PERANCANGAN ALAT BANTU OPERATOR PADA PROSES PENCETAKAN BATAKO UNTUK MEMINIMASI RESIKO WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders)

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING YANG TIDAK ERGONOMIS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA GANGGUAN OTOT PADA OPERATOR.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI RESIKO KERJA OPERATOR LABORATORIUM PENGUJIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QEC (QUICK EXPOSURE CHECK) (STUDI KASUS PT.

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 8 ISSN : Pekanbaru, 9 November 2016

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS dan RULA

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Identifikasi Keluhan Biomekanik dan Kebutuhan Operator Proses Packing di PT X

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Penilaian Postur Kerja di Area Konstruksi CV. Valasindo dengan Metode Quick Exposure Check

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO)

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

PERANCANGAN ALAT PENCETAK PEMPEK KRITING DI UKM PEMPEK BU LINA PALEMBANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

Perancangan Fasilitas Kerja Ergonomis pada Stasiun Kerja Proses Som Kaos Kaki (Studi Kasus : CV. Surya Jaya)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Oleh: DWI APRILIYANI ( )


93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

RANCANGAN PERBAIKAN MEJA KERJA DENGAN METODE (QEC) DAN ANTROPOMETRI DI PABRIK TAHU SUMEDANG

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

ANALISIS RESIKO KERJA DENGAN METODE RAPID UP PER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PEMBUATAN MIE SOUN (Studi Kasus: Mie Soun Betty, Manjung Ngawen Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERANCANGAN ALAT BANTU OPERATOR PADA PROSES PENCETAKAN BATAKO UNTUK MEMINIMASI RESIKO WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders) Wahyuni Amalia, Ayu Bidiawati, Eva Suryani Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bunghatta E-mail: wahyuni.amalia46@gmail.com ABSTRACT Brick molding process is a job that requires human labor, this work is also done repeatedly for a long time. The work that is done repeatedly for a long time poses a risk of WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders). The role of the facility and equipment ergonomic work is very important in this activity to minimize the risk. TB. Sumber Rizki is an industry which is engaged in the printing of stone brick. In the production process very dominant role of man as the work is done manually. This resulted in complaints of workers in some parts of the body. Based on the results of the questionnaire NBM (Nordic Body Map) contained the biggest complaints in the back, arms, shoulders, and the right hand workers. Material mixing process is a process that requires the operator bent almost 90 degrees, which is considered state of the posture of the health problems that can lead to musculoskeletal disorders. Based on observations using the QEC (Quick Exposure Checklist), obtained exposure value for the stirring process material that is equal to 53.41% where the necessary action in the near future. Therefore perform the design of the stirring bath aids, materials and work desk operators to minimize the risk of WMSDs using anthropometric data. Once the design is done, the exposure value decreased to 44.31%. Keywords: WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders), NBM (Nordic Body Map), QEC (Quick Exposure Check), Anthropometric 1. PENDAHULUAN Peranan manusia dalam dunia industri sangatlah besar. Penggunaan tenaga manusia sebagai operator sangat dominan dalam kegiatan proses produksi, apalagi jika proses produksi dilakukan secara manual. Semakin tingginya aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh operator maka peluang terjadinya resiko gangguan terhadap kesehatan kerja semakin besar pula. Secara umum semakin banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktifitas kerja, maka akan mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara repetitive dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan resiko MSDs ( Musculoskeletal disorders), apalagi ditambah dengan gaya/beban dan postur yang janggal (OHSCO,2007). Postur yang janggal diakibatkan karena tidak sesuainya fasilitas/peralatan kerja dengan tubuh pekerja, sehingga pekerjalah yang harus menyesuaikan tubuhnya dengan cara membungkuk, memutar, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan muskoletal. TB. Sumber Rizki merupakan industri yang bergerak dalam bidang pembuatan cincin sumur dan batu batako. Dalam proses produksinya peran manusia sangat dominan karena pekerjaan dilakukan

