BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 14 Desember 2015 sampai dengan 29 Januari 2016.

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. accountability dan performance accountability (Pusdiklat, 2010). Dengan pola

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2015 merupakan tahun pertama implementasi akuntansi berbasis

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

3. Ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) dan sistem aplikasi untuk mendukung penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual. 1) Sumber daya manusia 6

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2010 (Audited)

ANALISIS OPINI BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

KAJIAN HASIL PEMERIKSAAN BPK OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMDA. Oleh Yuswar Effendy (Widyaiswara Madya)

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit Wajar Dengan Pengecualian pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat oleh BPK RI berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti baik berupa laporan hasil pemeriksaan BPK, surat kabar, berita, selebaran, hasil penelitian sebelumnya yang telah di croscek dengan informan kunci dan informan utama yakni mereka selaku yang terlibat langsung dalam pemeriksaan dan pihak yang mengetahui banyak informasi tentang pemeriksaan LKPP dan mengacu pada refensi dan teori yang ada, maka dapat diperoleh kesimpulan secara umum bahwa pemeriksaan LKPP tahun 2009-2013 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian karena hal-hal sebagai berikut ; 1. Terdapat ketidaksesuaian dengan Standart Akuntansi Pemerintahan (SAP), sebagaimana telah diuraikan dalam identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini. Hal yang menjadi perhatian utama sehubungan dengan kesesuaian dengan SAP yaitu, berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2013 tentang Keuangan Negara, bahwa 5 tahun sejak Pemerintah menyusun laporan keuangan, Pemerintah diwajibkan menyusun laporan keuangan berbasis akrual, namun Pemerintah selalu mengulur-ulur waktu, sehingga akhirnya dikeluarkan PP 71 tahun 2010, yang antara lain berisi bahwa Pemerintah baru mulai menyusun laporan keuangan berbasis akrual pada tahun 2015. 92

93 2. Berkaitan dengan kecukupan pengungkapan pada LKPP, berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan merujuk pada laporan yang ada, hasil temuan BPK tidak terlalu berpengaruh terhadap pemberian opini. Pengungkapan dalam laporan keuangan tercermin dalam catatan laporan keuangan. Pemerintah telah mengungkapkan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang tertuang dalam LKPP namun masih ada hal-hal yang belum diungkapkan. Contohnya (1) adanya pungutan atau PNBP dari Perguruan Tinggi di luar mekanisme APBN, (2) Penggunaan aset negara oleh kegiatan koperasi dan yayasan belum diidentifikasi dan diungkapkan dalam LKPP 2009. Faktor kecukupan pengungkapan dalam pemeriksaan LKPP 2009-2013 tidak terlalu dominan mempengaruhi pemberian opini pada LKPP. 3. Terdapat ketidakpatuhan Pemerintah terhadap Peraturan Perundang-Undangan dalam pengelolaan LKPP yang berpengaruh pada pemberian opini BPK, hal ini tercermin pada hasil temuan BPK dalam resume temuan yang berkaitan dengan kepatuhan sebagimana dalam pembahasan, Contohnya adalah penggunaan anggaran tidak sesuai dengan klasifikasinya, ketidakkonsistenan Pemerintah dalam menggunakan tarif pajak Migas dan sebagainya. 4. Terdapat ketidakefektifan dalam sistem pengendalian intern dalam pengelolaan LKPP. Permasalahan yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern, dari hasil pemeriksaan LKPP 2009 2013, BPK menemukan lemahnya kontrol berkaitan dengan sistem pengendalian intern. Contoh : Permasalahan SAL bertahun - tahun selalu menjadi kualifikasi, yaitu perbedaan antara fisik dan catatan, pemerintah tidak dapat menjelaskan.

