ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY UNTUK PENGALOKASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER

ANALISIS PENGALOKASIAN KANAL PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULAR DENGAN ALGORITMA NEURAL NETWORK

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIS PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

BAB II DASAR TEORI. Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. standarisasi yang dibentuk di Eropa tahun 1982 untuk menciptakan sebuah

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIS PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

STUDI PENGGUNAAN ALGORITMA ANT COLONY DALAM PENGALOKASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB II DASAR TEORI. digunakan pada awal tahun 1980-an, diantaranya sistem C-NET yang

PENGOPTIMASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

BAB II DASAR TEORI. komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi[1].

PENGOPTIMASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sistem Komunikasi Modern Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. meningkat ke layanan Fourth Generation dengan teknologi Long Term Evolution

BAB II LANDASAN TEORI

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

ANALISIS TRAFIK SUARA DAN UNJUK KINERJA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan Selama ini penjadwalan pelajaran hampir di semua sekolah yang meliputi jadwal mata pelajaran dan pembagian guru di setiap kelas yang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH STANDAR DEVIASI SHADOW FADING TERHADAP KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL SIGNAL DEGRADATION HANDOFF (SDH)

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

RANCANG BANGUN TOPOLOGI JARINGAN SWITCHING MENGGUNAKAN TEORI GRAF

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

ANALISIS SKEMA ORDERED DYNAMIC HANNEL ASSIGNMENT PADA JARINGAN GSM

Aplikasi Pewarnaan Graf dalam Pengalokasian Frekuensi Gelombang pada WLAN

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS EKSPONEN PATH LOSS DENGAN MEMBANDINGKAN METODE HISTERESIS ADAPTIF DAN METODE HISTERESIS TETAP

Bab 7. Penutup Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BUTTERFLY

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BANYAN BUFFER TUNGGAL

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS TRAFIK BTS PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

EVALUASI KINERJA ALGORITMA HISTERESIS HARD HANDOFF PADA SISTEM SELULER

BAB II SOFT HANDOFF. bergerak. Mobilitas menyebabkan variasi yang dinamis pada kualitas link dan tingkat

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BANYAN

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

OPTIMASI PENEMPATAN BTS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

IMPLEMENTASI FUZZY EVOLUTIONARY ALGORITHMS UNTUK PENENTUAN POSISI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)

Optimasi Penempatan Lokasi Based Transceiver Station Menggunakan Flower Pollination Algorithm


BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN TELEKOMUNIKASI GSM. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

BAB III LANDASAN TEORI

OPTIMASI REVENUE DAN PERFORMANSI JARINGAN SELULER MENGGUNAKAN ALGORITHMA CALL ADMISSION CONTROL DAN DYNAMIC PRICING

Transkripsi:

