IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. efektifitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yaitu di Badan Pemeriksa

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

Lampiran I: Daftar Kuesioner

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

III. METODE PENELITIAN

No. Jadwal penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Independensi Integritas Profesionalisme

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB III OBJEK PENELITIAN. Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

Bandung, 14 oktober Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

Nama : Anes Ika Murti Menyetujui, NRP : H A. Data Responden (Petunjuk: Berilah tanda (X) pada setiap jawaban yang anda dimaksud)

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

ORGANIZATION CHANGE READINESS ASSESSMENT PADA PEJABAT STRUKTURAL SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lembaga 4.1.1 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Sejarah terbentuknya BPK diawali dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (5) yang menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Memenuhi amanat konstitusi tersebut, BPK dibentuk pada tanggal 1 Januari 1947, dengan kedudukan sementara di kota Magelang. Selanjutnya, berdasarkan Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948, tempat kedudukan BPK dipindahkan ke Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia, BPK juga mengalami beberapa perubahan, baik dalam hal administrasi maupun sistem legislasi. Dalam era reformasi saat ini, BPK telah mendapatkan dukungan konstitusional yang sangat kuat sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara. Kedudukan, peran, dan fungsi BPK diperkuat juga dengan amandemen ketiga UUD 1945, bab VIII A, pasal 23E, 23F, dan 23G yang menyatakan sebagai berikut: Pasal 23 E Ayat (1): Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Ayat (2): Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. 42

43 Ayat (3): Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Pasal 23 F Ayat (1): Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. Ayat (2): Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 23G Ayat (1): Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Ayat (2): Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeniksa Keuangan diatur dengan undang-undang. 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Strategis Visi BPK RI yaitu menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi dari BPK yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan. Badan pemeriksa Keuangan yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memiliki beberapa tujuan strategis antara lain: 1. Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional. BPK mengedepankan nilai-nilai independensi dan profesionalisme dalam semua aspek tugasnya menuju terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.

44 2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. 3. Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berkekuatan hukum mengikat, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetakan standar yang efektif, mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan sistem pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi kepada pemilik kepentingan dan menilai efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan. 4.1.3 Kedudukan dan Organisasi Pelaksanaan BPK RI BPK RI menurut UU nomor 15 tahun 2006, pasal 3 adalah BPK adalah (1) BPK berkedudukan di Ibukota Negara; (2) BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi; (3) pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. BPK RI menurut UUD 1945, Pasal 23 G, ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

45 Organisasi pelaksanaan BPK RI ditetapkan dalam Surat Keputusan Ketua BPK RI Nomor 23/S/I-VIII.3/6/2006 Tanggal 07 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Organisasi Pelaksanaan BPK RI terdiri atas Sekretariat Jendral, Inspektorat Utama Perencanaan Analisa, Evaluasi dan Pelaporan (Irutama Renalev), Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus (Irutama Wasinsus), Auditama Keuangan Negara I s.d VII dan Perwakilan BPK Daerah. Kantor perwakilan yang ditetapkan untuk dibentuk sesuai dengan SK tersebut berjumlah 33. 4.2. Karakteristik Responden Bagian ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dalam penelitian ini yaitu pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang berlokasi di Jakarta dengan jabatan Auditor. Jabatan sebagai auditor BPK merupakan suatu jabatan fungsional. Jabatan Fungsional Pemeriksa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh Pemeriksa Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPK. Karakterisitik yang dimiliki oleh auditor BPK mampu mempengaruhi hasil dari persepsi kompetensi dan kinerja mereka masing-masing, namun pada penelitian ini, hanya dibatasi dalam mengetahui hubungan antara karakteristik auditor BPK dengan hasil dari kompetensi dan kinerja yang telah mereka hasilkan. Total keseluruhan pegawai yang diteliti adalah sebanyak 90 pegawai. Jumlah tersebut merupakan jumlah total pegawai yang diberikan kuesioner untuk penelitian sebagai perwakilan dari popuplasi auditor yang ada di BPK pusat. Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang akan dianalisa secara deskriptif meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, lama pengalaman kerja di bidang audit sampai saat ini, jenjang jabatan dan keluarga jabatan pemeriksa.

46 Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah (Orang) % 25 10 11 26 30 33 36,7 31 35 35 38,9 >35 12 13,3 Total 90 100 Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa usia responden dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 11 persen, usia 25 30 sebanyak 33 atau sebesar 36,7 persen, usia 30 35 sebanyak 35 atau sebesar 38,9 persen dan usia di atas 35 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 13,3 persen. Simpulan dari data karakteristik berdasarkan usia auditor BPK, sebagian besar adalah berusia 30 35 tahun. Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan tugas audit, harus memiliki pengalaman audit yang tinggi dan hasil yang baik yang biasanya diposisikan sebagai ketua tim dalam melaksanakan audit suatu entitas tertentu. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 62 orang atau sebesar 68,9 persen dan perempuan sebanyak 28 atau sebesar 31,1 persen. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah auditor laki laki lebih banyak dibandingkan dengan auditor perempuan, hal tersebut dikarenakan mobilitas tinggi yang diperlukan oleh seorang anggota auditor dalam melakukan tugas audit. Tugas audit tersebut sering kali membutuhkan waktu berhari-hari yang dilakukan menyebar di seluruh Indonesia, sehingga lebih diperlukan laki laki untuk dapat melakukan tugas tugas jauh dalam waktu yang relatif lama. Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Pendidian Formal Jumlah (orang) % Pendidikan PraSarjana (setingkat D3) 0 0 Pendidikan Sarjana (S1) 52 57,8 Diploma IV 8 8,9 Pendidikan S2 30 33,3 Pendidikan doktor (S3) 0 0 Total 90 100 Data dari Tabel 10 menyajikan informasi mengenai pendidikan formal yang dimiliki auditor BPK. Dapat dilihat bahwa responden dengan