secara manual (tenaga m anusia) belum menggunakan mesin sehingga pekerja merasakan pegal dan nyeri setelah bekerja pada bagian tubuh diantaranya, pinggang, punggung, lengan dan bahu. Hal ini dikarenakan fasilitas kerja yang kurang memadai dan postur kerja yang tidak sesuai, sehingga sikap kerja operator dapat menimbulkan gangguan MSDs dan mengakibatkan cepatnya terjadi kelelahan pada operator. Proses pencampuran material merupakan salah satu proses yang mengharuskan operator membungkuk hampir 90 o. Pada proses ini operator melakukan pekerjaannya dilantai dengan menggunakan sekop. Dilihat dari sudut tubuh pekerja, punggung dan tubuh pekerja hampir membentuk sudut 90 o, dimana postur dengan keadaan tersebut dinilai dapat menimbulkan gangguan kesehatan yaitu musculoskeletal disorders. Hal ini dikarenakan proses pekerjaan yang masih manual dan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang bagaimana sikap/postur pekerja pembuatan batako dan berapa besar beban kerja yang dikeluarkan pekerja saat bekerja serta bagaimanan cara memperbaiki sikap/postur kerja sehingga resiko MSDs dapat diminimasi dengan menggunakan metode QEC (Quick Exposure Checklist) 2. TINJAUAN LITERATUR 2.1 Musculoskeletal Disorders (MSDs) MSDs adalah cidera atau penyakit pada sistem syaraf atau jaringan seperti otot, tendon, ligamen, tulang sendi, tulang rawan atau pembuluh darah. Rasa sakit akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel, panas/terbakar, kesemutan mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat menggunakan Nordic Body Map (NBM) dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja (Kuorinka et al, 1997). Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomic. Bentuk lain dari checklist ergonomic adalah Checklist International Labour Organization (ILO). Namun kuesioner NBM adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangan/tangan,

pinggan/pantat, lutut dan tumit/kaki (Kroemer, 2001). 2.2 QEC (Quick Exposure Check) Quick exposure check (QEC) merupakan metode untuk mengukur risiko terkait penyakit akibat musculoskeletal disorders (MSDs) (Li dan Buckle, 1999). Penggunaan QEC sangatlah mudah diterapkan, berfungsi untuk mengevaluasi tempat kerja dan desain peralatan kerja serta memudahkan untuk mendesain ulang tempat kerja. Metode ini menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher. QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs akibat gerakan repetitive, gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja. Tabel 1. Tabel Pengamatan QEC Exposure to Back Shoulder / Arm Wirst / Hand Neck Back Posture A & Repeated Motion F & Neck Posture G& Height C &Weight H Weight H Force K A1 A2 A3 Score 1 C1 C2 C3 Score 1 F1 F2 F3 Score 1 G1 G2 G3 Score 1 H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Back Posture A & Repeated Motion F & Visual Demand L & Height C & A1 A2 A3 Score 2 C1 C2 C3 Score 2 F1 F2 F3 Score 2 L1 L2 Score 2 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 &Weight H &Weight H &Force K Total Score For Neck SumOf Score 1-2 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 Vibration H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 N1 N2 N3 Score H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 1 4 9 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Total For Vibration Frequency B & Frequency D & Wirst Posture E & Weight H Weight H Force K Work Pace B1 B2 B3 Score 4 D1 D2 D3 Sore 4 E1 E2 Sore 4 P1 P2 P3 Score H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Total For Work Pace Sumber: Further Deveopment Of Usability and Validity Of The QEC Tabel 1. Tabel Pengamatan QEC (lanjutan) H4 8 10 12 H4 8 10 12 Total For Work Pace Frequency B & Frequency D & Wirst Posture E & Stress B1 B2 B3 Score 5 D1 D2 D3 Score 5 E1 E2 Score 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Score J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 1 4 9 16 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Total For Stress Sumof score 1-5 Sumber: Further Deveopment Of Usability and Validity Of The QEC 2.3 Fisiologi Kerja & Kerja Fisik Fisiologi Kerja merupakan suatu studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja. Fisiologi Kerja adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau faal tubuh manusia pada saat bekerja dan merupakan dasar berkembangnya ergonomi. Kerja fisik atau physical work adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaga atau power. Kerja fisik sering disebut sebagai Manual Operation di mana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia, baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga ( power) ataupun pengendali kerja ( control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi ( energy consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut. Sumof score 1-5 Sumof score 1-5 Lebih lanjut, penentuan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair atau %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus

di bawah ini (Ma nuaba dan Vanwonterghem, (1996). manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu. Dari perhitungan %CVL tersebut, kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. %CVL % CVL Klasifikasi % CVL < 30 % Tidak Terjadi Kelelahan 30% - 60 % Diperlukan Perbaikan 60 % - 80 % Kerja dalam Waktu Singkat 80% - 100% Diperlukan Tindakan Segera >100% Tidak Diperlukan Beraktivitas Sumber: Manuaba dan Vanwonterghem, 1996 2.4 Antropometri Antropometri menurut Stevenson (1987) dan Nurmianto 1991 adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi)nya dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. (Eko Nurmianto, 1996). Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh Gambar 1. Antropometri Tubuh Manusia 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi perancangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai satu tujuan dengan menggunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu, setelah penelitian mempertimbangkan kewajaran yang ditinjau dari satu tujuan penelitian, sehingga dapat dilakukan perancangan dan analisa. Sebelum melakukan perancangan perlu suatu tahap metodologi penelitian yang sistematis.

untuk mendapatkan hasil yang lebih valid. Hasil rekapitulasi kuesioner Nordic Map dapat dilihat pada tabel berikut: Gambar 2. Metodologi Penelitian Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Keluhan NBM No Jenis Keluhan Responden TS AS S SS Total 0 Sakit/kaku di leher bagian atas 7 4 12 7 30 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 20 4 5 1 30 2 Sakit dibahu kiri 10 8 9 3 30 3 Sakit dibahu kanan 4 7 14 5 30 4 Sakit pada lengan atas kiri 11 11 7 1 30 5 Sakit di punggung 1 3 16 10 30 6 Sakit pada lengan atas kanan 0 5 17 8 30 7 Sakit pada pinggang 2 1 16 11 30 8 Sakit pada bokong 28 2 0 0 30 9 Sakit pada pantat 29 1 0 0 30 10 Sakit pada siku kiri 20 9 1 0 30 11 Sakit pada siku kanan 24 3 2 1 30 12 Sakit pada lengan bawah kiri 15 14 1 0 30 13 Sakit pada lengan bawah kanan 5 11 8 6 30 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 4 13 9 4 30 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 3 4 16 7 30 16 Sakit pada tangan kiri 4 13 9 4 30 17 Sakit pada tangan kanan 3 4 16 7 30 18 Sakit pada paha kiri 12 9 6 3 30 19 sakit pada paha kanan 9 16 4 1 30 20 Sakit pada lutut kiri 13 7 8 2 30 21 Sakit pada lutut kanan 10 13 6 1 30 22 Sakit pada betis kiri 12 7 8 3 30 23 Sakit pada betis kanan 15 7 6 2 30 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 11 13 5 1 30 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 14 9 5 2 30 26 Sakit pada kaki kiri 8 6 9 7 30 27 Sakit pada kaki kanan 6 11 8 5 30 TOTAL 300 215 223 102 840 Gambar 3. Metodologi Perancangan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui seberapa besar keluhan pada bagian tubuh pekerja maka disebarkanlah kuesioner NBM ( Nordic Body Map) sebanyak 30 buah kuesioner. Kuesioner ini disebarkan kepada operator dan orang-orang yang berprofesi sama, Setelah dilakukan