56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan dirinya untuk mencari keutungan dari hubungan yang terjalin dengan nelayan atau pedagang tanpa memikirkan dampak kerugian yang diterima oleh nelayan dan pedagang dari sistem yang mereka buat dengan memberikan janji-janji kemudahan transaksi yang tidak pernah didapat dari lembaga keuangan resmi. Menurut Pane et al (2012), bentuk keterlibatan tengkulak memiliki dua bentuk keterlibatan sehubung aktivitas terkait hasil tangkapan, yaitu keterlibatan dalam aktivitas nelayan dan dalam keterlibatan aktivitas pedagang ikan. Berikut merupakan pemaparan dari bentuk keterlibatan tengkulak. Tengkulak di wilayah PPN Palabuhanratu lebih dikenal dengan nama pengijon. Tengkulak ini merupakan suatu lembaga non-formal yang menyediakan uang pinjaman bagi nelayan ditengah sulitnya akses nelayan terhadap lembaga ekonomi formal seperti perbankan. Tengkulak atau pengijon ini bukan satu satunya penyedia pinjman modal atau yang melakukan ijon terhadap nelayan di PPN Palabuhanratu. Bakul ikan yang bertindak sebagai pengumpul di PPN Palabuhanratu juga sering melakukan ijon dan meminjamkan uang terhadap nelayan (Hamzah 2011). 5.1.1 Keterlibatan tengkulak dengan nelayan Hubungan antara tengkulak dengan nelayan merupakan suatu hubungan yang mungkin sering sekali kita mendengarnya dalam ruang lingkup perekonomian nelayan dan juga sudah tidak asing untuk diketahui seberapa besar pengaruh tengkulak untuk mempengaruhi sistem perekonomian nelayan. Namun, ada hal yang belum diketahui secara pasti, yaitu sejauh mana hubungan antara tengkulak-nelayan ini terjadi. Hubungan tengkulak-nelayan menurut sudut pandang kacamata perekonomian yang ditinjau dari untung atau ruginya nelayan dalam menjual hasil
57 tangkapan mereka, penilaian yang didapat adalah sebuah kerugian dialami oleh nelayan yang mempunyai urusan dengan tengkulak. Namun menurut salah satu nelayan kapal payang di PPN Palabuhanratu, hubungan ikatannya dengan tengkulak memiliki penilaian tersendiri, yaitu tidak semuanya kerugian yang diperoleh, melainkan ada keuntungannya yaitu tidak perlu susah-susah untuk menjual hasil tangkapannya. Tentu saja terdapat perbedaan harga yang didapatkan, yaitu lebih rendah dari harga pasar, dikarenakan sebelumnya telah dilakukan kesepakatan oleh kedua belah pihak, bahwa jika ia ingin meminjam uang kepada tengkulak maka ia harus bersedia menjualkan seluruh hasil tangkapannya kepada tengkulak dengan konsekuensi harga hasil tangkapan di tengkulak lebih rendah dari pada harga pasar. Bentuk keterlibatan tengkulak pada aktivitas nelayan, terdiri dari 2 yaitu: sebagai pemberi pinjaman uang kepada nelayan, dan sebagai nelayan pemilik unit penangkapan. Tengkulak dalam memberikan pinjaman kepada nelayan, bisa aktif menawarkan pinjaman atau sebaliknya nelayan yang aktif mencari pinjaman kepada tengkulak. Di dalam hal tengkulak aktif menawarkan pinjaman, disebut uang ijon, biasanya tengkulak, dengan memberikan pinjaman tersebut, berharap dapat mengikat peminjam sehingga selanjutnya peminjam akan selalu bergantung dan meminjam uang kepadanya, khususnya peminjam yang memiliki usaha produksi seperti nelayan pemilik unit penangkapan. Bila nelayan pemilik sudah terikat, selanjutnya nelayan pemilik yang aktif mencari pinjaman dari pihak tengkulak kepada pemilik unit penangkapan, merupakan langkah awal didalam rencana meng- ikat nelayan pemilik.