BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN CARBOMER SEBAGAI GELLING AGENT DALAM FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.

UJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI SIMPLISIA BUAH APEL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

seperti klorheksidin dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sulit untuk diperjualbelikan secara bebas sebab memerlukan resep dokter selain itu saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

STUDI PEMBUATAN GUM XANTHAN DARI AMPAS TAHU. MENGGUNAKAN Xanthomonas campestris (KAJIAN KONSENTRASI KULTUR DAN PENAMBAHAN GULA) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi adalah salah satu masalah kesehatan gigi yang paling sering terjadi. Karies gigi disebabkan karena terjadinya demineralisasi yang berlanjut pada kerusakan lapisan keras gigi (Wijatno, 2014) akibat adanya plak. Plak gigi adalah lapisan gelatin tipis transparan yang melekat kuat pada gigi dan biasanya terlepas dari pengamatan, hanya tampak apabila dilihat secara teliti (Amiati dan Wibisono, 2011). Plak gigi tersusun oleh 80% air dan 20% sisanya merupakan komponen lain seperti protein 40-50%, karbohidrat 13-17%, lipid 10-14% dan abu 10% serta komponen mineral seperti kalsium dan fosfor (Wijatno, 2014). Masalah pada gigi seringkali diakibatkan oleh adanya mikroorganisme yang berkembang dalam bagian rongga mulut. Terdapat 700 lebih jenis bakteri yang berkembang didalam mulut, sehingga dibutuhkan perawatan yang baik untuk menjaga kebersihan rongga mulut, karena mulut menjadi lingkungan yang tepat untuk bakteri berkembang biak, seperti golongan bakteri Lactobacilli dan Streptococcus serta beberapa genus Actinomyces (Nutt and Barbaro, 2013). Penggunaan pasta gigi merupakan cara yang paling mudah dalam mencegah terbentuknya plak gigi sehingga kesehatan gigi tetap terjaga (Amiati dan Wibisono, 2011). Menyikat gigi harus dilakukan secara teratur dengan cara benar agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Penggunaan pasta gigi saat ini adalah sediaan yang paling banyak digunakan untuk proses pembersihan gigi dibandingkan sediaan pembersih mulut yang lain karena kemudahannya pengambilan jumlah pasta yang akan digunakan dan dapat menyebar merata saat pembersihan gigi (Mithal and Saha, 2000). 1

Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan bersama sikat gigi untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mulut dan untuk fungsi estetik (Sabu, Viswanath and Dodwad, 2014). Penggunaan pasta gigi ditujukan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan dari gigi serta menjadi penghantar bahan aktif untuk mencegah penyakit gigi dan gusi (Sabu, Viswanath and Dodwad, 2014). Persyaratan pasta gigi yang baik menurut Poucher (2000), yaitu ketika digunakan dengan sikat gigi harus dapat membersihkan dengan baik dengan menghilangkan sisa makanan, plak dan noda, meninggalkan rasa segar dan bersih dimulut, harganya terjangkau agar dapat digunakan oleh semua kalangan, tidak membahayakan pengguna, stabil dalam penyimpanan, nyaman ketika digunakan, dan telah melalui pengujian klinis. Bahan yang banyak digunakan untuk mencegah karies gigi adalah fluoride, namun berdasarkan penelitian telah dibuktikan bahwa penggunaan fluoride dapat menimbulkan efek samping yang diantaranya tulang rapuh, gigi keropos, kerusakan sistem saraf, dan bersifat karsinogenik, sehingga diperlukan bahan alternatif dari bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah karies gigi (Nursal, Indriani dan Dewantini, 2012). Jambu biji (Psidium guajava L) sudah sejak lama dimanfaatkan untuk menyembuhkan diare, sariawan, keputihan, diabetes, dan luka berdarah. Bagian tanaman yang paling sering digunakan sebagai obat tradisional adalah bagian daun. Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun jambu biji adalah polifenol, karoten, flavonoid, dan tanin (Indriani, 2006). Penggunaan daun jambu biji yang paling sering dijumpai adalah sebagai obat antidiare, pemakaiannya dengan cara direbus atau diremas-remas dengan air, dan air hasil remasan diminum tanpa direbus (Hembing, 1992). Pemanfaatan daun jambu biji selain sebagai antidiare juga berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba, dan 2

analgesik (Indriani, 2006). Kemampuan daun jambu biji sebagai antimikroba sejak lama telah digunakan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi. Secara empiris, rebusan daun jambu biji banyak digunakan sebagai obat kumur karena mampu untuk menghambat pertumbuhan strain bakteri mulut, yaitu Streptococcus mutans (Prabu, Gnanamani and Sadulla, 2006). Menurut Prabu, Gnanamani and Sadulla (2006), salah satu senyawa aktif yang memiliki aktivitas anti Streptococcus mutans adalah guaijaverin yang diisolasi dari hasil ekstrak daun jambu biji. Guaijaverin merupakan golongan senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas bakteriostatik, dengan menghambat pertumbuhan dari Streptococcus mutans karena adanya kehadiran senyawa katekol. Efek kariostatik dari senyawa guaijaverin dalam menghambat terjadinya karies gigi adalah dengan mengurangi produksi asam dari bakteri Streptococcus mutans pada plak gigi, dengan menghambat aktivitas enzim pada pertumbuhan dan proses glikolisis bakteri (Prabu, Gnanamani and Sadulla, 2006). Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi formula pasta gigi ekstrak daun jambu biji dari Wijatno (2012), yang menggunakan Carbomer 940 sebagai gelling agent karena konsistensi dari pasta yang kurang baik sehingga sukar dikeluarkan dari tube serta aseptabilitas yang kurang baik karena tidak digunakannya corrigen odoris sehingga aroma pasta gigi khas daun jambu biji masih kuat. Selain itu penelitian ini juga ditujukan untuk memodifikasi formula pasta gigi ekstrak daun jambu biji dari Nursal, Indriani dan Dewantini (2012), dimana pada penelitiannya menggunakan CMC Na sebagai gelling agent, namun stabilitas pasta gigi yang dihasilkan masih kurang baik, antara lain pasta gigi kurang kental dan terjadinya pemisahan lapisan pada sediaan. 3

