1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Hamdani Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi telekomunikasi perangkat seluler berkembang dari tahun ke tahun. Teknologi ini menggeser kebiasaan orang mengakses Internet di komputer desktop ke perangkat seluler. Kebiasaan mengakses Internet tidak lagi mengharuskan berdiam diri di depan komputer desktop tanpa berpindah tempat. Pengguna dapat mengakses Internet melalui perangkat seluler walau berpindah tempat misalnya ruang keluarga, ruang belajar, kamar tidur ataupun di tempat kerja. Perangkat seluler memberikan kemudahan akses data dimana pun berada. Kemudahan ini menjadi keuntungan tersendiri bagi banyak pihak misalnya pengguna yang merupakan pekerja kantoran. Mereka dapat bekerja melalui perangkat seluler misalnya mengecek , membuat jadwal pertemuan, berbagi materi meeting dan video conference. Sehingga setiap pengguna semakin tergantung dengan perangkat seluler untuk menunjang kegiatan mereka. Peningkatan produktivitas serta aktivitas yang padat, mengharuskan pengguna sering mobile dan online melalui perangkat seluler. Hal ini untuk mendukung kinerja mereka. Berpindah tempat di dalam ruangan yang dilakukan pengguna perangkat seluler sering sekali menimbulkan masalah kualitas sinyal yang kurang baik. Jaringan seluler ini memiliki performa yang kurang maksimal, misalnya pada satu sudut ruangan memberikan performa yang baik tetapi pada saat pengguna berada pada sudut ruangan yang lain jaringan bermasalah. Perangkat seluler membutuhkan area cakupan jaringan yang lebih merata khususnya di dalam ruangan. Hal ini akan mendukung produktivitas pengguna dalam bekerja atau melakukan kegiatan lainnya. Selain itu kebutuhan penyebaran jaringan yang merata juga akan menopang performa jaringan seluler ini. Kebutuhan pengguna ini secara tidak langsung menjadi perhatian khusus bagi pengelola jaringan seluler. Operator jaringan seluler dituntut untuk memenuhi kebutuhan para pengguna yaitu jaringan seluler yang lebih handal dengan area 1
2 jangkauan sinyal lebih merata di dalam ruangan. Operator jaringan seluler menyediakan spektrum terlisensi untuk melayani kebutuhan akses internet pengguna. Spektrum terlisensi ini merupakan spektrum yang dikelola operator jaringan seluler untuk melayani para pelanggan jaringan mereka. Jaringan seluler ini memiliki kapasitas terbatas. Kapasitas jaringan seluler semakin tidak sebanding dengan kebutuhan pengguna yang selalu online melalui perangkat seluler di mana saja. Sehingga model arsitektur jaringan seluler konvensional menjadi tidak relevan karena terpusat di satu base station yang melayani hingga ratusan perangkat seluler. Hal ini menjadi masalah, base station kurang maksimal melayani perangkat seluler dalam jumlah besar. Selain itu, beban kerja base station menjadi tinggi karena harus melayani banyak perangkat seluler. Sehingga perlu solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Solusi yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum yang sudah ada misalnya penambahan sejumlah base station kecil pada jaringan konvensional untuk meningkatkan kapasitas jaringan [1]. Jaringan heterogen merupakan teknologi pada jaringan seluler dengan sistem desentralisasi yang terdiri atas beberapa jaringan seluler di dalamnya, seperti jaringan seluler makro, piko atau femto dan radio base station. Jaringan heterogen ini berbeda dengan sistem terpusat yang telah digunakan dalam jaringan seluler. Jaringan heterogen mengalokasikan tugas pelayanan perangkat pengguna kepada base station jaringan seluler yang berada di dalamnya. Salah satu tipe jaringan heterogen adalah jaringan seluler makro femto. Jaringan ini terdiri atas jaringan seluler makro dan femto dimana setiap jaringan femto berada di dalam jaringan seluler makro. Jaringan seluler makro merupakan jaringan seluler yang memanfaatkan spektrum terlisensi dengan cakupan area hingga beberapa kilometer dan daya pancar sebesar 46 dbm. Jaringan ini menjadi tanggung jawab dari operator telekomunikasi. Sedangkan jaringan seluler femto merupakan base station kecil, dengan jangkauan kurang dari 50 m dan daya pancar kurang dari 23 dbm, serta biaya murah. Jaringan ini terkoneksi melalui kabel broadband penyedia jaringan seluler makro untuk meningkatkan unjuk kerja jaringan di 2