94 5. Tidak terdapat pembatasan ruang lingkup dalam proses pemeriksaan LKPP. Pembatasan lingkup pemeriksaan LKPP tahun 2009-2013 berdasarkan hasil penelitian dan telah dikonfirmasi dengan informan BPK dapat disimpulkan bahwa tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan terutama berkaitan dengan penerimaan pajak dalam Modul Penerimaan Negara (MPN). Menurut informan BPK Bapak Hasby Ashidiqi, bahwa pembatasan lingkup pemeriksaan dapat dilakukan atau dibatasi oleh orang atau pembatasan oleh sistem atau sistemnya tidak dapat diperiksa. Salah satu kendala dalam pemeriksaan LKPP terutama mendapatkan data berkaitan dengan perpajakan (informan Bapak Pranoto), hal ini karena adanya pembatasan terkait dengan kerahasiaan data perpajakan sesuai Ketentuan Undang- Undang Perpajakan (KUP), artinya perlu ada proses permohonan dsb. 6. Terdapat pertimbangan lain berupa tindak lanjut dan materialitas, namun tindak lanjut tersebut perlu adanya penetapan peraturan pemerintah dan perlu waktu penyelesaian yang relatif lama tergantung pada rekomendasi yang diberikan. BPK harus memantau tindak lanjut Pemerintah pusat atas hasil pemeriksaan LKPP dan LKKL tahun sebelumnya berkaitan dengan pelaksanaan rekomendasi. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan ketaatan terhadap peraturan Perundang-Undangan. Hal ini bertujuan untuk memantau kemungkinan adanya kesalahan yang berulang dan keyakinan BPK atas saldo awal atau perkiraan pada neraca yang diperiksa. Pertimbangan lain dalam pemeriksaan LKPP yaitu pertimbangan tingkat materialitas dan salah saji dalam pelaporan LKPP. Pertimbangan lain audit akan mempengaruhi penerimaan opini,

95 sehubungan dengan belum selesainya seluruh tindak lanjut yang dilakukan pemerintah. B. Saran - Saran Sebagaimana hasil kesimpulan pada penelitian ini maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1.Diperlukan SDM yang kompeten dibidangnya yang dimulai dari perekrutan awal sampai dengan finalisasi penerimaan pegawai harus benar-benar selektif dan bebas dari KKN. SDM merupakan sumber daya yang sangat fital dalam implementasi di lapangan dan pengaruhnya sangat besar, karena sebaik apapun aturan atau Undangundang dibuat, jika tabiat pelaksana memiliki moral yang kurang baik maka aturan tersebut tidak ada manfaatnya. 2.Diperlukan petunjuk teknis pelaksanaan peraturan-peraturan atau Undang-undang yang mudah dipahami seluruh pengelola dan pengguna anggaran dengan cara sosialisasi melalui pelatihan-pelatihan yang memadahi, serta aturan hukum yang tegas bagi pengelola keuangan negara, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat diperkarakan. 3.Diperlukan adanya sistem pengendalaian intern yang dapat mendeteksi penyimpangan-penyimpangan lebih awal sehingga dapat dilakukan pencegahan, sebab sistem pengendalian intern yang baik akan membantu penanggungjawab pengguna anggaran untuk ; a) Untuk mengidentifikasi potensi kesalahan yang timbul, b) Pertimbangan faktor resiko yang berkaitan dengan salah saji yang material,

96 c) Merancang untuk melakukan pengujian system pengendalian intern, d) Merancang dalam pengujian substantive. Sehingga jika terdapat penyimpangan, selaku pengangungjawab pengguna anggaran dapat segera mengambil langkah perbaikan. 4.Diperlukan sistem berbasis IT yamg mampu mendeteksi penyimpanganpenyimpangan para pelaku pengguna anggaran baik dari aspek ketidaksesuaian SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan, SPI, pembatasan lingkup pemeriksaan, maupun pertimbangan lain audit. 5.Untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan menghindarkan pendapat pribadi dari informan dalam memberikan informasi berkaitan dengan pemberian opini atas pemeriksaan LKPP, perlu adanya pendapat lain dari para auditor yang terlibat langsung dalam pemeriksaan LKPP maupun LKKL, karena auditor yang melaksanakan pemeriksaan atau terlibat jumlahnya sekitar 700 orang. Teknik yang disarankan untuk mendapat masukan atau pendapat lain dari para auditor yang terlibat yaitu dengan teknik penyebaran questioner. Dalam hal ini peneliti menyadari akan keterbatasan waktu yang yang tersedia. 6.Di masa yang akan datang peneliti berharap ada peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa dengan teknik penelitian kuantitatif untuk menguji seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor yang diidentifikasi dalam pemeriksaan LKPP seperti : sistem pengendalian intern, kepatuhan terhadap perundang-undangan, tingkat kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan kecukupan pengungkapan serta pertimbangan lain dalam pemberian opini audit LKPP, berupa tindak lanjut dan materialitas.