BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini di PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang. Peneliti adalah guru kelas Kelompok B dan menjadi mitra kerja adalah penyelengggara PAUD Delima. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Sebelumnya peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk memperoleh data awal penelitian. Pada observasi awal, peneliti melihat terhadap gejala rendahnya kemampuan motorik halus anak. Hasil observasi yang dilakukan tersebut selanjutnya menjadi data awal yang menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini. 4.1 Observasi Awal Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa terdapat 7 orang (35 %) dari 20 anak yang sudah memiliki kemampuan motorik halus. Hal ini menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut. a. Pada saat kegiatan motorik halus melalui permainan tetris suasana kelas dalam keadaan ribut, dan anak kurang mengerti cara memainkan alat tetris. b. Pada waktu kegiatan motorik halus, anak belum terampil memegang alat tetris. c. Masih ada anak yang belum terampil menggunakan jari jari tangan dalam memainkan tetris. Lebih jelas pengamatan observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL I HASIL PENGAMATAN OBSERVASI AWAL
NO ASPEK YANG DIAMATI Keterampilan Memegang KRITERIA 8 40 % 9 60 % Keterampilan Menggunakan Jari 7 35 % 10 65 % jari tangan Keterampilan dalam cara memainkan 6 30 % 11 70 % alat elektronik RATA RATA 7 35 % 13 65 % Tabel I di atas menunjukkan bahwa kemampuan keterampilan motorik halus anak kelompok B di PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo sangat minim dan belum optimal, mencermati temuan tersebut akan dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan Siklus I yaitu yang akan mengacu pada rencana kegiatan harian dan lembar observasi. 4.2 Siklus I Pada pengamatan Siklus I kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan mengacu pada rencana pembelajaran sesuai tindakan yang dipilih, yakni anak memainkan permainan tetris dengan permainan mobil balap. Dari hasil pengamatan yang diperoleh 12 orang () dari 20 anak yang sudah menghampiri hasil maksimal. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2 HASIL PENGAMATAN KEGIATAN SIKLUS I
NO ASPEK YANG DIAMATI Keterampilan Memegang KRITERIA 13 55 % 7 45 % Keterampilan Menggunakan Jari 12 8 jari tangan Keterampilan dalam cara memainkan 11 45 % 9 55 % alat elektronik RATA RATA 10 10 Dari tabel 2 di atas dapat dilihat hal hal sebagai berikut : a. Sebagian anak sudah terampil memegang tetris b. Sebagian anak lainnya belum terampil menggunakan jari jari dalam memainkan tetris c. Suasana kelas masih dalam keadaan ribut pada saat bermain tetris Dari hasil refleksi bersama terungkap bahwa masih ada beberapa aspek dan kriteria yang perlu ditingkatkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran ini yakni : 1) Keterampilan motorik halus yang baik harus dilakukan secara berkesinambungan. 2) Latihan keterampilan motorik halus menggunakan tetris, dapat menggunakan permainan permainan yang lebih menarik 3) Pemilihan alat dan tempat untuk bermain dengan tetris disesuaikan dengan kondisi siswa atau jumlah siswa. 4.3 Siklus II Pada siklus ke dua digunakan fasilitas tetris yang yang permainannya lebih menarik sepert permainan pesawat tempur, sehingga siswa termotivasi untuk melakukan gerakan motorik
halus. Pada siklus ke dua ini guru melakukan pendekatan secara face to face (bertatap muka atau lebih dekat dengan siswa secara satu persatu) untuk melihat secara langsung tingkat keterampilan mereka dalam motorik halus. Dari pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam keterampilan motorik halus. Dalam konteks ini terdapat 17 orang (85 %) yang dikategorikan sudah memiliki keterampilan motorik halus dan hanya 3 orang (15 %) yang dikategorikan belum memiliki keterampilan motorik halus. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 3 HASIL PENGAMATAN SIKLUS II NO ASPEK YANG DIAMATI Keterampilan Memegang KRITERIA 18 90 % 2 10% Keterampilan Menggunakan Jari 17 85 % 3 15 % jari tangan Keterampilan dalam cara memainkan 16 80 % 4 20 % alat elektronik RATA RATA 17 85 % 3 15 %
4.2 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dari kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa hanya 7 orang atau sebanyak (35 %) dari 20 anak kelompok B PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo yang memiliki keterampilan motorik halus. Pada siklus pertama mengalami peningkatan lagi menjadi () yakni sebanyak 10 orang dari 20 anak yang terdapat di kelompok B di PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui permainan tetris yang dilakukan baik secara individual maupun klasikal. Namun demikian hasil yang dicapai melalui siklus I ini belum maksimal. Sehingga dipandang perlu untuk melanjutkan pada siklus yang ke II. Pada pelaksanaan siklus II persentase siswa yang memiliki keterampilan motorik halus meningkat menjadi 85% yakni sebanyak 17 orang dari 20 siswa yang terdapat di kelompok B di PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa hanya terdapat 5 anak saja yang belum memiliki keterampilan motorik halus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus II, jelaslah bahwa penggunaan metode dan alat ini dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B di PAUD Delima Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Dalam konteks ini permainan permainan yang menarik yang ditampilkan guru dapat digunakan untuk merangsang anak secara spontan melakukan gerakan motorik halus. Dalam proses ini guru dapat mengarahkan anak jika dalam pelaksanaannya anak belum lancar memainkan tetris.
Sementara itu untuk lebih mempermantap hasil yang dicapai melalui permainan tetris dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak, perlu digunakan fasilitas penunjang yang lebih canggih dan menarik minat anak. Hal ini dimaksudkan agar anak termotivasi dan lebih cepat dalam melakukan keterampilan motorik halus karena manggunakan fasilitas yang canggih yang hanya sering dilihat anak dalam kehidupannya, maka anak akan merasa senang bila memegangnya secara langsung. Dengan demikian terjadi kolaborasi yang baik antara pembelajaran keterampilan motorik halus dengan permainan tetris. Peningkatan yang diharapkan telah terpenuhi, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 dimana pada observasi awal hanya 7 orang (35 %) dari 20 anak yang belum mampu atau belum memiliki keterampilan motorik halus, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu menjadi 10 anak atau (50 %) dan siklus II sudah mencapai atau mengalami peningkatan 17 orang (85 %) dari 20 anak yang memiliki keterampilan motorik halus melalui permainan tetris. TABEL 4 GAMBARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B PAUD DELIMA NO PELAKSANAAN HASIL CAPAIAN Observasi Awal 7 35 % 13 65 % Siklus I 10 10 Siklus II 17 85 % 3 15 % Berdasarkan uraian secara keseluruhan jelaslah bahwa permainan tetris dapat meningkatkan keterampilan motorik halus terkait dengan temuan ini maka dipandang perlu
untuk menjadikan permainan tetris sebagai suatu permainan dan alat untuk melatih keterampilan motorik halus anak.