BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. more assets that will be held over some future time period, sedangkan Jogiyanto

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja, partisipasi masyarakat sangat diharapkan untuk ikut aktif melalui

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat kredit international fitch

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Oppurtunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Risiko adalah perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya. Risiko merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam analisis investasi terutama bagi pihak emiten, karena setiap pilihan investasi selalu mengandung risiko dan risiko inilah yang mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh pemodal dari investasinya. Risiko merupakan variabilitas return realisasi terhadap return yang diharapkan. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Pemodal dalam berinvestasi akan mendapatkan return di masa datang dengan nilai yang belum diketahui. Karena yang diharapkan investor dari investasi di pasar modal adalah penghasilan yang terdiri atas growth dan income, maka risiko yang akan diterimanya adalah tidak akan mendapatkan salah satu diantaranya atau malah keduanya, sesuai yang diharapkan. Gagalnya

memperoleh penghasilan tersebut akibat apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan atau terjadi penyimpangan. Ada pepatah yang mengatakan high risk high return dalam berinvestasi yang menggambarkan bahwa tidak ada investasi yang tidak mengenal risiko, semakin tinggi keuntungan yang diharapkan semakin tinggi pula risiko ini misalnya bisa timbul karena emiten mengalami masalah internal ataupun eksternal, dan ini sangat diperhatikan investor dalam menginvestasikan dananya di pasar modal. 2.1.2 Sumber sumber risiko Menurut Zubir (2011: 20-22) ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain: 1. Risiko suku bunga Tingkat bunga yang tinggi dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi yang berisiko rendah (deposit) lebih tinggi daripada return investasi yang lebih tinggi (saham), sehinggan investor akan lebih tertarik untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposit daripada membeli saham. Jika dikaitkan dengan investasi asset riil, tingkat bunga yang tinggi menyebabkan biaya modal (cost of capital) menjadi tinggi, sehingga nilai perusahaan (corporate value) menjadi rendah. Pada akhirnya harga saham akan turun. Jadi, adanya kenaikan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman akan berakibat

terhadap turunnya harga saham. Sebaliknya, jika tingkat bunga tabungan dan pinjaman turun, maka harga saham cenderung akan meningkat. 2. Risiko pasar Risiko pasar disebabkan oleh peristiwa peristiwa yang bersifat menyeluruh yang mempengaruhi kegiatan pasar secara umum (aggregat), seperti resesi, peperangan, perubahan struktur perekonomian, dan perubahan selera konsumen. Akibatnya return saham saham yang terkait dengan perubahan faktor faktor tersebut juga akan terpengaruh. 3. Risiko inflasi Inflasi merupakan ukuran aktivitas ekonomi yang juga sering digunakan untuk menggambarkan ekonomi nasional. Inflasi dapat diartikan atau ditunjukkan sebagai kenaikan dalam tingkat harga umum. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga-harga barang lainnya. Begitupula dengan kenaikan harga yang terjadi secara musiman, misalnya menjelang hari-hari besar tidak dapat disebut sebagai inflasi. Inflasi menyebabkan kenaikan biaya usaha, biasanya kenaikan biaya-biaya tersebut tidak bisa seluruhnya dibebankan kepada konsumen, sehingga akan menekan profit margin dan menyebabkan adanya penurunan riil terhadap profitabilitas. Inflasi meningkat akan

mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2003 : 49) 4. Risiko bisnis Risiko ini disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan baik akibat tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun claim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan. 5. Risiko keuangan Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko likuidasi Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid suatu sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko nilai tukar mata uang Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor penyebab real return lebih kecil daripada expected return. Menurut Arifin (2002), valuta asing merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana, ketika suku bunga dolar naik, para investor akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk diinvestasikan dalam bentuk dolar. Hal ini akan mengakibatkan penurunan harga saham, selain itu, karena suku bunga mata uang dolar naik, Bank Sentral Indonesia (BI) akan segera meningkatkan suku bunganya, dengan tujuan untuk mencegah agar jangan sampai orang lebih suka memegang dolar dibanding rupiah, dan hal tersebut dapat mengancam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Kenaikan suku bunga BI akan membuat banyak orang menjual sahamnya untuk ditempatkan di Bank yang dapat memberikan rate of return investasi lebih tinggi. 8. Risiko negara Berkaitan dengan investasi lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan, dan stabilitas perekonomian negara tersebut. Makin tidak stabil keamanan, politik, dan perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut karena return investasi jadi tidak pasti, sehingga kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi akan semakin tinggi. Oleh