(pane et al, 2012) Hubungan jual beli ikan antara para nelayan dan tengkulak di satu pihak dengan para bakul ikan di lain pihak sering bersifat mengikat, dari pada atas dasar sukarela. Hal ini terjadi, karena para nelayan tersebut secara rutin dan berkesinambungan mendapatkan uang pengikat (ijon) dari para tengkulak. Pemberian uang tersebut tujuannya tidak lain adalah agar para nelayan tadi menyerahkan atau menjual ikan kepada si tengkulak. Menjadi keharusan bagi para nelayan tadi untuk menjual atau menyerahkan sebagian atau seluruh ikanikan yang menjadi bagiannya, sesuai dengan kesepakatan kepada tengkulak yang telah memberinya uang. Kebiasaan memberikan uang ijon ini, dalam banyak hal
58 telah menjadi kesepakatan di antara kedua belah pihak. Relasi dan praktik jualbeli yang demikian ini telah menjadi pola umum dalam hampir setiap relasi dan jaringan perdagangan ikan yang berlaku di kalangan nelayan tradisional di PPN Palabuhanratu (Hamzah 2011). Selanjutnya juga dikatakan, bahwa pola jual-beli ikan dengan sistem ijon tersebut memang tidak selalu merugikan pihak nelayan, karena ikan akan cepat terjual, walaupun nelayan harus menjualnya dengan harga lebih rendah dari harga jual riil ikan seandainya dijual langsung di pasar lokal atau melalui pelelangan di TPI. Bagi tengkulak sendiri, dengan adanya uang pengikat ini, selain dia dapat menjual harga sesuai dengan keadaan pasar dan jenis ikan yang dijual, dia juga masih mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara uang yang diberikan kepada para nelayan dan tengkulak dengan uang yang sebenarnya diperoleh dari hasil penjualan ikan tadi. Bentuk keterlibatan tengkulak untuk aktivitas nelayan adalah dalam penyediaan modal melaut seperti penyediaan modal, perbekalan bahkan ada beberapa nelayan yang meminjam uang kepada tengkulak diluar kebutuhan melautnya, seperti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sistem yang diterapkan oleh tengkulak dalam jejaring sosial ini ialah dengan cara mengikat nelayan melalui peminjaman modal kepada nelayan sehingga dengan adanya keterikatan tersebut nelayan menjadi dekat dengan tengkulak. Seperti menurut pengakuan seorang nelayan di daerah Palabuhanratu karena kedekatannya dengan tengkulak ia berani meminjam uang kepada tengkulak tersebut untuk keperluan sehari-harinya dikarenakan terbatasnya pendapatan. Terkadang tengkulak merupakan bagian dari keluarga nelayan itu sendiri bisa berupa adik, kakak atau sepupu bahkan bisa saja dari keluarga, saudara, ipar dan hal itu membuat mereka (nelayan) semakin bebas atau mungkin menjadi sebuah kebiasaan untuk meminjam kepada tengkulak. Seperti menurut pengakuan nelayan di daerah Cisolok bahwa pamannya sendirilah yang menjadi tengkulak khusus untuk ikan tongkol. Ikan tongkol merupakan ikan yang paling banyak didaratkan di PPI Cisolok karena ikan tongkol dapat diolah dengan cara dipindang yang merupakan makanan khas daerah Desa Cikahuripan.