47 pendidikan prasarjana (setingkat D3) tidak ada, pendidikan sarjana (S1) sebanyak 52 orang atau sebesar 57,8 persen, Diploma IV sebanyak 8 orang atau 8,9 persen, Pendidikan S2 sebanyak 30 orang atau sebesar 33,3 persen dan pendidikan doktor (S3) tidak ada. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 4 Dapat disimpulkan bahwa auditor BPK yang memiliki pendidikan sarjana (S1) pada posisi auditor, memiliki jumlah terbanyak. Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Bidang Audit Lama pengalaman kerja di bidang Jumlah (Orang) % audit (tahun) <5 32 35,6 5 10 44 48,9 >10 14 15,5 Total 90 100 Berdasarkan Tabel 10 di atas, jumlah responden dengan lama pengalaman kerja di bidang audit kurang dari 5 tahun sebanyak 32 orang atau sebesar 35,6 persen, pengalaman kerja di bidang audit antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 44 orang atau 48,9 persen dan pengalaman kerja di bidang audit lebih dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 15,5 persen. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki lama pengalaman kerja di bidang audit berada di antara 5 10 tahun. Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Jabatan BPK Jenjang Jabatan BPK Jumlah (orang) % Auditor Ahli Pratama 69 76,7 Auditor Ahli Muda 16 17,8 Auditor Ahli Madya 3 3,3 Auditor Ahli Utama 0 0 Auditor Terampil Pratama 1 1,1 Auditor Terampil Muda 1 1,1 Auditor Terampil Pemula 0 0 Total 90 100 Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama sebanyak 69 orang atau sebesar 76,7 persen, auditor ahli muda sebanyak 16 orang atau sebesar17,8 persen, auditor ahli madya sebanyak 3 orang atau sebesar 3,3 persen, auditor terampil pratama dan auditor terampil muda masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 1,1 persen dan untuk jenjang jabatan auditor ahli utama

48 dengan auditor terampil pemula tidak ada. Data yang telah didapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama. Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga Jabatan Pemeriksa Keluarga Jabatan Pemeriksa Jumlah (orang) % Pemeriksa Fungsional Pemeriksa Struktural Anggota Tim Yunior 76 84,4 Anggota Tim Senior 14 15,6 Ketua Tim Yunior 0 0 Ketua Tim Senior 0 0 Pengendali Teknis 0 0 Pengendali Mutu 0 0 Kepala Seksi 0 0 Kepala Sub Auditorat 0 0 Kepala Auditorat 0 0 Total 90 100 Berdasarkan Tabel 12, didapat bahwa responden yang berada di keluarga jabatan pemeriksa fungsional sebagai anggotan tim yunior sebanyak 76 orang atau sebesar 84,4 persen, anggota tim senior sebanyak 14 orang atau 15,6 persen, ketua tim yunior, ketua tim senior, pengendali teknis dan pengendali mutu tidak ada. Keluarga jabatan pemeriksa struktural sebagai kepala seksi, kepala sub auditorat dan kepala auditorat tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK berada pada keluarga pemeriksa fungsional sebagai anggota tim yunior. 4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 4.3.1 Hasil Uji Validitas Pada awal penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang untuk dilakukan uji validitas terhadap butir pertanyaan atau pernyataan kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jumlah keseluruhan dari pernyataan yang diajukan pada kuesioner yaitu berjumlah 50 butir pernyatan pada variabel kompetensi yang dibagi dalam kompetensi perilaku sebanyak 30 butir pertanyaan dan kompetensi teknis sebanyak 20 butir pertanyaan. Selanjutnya, variabel kinerja memiliki 25 pernyataan (Lampiran 3). Setelah dilakukan uji validitas menggunakan SPSS 16.0, hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagian besar dari pernyataan valid, namun terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid, yaitu

49 pada variabel kompetensi bagian kompetensi perilaku pada poin nomer 7 dalam efektifitas individu dan pada variabel kinerja bagian pemeriksaan poin 7 dan pemeriksaan profesi poin 9. Nilai validitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pernyataan yang tidak valid perlu dilakukan perubahan pada kata-kata dalam pertanyaan atau pernyataan tersebut, agar dapat dimengerti oleh responden, karena biasanya ketidak validan terhadap butir pertanyaan atau pernyataan tersebut dikarenakan pertanyaan yang bias sehingga tidak dapat dimengerti oleh responden. 4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Hasil perhitungan dapat dilihat dari nilai Cronbach s Alpha dengan hasil 0,966, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang disebarkan menunjukan sudah realibel. Maka nilai perhitungan tersebut telah dalam keadaan yang sempurna (excellent), sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian dan hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.4. Hasil Uji Analisis dan Skor Rataan Badan Pemeriksa Keuangan perlu menempatkan pegawai dalam jabatan auditor dengan sumber daya yang cakap, terampil dan memenuhi persyaratan untuk melakukan fungsi audit, karena pada dasarnya, fungsi auditor dengan fungsi bagian kerja lainnya di BPK, memiliki persyaratan dan standar kompetensi yang berbeda sesuai bidang tugasnya masingmasing. Bagian auditor memang memiliki standar kompetensi khusus yang harus dimiliki, karena mereka harus melakukan kegiatan investigasi, penelusuran serta pelaporan keuangan, kinerja dan lainnya terhadap suatu entitas tertentu. Oleh karena itu, untuk melakukan fungsi audit, auditor perlu memiliki standar kompetensi yang sesuai seperti kompetensi perilaku dan teknis dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi khusus yang harus dimiliki auditor dalam melakukan pekerjaannya bertujuan untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, karena dengan hasil kinerja yang maksimal dapat memenuhi visi, misi dan tujuan