analisa terhadap keluhan operator pada bagian-bagian tubuh dengan menggunakan NBM, untuk lebih menekankan adanya gangguan kesehatan (MSDs), maka dilakukanlah penilaian dengan menggunakan metode QEC ( Quick Exposure Check) untuk setiap sikap kerja operator dari awal sampai akhir sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Exposure Pekerja No. Cara Kerja Exposure Level Keterangan Level Tindakan 1 Pencampuran Material 53,41% 3 Tindakan Dalam Waktu Dekat 2 Memasukkan Material Kedalam 28,41% 1 Aman Cetakan 3 Memadatkan Cetakan 23,46% 1 Aman 4 Meratakan Cetakan 23,46% 1 Aman 5 Membalikkan Cetakan 27,27% 1 Aman 6 Memukul Cetakan 23,46% 1 Aman 7 Membuka Cetakan 27,16% 1 Aman 8 Membawa Cetakan ke Rak 21,59% 1 Aman Penyimpanan Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan penilaian menggunakan metode QEC didapatkan hasil level resiko untuk masing-masing sikap kerja. Adapun sikap kerja yang memeiliki resiko paling besar yaitu pada proses pencampuran material dengan nilai exposure 53,41% dan level tindakan 3 yang berarti tindakan dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan tubuh operator harus membungkuk hampir 90 0 dan bekerja dengan menggunakan fasilitas yang memadai, sedangkan untuk yang lain aman. sikap kerja Untuk melihat konsumsi energi yang dikeluarkan pada saat bekerja dilakukanlah pengukuran denyut jantung dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja Oper Umur Denyut Denyut Denyut % CVL Keterangan ator Nadi Kerja Nadi Nadi 1 45 106,00 85,67 175 22,75 Tidak Terjadi Kelelahan 2 51 108,33 80,5 169 31,44% Diperlukan Perbaikan 3 48 100,87 70,21 172 30,12% Diperlukan Perbaikan 4 28 98,00 70,33 192 22,74 Tidak Terjadi Kelelahan 5 32 99,67 68,32 188 26,19% Tidak Terjadi Kelelahan 6 50 100,42 70,58 170 30,01% Diperlukan Perbaikan 7 38 97,60 72,55 182 22,88 Tidak Terjadi Kelelahan 8 28 89,33 60,41 192 21,97% Tidak Terjadi Kelelahan 9 44 99,45 75,01 156 30,17% Diperlukan Perbaikan Oleh karena itu dirancanglah sebuah bak pengadukan material yang terbuat dari kayu dan meja kerja cetak batako dengan merubah tata letak peralatan dan material sehingga meja kerja dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, untuk itu diperlukanlah beberapa data antropometri tubuh manusia agar alat bantu yang dirancang sesuai dengan kaidah ergonomis. Berikut adalah data antropometri dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk melakukan perancangan: Tabel 6. Data Antropometri yang dibutuhkan Persentil No Data Antropometri Kode 5th 50th 95th SD 1 Tinggi Lutut Berdiri TLB 47,76 49,4 51,05 1,6 2 Panjang Rentangan RT 164,95 166,6 168,24 6,4 3 Tangan Jangkauan Tangan JTD 72,9 74,55 76,19 1,55 4 Kedepan Tinggi Siku Berdiri TSB 99,86 101,5 103,15 3,5 5 Panjang Lengan PLB 42,61 44,25 45,9 1,75 Sumber: Bawah antropometriindonesia.org Dari hasil perhitungan persentil didapatkanlah data ukuran fasilitas dan alat bantu beserta komponen utama yang telah sesuai dengan konsep ergonomi. Sedangkan