59 Cepat busuk, invisble, resiko besar merupakan karakteristik dari dunia perikanan. Karakteristik tersebut menjadi pembatas bagi kemajuan dari sektor perikanan untuk skala nelayan kecil yang memiliki modal sangat minim. Oleh karena itu tengkulak menjadi pengganti lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyedia modal untuk melaut bagi nelayan. Hal tersebut dianggap sebagai penolong bagi nelayan untuk tetap dapat melaut disaat nelayan sangat kesulitan dana. 5.1.2 Keterlibatan tengkulak dengan pedagang Hal lain yang harus diketahui jika berbicara tentang tengkulak ternyata jejaring tengkulak tidaklah hanya nelayan, melainkan pedagang juga ada yang terlibat dengan tengkulak. Tengkulak menyediakan dana untuk siapa saja yang membutuhkannya, sehingga ada beberapa pedagang yang juga memanfaatkan itu disaat mereka tidak memiliki modal untuk membeli ikan dari nelayan atau ikan yang sedang dilelang, mereka meminjam ikan kepada tengkulak untuk dijual. Menurut salah satu pedagang ikan di PPN Palabuhanratu, peminjaman ikan kepada tengkulak adalah untuk dijual kembali. Tengkulak mendapatkan ikan dari hasil beli atau adanya ikatan utang dengan nelayan sehingga ia memiliki ikan untuk dijual kembali atau untuk dipinjamkan. Nelayan tersebut meminjam ikan dengan jumlah yang variatif, sejumlah uang yang dibutuhkan yaitu berkisar Rp 400.000,00 sampai dengan Rp 500.000,00 dengan pengembalian jika ikan sudah laku terjual dan lama pengembalian paling lambat 14 hari ( 2 minggu). Hal diatas didukung dengan pernyataan Hamzah (2011), bahwa bentuk keterlibatan tengkulak dengan pedagang dalam pemasaran ikan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tidak berbeda dengan nelayan. Namun, yang dipinjamkan bukan uang melainkan ikan hasil tangkapan. Tengkulak menyediakan ikan yang bisa diambil oleh pedagang tanpa harus membayar ikannya terlebih dahulu. Pedagang akan membayar ikan yang dipinjamnya saat ikan hasil tangkapan tersebut telah laku terjual. Tentunya dengan segala kemudahan yang diperoleh pedagang dalam mendapatkan ikan sebagai bahan dagangannya membuat pedagang secara tidak langsung terikat oleh tengkulak.
60 Relasi antara pedagang dan tengkulak ini tentu menguntungkan kedua belah pihak. Bagi tengkulak, pedagang seperti membantu tengkulak untuk menjualkan ikan hasil tangkapannya. Sedangkan untuk pedagang, mereka seperti dimudahkan dalam mendapatkan ikan hasil tangkapan tanpa harus bersaing di pelelangan dengan para bakul yang mempunyai modal lebih besar. Pedagang yang memiliki modal lebih besar biasanya tidak memiliki ikatan dengan tengkulak. Pedagang yang memiliki modal lebih besar, biasanya melakukan praktik seperti halnya tengkulak, yaitu melakukan ijon terhadap nelayan (Hamzah 2011). Berbeda sasaran berbeda pula cara perjanjian yang ditawarkan oleh tengkulak kepada nelayan atau kepada pedagang. Perjanjian yang diarahkan kepada nelayan adalah bahwa tengkulak meminjamkan uang (modal) kepada nelayan untuk melaut dan pengembalian berupa hasil tangkapan yang harus dijual kepada tengkulak. Pembelian oleh tengkulak biasanya dengan harga yang sangat murah dari harga pasar. Perjanjian yang ditawarkan oleh tengkulak kepada pedagang dapat berupa pinjaman uang atau berupa ikan sebagai modal untuk berdagang. Akan tetapi ciri khas yang sangat mencolok dari sistem tengkulak ini ialah tengkulak meminta bunga pinjaman untuk pengembalian uang yang dipinjam. Menurut salah satu pedagang di PPN Palabuhanratu yang meminjam uang kepada