3 dalam ruangan [2]. Jaringan Seluler femto mampu memberikan keuntungan dengan penekanan biaya infrastruktur jaringan yang rendah pada sisi penyedia jaringan seluler [3]. Selain itu femto base station hanya dipasang secara plug-andplay oleh pengguna. Selain keunggulan yang mampu didapatkan dari jaringan seluler makro femto, terdapat juga berbagai tantangan misalnya implementasi jaringan seluler femto yang dipasang secara bebas oleh pengguna tanpa adanya campur tangan dari operator. Implementasi jaringan seluler femto yang demikian memiliki permasalahan interferensi. Interferensi ini terjadi karena adanya penggunaan sumber daya kanal yang tersedia secara bersama-sama atau disebut juga resource sharing. Sangat mungkin terjadi interferensi baik antara jaringan seluler makro dengan jaringan femto maupun interferensi antara jaringan seluler femto yang berdekatan. Resource sharing merupakan pemanfaatan resource yang masih bisa digunakan oleh jaringan seluler femto. Resource ini merupakan kanal atau resource block yang bisa digunakan oleh perangkat pengguna jaringan seluler. Dalam realisasinya, penggunaan resource block memiliki tantangan tersendiri, yaitu diperlukan mekanisme alokasi resource block sehingga bisa memanfaatkan resource block yang tersedia secara efisien. Ini bisa diupayakan dengan meminimalkan penggunaan resource block yang sudah digunakan pada jaringan didekatnya sehingga menekan interferensi antara jaringan seluler makro dan femto maupun antara jaringan seluler femto yang berdekatan. 1.2 Rumusan Masalah Skema alokasi secara acak resource block yang tersedia menunjukkan pemanfaatannya masih kurang baik, selain itu terdapat penggunaan resource block yang sama dan terjadi interferensi antara jaringan seluler makro dengan jaringan seluler femto maupun antara jaringan seluler femto yang berdekatan, menunjukkan dibutuhkannya skema alokasi resource block secara dinamis dan mampu menekan interferensi yang terjadi. Skema alokasi ini harus mampu melakukan pemilihan resource block paling sesuai dari resource block yang tersedia. 3
4 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian terkait telah dilakukan untuk mengembangkan teknologi jaringan seluler makro femto. Penelitian yang telah dilakukan adalah pendekatan menggunakan teori permainan untuk alokasi resource jaringan seluler femto menggunakan mode closed access dan arah transmisi uplink [4]. Jaringan terdiri dari jaringan seluler makro dengan jaringan seluler femto yang tersebar secara acak didalamnya. Penelitian ini mengusulkan pendekatan potential game dengan femto user yang mampu mengatur alokasi resource block yang paling sesuai. Setiap femto user dapat mengintegrasikan diri ke dalam jaringan dan mempelajari lingkungan sekitar secara dinamis. Femto user mampu melakukan strategi pengaturan untuk menentukan resource block yang sesuai sehingga dapat meminimalkan terjadinya interferensi cross-tier dan co-tier. Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan potential game yang didalamnya terdapat utility function untuk merekam dan mempelajari perilaku cooperative dari femto user dan mencapai kondisi akhir disebut dengan nash equilibrium dimana setiap user tidak lagi mengubah parameter transmisi yang digunakannya. Fungsi potensial yang diusulkan yaitu dengan utilitas u2 (memperhitungkan interferensi cross dan co-tier dalam lapisan macro dan femto) dan u1 (memperhitungkan interferensi cotier antar femto) menunjukkan nilai throughput HUE yang lebih baik dibandingkan dengan skema alokasi resource block secara acak. Utilitas u2 memiliki manajemen interferensi lebih baik dalam jaringan seluler makro yang berdampingan untuk mengurangi resiko interferensi cross-tier dan co-tier. Penelitian lain yang terkait yaitu mempelajari tentang alokasi kanal pada jaringan radio kognitif yang bersifat adaptif, mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar [5]. Penelitian ini menggunakan dua skenario berbeda yaitu cooperative user dan selfish user. Penelitian ini mengusulkan kerangka kerja game theory sehingga radio dapat memperhatikan frekuensi yang mempengaruhi interferensi dari lingkungan sekitar, selanjutnya radio tersebut mampu mengatur parameter transmisi untuk meningkatkan performa jaringannya untuk mencapai kondisi nash equilibrium. Selain itu penelitian ini mengusulkan juga algoritme no- 4