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH Isywalsyah Lani Putri, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: isywalsyah@yahoo.com Abstrak Sistem komunikasi seluler menjadi sangat penting pada masa sekarang. Namun dalam sistem komunikasi seluler terdapat keterbatasan kanal. Banyak hal telah dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan kanal tersebut salah satunya ialah dengan adanya alokasi kanal yang tepat. Tulisan ini membahas bagaimana menganalisis pengoptimasian suatu alokasi kanal dinamik pada komunikasi seluler dengan menggunakan algoritma tabu search. Selain itu juga membahas bagaimana mengatasi suatu channel assignment problem (CAP). Dari hasil pemodelan yang dilakukan dengan nilai kriteria aspirasi yang berbeda maka didapatkan tingkat utilisasi kanal dan panggilan blocking. Dengan nilai kriteria aspriasi sebesar 5 maka didapatkan blocking sebanyak 115 panggilan dari total seluruh panggilan sebanyak 287 panggilan. Dan dihasilkan 172 panggilan yang dapat dilayani dengan tingkat utilisasi kanal sebanyak 66,66%. Dengan nilai kriteria aspirasi sebesar 6 maka didapatkan blocking sebanyak 105 panggilan dari total seluruh panggilan sebanyak 287 panggilan. Dan dihasilkan 182 panggilan yang dapat dilayani dengan tingkat utilisasi kanal sebanyak 55,63%. Dengan nilai kriteria aspirasi sebesar 7 maka didapatkan blocking sebanyak 66 panggilan dari total seluruh panggilan sebanyak 287 panggilan. Dan dihasilkan 221 panggilan yang dapat dilayani dengan tingkat utilisasi kanal sebanyak 47,73%. Kata kunci: Tabu Search, Kanal, Channel Assignment Problem, Call Demand, Kriteria Aspirasi, Blocking 1. Pendahuluan Dengan kemajuan penyampaian informasi sekarang ini, kebutuhan akan layanan komunikasi yang handal semakin meningkat. Pengguna layanan telekomunikasi menginginkan suatu sistem layanan komunikasi yang fleksibel dimana pengguna komunikasi tidak lagi terbatas oleh ruang gerak. Oleh karena itu digunakan sistem komunikasi seluler yang merupakan solusi untuk kebutuhan layanan hubungan telekomunikasi. Sistem komunikasi seluler menjadi sangat penting pada masa sekarang. Namun dalam sistem komunikasi seluler terdapat keterbatasan kanal. Banyak hal telah dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan kanal tersebut salah satunya ialah dengan adanya alokasi kanal yang tepat. Ada beberapa algoritma yang digunakan untuk alokasi kanal. Penulis tertarik untuk menganalisis optimasi pengalokasian kanal menggunakan algoritma tabu search. Algoritma tabu search merupakan algoritma yang digunakan untuk mencegah terjadinya perulangan dan ditemukannya solusi yang sama pada suatu iterasi yang akan digunakan pada iterasi selanjutnya. Dari analisa unjuk kerja pengalokasian kanal tersebut diharapkan dapat mengoptimasi jumlah minimun kanal yang digunakan dan mengurangi interferensi sehingga memeperkecil jumlah panggilan yang ditolak. 2. Channel Assignment Pada Sistem Komunikasi Selular 2.1 Sistem Komunikasi Seluler Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi bergerak, yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah satu atau kedua terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan tempat ini, sistem komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi [1]. Sebuah sistem komunikasi bergerak selular menggunakan sejumlah besar pemancar berdaya -165- copyright @ DTE FT USU