tengkulak untuk modal usaha pengoperasian perahu yang dinahkodai oleh anaknya. Beliau memilih untuk tidak meminjam ikan kepada tengkulak karena dianggap sistem yang ditawarkan oleh tengkulak kepadanya sangat merugikan. Jika peminjaman dalam bentuk ikan, meskipun bunganya lebih kecil daripada meminjam dalam bentuk uang akan tetapi waktu pengembalian uang ditentukan oleh tengkulak. Kita juga harus membeli ikan kepada tengkulak dan menjualnya sampai hutang lunas, tentunya dengan harga beli ikan yang lebih tinggi dari pada kita membeli ke nelayan atau ke tengkulak. 5.2 Penyebab keterlibatan tengkulak Setelah mengetahui bentuk bentuk dari keterlibatan tengkulak mungkin akan timbul pemikiran apa penyebab tengkulak dapat terlibat kepada kehidupan perikanan tangkap yaitu nelayan dan pedagang. Dalam kegiatan sehari-hari
61 tersebut membutuhkan modal karena kondisi ekonominya, nelayan dan pedagang yang sangat jauh dari kecukupan. Hamzah (2011) memaparkan bahwa kecenderungan para nelayan untuk menjual ikan kepada tengkulak yang telah mengikatnya dengan uang pengikat tadi, adalah lebih disebabkan pada pertimbangan kecepatan dan kemudahan menjual ikan serta memperoleh uang. Berikut beberapa pemaparan penyebab-penyebab tengkulak bisa terlibat dalam kegiatan nelayan dan pedagang. 5.2.1 Penyediaan modal nelayan Tengkulak merupakan orang yang identik dengan jasanya yang menyediakan modal terhadap nelayan, tentunya melalui beberapa perjanjian yang dibuat oleh tengkulak. Namun demikian, ada beberapa nelayan yang tidak meminjam uang untuk modal melaut kepada tengkulak, karena dengan meminjam uang atau modal kepada tengkulak dianggap membuatnya semakin kesulitan dengan utang yang harus ditebus atau dilunasi. Ada beberapa kriteria yang ditawarkan oleh tengkulak kepada nelayan untuk sistem peminjaman dan pelunasan yang harus disepakati. Menurut salah seorang responden yang merupakan seorang pengusaha yang berkecimpung didunia perikanan tangkap, berprofesi sebagai pemasok ikan ke restoran-restoran di daerah Jakarta. Selain itu, beliau merupakan pedagang ikan untuk daerah lokal yaitu Palabuhanratu baik ikan segar yang dijual di tempat perdagangan di pelataran PPN Palabuhanratu maupun yang diolah dengan skala usaha home industry. Hamzah (2011) menambahkan, hal lain yang menjadi daya tarik dari para nelayan melakukan praktik ijon ini, adalah karena mereka akan mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan hutang atau pinjaman uang dari para tengkulak; apakah untuk keperluan modal usaha rumah tangga (meracang, dll) atau pun untuk keperluan keluarga yang lain, yang bagi mereka mungkin tidaklah mudah diperoleh dari orang lain. Adapun penghasilan lainnya yang diperoleh ialah berasal dari meminjam uang kepada tengkulak. Selama beliau memiliki profesi sampingan sebagai tengkulak, beliau sudah meminjamkan uang untuk modal melaut kepada nelayan
62 kurang lebih 8 nelayan selama 2 tahun, yaitu dari tahun 2008-2010. Alasan mengapa beliau meminjamkan uang kepada nelayan dikarenakan salah satu dari nelayan yang menjual ikan kepadanya sempat terhambat karena nelayan tersebut tidak memiliki modal untuk melaut lantaran tidak mampu membeli bahan bakar yang waktu itu sedang naik. Akhirnya, beliau memberikan pinjaman uang kepada nelayan tersebut sebagai bekal untuk pergi melaut. Sistem peminjamannya yaitu dengan memberikan pinjaman uang dan dalam pelunasannya nelayan tidak dibebani bunga, akan tetapi nelayan wajib menjual semua ikannya kepada beliau setiap kali melaut dengan harga yang lebih murah dari harga pasar, dengan alasan sebagai hutang budi karena beliau telah meminjamkan uang kepada nelayan tersebut. Menurut pengakuannya, tindakan tersebut sangatlah tepat dan tidak bermaksud merugikan nelayan. Jumlah uang yang dipinjamkan kepada nelayan beragam berkisar Rp 1.000.000,00 sd Rp 3.000.000,00. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi beliau untuk meminjamkan lebih rendah ataupun lebih tinggi dari nominal tersebut, selama ada ikatan bisnis dan mau menyepakati kesepakatan yang dibuat. Adapun pengakuan mengapa diberlakukan sistem seperti diatas adalah karena bertujuan untuk mewaspadai dari adanya kerugian ataupun kehilangan yang disebabkan oleh tidak adanya agunan atau jaminan apabila nelayan tidak bisa melunasi hutangnya. Menurut pengakuan dari salah satu nelayan di PPI Cisolok, bahwa dengan adanya tengkulak sebagai penyedia dana bagi nelayan yang mengalami kesulitan untuk mencari modal ketika mereka tidak bisa melaut, adalah sebagai penyelamat. Nelayan tersebut merupakan salah satu nelayan kapal cungkring yang mengoperasikan alat tangkap jaring (pukat pantai) yang memerlukan modal tidaklah besar, yaitu berkisar Rp 100.000,00 sd Rp 200.000,00. Persyaratan yang diberikan tengkulak sebagai pemberi modal yaitu dengan menjual ikan hasil tangkapan kepada tengkulak seluruhnya dengan menyisihkan beberapa hasil tangkapan untuk dijual untuk bekal melaut esok hari serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Hamzah (2011) menambahkan, selain sebab-sebab di atas, terjadinya praktik jual-beli ikan dengan sistem ijon juga disebabkan oleh kurang berfungsinya
63 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada, padahal pembangunan TPI tersebut pada awalnya merupakan inisiatif pemerintah, dalam hal ini Dinas Perikanan berupaya untuk memudahkan dan memberikan keuntungan ekonomis yang lebih besar bagi para nelayan, tengkulak kepala, dan tengkulak perahu, akan tetapi keberadaan TPI ini hanya efektif pada awal-awal pendiriannya saja. Saat ini setelah terjadi pergantian kepengurusan di TPI, dari KUD Mina ke Dinas Perikanan telah mengaktifkan kembali kegiatan pelelangan di TPI. Kegiatan ini diharapkan dapat memutus ikatan antara tengkulak dengan nelayan. Selain tidak maksimalnya fungsi TPI di PPN Palabuhanratu, penyebab lain terikatnya nelayan oleh tengkulak adalah sulitnya nelayan mengakses sumber ekonomi formal seperti perbankan. Nelayan merasa sulit ketika harus meminjam uang ke bank. Banyaknya administrasi yang harus diisi dan syarat-syarat saat melakukan pinjaman seperti harus adanya agunan dirasa berat oleh nelayan. Hal ini tentu berbeda dengan tengkulak yang hanya mensyaratkan agar ikan HT dijual kepada tengkulak sesuai dengan harga tengkulak 5.2.2 Penyediaan bantuan diluar modal Nelayan merupakan salah satu strata atau golongan termiskin di Indonesia dengan jumlah 34,96 juta jiwa atau 63,47% dari jumlah penduduk secara keseluruhan (BPS 2008 dalam Layla 2009). Setelah mengetahui bahwa nelayan merupakan golongan terbesar yang hidup dibawah garis kemiskinan, tidak menutup kemungkinan nelayan terlibat dengan tengkulak dalam penyediaan modal melaut dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang sangat dibutuhkan, seperti disaat nelayan tidak memiliki cukup uang untuk berobat keluarga atau dirinya ketika sakit, lalu ketika musim paceklik datang dan mereka tidak memiliki cukup uang dalam tabungannya dan juga ketika mereka tidak mempunyai pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Desa Cikahuripan merupakan desa yang tingkat kemiskinannya lebih besar dibandingkan dengan daerah Palabuhanratu, dimana kedua daerah tersebut merupakan daerah yang menjadi pokok bahasan dari skripsi ini. Dengan kualitas dan kondisi perdagangan yang terjadi di kedua pelabuhan dapat terlihat tingkatan kemiskinan daerah tersebut. PPN Palabuhanratu merupakan daerah perdagangan