50 yang ditetapkan oleh BPK dengan tujuan akhir untuk menuju Indonesia yang lebih baik dalam hal keuangan. 4.4.1 Persepsi Terhadap Kompetensi 1. Kompetensi Perilaku Kompetensi Perilaku yang merupakan seperangkat pola perilaku yang diperlukan oleh auditor pegawai BPK untuk dipraktekkan pada suatu posisi tertentu. Kompetensi ini diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif, dan efisien. Hasil perhitungan persepsi auditor terhadap variabel kompetensi perilaku beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 13 sampai Tabel 17 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa auditor BPK telah memiliki intelektual individu yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai skor rataan yang didapatkan berdasarkan pernyataan yang ada yaitu sebesar 3,92. Dengan demikian, tugas audit dapat diselesaikan dengan baik, karena auditor memiliki intelektual individu yang mendukung dalam melakukan pekerjaannya. Tabel 13. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Intelektual Individu No. Pernyataan Jawaban Rataan Keterangan 1. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam audit. 2. Menguraikan masalah yang dihadapi, sehingga dapat mengidentifikasikan akar permasalahan atau implikasi yang dapat ditimbulkan. 3. Memahami situasi atau masalah dimulai dari mengidentifikasi pola atau hubungan dan permasalahan utama yang mendasar. 4. Saya mampu berpikir dengan cara yang baru. 5. Saya mampu bertindak dengan cara yang baru. SS S CS TS STS 22 58 10 - - 4,13 Baik 15 62 13 - - 4,02 Baik 16 52 20 2-3,91 Baik 15 54 14 7-3,85 Baik 6 56 23 5-3,70 Baik Total Rataan 3,92 Baik

51 Unsur-unsur Intelektual individu tersebut menjelaskan waktu dan usaha maksimal yang digunakan auditor dalam mencari informasi lebih terkini guna mendukung suatu pekerjaan (audit) saat ini maupun di masa mendatang, auditor dapat menguraikan dengan baik mengenai suatu masalah dan/atau melihat akar penyebab dari suatu masalah, auditor dapat melihat pola dalam suatu kondisi yang selanjutnya menggabungkan beberapa bagian menjadi satu-kesatuan, auditor memiliki visi BPK jangka pendek maupun jangka panjang dan auditor mampu memperkenalkan atau menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu (thinking out-of-the box). Tabel 14. Persepsi Terhadap Efektivitas Individu No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Bekerja dengan lebih baik atau melebihi standar kinerja 2. Mampu menyikapi perubahan secara positif 3. Membantu orang lain agar mampu beradaptasi dengan perubahan. 4. Bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan etika kerja yang berlaku. 5. Saya mampu bersikap netral atau tidak berpihak dalam menyelesaikan sebuah masalah. 6. Menghindari benturan kepentingan. 7. Mengambil tindakan atas masalah yang terjadi secara proaktif tanpa menunggu instruksi. 8. Memahami pihak internal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi. 9. Memahami pihak eksternal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi SS S CS TS STS 17 57 13 3-3,98 Baik 21 58 9 2-4,09 Baik 12 54 22 2-3,84 Baik 25 58 6 1-4,19 Baik 25 56 8 1-4,17 Baik 12 49 21 8-3,72 Baik 16 54 15 4 1 3,89 Baik 24 51 12 3-4,07 Baik 15 53 14 8-3,88 Baik Total Rataan 3,98 Baik

52 Pada Tabel 14 menjelaskan bahwa auditor BPK telah efektif dalam melakukan tugasnya seperti yang dilihat dari hasil total rataan efektivitas individunya sebesar 3,98 yang dapat dikatakan dalam kondisi yang baik. Efektivitas yang dimiliki oleh auditor BPK dapat digunakan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh BPK. Unsur-unsur yang terdapat dalam efektivitas individu tersebut menjelaskan auditor telah mencapai atau bahkan melebihi sasaran yang ditetapkan termasuk melakukan perhitungan resiko yang perlu diambil dalam mencapaian tersebut, auditor mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam BPK dan bisa menjadi fasilitator bagi perubahan di dalam BPK, auditor telah memiliki ketegasan dengan tetap memegang prinsip transparansi dalam bertindak dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, auditor telah bertindak secara objektif dan tidak berpihak sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai, auditor telah berfikir dan bertindak untuk mengidentifikasi kesempatan dan mengantisipasi masalah dan auditor mampu memahami dan mempelajari kondisi organisasi secara internal maupun eksternal dengan baik dan menunjukkan komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan BPK. Hasil yang menjelaskan mengenai kondisi pengelolaan tugas oleh auditor BPK dapat dilihat dari Tabel 15. Pengelolaan tugas audit telah dilakukan dengan baik oleh auditor BPK. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai total rataan yang dihasilkan yaitu sebesar 3,73. Dengan pengelolaan tugas yang baik, maka kegiatan pemeriksaan akan berjalan dengan baik dan lancar serta akan menghasilkan laporan pemeriksaan yang baik dan benar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut.