5 regret learning. Penggunaan algoritme ini menunjukkan performa jaringan yang sama dengan penggunaan potential game. Penelitian ini menyatakan walaupun potential game menunjukkan performa yang baik tetapi masih mengorbankan peningkatan pertukaran informasi transmisi. Sedangkan jika menggunakan algoritme no-regret learning untuk selfish user akan menggunakan jumlah pertukaran informasi yang relatif rendah. Walaupun performa jaringan melalui metode yang diusulkan ini menunjukkan performa jaringan yang meningkat, overhead pada jaringan ini masih terjadi. Penelitian lainnya yaitu menggunakan pendekatan game theory pada jaringan OFDMA seluler femto two-tier transmisi downlink yang terdiri dari jaringan seluler makro dan femto [6]. Penelitian ini menggunakan pendekatan potential game dengan metode yang disebut dengan gradient projection response untuk mencapai titik konvergensi nash equilibrium. Menurut penelitian ini, cara yang paling efektif untuk mengurangi resiko terjadinya interferensi yaitu dengan mengatur daya transmisi setiap sub-channel pada tiap base station femto karena cara implementasinya yang relatif mudah dan tidak diperlukan pertukaran informasi yang mengakibatkan overhead pada jaringan. Walaupun, skema yang diajukan ini mampu meningkatkan throughput user macro tetapi masih terdapat penurunan performa user femto. Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2012 adalah alokasi spektrum pada jaringan seluler femto untuk mengurangi resiko terjadinya inter-interference dan intra-interference [7]. Penelitian ini menggunakan metode penyebaran partial co-channel dengan dua strategi pengurangan resiko interferensi yaitu dedicated sub-channel untuk interferensi inter-tier dan shared sub-channel untuk jaringan seluler femto yang tidak dipengaruhi oleh sub-channel dari jaringan seluler makro. Skema alokasi spektrum dalam jaringan ini menggunakan firefly algorithm untuk mengurangi resiko terjadinya interferensi intra-tier. 5
6 Tabel 1.1. Penelitian terkait jaringan seluler makro-femo menggunakan potential game Peneliti Objek Tujuan Tools & algoritme Metode I W. Mustika et al., Jaringan seluler Memodelkan alokasi resource Potential game Self-organized resource 2011 makro femto ; Macro block secara dinamis jaringan femto allocation untuk base station (enb) dengan menggunakan arah management interference dan femto base station (HeNB) transmisi uplink untuk mengurangi interferensi cross-tier dan co-tier N. Nie and C. Comaniciu, 2005 Jaringan radio kognitif H. Wu et al., 2012 Jaringan OFDMA seluler femto two-tier J. Lu et al., 2012 Jaringan seluler femto pada jaringan seluler femto. Mengusulkan kerangka kerja game theory agar radio memperhatikan frekuensi sekitar dan mampu mengatur parameter transmisi untuk meningkatkan performa jaringan. Mengurangi resiko interferensi dengan mengatur daya transmisi setiap subchannel tiap base station. Alokasi spektrum pada jaringan seluler femto untuk mengurangi resiko terjadinya intra-interference dan inter-interference. Potential game dan algoritme no-regret learning Potential game dan algoritme distribution power control Algoritme firefly Alokasi kanal yang bersifat adaptif Metode gradient projection response Metode penyebaran kanal dengan 2 strategi dedicated sub-channel dan shared sub-channel 6