karena itu, stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara lain. 2.1.3 Jenis jenis risiko Risiko dapat digolongkan ke dalam risiko yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi dan risiko yang tidak dapat dieliminasi dengan diversifikasi. Risiko yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis (unsystematic risk), dan risiko yang tidak dapat dikendalikan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis (systematic risk) atau disebut juga risiko pasar. 2.1.3.1 Risiko sistematis Risiko sistematis tersebut akan menentukan risiko investasi saham yang tercermin pada variabilitas pendapatan saham dari waktu kewaktu dan menyebabkan pergerakan saham berfluktuasi, sehingga risiko sistematis dapat dikatakan pula sebagai market risk. Risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar merupakan risiko yang ditimbulkan dari faktor-faktor fundamental makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga (deposito), tingkat inflasi, nilai tukar valuta asing dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi (Halim, 2005: 41). Beta merupakan pengukur volatilitas (volatility) return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar (Jogiyanto, 2003: 265). Besar kecilnya koefisien beta (β) yang akan mengukur hubungan antara tingkat pengembalian

investasi dengan tingkat pengembalian pasar (Indeks Harga Saham Gabungan).Penggunaan Beta (β) sebagai pengukur risiko sistematis mengacu pada konsep single-index model. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto 2003). Besar kecilnya koefisien beta (β) yang akan mengukur hubungan antara tingkat pengembalian investasi dengan tingkat pengembalian pasar (Indeks Harga Saham Gabungan). Berdasarkan pengamatan secara khusus harga suatu sekuritas kebanyakan bahwa harga saham cenderung mengalami kenaikan apabila indeks harga saham gabungan (IHSG) naik. Demikian terjadi sebaliknya, bahwa kebanyakan harga saham cenderung mengalami penurunan apabila indeks harga saham gabungan (IHSG) turun.penggunaan Beta pasar sebagai pengukur risiko dikarenakan bahwa Beta pasar mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Jadi fluktuasi dari return-return suatu sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, sehingga karakteristik pasar akan menentukan nilai Beta masing-masing sekuritas. Risiko sistematis berpotensi untuk mempengaruhi kinerja pasar modal, kinerja perusahaan, dan nilai perusahaan. Suatu perusahaan dengan Beta lebih besar dari 1 tergolong perusahaan yang berisiko tinggi, karena sedikit saja return pasar berubah, maka return sahamnya akan berubah lebih besar. Mengingat bahwa pada dasarnya investor adalah takut dengan risiko, maka investor akan mempertimbangkan untuk melakukan investasi pada perusahaan yang sahamnya memiliki Beta lebih kecil dari 1. Akibatnya sudah dapat diduga,

bahwa harga pasar saham perusahaan tersebut akan mengalami penurunan. Faktor fundamental makroekonomi seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para pelaku pasar bursa. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan di pasar modal, yaitu meningkat atau menurunnya harga saham. Volatilitas dari harga-harga saham di pasar modal dapat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan pada faktor makroekonomi dapat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Kondisi makroekonomi yang memburuk akan meningkatkan risiko sistematis, sedangkan kondisi makroekonomi yang membaik akan menurunkan risiko sistematis. 2.1.3.2 Risiko tidak sistematis Menurut Tandelilin (2001:51) risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena merupakan risiko yang timbul karena faktor-faktor mikro yang dijumpai pada perusahaan atau industri tertentu, sehingga pengaruhnya terbatas pada perusahaan atau industri tertentu atau dengan kata lain perubahan pengaruhnya tidak sama terhadap perusahaan satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan, dan terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas.

Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya. Risiko tidak sistematik ini disebut juga Risiko Perusahaan (Unique, Diversifiable, or Firm-Specific Risk). Risiko tidak sistematis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a. Risiko manajemen (management risk), yaitu risiko kegagalan dari manajemen (mismanagement) dalam menjalankan perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang, sehingga perusahaan kehilangan supplier, pangsa pasar menurun, pemogokan buruh, dan lain-lain. b. Risiko keuangan (financial risk), yaitu penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan, hal ini berakibat pada meningkatnya biaya tetap (bunga), dan efeknya akan meningkatkan laba per lembar saham. Apabila kondisi perekonomian mengalami peningkatan yang cukup pesat dan perusahaan dikelola dengan baik, tetapi terjadi resesi, maka hal ini akan menurunkan laba per saham. c. Risiko industri (industrial risk), yaitu risiko yang disebabkan dari industri itu sendiri atau industri yang bersangkutan. Menurut Sharpe, varian yang tidak dijelaskan oleh indeks dapat disebut Residual Variance atau Unsystematic Risk (risiko tidak sistematis). Penggabungan atau penjumalahan antara risiko sistematis dan tidak sistematis

dinamakan risiko total (total risk). Risiko total menjadi dasar pertimbangan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi. Hasil keputusan investasi yang baik adalah harapan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan besar dengan tingkat risiko yang dapat diminimalisasi sekecil mungkin. Sedangkan hal mendasar dalam proses pengambilan keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara keuntungan yang diharapkan dan risiko suatu investasi. 2.1.4 Return Return merupakan imbalan yang diperoleh dari suatu investasi. Alasan utama seseorang melakukan suatu investasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Return merupakan suatu tingkat kompensasi yang diharapkan seorang yang menginvesatasikan sejumlah dananya. Return terbagi dua, yaitu return yang diharapkan dan return aktual. Selisih dari return yang diharapkan dengan return aktual merupakan risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor dari investasi sejumlah dananya. Tandelilin (2001:108), mengindentifikasi empat faktor yang mempengaruhi return, yaitu : 1. Perubahan tingkat inflasi 2. Perubahan produksi industri yang tidak diantisipasi 3. Perubahan premi risk-default yang tidak diantisipasi 4. Perubahan struktur tingkat suku bunga yang tidak diantisipasi