53 Tabel 15. Persepsi Terhadap Pengelolaan Tugas No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Menyusun rencana kerja jangka pendek dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. 2. Menyusun rencana kerja jangka panjang dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. 3. Melaksanakan pekerjaan secara teratur dengan cara mengawasi pekerjaan. 4. Meninjau ulang pekerjaan atau informasi. 5. Membuat suatu sistem pemeriksaan sendiri. SS S CS TS STS 10 61 13 6-3,83 Baik 13 45 23 9-3,70 Baik 12 52 23 3-3,81 Baik 15 51 20 3 1 3,84 Baik 7 47 19 16 1 3,48 Baik Total Rataan 3,73 Baik Unsur-unsur dalam pengelolaan tugas tersebut menjelaskan rencana kerja telah dibuat dengan baik, tingginya tingkat pelibatan orang lain dalam melaksanakan rencana pekerjaannya dan lingkup kerja yang dimonitor dengan baik oleh auditor dan tingkat kepeduliannya yang tinggi terhadap akurasi hasil pekerjaannya. Berdasarkan Tabel 16 dapat dikemukakan bahwa auditor BPK sudah mampu bekerja dengan orang lain secara baik, karena pada dasarnya dalam melakukan pemeriksaan harus melakukannya secara tim atau bekerja sama dengan orang lain. Kerjasama yang baik dengan orang lain akan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan karena dapat berbagi tugas dan dapat lebih teliti karena mereka bisa mendiskusikan satu sama lain. Dengan kemampuan bekerjasama tersebut, pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan dengan waktu yang singkat.

54 Tabel 16. Persepsi Terhadap Bekerja dengan Orang Lain No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan SS S CS TS STS 1. Mengetahui dan 6 31 30 18 5 3,17 Cukup Baik memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. 2. Mengetahui dan 9 24 28 20 9 3,04 Cukup Baik memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. 3. Mengetahui dan 9 35 14 19 7 3,02 Cukup Baik memahami masalah orang lain yang tidak terucap secara langsung. 4. Berupaya untuk 17 59 14 - - 4,03 Baik membina, menjaga, dan mendayagunakan hubungan atau jaringan kontak yang luas. 5. Bekerjasama dalam 16 54 19 1-3,94 Baik tim/kelompok kerja/unit lain di BPK. 6. Membantu atau melayani orang lain. 8 65 16 1-3,84 Baik Total Rataan 3,51 Baik Bekerja dengan orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang menjelaskan auditor menyadari dengan baik apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, auditor mampu memperluas network dengan baik, menjaga hubungan baik serta mendayagunakan jaringan/hubungan yang luas untuk mencapai suatu tujuan saat ini maupun dimasa mendatang, auditor dapat bekerjasama dengan baik serta saling mendukung dalam meningkatkan kinerja tim atau kelompoknya dan auditor memahami dan mengambil tindakan dalam memenuhi keinginan pelanggan. Pada Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa auditor BPK mampu bekerja melalui orang lain dengan hasil yang dapat dilihat yaitu sebesar 3,84. Bekerja melalui orang lain sangat diperlukan dalam melakukan tugas pemeriksaan karena dengan hal tersebut, seseorang yang kurang mengerti dalam melakukan tugas akan dibantu dengan orang lainnya yang lebih paham sehingga tugas dapat terselesaikan dengan baik. Dengan adanya seseorang yang

55 lebih mengerti dalam melakukan tugas pemeriksaan, dia dapat membantu orang lain. Tabel 17. Persepsi Terhadap Bekerja Melalui Orang Lain No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Bertindak untuk mempengaruhi atau membuat orang lain percaya. 2. Bertindak sebagai pemimpin kelompok. 3. Berperan sebagai pemimpin kelompok. 4. Mendorong proses belajar orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. 5. Mengembangkan kapabilitas orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. SS S CS TS STS 19 53 11 7-3,93 Baik 6 42 28 14-3,91 Baik 8 46 24 12-3,56 Baik 12 55 17 6-3,81 Baik 7 56 23 4-3,99 Baik Total Rataan 3,84 Baik Bekerja melalui orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan mengenai auditor sudah menggunakan keahliannya dengan baik dalam mempengaruhi opini/pendapat orang lain, auditor mampu membawa kelompoknya bekerja dengan efektif dan harmonis serta auditor membantu orang lain dengan baik dalam mengembangkan diri dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Kompetensi Teknis Kompetensi teknis yang merupakan pengetahuan serta keterampilan pemeriksaan yang harus dimiliki oleh auditor BPK dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemeriksaan secara profesional, efektif dan efisien. Dengan kompetensi teknis ini pula, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemeriksaan menjadi lebih terintegrasi. Auditor BPK diharapkan lebih perduli terhadap tuntutan kompetensi yang harus dimiliki dan dipenuhi dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan agar tercapainya Rencana Strategis BPK 2011-2015. Hasil persepsi kompetensi teknis

56 beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 18 sampai Tabel 21. Kompetensi dalam pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara merupakan kompetensi yang dibutuhkan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan keuangan Negara serta aspek hukum yang meliputinya. Hal tersebut karena, kompetensi ini meliputi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan. Dari Tabel 19, dapat dinyatakan bahwa auditor telah memiliki kompetensi yang baik terhadap pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara. Tabel 18. Persepsi Terhadap Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mengetahui mekanisme kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. 2. Terampil dalam melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. 3. Mengetahui aspek hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. 4. Terampil dalam melakukan pemeriksaan atas aspek hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. SS S CS TS STS 23 54 11 2-4,09 Baik 24 52 11 3-4,08 Baik 16 50 21 3-3,88 Baik 21 49 17 3-3,98 Baik Total Rataan 4,01 Baik Unsur-unsur dalam kompetensi pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjelaskan kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas tata kelola keuangan Negara (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban). Selanjutnya, menjelaskan baiknya kemampuan yang dimiliki auditor untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas

57 bukti-bukti/temuan/simpulan dari pemeriksaan, berdasarkan produk-produk hukum terkait pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 19, dapat dijelaskan bahwa auditor telah memiliki kompetensi terhadap entitas pemeriksa yang baik, artinya auditor telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas entitas yang diperiksa. Kompetensi ini memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan bahwa auditor memiliki kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisi serta mengevaluasi proses bisnis suatu entitas pemeriksaan dan auditor memiliki kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian internal entitas pemeriksaan. Tabel 19. Persepsi Terhadap Entitas Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan SS S CS TS STS 1. Mengetahui proses bisnis suatu entitas 18 59 10 3-4,02 Baik yang diperiksa. 2. Terampil dalam melaksanakan pemeriksaan mengenai proses bisnis suatu entitas yang diperiksa. 3. Mengetahui sistem pengendalian internal suatu entitas yang diperiksa. 4. Terampil dalam melaksanakan pemeriksaan mengenai sistem pengendalian internal suatu enitas yang diperiksa. 27 55 7 1-4,20 Sangat Baik 25 53 12 - - 4,14 Baik 24 56 10 - - 3,89 Baik Total Rataan 4,06 Baik Teknik dalam pemeriksaan meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan auditor untuk memperoleh, memproses, serta mendokumentasikan data pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa auditor menjalankan teknik pemeriksaan dengan baik seperti yang dapat

58 dilihat dari perolehan total rataan teknik pemeriksaan sebesar 4,07. Unsur-unsur yang terdapat dalam kompetensi yang menjelaskan mengenai kemampuan dalam teknik pemeriksaan adalah auditor mampu dalam menyiapkan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. Selain itu, menjelaskan bahwa auditor mampu mengolah data pemeriksaan sehingga memperoleh informasi yang berguna, mampu membuat kesimpulan dan mendukung dalam pengambilan keputusan. Terakhir, unsur-unsur tersebut menjelaskan bahwa auditor mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan simpulan yang dibuat sehubungan dengan pemeriksaan. Tabel 20. Persepsi Terhadap Teknik Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mampu menyiapkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. 2. Mampu mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. 3. Mampu melakukan pengolahan data pemeriksaan. 4. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan 5. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai pengujian pemeriksaan. 6. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai informasi yang diperoleh sehubungan dengan pemeriksan. 7. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai simpulan sehubungan dengan pemeriksaan. SS S CS TS STS 22 58 10 - - 4,13 Baik 17 58 14 1-4,01 Baik 27 54 9 - - 4,20 Sangat Baik 20 59 10 1-4,09 Baik 17 61 10 2-4,03 Baik 20 57 10 3-4,04 Baik 20 56 11 3-4,03 Baik Total Rataan 4,07 Baik

59 Berdasarkan Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa auditor BPK telah baik dalam melaksanakan komunikasi dalam pemeriksaan, seperti hasil yang didapatkan dari total rataan sebesar 4,05. Kompetensi komunikasi dalam pemeriksaan merupakan kompetensi yang dibutuhkan pemeriksa untuk dapat menyampaikan informasi mengenai pemeriksaan kepada entitas terperiksa selama pemeriksaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (DPR, BPKP, Inspektorat Jendral, dll). Tabel 21. Persepsi Terhadap Komunikasi dalam Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mampu menyampaikan informasi terkait pemeriksaan secara jelas kepada entitas terperiksa. 2. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara objektif oleh pihak yang dituju. 3. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara akurat oleh pihak yang dituju. 4. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara jelas oleh pihak yang dituju. 5. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis yang mudah dipahami pihak yang dituju. SS S CS TS STS 22 57 10-1 4,10 Baik 16 58 13 3-3,97 Baik 19 56 13 2-4,02 Baik 23 51 15 1-4,07 Baik 22 57 9 2-4,10 Baik Total Rataan 4,05 Baik Unsur-unsur yang terdapat dalam kompetensi komunikasi dalam pemeriksaan menjelaskan bahwa auditor telah memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan menjelaskan informasi terkait pemeriksaan secara ringkas, jelas dan fokus dengan didukung oleh alat bantu serta mendapat perhatian penuh dari audiens, auditor mampu menyajikan hasil pemeriksaan dalam bentuk laporan tertulis yang disampaikan secara objektif,

60 lengkap, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh pihak yang dituju. 4.4.2 Persepsi Terhadap Kinerja Persepsi terhadap kinerja beserta indikator-indikatornya yaitu pemeriksaan, pengembangan profesi dan faktor penunjang pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 22 sampai Tabel 24. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 22. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Pemeriksaan No. Deskripsi Pernyataan tentang Pemeriksaan 1. Melakukan penyusunan rencana Kerja Pemeriksaan (RKP). 2. Melakukan Perencanaan pemeriksaan. 3. Melaksanakan pemeriksaan. 4. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan. 5. Melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. 6. Melakukan evaluasi pemeriksaan. 7. Melaksanakan pemantauan kerugian Negara/daerah. Jawaban Responden Skor Rataan Keterangan SL SR K P TP - 43 34 11 2 3,31 Cukup Baik - 51 28 11-3,44 Baik 16 52 22 - - 3,93 Baik 24 52 13 1-4,10 Baik 9 66 13 2-3,91 Baik 7 28 43 12-4,00 Baik - 14 50 22 4 2,82 Cukup Baik Total Rataan 3,64 Baik Pada Tabel 22 dapat dikatakan bahwa auditor BPK telah melakukan pemeriksaan dengan baik, hal tersebut karena merupakan suatu keharusan untuk menciptakan transparansi terhadap keuangan Negara serta kinerja karyawan atau pegawai terhadap suatu entitas tertentu, agar Indonesia berjalan kearah yang lebih baik lagi terhadap keuangan. Untuk itu, auditor harus mampu bekerja dengan sungguhsungguh baik dalam melakukan perencanaan, pemeriksaan, pelaporan maupun tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 23, dapat dikatakan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan pengembangan profesi, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 1,89. Hal tersebut dikarenakan para auditor tidak memiliki banyak waktu dalam melakukan pengembangan profesi. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh

61 auditor, dihabiskan untuk melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hanya beberapa auditor yang memanfaatkan sedikit waktu mereka untuk melakukan pengembangan profesi tersebut, dan hal tersebut tidak bisa sering dilakukan. Tabel 23. Persepsi Terhadap Pengembangan Profesi No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang pemeriksaan. 2. Melakukan penerjemahan/penyadura n buku. 3. Melakukan bimbingan bagi pemeriksa dibawah jenjang jabatan/tutorial profesi. 4. Mengikuti program magang pada Lembaga Pemeriksaan setingkat BPK. 5. Melakukan pelatihan di kantor sendiri (on the job Training). 6. Mengikuti kegiatan pemaparan draft/pedoman/modul/fat wa yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. 7. Berpartisipasi dalam pengembangan pedoman pemeriksaan. 8. Mengikuti bimbingan teknis terkait tugas pemeriksaan. 9. Memaparkan hasil diklat/studi banding terkait dengan transfer of knowledge secara internal. SL SR K P TP - - - 23 67 1,26 Sangat Tidak Baik - - - 18 72 1,20 Sangat Tidak Baik - - - 25 65 1,28 Sangat Tidak Baik - - - 23 67 1,26 Sangat Tidak Baik - 31 40 19-3,13 Cukup Baik - 32 37 18 3 3,09 Cukup Baik - - - 19 71 1,21 Sangat Tidak Baik - 44 37 8 1 3,38 Cukup Baik - - - 21 69 1,23 Sangat Tidak Baik Total Rataan 1,89 Tidak Baik Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan kegiatan yang mampu menunjang profesinya, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 2,43. Hal tersebut dikarenakan para auditor menghabiskan sebagian besar waktu yang dimilikinya dalam melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya

62 memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Para auditor lebih fokus dalam melakukan kegiatan utamanya yaitu dalam hal pemeriksaan dibandingkan dengan melakukan kegiatan penunjangnya dan untuk beberapa auditor, belum memiliki kemampuan yang sesuai dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga mereka tidak pernah melakukannya. Tabel 24. Persepsi Terhadap Penunjang Profesi No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Menjadi panitia dalam pengembangan pemeriksaan. 2. Menjadi anggota dalam tim penilai jabatan pemeriksa. 3. Menjadi anggota aktif dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. 4. Berperan serta dalam seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan. 5. Melakukan penyusunan/pemutakhira n Database Entitas Pemeriksa (DEP). 6. Merevieu Database Entitas Pemeriksa (DEP). 7. Melakukan penelaahan hasil pengaduan masyarakat. 8. Melakukan penyiapan bahan dan/atau pemberian keterangan ahli dalam peradilan khusus tindak pidana dan/atau kerugian negara yang berkaitan dengan pemeriksaan. 9. Membuat laporan berkala. SL SR K P TP - 2 51 23 14 2,46 Tidak Baik - - - 14 76 1,16 Sangat Tidak baik - 6 55 20 9 2,64 Cukup Baik - 50 33 7-3,48 Baik - - - 19 71 1,21 Sangat Tidak baik - - - 21 69 1,23 Sangat Tidak baik - 20 49 18 3 2,96 Cukup Baik 43 39 8-3,39 Cukup Baik - 39 45 6-3,37 Cukup Baik Total Rata-rata 2,43 Tidak Baik Berikut adalah tabel yang menjabarkan keseluruhan persepsi responden antara variabel kompetensi perilaku serta teknis dan kinerja beserta indikator-indikatornya sesuai masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Pada Tabel 25 dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh auditor BPK sudah baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan agar auditor dapat

63 melakukan pemeriksaan lebih baik lagi dari sebelumnya dan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Hasil pemeriksaan yang akurat sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadaan transparansi keuangan di Indonesia. Tabel 25. Persepsi Terhadap Kompetensi No. Kompetensi Skor Rataan Keterangan 1. Intelektual Individu 3,92 Baik 2. Efektifitas Individu 3,98 Baik 3. Pengelolaan tugas 3,73 Baik 4. Bekerja dengan orang lain 3,51 Baik 5. Bekerja melalui orang lain 3,84 Baik 6. Pengelolaan dan tanggungjawab 4,01 Baik keuangan Negara 7. Entitas pemeriksa 4,06 Baik 8. Teknik pemeriksan 4,07 Baik 9. Komunikasi dalam pemeriksaan 4,05 Baik Total 3,91 Baik 4.5. Hasil Uji Crosstab Tabel 26. Persepsi Terhadap Kinerja No. Kinerja Skor Rataan Keterangan 1. Pemeriksaan 3,64 Baik 2. Pengembangan profesi 1,89 Tidak Baik 3. Penunjang 2,43 Tidak Baik Total 2,65 Cukup Baik Pada Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor BPK dalam keadaan cukup baik. Hasil kinerja yang didapatkan tersebut diharapkan dapat ditingkatkan untuk berada dalam keadaan baik atau lebih. Kinerja yang perlu ditingkatkan yaitu pada variabel pengembangan profesi dan penunjang, karena dengan kinerja yang cukup, kurang mendukung dalam meningkatkan kondisi keuangan di Indonesia. Besarnya karakteristik penilaian pegawai terhadap variabel penelitian berdasarkan latar belakang pegawai dapat diketahui dalam bentuk crosstab antara variabel yang diteliti yaitu kompetensi dengan pendidikan,