untuk dimensi komponen-komponen lainnya, ukurannya akan disesuaikan dengan data ukuran alat yang terlihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Rekap Data Hasil Perhitungan Ukuran No Alat Bantu Komponen Data Terpakai Persentil Ukuran Kerja Terpilih Komponen 1 Bak Pengadukan Material 2 Meja Kerja Sumber: Pengolahan Data, 2015 Tinggi Bak Tinggi Lutut Berdiri Panjang Bak Rentangan Tangan Lebar Bak Jangkauan Tangan Tinggi Meja Tinggi Siku Berdiri Panjang Meja Panjang Lengan Bawah Lebar Meja Jangkauan Tangan Kedepan Setelah ditetapkan ukuran dari alat bantu yang akan dirancang. Berikut adalah gambar hasil rancangan. P5 P95 P5 P5 P95 P5 Gambar 4. Hasil Rancangan 48 cm 275 cm 179 cm 80 cm 46 cm 73 cm Tabel 8. Pengamatan Setelah perancangan Exposure to Back Shoulder / Arm Wirst / Hand Neck Back Posture A & Repeated Motion F & Neck Posture G& Height C & Weight H Weight H Force K A1 A2 A3 Score 1 C1 C2 C3 Score 1 F1 F2 F3 Score 1 G1 G2 G3 Score 1 H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8 2 2 4 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10 4 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Back Posture A & Repeated Motion F & Visual Demand L & Height C & A1 A2 A3 Score 2 C1 C2 C3 Score 2 F1 F2 F3 Score 2 L1 L2 Score 2 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 J2 4 6 8 4 J2 4 6 8 4 J2 4 6 8 4 J2 4 6 4 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 & Weight H & Weight H & Force K Total Score For Neck SumOf Score 1-2 8 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 Vibration H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 N1 N2 N3 Score H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 4 4 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 6 1 4 9 1 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Total For Vibration 1 Frequency B & Frequency D & Wirst Posture E & Weight H Weight H Force K Work Pace B1 B2 B3 Score 4 D1 D2 D3 Sore 4 E1 E2 Sore 4 P1 P2 P3 Score H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9 1 4 6 6 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 H4 8 10 12 H4 8 10 12 Total For Work Pace 1 Frequency B & Frequency D & Wirst Posture E & Stress B1 B2 B3 Score 5 D1 D2 D3 Score 5 E1 E2 Score 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Score J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 J2 4 6 8 6 J2 4 6 8 8 J2 4 6 6 1 4 9 16 1 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Total For Stress 1 Sumof score 1-5 20 Sumof score 1-5 24 Sumof score 1-5 26 Exposure(%) E(%) 78 176 X X maks x100% x100% 44,31% Dari tabel 6 sebelumnya terlihat terjadinya penurunan nilai exposure setelah dilakukan perancangan bak pengadukan. Penurunan nilai exposure ini dapat meminimasi terjadinya resiko MSDs. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5 berikut: Setelah dilakukan perancangan, dilakukan evaluasi menggunakan pengamatan dengan metode QEC.

Nilai Exposure Penurunan Level Resiko 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Kondisi Saat Ini Sesudah Perancangan Level Resiko 53.41% 44.32% Gambar 5. Grafik Penurunan Level Resiko Meja kerja pembuatan batako secara keseluruhan sudah sesuai atau mendekati ergonomi, hal ini dapat terlihat dari nilai exposure sikap pekerja mulai dari material, menyebabkan material tersebut berserakan, dan tumpah ke lantai, oleh karena itu operator harus menyekop material-material yang tumpah dilantai tersebut. Dengan adanya penambahan alas pada meja kerja, menjadikan material yang tumpah akan mengalir kembali kedalam bak pengadukan semen sehingga material tidak banyak yang terbuang. Berikut merupakan perbandingan sikap kerja sebelum dan sesudah perancangan meja kerja usulan dapat dilihat pada gambar 6 dan 7 berikut: memadatkan sampai membuka cetakan didapatkan nilai exposure yang kecil dan dapat dikatakan hampir tidak menimbulkan resiko MSDs. Tetapi berdasarkan hasil dari kuesioner Nordic body map yang menunjukkan bahwa adanya keluhan pada bagian tangan kanan dan bahu kanan pada operator, hal ini dikarenakan operator lebih Gambar 6. Kondisi Saat Ini sering menggunakan tangan kanan, sehingga kelelahan pada tangan kanan lebih cepat terjadi, oleh karena itu dirancanglah meja kerja dengan merubah tata letak peralatannya. Selain itu meja kerja juga diberikan tambahan accessories berupa sebuah lempengan seng yang diposisikan dibawah meja dan ditujukan kepada bak pengadukan. Hal ini berdasarkan pada saat operator memasukkan dan memadatkan Gambar 7. Kondisi Setelah DilakukanPerancangan