Secara sistematis, rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat diperoleh dari persamaan berikut ini : EEE(R) = dimana : E(R) R i pr i n = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas = Return ke-i yang mungkin terjadi = probabilitas kejadian return ke-i = banyaknya return yang mungkin terjadi Menurut Jogiyanto, return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return Realisasian merupakan return yang telah terjadi dan penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa mendatang. Pengukuran risiko dan return saham menggunakan Single Index Model. Single Index Model adalah teknik untuk mengukur risiko dan return sebuah saham atau portofolio. Model tersebut mengasumsikan bahwa pergerakan return saham hanya berhubungan dengan pergerakan pasar. Jika pasar bergerak naik, dalam arti permintaan terhadap saham meningkat, maka harga saham di pasar akan naik pula. 2.1.5 Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah harga suatu saham mengalami kenaikan atau

penurunan dengan suatu periode waktu tertentu. Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga saham individu dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks individu merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji,2001:95). Indeks ini tidak dapat mengukur harga saham dari suatu saham perusahaan terntentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya merupakan angka indeks saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Suyanto (2007) dengan judul Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Sektor Properti pada tahun 2001-2005. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai tukar dan suku bunga berpengaruh negatif sedangkan inflasi berpengaruh positif terhadap return saham Penelitian Jayaraman (2009) dengan judul Doing Business in China : A Risk Analysis menemukan bahwa risiko dalam bisnis bersumber dari perubahan-perubahan mulai dari perubahan politik, hukum, budaya, dan negoisiasi dengan masyarkat China. Ramli (2008) melakukan penelitian yang berjudul Risk dan Return Saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Metode

pengumpulan data secara dokumentasi, dari tiga puluh lima perusahaan hanya lima belas perusahaan yang menjadi sampel karena memiliki laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2007 2008. Hasil penelitian menunjukkan saham yang tergolong Industri Barang Konsumsi umumnya bergerak lambat dari pasar. Artinya jika pasar naik, saham tersebut juga akan naik, namun selalu lebih rendah dari kenaikan pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2009) dengan judul Analisis Faktor Fundamental Keuangan dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada 30 sampel perusahaan ini menghasilkan kesimpulan bahwa beta berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI. 2.3 Kerangka Konseptual Risiko merupakan selisih dari return aktual dengan return yang diharapakan. Semakin besar nilainya, maka semakin besar risiko investasi tersebut. Risiko Toral dibagi kedalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko pasar, dan dapat diukur dengna koefisien Beta. Beta mengambarkan sensivitas keuntungan saham dalam merespon perubahan harga di pasar sekuritas. Berdasarkan model CPAM (Capital Assets Price Models), nilai Beta sangat mempengaruhi tingkat return

yang diharapkan suatu saham. Semakin tinggi nilai Beta maka akan semakin tinggi return yang disyaratkan oleh investor (Tandelilin, 2001:102). Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang unik dan dapat dihilangkan melalaui divesfikasi. Risiko sistematis digambarkan dengan kesalahan residual atau eror. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka varibel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kerangka konseptual dapat digambarkan seperti gambar 2.1 : 1. Risiko 2. Risiko Perdagangan Besar Barang Produksi Risiko Perdagangan Eceran Risiko Restoran Risiko Hotel dan Pariwisata Risiko Advertising, Printing, dan Media Risiko Jasa Komputer dan Perangkatnya Risiko Perusahaan Investasi Risiko Perusahaan Lainnya 2. Risiko Tidak Risiko Tidak Perdagangan Besar Barang Produksi Risiko Tidak Perdagangan Eceran Risiko Tidak Restoran Risiko Tidak Hotel dan Pariwisata

Risiko Tidak Advertising, Printing, dan Media Risiko Tidak Jasa Komputer dan Perangkatnya Risiko Tidak Perusahaan Investasi Risiko Tidak Perusahaan Lainnya Sumber : diolah oleh penulis Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori yang relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2006). Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan antara risiko sistematis setiap subsektor Trade, Service, and Investment 2. Terdapat perbedaan antara risiko tidak sistematis setiap subsektor Trade, Service, and Investment