rendah untuk menciptakan sel (daerah geografis) layanan dasar dari sistem komunikasi nirkabel (tanpa kabel). Variabel tingkat daya antena pemancar, memungkinkan sel-sel diubah ukurannya menyesuaikan kepadatan pelanggan dan permintaan dalam suatu wilayah tertentu. Unsur-unsur yang utama arsitektur jaringan selular terdiri atas tiga sub sistem yaitu : MS (Mobile Station), BSS (Base Station Subsystem), Network switching Subsystem (NSS), Operation Subsystem (OSS). 2.2 Konsep Seluler Cell adalah Area Cakupan (coverage area) dari Radio Base Station, daerah layanan ini dibagi-bagi menjadi daerah yang kecil-kecil yang disebut cellular, yang sifatnya pelanggan mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan. Selular artinya adalah sistem komunikasi jarak jauh tanpa kabel, selular adalah bentuk komunikasi modern yang ditunjukkan untuk menggantikan telepon rumah yang masih menggunakan kabel. Pada sistem seluler semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan yang lain sehingga bentuk sel secara heksagonal lebih mewakili di banding bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran lebih mewakili perserbaran daya yang ditransmisikan oleh antena [2]. 2.2.1 Frekuensi Reuse Konsep frekuensi reuse yaitu memungkinkan penggunaan frekuensi yang sama pada sel yang berbeda, diluar jangkauan interferensinya. Parameter yang menjadi ukuran adalah perbandingan daya sinyal/carrier terhadap daya total interferensinya [1]. 2.2.2 Konsep Handoff Konsep handoff yaitu memungkinkan seorang pengguna pindah dari suatu sel ke sel yang lain tanpa adanya pemutusan hubungan. Terjadi pemindahan frekuensi/kanal secara otomatis yang dilakukan oleh system [1]. 2.3 Penugasan Kanal (Channel Assignment) Channel assignment merupakan pengalokasian kanal frekuensi ke setiap sel berdasarkan atas beban trafik yang diketahui. Pengalokasian kanal frekuensi ini bergantung pada kemampuan reuse pada kelompok sel dan trafik yang ada. Secara umum strategi penempatan kanal adalah untuk peningkatan kapasitas kanal dari setiap sel dan meminimalkan interferensi sesuai dengan yang diinginkan. Strategi penempatan kanal yang telah dikembangkan untuk memenuhi tujuan di atas, dapat dikelompokkan menjadi fixed atau dinamic. Pemilihan strategi penempatan kanal dapat mempengaruhi kinerja dari sistem, terutama pengaturan panggilan saat sebuah pengguna berpindah dari satu sel ke sel yang lain. Channel assignment dapat dibagi menjadi Fixed Channel Allocation (FCA) dan Dynamic Channel Allocation (DCA). 2.3.1 Fixed Channel Allocation (FCA) Merupakan teknik pengalokasian kanal secara tetap, pada setiap sel dialokasikan kanal secara tetap. Karena setiap sel dialokasikan secara tetap maka dalam sistem ini diperlukan management kanal yang tetap. Bila seluruh kanal terduduki maka sel akan diblok dan kadang digunakan strategi peminjaman kanal dari sel tetangga [2]. 2.3.2 Dynamic Channel Allocation (DCA) Dynamic Channel Allocation (DCA) merupakan salah satu strategi untuk mengatasi penambahan beban trafik dalam sistem seluler. Konsep dasar dari strategi DCA adalah bila beban trafik tidak merata dalam tiap sel maka pemberian kanal frekuensi pada tiap sel akan sering tidak terpakai dalam sel yang kurang padat, dan terjadi blocking pada sel dengan beban trafik padat. Teknik DCA dapat mengalokasi kanal frekuensi bila hanya beban trafik meningkat dan melepaskan kanal frekuensi bila beban trafik menurun [2]. 2.4 Perumusan Channel Assignment Permasalahan channel assignment (CAP) muncul dalam jaringan telepon seluler yakni rentang frekuensi diskrit dengan spektrum frekuensi radio tersedia yang disebut sebagai kanal, diperlukan untuk dialokasikan ke daerah lain guna meminimumkan bentangan frekuensi total, tergantung pada permintaan (demand) dan pembatas bebas interferensi (interference-free constraint). Batasan electromagnetic compatibility (EMC) ditentukan melalui jarak minimum dimana dua kanal harus dipisahkan agar rasio S/I diterima kuat dapat dijamin dalam wilayah yang salurannya telah ditugaskan, dapat ditunjukkan -166- copyright @ DTE FT USU

