture and Environment, Cambridge University Press California. Budihardjo, Eko, 1996, Jatidiri Arsitektur Indonesia, PT Alumni, Bandung. Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan Jawa. PN Balai Pustaka, Jakarta. M. Feilden, Bernard, 2003, Conservation of Historyc Buildings, Architecturan Press, Oxford. Muhadjir, Noeng, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta. Rapoport, Amos, 1977, Human Aspects of Urban Form, Towards A Man Environment Approach to Urban Form and Design, Oxford, USA. Shirvani, Hamid, 1984, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York. M.Sudarwani, Margareta, 2012, Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Studi Kasus Kawasan Pecinan Semarang, Jurnal Momentum, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim. M. Sudarwani, Margareta & Yohanes Dicky E., 2014, Karakter Fisik dan Non Fisik Dusun Mantran Wetan Magelang, Laporan Penelitian, LPPM Universitas Pandanaran Semarang. Yudhohusodo, Siswono, dkk., 1991, Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan Padamu Negeri, Jakarta. I 138 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016