64 ikan terbesar di Kabupaten Sukabumi dengan hasil tangkapan yang utama ialah ikan layur yang memiliki kualitas ekspor dan juga tidak kalah penting adalah ikan tuna dan komoditas-komoditas lainnya yang bersifat lebih komersial didaratkan disana. PPI Cisolok merupakan pangkalan pendaratan ikan yang memiliki hasil tangkapan paling utama ialah ikan tongkol dan tenggiri yang memiliki harga jual lebih rendah dari pada layur, tuna dan cakalang, sebagai komiditi di daerah Palabuhanratu. Salah satu nelayan daerah Palabuhanratu, mengaku bahwa dirinya selain meminjam untuk kebutuhan melaut, juga meminjam untuk beberapa kebutuhan sehari-harinya. Jumlah peminjaman sekitar Rp 100.000,00. Beliau meminjam uang kepada tengkulak karena tengkulak tersebut masih merupakan kerabat dari istrinya. Uang yang dipinjam biasanya digunakan untuk berobat ke dokter jika sedang sakit dan ketika hasil tangkapan sedang tidak ada atau paceklik. Sistem pembayaran yang dilakukan sedikit berbeda ketika digunakan untuk melaut, dikarenakan memiliki hubungan kekeluargaan yaitu dengan pengembalian tidak dibatasi oleh waktu dan tanpa adanya jaminan. Sebaliknya hubungan kekeluargaan sebenarnya dapat menjadi suatu beban atau tanggung jawab moral misalnya rasa malu jika tidak melunasinya atau bahkan lama dalam pelunasannya meskipun tidak ditagih secara langsung. Adapun pengakuan dari seorang tengkulak, yang berada di PPI Cisolok mengutarakan, beliau juga meminjamkan uang kepada nelayan yang memang membutuhkan uang diluar kegiatan melaut dikarenakan ada faktor rasa kekeluargaan, meskipun tidak ada hubungan keluarga. Bahkan beliau sendiri mengaku pernah memberikan bantuan secara ikhlas kepada seorang nelayan yang sedang kesusahan. Bantuan tersebut dengan alasan karena hubungan tetangga dekat, dan sudah kenal lama tidak hanya dari hubungan bisnis antara tengkulak dengan nelayan. Hamzah (2011) menambahkan, untuk mengikat nelayan maupun pedagang di PPN Palabuhanratu, tengkulak tidak hanya menyediakan modal untuk keperluan melaut atau berdagang saja. Tengkulak juga menyediakan pinjaman untuk kebutuhan sehari hari. Kemudahan yang diperoleh nelayan maupun pedagang dimana mereka bisa meminjam kepada tengkulak diluar kebutuhan
65 melaut dan berdagang menyebabkan mereka (pedagang dan nelayan) semakin terikat kuat kepada tengkulak. Keterlibatan tengkulak dalam penyediaan modal untuk nelayan secara garis besar yaitu penyediaan modal untuk melaut, penyediaan perbekalan, investasi kapal ataupun alat tangkap. Bentuk proses pengembalian biasanya berupa uang dengan waktu yang telah disepakati beserta dengan bunganya, namun terdapat proses pengembalian yang berupa hasil tangkapan dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati. Keterlibatan tengkulak terhadap perekonomian nelayan tidak selalu merugikan. Karena beberapa nelayan merasa tertolong dengan adanya tengkulak yang berperan sebagai penyedia modal bagi nelayan yang tidak memiliki modal untuk melaut. Bahkan ada tengkulak yang bersedia menolong nelayan pada saat nelayan tersebut sakit.