melalui matriks N x N yang disebut matriks compatibility C [3]. Ada tiga jenis batasan kanal dalam penugasan kanal, yaitu [3] : 1. Cochannel Constraint (CCC) disebut cij dengan nilai = 1 atau 0 Dimana frekeunsi yang sama tidak dapat dialokasikan pada satu kanal dengan pasangan frekuensi lain secara bersamaan. 2. Adjacent Channel Constraint (ACC) disebut cij dengan nilai 2 Dimana frekuensi yang berdekatan tidak dapat dialokasikan untuk sel radio yang berdekatan secara bersamaan. 3. Cosite Constraint (CSC) disebut cii dengan nilai = α Dimana setiap pasangan frekuensi yang ditetapkan dalam sel yang sama harus memiliki jarak frekuensi minimum α. Nilai α merupakan nilai positif mulai dari 0 ditugaskan ke sel i. Nilainya tergantung pada standar komunikasi yang digunakan. Pada umumnya nilai α dimulai dengan 5 untuk menyatakan jarak antar kanal dalam satu sel. Dari ketiga hal tersebut dapat dihitung jumlah kanal minimun yang dapat disediakan untuk penugasan kanal, dengan rumus [3]: k = (cii(di-1)+1) (1) Dimana : k = kanal minimum yang dibutuhkan cii = nilai maksimum CSC pada matrik C di = nilai maksimum demand (kanal tertinggi) 2.5 Utilisasi Utilisasi disini adalah memanfaatkan kanal yang kosong agar semua kanal dapat dialokasikan secara maksimal. Utilisasi bertujuan mengefisienkan biaya pemakaian kanal dengan cara mengurangi kanal yang tidak terpakai. 2.6 Algoritma Tabu Search Tabu Search berasal dari Tongan, suatu bahasa Polinesia yang digunakan oleh suku Aborigin Pulau tonga untuk mengindikasikan suatu hal yang tidak boleh disentuh karena sakralnya [4]. Pada tahun 1986,Fred Glover mengutarakan konsep dasar dari tabu search adalah merupakan suatu algoritma yang menuntun setiap tahapannya agar dapat menghasilkan kriteria aspirasi yang paling optimum tanpa terjebak ke dalam solusi awal yang ditemukan selama tahapan itu berlangsung [5]. 2.6.1 Pengertian Algoritma Tabu Search Tabu Search adalah sebuah metode optimasi yang berbasis pada local search. Proses pencarian bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya, dengan cara memilih solusi terbaik neighbourhood solusi sekarang (current) yang tidak tergolong solusi terlarang (tabu). Ide dasar dari algoritma tabu search adalah mencegah proses pencarian dari local search agar tidak melakukan pencarian ulang pada ruang solusi yang sudah pernah ditelusuri, dengan memanfaatkan suatu struktur memori yang mencatat sebagian jejak proses pencarian yang telah dilakukan. Struktur memori fundamental dalam tabu search dinamakan tabu list [4]. 2.6.2 Mekanisme Algoritma Tabu Search Secara umum, algoritma tabu search dapat dituliskan sebagai berikut [6]: 1. Membangkitkan solusi awal Mempunyai acuan awal sebelum tabu search dimulai. 2. Menentukan kriteria aspirasi Suatu penanganan khusus terhadap move yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang baik namun move tersebut berstatus tabu. Umumnya diterapkan jika pergerakan tabu tersebut menghasilkan kandidat solusi yang memiliki nilai yang lebih baik daripada solusi terbaik yang telah dihasilkan. Pada tugas akhir ini parameter kriteria aspirasi inilah yang akan digunakan untuk melihat hasil kinerja optimasi algoritma tabu search. Nilai kriteria aspirasi ini yang akan digunakan, yang nilainya berasal dari nilai cosite constraint atau cii. Adapun nilai kriteria aspirasi yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 5,6, dan 7. 3. Melakukan move Ada beberapa macam move yang dapat dipilih selama proses pencarian ini berlangsung [4]: Local search, yang terdiri dari dua macam yaitu insertion (memilih secara acak satu bagian struktur untuk dipindah ke bagian yang lain) dan swap (memilih secara acak dua bagian struktur untuk selanjutnya ditukar posisinya). Neighborhood search, pada setiap perulangan local search atau tabu search, perubahan bentuk lokal dapat dipakai untuksolusi yang ada yang ditandai dengan S, menggambarkan suatu set solusi-solusi berdekatan di dalam ruang pencarian, ditunjukkan N(S). N(S) adalah suatu subset ruang pencarian yang digambarkan -167- copyright @ DTE FT USU