7 Penelitian yang diusulkan mengangkat topik pengurangan resiko interferensi yang terjadi pada jaringan seluler makro femto two-tier dengan transmisi downlink dan mode closed access. Penelitian ini berupa simulasi dari suatu model sistem dan dirancang berdasarkan model matematis mengacu pada potential game. Transmisi data downlink terjadi dari base station kepada user yang berada disekitarnya dan terdaftar sebagai pelanggan dalam base station tersebut karena menggunakan mode closed access. Mode closed access akan meningkatkan interferensi baik interferensi cross-tier dan interferensi co-tier. Pendekatan potential game yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk melakukan permainan berkembang sehingga memperoleh resource block yang paling sesuai. Interferensi ini merupakan nilai utility function dari fungsi potensial dalam permainan. Interferensi dihitung pada saat resource block yang sama digunakan oleh minimal 2 pemain. Resource block akan dipilih berdasarkan nilai utilitas dengan menggunakan strategi best response hingga mencapai kondisi stabil nash equilibirum. 1.4 Tujuan Penelitian a. Penelitian ini bertujuan mengusulkan skema alokasi resource block secara desentralisasi pada model sistem jaringan seluler makro femto transmisi downlink dengan mekanisme closed access. b. Menggunakan jaringan seluler makro femto untuk memodelkan sistem desentralisasi dimana terjadi konflik kepentingan antar jaringan seluler dalam pemilihan resource block yang paling sesuai. Sehingga diperlukan pendekatan matematis untuk mengatur alokasi resource block secara dinamis. c. Menggunakan potential game untuk menekan interferensi co-tier dan cross-tier dan menganalisis performa jaringan seluler makro femto yang menggunakan potential game. d. Membandingkan performa jaringan seluler makro femto yang telah menggunakan potential game terhadap jaringan yang tidak menggunakan 7
8 potential game. 1.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: a. Spektrum terlisensi dapat digunakan secara lebih baik, dengan memanfaatkan kembali spektrum yang tersedia. b. Area jangkauan jaringan bisa meningkat dengan sistem desentralisasi sehingga mampu menjangkau ruangan lebih luas. c. Beban kerja base station makro menjadi lebih rendah karena beban kerja ini berpindah ke base station femto. d. Operator jaringan seluler bisa menekan biaya operasional dan infrastruktur dengan menerapkan jaringan seluler femto di dalam jaringan seluler makro. 1.6 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini terdiri dari : a. Model sistem yang disimulasikan berdasarkan standar simulasi 3GPP [8] LTE urban development jaringan seluler makro femto untuk transmisi downlink. b. Sinkronisasi sempurna diasumsikan dalam simulasi jaringan seluler ini, sehingga interferensi dari suatu UE terjadi saat UE dari jaringan seluler femto atau makro yang berbeda menggunakan RB yang sama. c. Penggunaan mekanisme closed access pada jaringan seluler femto yang memanfaatkan resource sharing dalam simulasi, mencegah terjadinya handoff MUE yang berada di jaringan seluler femto ke HeNB. d. Model sistem ini mengasumsikan UE dalam keadaan diam di satu titik di dalam ruangan. e. Pada pendekatan matematis potential game yang diusulkan, setiap pemain memiliki level kooperatif yang sama. Setiap pemain akan menerima informasi berupa RB yang dipakai pemain lain terkait dengan 8
9 interferensi yang dihasilkan oleh pemain lain serta koordinasi tambahan untuk pembaruan informasi secara berkala. f. Pendekatan potential game tidak bisa digunakan untuk menganalisis skenario yang melibatkan selfish user yang tidak mengirimkan informasi terkait pengaturan strategi. g. Pendekatan potential game masih terbatas untuk skenario pemain yang seragam, belum bisa digunakan untuk pemain heterogen yang memiliki variabel fungsi utilitas berbeda-beda misalnya kebutuhan QoS yang berbeda. 9
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat dari sistem komunikasi nirkabel menyebabkan tingkat permintaan akan spektrum sebagai media transmisi juga semakin tinggi. Saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, standar 3GPP-LTE hadir dikarenakan tingginya kebutuhan jaringan seluler dimanapun dan kapanpun. Terbukti, sejak 2010, peningkatan mobile data meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi seluler tidak lagi terbatas pada layanan suara dan pesan singkat (SMS). Teknologi seluler terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Layanan akses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini merupakan zaman dimana teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang sangat cepat diiringi dengan jumlah pengguna smartphone yang