64 kompetensi dengan jenis kelamin, kinerja dengan pendidikan dan kinerja dengan jenis kelamin. Uji Crosstab digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan variabel yang diteliti. Hubungan Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 27. Crosstab Kompetensi dengan Pendidikan Kompetensi Pendidikan Total Diploma IV S1 S2 Setuju berkompetensi 8 36 5 49 cukup Baik 16,3% 73,5% 10,2% 100% Setuju berkompetensi baik 0 16 25 41 0% 39% 61% 100% Tabel 28. Chi-Square Test Kompetensi dengan Pendidikan Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio 28.540 a 32.828 2 2.000.000 Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju telah memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 8 orang dengan pendidikan Diploma IV, 36 orang dengan pendidikan S1 dan 5 orang dengan pendidikan S2. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 16 orang dengan pendidikan S1 dan 25 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 28 tersebut menunjukkan p-value (0.000) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki pendidikan yang tinggi, memiliki kompetensi yang baik pula, karena dengan pendidikan tersebut, lebih banyak pembekalan yang diberikan agar auditor mampu bekerja dengan baik sesuai dengan keahliannya. Tabel 29. Crosstab Kompetensi dengan Jenis Kelamin Kompetensi Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Setuju berkompetensi cukup 30 19 49 Baik 61,2% 38,8% 100% Setuju berkompetensi baik 32 9 41 78% 22% 100%

65 Tabel 30. Chi-Square Test Kompetensi dengan Jenis Kelamin Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.948 a 1.086 Continuity 2.215 1.137 Correction b 3.004 1.083 Likelihood Ratio Fisher s Exact Test 90 N of Valid Cases Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Exact Sig. (1-sided).111.068 Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 30 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang yang memiliki jenis kelamin perempuan. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 30 tersebut menunjukkan p-value (0.086) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kompetensi yang beragam, bukan tegantung dari jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan. Tabel 31. Crosstab Kinerja dengan Pendidikan Kinerja Pendidikan Total Diploma IV S1 S2 Setuju berkinerja Baik Sangat setuju berkinerja baik 3 3 0 6 50% 50% 0% 100% 5 49 30 84 6% 58,3% 35,7% 100% Tabel 32. Chi-Square Tests Kinerja dengan Pendidikan Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases 14.433 a 10.563 90 2 2.001.005 Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan

66 H 1 : Ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 31 menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum pernah menghasilkan kinerja yang baik dengan pembagian 3 orang yang berpendidikan Diploma IV dan 3 orang yang berpendidikan S1. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 5 orang dengan pendidikan Diploma IV, 49 orang dengan pendidikan S1 dan 30 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 32 tersebut menunjukkan p-value (0.001) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan yang semakin tinggi dan sesuai, akan meningkatkan kinerja karena dengan pengetahuan yang didapat melalui pendidikan tersebut, dapat diterapkan auditor dalam melakukan audit yang akhirnya menghasilkan keakuratan pemeriksaan sesuai tata cara yang ada mulai dari perencanaan hingga tindak lanjutnya. Tabel 33. Crosstab Kinerja dengan Jenis Kelamin Kinerja Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Setuju berkinerja 6 0 6 Baik 100% 0% 100% Sangat setuju berkinerja baik 56 28 84 66,7% 33,3% 100% Tabel 34. Chi-SquareTests Kinerja dengan Jenis Kelamin Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.903 a 1.088 Continuity 1.556 1.212 Correction b 4.663 1.031 Likelihood Ratio Fisher s Exact Test 90 N of Valid Cases Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Exact Sig. (1-sided).171.099 Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum menghasilkan kinerja yang baik dengan yang

67 seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 34 tersebut menunjukkan p-value (0.088) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kinerja tersendiri bukan berdasaran jenis kelamin. 4.6. Analisis Hubungan Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi dan Kinerja Auditor BPK Hubungan antara kompetensi dengan usia, kompetensi dengan lama kerja, kinerja dengan usia dan kinerja dengan lama kerja dapat dianalisis menggunakan korelasi rank spearman. Data dalam menggunakan korelasi ini didapat melalui survey terhadap auditor BPK yaitu dengan isian usia mereka saat ini dan lama mereka bekerja dibidang audit sampai tahun 2011. Setelah itu usia dalam lama mereka bekerja dimasukan dalam suatu kategori rentang nilai tertentu untuk dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian sebagai berikut: 1. Usia dan lama kerja dengan kompetensi H 0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. H 1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. Tabel 35. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi Auditor BPK Variabel Kompetensi Usia Lama Kerja Kompetensi 1,000 Usia,823** 1,000 Lama Kerja,801**,966** 1,000 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 35 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value sebesar 0,000 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 baik pada korelasi lama kerja dengan kompetensi maupun pada usia dengan kompetensi, yang artinya terdapat hubungan antara lama kerja dengan kompetensi dan antara usia dengan kompetensi.