dengan, N(S) = {solusi-solusi yang diperoleh dengan menerapkan perubahan bentuk local tunggal untuk S}. 3. Pemodelan Alokasi Kanal Dinamik Dengan Algoritma Tabu Search 3.1 Struktur Pemodelan Pada Tugas Akhir ini penganalisisan optimasi alokasi kanal dinamik dengan algoritma tabu search dapat dilihat pada blok diagram seperti Gambar 1. Gambar 1. Blok diagram optimasi alokasi kanal Pada blok diagram dapat dilihat, sebelum melakukan optimasi menggunakan algoritma tabu search harus terlebih dahulu melihat layout sel yang digunakan, jumlah call demand per sel, kendala interferensi, dan jumlah kanal yang tersedia untuk seluruh sel. Layout sel yang digunakan pada alokasi kanal dinamis ini berjumlah 17 sel yang tiap sel nya memiliki call demand yang berbeda-beda. Bentuk sel yang digunakan adalah sel hexagonal dengan diameter sel sebesar 6 km. Untuk bisa memplot sel hexagonal pada peta maka dibuat skala 1,956:600000. Kemudian dengan diameter 1,956 cm diplot pada peta kota Medan dan didapat serta diasumsikan jumlah selnya sebanyak 17 sel. 2. Pola Interferensi Sel Dari layout sel yang digunakan dapat dihasilkan pola interferensi sel. 3. Matriks Cij Matriks Cij didapatkan setelah melihat layout yang digunakan dan telah disesuaikan dengan kaidah EMC. 4. Call demand Call demand yang digunakan pada optimasi alokasi kanal dinamik ini merupakan panggilan yang ditawarkan pada setiap sel. Call demand pada setiap sel berbeda-beda. 3.3 Algoritma Tabu Search Struktur pemodelan pada optimasi alokasi kanal dinamik dengan algoritma tabu search dapat dibuat dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 3. 3.2 Parameter Kinerja Optimasi Beberapa parameter yang digunakan dalam optimasi alokasi kanal ini antara lain : Start Inisialisasi Lihat nilai f(i) 1. Layout Sel Untuk melakukan pembagian kanal untuk setiap sel dilakukan secara acak. Dimana pembagian kanal tersebut harus memenuhi syarat interferensi Matrix C. Untuk menentukannya diperlukan layout sel yang akan digunakan. Layout yang digunakan pada optimasi kanal dinamik dengan algoritma tabu search dapat dilihat pada Gambar 2. Cari solusi i dalam S Jadikan solusi awal dengank=0 Cari nilai konflik i=i* Masukkan ke dalam tabulist Tidak Tidak f(i)<f(i)* Tidak f(i) tetap Masukkan ke tabulist Ya Total iterasi= iterasi +1 Solusi sudah optimal? Alokasikan call demand ke tiap solusi dalam S Ya End Ya Cek pada tabulist solusi sudah ada isi atau tidak Gambar 2. Layout sel Gambar 3. Flowchart Algoritma Tabu Search -168- copyright @ DTE FT USU