Pada gambar diatas terlihat sikap kerja saat ini dan sikap kerja apabila dilakukan perancangan. Sikap kerja yang digambarkan diatas adalah sikap kerja pada saat operator menjangkau lempengan kayu yang berfungsi sebagai alas dari hasil cetakan. Kondisi yang ada pada saat ini meja kerja dibuat memanjang kedepan, sehingga pada saat menjangkau operator sedikit mengarahkan tubuhnya kedepan dengan menjangkau menggunakan tangan kanan. Banyaknya aktivitas yang menggunakan tangan kanan pada saat bekerja mengakibatkan kelelahan pada tangan kanan lebih cepat terjadi hal ini juga didukung oleh hasil kuesioner Nordic Body Map, oleh karena itu dilakukan perubahan pada tata letak lempengan kayu yang diletakkan disebelah kiri sehingga operator dapat menjangkaunya dengan tangan kiri. Sikap kerja setelah dilakukan perubahan seperti pada gambar 7. Lempengan kayu diposisikan disebelah kiri sehingga tidak terlalu jauh operator manjangkau seperti kondisi saat ini, serta meminimasi penggunaan tangan kanan untuk menghindari kelelahan. 5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, perancangan dan evaluasi yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi awal sikap kerja operator dapat menimbulkan gejala MSDs, dimana terdapat keluhan pada bagian pinggang, punggung dan tangan kanan operator. 2. Assessment postur kerja dengan menggunakan metode QEC, operator lebih dominan menggunakan tangan kanan saat bekerja sehingga tangan kanan lebih cepat mengalami kelelahan 3. Pengamamatan menggunakan metode QEC menunjukkan proses pencampuran material diperlukan perbaikan dalam waktu yang dekat dengan level resiko sebesar 53,41%. 4. Empat dari 9 orang pekerja memiliki % CVL > 30 % dengan artian sikap kerja sekarang diperlukan perbaikan karena menyebabkan kelelahan lebih cepat terjadi berdasarkan besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan. 5. Perancangan bak pengadukan material menurunkan level resiko MSDs menjadi 44,31%. 6. Untuk mengatasi keluhan pada bagian tangan kanan pekerja dilakukan perancangan ulang tata letak peralatan pada meja kerja, dimana lempengan kayu sebelumnya berada didepan operator dipindahkan kebagian kiri, sehingga pekerja dapat menjangkau dengan menggunakan tangan kiri. 7. Untuk ketahanan fasilitas kerja, maka diusulkanlah meja kerja terbuat dari material yang tahan lama yaitu besi,

bagian atas dari meja kerja tetap dialas dengan kayu. 8. Untuk meminimasi material yang terbuang saat proses pencetakan, maka ditambahkan assesories pada meja kerja yang berupa lempengan seng yang berguna untuk mengalirkan material yang terjatuh kembali pada bak pengadukan. 6 DAFTAR PUSTAKA Li, G. dan Buckle, P. (1998). A Practical Method For The Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risk-Quick Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human Factors and Ergonomics Society Annual Meeting, October. Chicago. Nurmianto, Eko. (1996). Ergonomi Edisi Pertama, Konsep dasar dan Aplikasinya. Prima Printing. Surabaya. Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO). (2007). Musculoskeletal Disorders Prevention Series (Part 3 C: MSD Prevention Toolbox, More on Indepth Risk Assesment Methods). Ontario: OHSCO. Stevenson,M.G. (1987). Repetition Strain Injuries: The Ergonomic Approach to Repetitian Strain Injuries. Sydney: The University of New South Wales Press. Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya. http://antropomertiindonesia.org/index.php/ detail/artikel/4/10/data_antropometri Bridger, R. S. (1995). Introduction to Ergonomics CCOHS. Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) Diaskes dari: http://www.ccohs.ca/oshanswers/dis eases/rmirsi.hmtl#top Kroemer Karl, et al. (2001). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficience. 2 nd ed. Prentice Hall of International Series: New jersey. Kuorinka, et al. (1987). Standardized Nordic Questionaire for the Analysis of Musculoskeletal Symptoms.