Lebih terperinciBAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi telekomunikasi saat ini berkembang dengan sangat cepat terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless memiliki kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Pada Penelitian Terkait Tugas akhir ini mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana beberapa penelitian tersebut membahas manajemen
Lebih terperinciANALISIS UNJUK KERJA TRANSMISI DATA DALAM JARINGAN SELULER MAKRO-FEMTO MENGGUNAKAN MEKANISME CLOSE ACCESS
ANALISIS UNJUK KERJA TRANSMISI DATA DALAM JARINGAN SELULER MAKRO-FEMTO MENGGUNAKAN MEKANISME CLOSE ACCESS Bagus Made Sabda Nirmala1), I Wayan Musktika2) dan Selo Sulistyo3) 1), 2), 3) Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan pihak penyedia jasa layanan telekomunikasi
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-355 Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell Safirina
Lebih terperinciDesain dan Analisa Kinerja Femtocell LTE- Advanced Menggunakan Metode Inter Cell Interference Coordination
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-282 Desain dan Analisa Kinerja Femtocell LTE- Advanced Menggunakan Metode Inter Cell Interference Coordination Aji Hidayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya yang terbatas. Diperlukan penataan alokasi yang baik untuk mengoptimalkan penggunaannya. Sementara itu, kebutuhan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division
BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tujuan, latar belakang masalah, dan sistematika penulisan Tugas Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division Multiplexing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut agar teknologi komunikasi terus berkembang. Dari seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat untuk berkomunikasi senantiasa meningkat, baik wicara, pesan, dan terlebih komunikasi data. Mobilitas masyarakat yang tinggi menuntut agar teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman globalisasi saat ini salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi tingkat kehidupan masyarakat adalah perkembangan teknologi. Berpedoman pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo Hendrantoro, dan Devy Kuswidiastuti.
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-246 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo
Lebih terperinciI. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.
I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak
Lebih terperinciGambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan user akan informasi gambar, dan video saat ini telah berkembang pesat dalam industri telekomunikasi begitu juga perkembangan jumlah pelanggan sebuah operator
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE
Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE Rizal Haerul Akbar 1, Arfianto Fahmi 2, Hurianti Vidyaningtyas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem komunikasi nirkabel (wireless) sedang berkembang sangat pesat dalam dunia telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah user (pengguna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frekuensi merupakan sumber daya yang disediakan oleh alam dan penggunaannya terbatas. Rentang frekuensi yang digunakan dalam dunia telekomunikasi berkisar 300 KHz 30
Lebih terperinciRadio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-31 Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced Theresia
Lebih terperinciSIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE
SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE Pitkahismi Wimadatu 1), Uke Kurniawan Usman 2), Linda Meylani 3) 1),2),3 ) Teknik Telekomunikasi, Telkom University
Lebih terperinciManajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. (Sept, 0) ISSN: 0- A- Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) Gatra Erga Yudhanto, Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciTransport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.
HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah pelanggan seluler dan trafik pengggunaan data seluler meningkat secara eksponensial terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat khususnya teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM. Beberapa perusahaan telekomunikasi
Lebih terperinciANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN
Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia, Jurusan Teknik Elektro FTI ITS ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Oleh : Selva Melvarida Simanjuntak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan informasi melalui internet (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan masyarakat akan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Laboratorium Teknik Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada: Waktu : Januari 2015 Juli 2015 Tempat: Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long Term Evolution (LTE), Cognitive Radio (CR), Oppurturnistic Spectrum Access (OSA) dan Hidden Markov
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pada saat ini teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan dunia telekomunikasi. Berbagai media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ
G.5 PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan *, Alfin Hikmaturrohman, Achmad Rizal Danisya Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal yang digunakan oleh berbagai macam teknologi komunikasi seluler. Salah satu fasilitas dalam komunikasi
Lebih terperinciDalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :
Frekuensi Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Terbatasnya spektrum frekuensi
Lebih terperinciBAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel
BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi telekomunikasi sangat pesat, serta permintaan user terhadap layanan telekomunikasi mengalami peningkatan. Hal ini didukung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks seperti noise, fading, dan interferensi. Permasalahan tersebut merupakan gangguan yang
Lebih terperinciAgus Setiadi BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel
Lebih terperinciPresentasi Seminar Tugas Akhir
Presentasi Seminar Tugas Akhir MANAJEMEN INTERFERENSI FEMTOCELL PADA LTE-ADVANCED DENGAN MEGGUNAKAN METODE ACCS (AUTONOMOUS COMPONENT CARRIER SELECTION) Gatra Erga Yudhanto 2208100115 Pembimbing : Prof.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sistem komunikasi bergerak seluler GSM (Global System For Mobile Communication) merupakan sebuah sistem komunikasi dengan daerah pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah
Lebih terperinciWireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015
Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Pengaruh Interferensi Interferensi antar sel merupakan masalah serius yang harus diminimalisasi,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ
A.1 Kode Bidang: A/B/C/D/E/F/G/H PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan 1,
Lebih terperinciINTERFERENCE MITIGATION PADA JARINGAN FEMTOCELL ARAH UPLINK DENGAN ALGORITMA INTERFERENCE-FREE POWER AND RESOURCE BLOCK ALLOCATION (IFPRBA)
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 216 Page 1812 INTERFERENCE MITIGATION PADA JARINGAN FEMTOCELL ARAH UPLINK DENGAN ALGORITMA INTERFERENCE-FREE POWER AND RESOURCE BLOCK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transmisi data berkecepatan tinggi dan mobilitas user yang sangat tinggi semakin meningkat. Transmisi data berkecepatan tinggi menyebabkan banyak efek multipath
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK
EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK Josia Ezra1), Arfianto Fahmi2), Linda Meylani3) 1), 2), 3) School of Electrical
Lebih terperinciANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2013 ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Dimas Pandu Koesumawardhana¹, Maman Abdurrohman.², Arif Sasongko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan
Lebih terperinci1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini sangatlah pesat, kebutuhkan jaringan handal yang mampu mengirim data berkecepatan tinggi dan mendukung fitur layanan yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3
BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN - 1 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus dikelola secara efisien dan efektif. Kemajuan teknologi telekomunikasi yang
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-134 Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm Farandi Febrianto Pratama,
Lebih terperinciMANAJEMEN INTERFERENSI PADA TRANSMISI UPLINK DENGAN METODE POWER CONTROL
MANAJEMEN INTERFERENSI PADA TRANSMISI UPLINK DENGAN METODE POWER CONTROL UNTUK TWO-TIER CELLULAR NETWORK BERBASIS SINGLE CARRIER- FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) PADA 4G LONG TERM EVOLUTION-ADVANCED
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm Farandi Febrianto Pratama, Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciMANAJEMEN INTERFERENSI PADA TRANSMISI DOWNLINK JARINGAN SELULER TWO-TIER BERBASIS 4G LTE-ADVANCED DENGAN MENGGUNAKAN METODE POWER CONTROL
MANAJEMEN INTERFERENSI PADA TRANSMISI DOWNLINK JARINGAN SELULER TWO-TIER BERBASIS 4G LTE-ADVANCED DENGAN MENGGUNAKAN METODE POWER CONTROL (Skripsi) Oleh DIKA FAUZIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk mengimbangi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spektrum frekuensi merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Kemajuan