Dari Gambar 3 dapat dilihat sistem berhenti apabila solusi sudah optimal yaitu semua kanal sudah dialokasikan. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Pengaruh Nilai Call Demand Tertinggi Terhadap Alokasi Kanal Call demand yang digunakan pada tugas akhir ini merupakan bilangan acak yang diasumsikan. Dan perubahan nilai call demand ini yang dikatakan dinamik pada alokasi kanal ini. Pada tugas akhir ini digunakan call demand sebanyak 26 panggilan, sehingga didapatkan kanal sebanyak 151 kanal. Apabila call demand yang digunakan lebih tinggi dari 26 panggilan maka kanal yang digunakan untuk pengalokasian akan semakin banyak dan begitu sebaliknya bila call demand yang digunakan lebih rendah dari 26 panggilan maka kanal yang digunakan semakin kecil. 4.2 Tingkat Utilisasi Dari Nilai Kriteria Aspirasi Dari tiga nilai kriteria aspirasi yang digunakan pada tugas akhir ini maka didapatkan tingkat utilisasi pemanfaatan kanal. Tingkat utilisasi pemanfaatan kanal dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat utilisasi kanal dari nilai kriteria aspirasi Nilai Kriteria Aspirasi 5 6 7 Jumlah kanal total 126 151 176 (kanal) Jumlah kanal 84 84 84 yang dialokasikan (kanal) Total panggilan 287 287 287 (panggilan) Panggilanblocking 115 105 66 (panggilan) Panggilandilayani (panggilan) 172 182 221 Dari Tabel 1 dapat dilihat perbandingan tingkat utilisasi kanal dengan nilai kriteria aspirasi yang berbeda. Pada nilai kriteria aspirasi sebesar 5, didapat tingkat utilisasi kanal sebesar 66,66%. Pada nilai kriteria aspirasi sebesar 6 didapat tingkat utilisasi kanal sebesar 55,63%, dan pada nilai kriteria aspirasi sebesar 7 didapat tingkat utilisasi kanal sebesar 47,73%. 4.3. Analisis Hasil Alokasi Kanal Dinamik Jika dilihat dari Tabel 1 dapat dianalisa dengan kriteria aspirasi sebesar 5 didapatkan jumlah kanal yang dapat dialokasikan sebanyak 126 kanal. Dengan call demand tertinggi yang digunakan sebanyak 26 panggilan yang harus dilayani. Dengan kriteria aspirasi sebesar 5, blocking yang dihasilkan masih terlalu besar yaitu terdapat 115 panggilan yang tidak dapat dilayani dari total seluruh panggilan sebanyak 287 panggilan dan dihasilkan 182 panggilan yang dapat dilayani tanpa mengalami blocking. Dengan kriteria aspirasi sebesar 6 didapatkan blocking sebesar 105 panggilan dan 182 panggilan yang dapat dilayani, dan bila menggunakan kriteria aspirasi sebesar 7 didapatkan blocking yang lebih rendah yaitu sebesar 66 panggilan dengan 221 panggilan yang dapat dilayani. 5. Kesimpulan Dari hasil pemodelan dan hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan, antara lain : 1. Alokasi kanal menggunakan algoritma tabu search ini dipengaruhi oleh besar kriteria aspirasi dan nilai call demand. 2. Dari kriteria aspirasi sebesar 5 didapatkan blocking sebesar 115 panggilan, 172 panggilan yang dapat dilayani dan tingkat utilisasi kanal sebesar 66,66%. 3. Dari kriteria aspirasi sebesar 6 didapatkan blocking sebesar 105 panggilan, 182 panggilan yang dapat dilayani dan tingkat utilisasi kanal sebesar 55,63%. 4. Dari kriteria aspirasi sebesar 7 didapatkan blocking sebesar 66 panggilan, 221 panggilan yang dapat dilayani dan tingkat utilisasi kanal sebesar 47,73%. 6. DAFTAR PUSTAKA [1]. Mufti,Nachwan. 2003. Modul 3: Sistem Komunikasi Bergerak. http://siraits.files.wordpress.com/2008/03/ modul-3-komunikasi-bergerak.pdf. 30 Oktober 2013(15:40). [2]. Baharuddin. 2008. Perencanaan Alokasi Kanal Dinamik Pada GSM. -169- copyright @ DTE FT USU

http://elektro.ft.unand.ac.id/in/sivitas/datadosen/898-baharuddin. 30 Oktober 2013 (16:50). [3]. He. Zhenya,Yifeng Zhang, Chengjian Wei, and Jun Wang, A Multistage Self- Organizing Algorithm Combined Transiently Chaotic Neural Network for Cellular Channel Assignment, IEEE Trans. Veh. Technol., vol.51, November 2002. [4]. Priyandari. 2009. Tabu Search- Introduction. http://priyandari.staff.uns.ac.id/200909/ta bu-search-introduction/. 16 September 2013 (16.30). [5]. Suyanto. Algoritma Optimasi : Deterministik atau Probabilistik. Yogyakarta,Graha Ilmu,2010. [6]. Hindriyanto. 2012. Methaheuristic:Tabu Search. http://hindriyanto.wordpress.com/2012/09 /03/metaheuristics-tabu-search. 16 September 2013 (14:50). -170- copyright @ DTE FT USU