68 Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena usia mempengaruhi seseorang dalam berfikir dan mengambil keputusan, semakin bertambah usia seseorang maka akan lebih banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan berdasarkan pengalamannya. Faktor lama kerja dalam bidang audit juga mampu mempengaruhi orang dalam mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mereka akan lebih banyak belajar dari pengalaman kerjanya seperti dari pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan selama bekerja. Semakin lama mereka berkerja dalam bidang audit, semakin banyak pula mereka mengetahui segala suatu yang baru dan ilmu dari kesalahan-kesalahan yang pernah didapat untuk diperbaiki kemudain hari yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan dan keterampilan mereka di bidang audit. 2. Usia dan lama kerja dengan kinerja H 0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. H 1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. Tabel 36. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Usia Lama Kerja Kinerja Usia 1,000 Lama Kerja,966** 1,000 Kinerja,367**,325** 1,000 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 36 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value sebesar 0,000 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 pada korelasi usia dengan kinerja dan nilai P_value sebesar 0,002 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 pada lama kerja dengan kinerja yang artinya terdapat hubungan yang positif antara lama kerja dengan kinerja dan antara usia dengan kinerja. Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena dengan semakin tingginya usia dan lama kerja, seseorang akan lebih banyak memiliki pengetahuan dari orang lain maupun dari pengalaman yang telah didapatkannya yang dapat digunakan dalam melakukan pekerjaannya hingga menghasilkan kinerja

69 yang baik. Selain itu pula, mereka akan berlomba untuk mampu menghasilkan kinerja yang baik dari tahun ke tahun yang dapat digunakan sebagai poin untuk peningkatan karir mereka atau golongan kerja mereka sebagai pegawai negeri. Hasil kinerja yang meningkat dari seseorang dalam tahun ke tahun juga dapat mereka gunakan untuk melanjutkan studi mereka di bidang pemeriksaan atau dalam sektor publik lainnya. 4.7. Hasil Analisis Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK 4.7.1 Tahapan Pengukuran Korelasi Rank Spearman Data yang digunakan dalam melakukan uji korelasi Rank Spearman ini adalah data primer yang diambil menggunakan survey dengan menyebarkan kuesioner kepada para Auditor BPK. Korelasi tersebut digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih dan untuk mengetahui apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik. Dalam kuesioner terdapat 75 pertanyaan yang terdiri dari variabel kompetensi yang dibagi menjadi dua yaitu kompetensi perilaku dan kompetensi teknis dan variabel kinerja dengan pembagian sebagai berikut: 1. Variabel kompetensi perilaku terdapat 30 pertanyaan dan variabel kompetensi teknis terdapat 20 pertanyaan. 2. Variabel kinerja Auditor BPK terdiri dari 25 pertanyaan. Dua variabel tersebut dapat diketahui nilai hubungan antara keduanya dengan menggunakan nilai korelasi Rank Spearman. 4.7.2 Hasil Korelasi Rank Spearman Hasil korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kompetensi dan variabel kinerja Auditor BPK dengan langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK. H 1 : Ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK.

70 Tabel 37. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Kompetensi Kinerja Kompetensi 1,000 Kinerja,244** 1,000 Hasil korelasi pada Tabel 37 di atas menunjukkan bahwa nilai P_value sebesar 0,020 < nilai signifikansi α sebesar 0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel kompetensi mempunyai hubungan dengan kinerja Auditor BPK pada signifikansi 0,05 dan kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai korelasi rank spearman yaitu sebesar 0,244. Hasil perhitungan dapat pula dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kompetensi memiliki bagianbagian yang mampu untuk meningkatkan kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya dalam melakukan pemeriksaan. Hubungan antara kompetensi dengan kinerja sangat erat sekali, hal ini tampak pada hubungan dari keduanya, yaitu hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, menurut Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2007), hubungan antara kompetensi karyawan dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya ada dan kuat akurat, bahkan mereka (auditor) apabila ingin meningkatkan kinerjanya, seharusnya mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuga pekerjaannya (the right man on the right job). Oleh karenanya ia mengatakan bahwa pengelolaan sumberdaya manusia memang harus dikelola secara benar dan seksama agar tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya manusia yang optimal. Kemudian, ada beberapa tindakan manajemen yang harus dilakukan dalam proses mengelola sumber daya manusia yang meliputi beberapa proses, antara lain BPK harus mengidentifikasi dan mengembangkan kompetensi individu kearah kinerja karyawan.

71 4.8. Implikasi Manajerial Jabatan Fungsional Pemeriksa BPK disusun sesuai dengan perkembangan profesi dan tuntutan kompetensi Pemeriksa di lingkungan BPK saat ini. Segala kegiatan pembinaan karir pemeriksa diatur dalam jabatan fungsional ini. Salah satunya adalah penyelenggaraan sertifikasi peran. Penyelenggaran sertifikasi peran dalam jabatan fungsional pemeriksa ini menggunakan standar kompetensi, baik standar kompetensi perilaku maupun teknis pemeriksa, sebagai kriteria penilaian. Sistem manajemen terpadu Sumber Daya Manusia yang tertuang dalam Human Resources Management Plan BPK (HRM Plan) terdiri atas beberapa subsistem. Salah satunya adalah sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi. Sub sistem ini menggunakan kompetensi sebagai prinsip kerja utama karena kompetensi adalah serangkaian kemampuan yang terintegrasi terdiri atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap atau perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan efektif. Model kompetensi atau Standar Kompetensi adalah perangkat utama yang harus dibangun agar sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dapat bekerja dengan optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap auditor BPK, dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara usia dengan kompetensi, usia dengan kinerja, pendidikan dengan kompetensi, pendidikan dengan kinerja, lama kerja dengan kompetensi, lama kerja dengan kinerja dan kompetensi dengan kinerja. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikan yang dihasilkan dalam masing-masing perhitungan. Hal ini akan menjadi rekomendasi bagi perusahaan dalam mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja. Hasil analisis persepsi skor rataan menunjukkan kondisi kompetensi yang baik, yang artinya, auditor BPK telah memenuhi standar kompetensi yang ada di BPK dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi yang baik tersebut dikarenakan dalam menempatkan pegawai dalam posisi auditor, para pegawai harus memiliki pengetahuan khusus dibidang pemeriksaan, jika pegawai tidak memiliki pengetahuan tersebut, mereka tidak akan