Lebih terperinciISSN: Yogyakarta, 27 Juli 2017 CITEE 2017
ISSN: 2085-6350 Yogyakarta, 27 Juli 2017 CITEE 2017 DISTRIBUSI KANAL FREKUENSI MENGGUNAKAN GAME THEORY PADA JARINGAN RADIO KOGNITIF Grifina Nuzulia, I Wayan Mustika, Selo Sulistyo Dept. Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang [8] Pertumbuhan pengguna komunikasi mobile di dunia meningkat sangat tajam dari hanya 11 juta pada tahun 1990 menjadi 2 milyar pengguna pada tahun
Lebih terperinciANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL
ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL Indah Ayu Lestari 1*, Ali Nurdin 1, Asriyadi 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan
Lebih terperinci# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kemajuan teknologi terus meningkat dalam penggunaan perangkat telekomunikasi, terutama telekomunikasi selular. Beberapa operator telekomunikasi selular gencar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,
Lebih terperinciMultiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes
Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code
Lebih terperinciPendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sistem broadband wireless access (BWA) sepertinya akan menjadi metoda akses yang paling fleksibel dimasa depan. Dibandingkan dengan teknologi eksisting, fiber optik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya sistem komunikasi bergerak seluler, yang terwujud seiring dengan munculnya berbagai metode akses jamak (FDMA, TDMA, serta CDMA dan turunan-turunannya)
Lebih terperinci3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri
Lebih terperinciBAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN
BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Konsep Seluler Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi bergerak adalah sistem komunikasi tanpa kabel (wireless) yaitu sistem komunikasi radio lengkap dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia modern telah menjadikan keberadaan telepon seluler sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia di mana dan kapan saja. Hingga akhir tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi selular semakin berkembang, diawali dengan munculnya teknologi 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G yang mulai berkembang di Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Para penulis di [1] menjelaskan bahwa algoritma self-organization network dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan dan mengurangi
Lebih terperinciMensolusikan Permasalahan Keterbatasan Spektrum dan Meningkatkan Quality of Experience Melalui Teknologi LTE Unlicensed
Mensolusikan Permasalahan Keterbatasan Spektrum dan Meningkatkan Quality of Experience Melalui Teknologi LTE Unlicensed Bandung, Juli 2017 Tri Susanto Divisi Digital Service Apa Itu Teknologi LTE Unlicensed
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.
62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini sangat signifikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan pengguna layanan sistem informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan akan flexibilitas komunikasi pada jaringan menuntut teknologi untuk mengembangkan komunikasi yang lebih flexible, dapat bergerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.
Lebih terperinciANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA
ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release
Lebih terperinciTEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER
TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER 6:59 DTGG Konsep Dasar Sistem Seluler by : Dwi Andi Nurmantris DEFINISI Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian informasi dan jangkauan yang luas. Hal ini tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai langkah awal dari penelitian, di antaranya adalah latar belakang penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,
Lebih terperinciKUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)
KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA 2000 1x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO) Eva Yovita Dwi Utami, Peni Listyaningsih KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA 2000 1x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO) Eva Yovita
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) dengan Mekanisme
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) dengan Mekanisme Spectrum Sensing Berbasis Pendeteksian Kanal dan Bandwidth untuk Efisiensi Spektrum dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya
Lebih terperinciANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe
ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Penerbit Telekomunikasikoe LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Oleh: Andrian Sulistyono Copyright 2012 by Andrian Sulistyono Penerbit Telekomunikasikoe
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1282, 2014 KEMENKOMINFO. Pita Frekuensi Radio. 800 MHz. Jaringan Bergerak Seluler. Penataan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi
Lebih terperinciBab 7. Penutup Kesimpulan
121 Bab 7. Penutup Disertasi ini termotivasi oleh keinginan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi nirkabel pita lebar gelombang milimeter di daerah tropis, khususnya Surabaya, Indonesia. Sistem komunikasi
Lebih terperinci