Sebelum digunakan pada proses formulasi hasil ekstrak maupun simplisia perlu distandarisasi terlebih dahulu. Standarisasi ditujukan untuk menjaga ketetapan kadar senyawa aktif yang merupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang diproduksi dan mendapatkan suatu bentuk bahan baku dan produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat (Departemen Kesehatan RI, 2000). Pada penelitian ini, ekstrak daun jambu biji diperoleh dengan ekstraksi cara dingin, yaitu dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Penggunaan etanol 70% sebagai pelarut berdasarkan pada sifat dari guaijaverin yang merupakan golongan senyawa flavonoid sehingga larut dalam pelarut organik. Pada penelitian yang dilakukan Prabu, Gnanamani and Sadulla (2006), ekstrak etanol 70% daun jambu biji memberikan konsentrasi hambat minimum guaijaverin untuk efek bakteriostatik adalah 2-4 mg/ml, sedangkan untuk efek kariogenik seperti produksi asam, hidrofobisitas permukaan sel, ketergantungan terhadap sukrosa untuk menempel pada permukaaan kaca dan induksi sukrosa yang menyebabkan agregasi dari Streptococcus mutans adalah 0,0078-2 mg/ml. Berdasarkan formula Wijatno (2014), dilakukan modifikasi dengan mengganti gelling agent yang awalnya menggunakan carbomer 940 dengan kombinasi antara gom xanthan dan gom guar. Aroma pada sediaan pada formula ini diperbaiki dengan menambahkan mentol sehingga dapat menutupi bau dari ekstrak yang kurang disukai dan meninggalkan rasa segar pada mulut setelah proses menggosok gigi. Alasan digunakannya kombinasi gom xanthan dan gom guar sebagai pengganti carbomer 940 karena gom guar sendiri mampu untuk mencegah terjadinya aliran turbulen pada saat pemompaan pasta gigi keluar dari tube karena sifat viscoelasticnya (Maier et al., 1993) yang merupakan kendala dari penelitian sebelumnya menggunakan carbomer 940, dan gom xanthan memiliki sifat yang mampu 4

mempertahankan konsistensi sediaan saat dikeluarkan dari tube sehingga dapat stabil ketika dituang diatas sikat gigi serta menyebar merata saat penggosokan (Song, Kuk and Chang, 2006) dan hal tersebut berpengaruh pada parameter uji efektivitas sediaan. Selain itu, gom xanthan dan gom guar perlu dikombinasi karena mampu menghasilkan viskositas sediaan yang jauh lebih besar dibandingkan penggunaan gom xanthan dan gom guar sendiri, sehingga dapat lebih ekonomis dalam penggunaannya sebagai gelling agent karena jumlah bahan yang digunakan menjadi lebih sedikit. Keunggulan kombinasi gom xanthan dan gom guar tersebut akan berpengaruh pada aspek mutu fisik sediaan yaitu viskositas sediaan pasta gigi, dan aspek efektivitas sediaan, yaitu konsistensi, dan kemudahan pengeluaran dari tube. Gom xanthan sangat banyak digunakan sebagai pengental/peningkat viskositas sediaan dikarenakan memiliki stabilitas yang baik pada rentang ph dan temperatur yang besar, serta tahan terhadap enzim. Karakteristik gom xanthan dengan sifat pseudoplastiknya, mampu kembali secara proporsional pada kondisi semula setelah mengalami pemberian gaya geser, serta dapat membentuk massa gel yang memiliki konsistensi bagus saat dituang diatas sikat gigi karena strukturnya yang kaku (Rowe et al., 2006). Gom xanthan pada pasta gigi karena sifat rheologinya, memungkinkan untuk melekat baik pada permukaan sikat gigi dan tersebar merata pada gigi saat proses penggosokan (Kang and Pettitt, 1993). Gom guar dapat membentuk gel dengan konsentrasi rendah serta mampu mengurangi gesekan pada pengeluaran dari tube karena ikatan rantai manosa dari gom guar dengan rantai utama gom xanthan dapat meningkatkan elastisitas struktur gom xanthan yang bersifat kaku, sehingga memudahkan pengeluaran pasta gigi, serta mampu kembali pada kondisi semula secara proporsional setelah mengalami tekanan (Kang and Pettitt, 5

1993). Gom guar lebih dipilih dibandingkan polisakarida galaktomanan yang lain seperti Locust Bean Gum (LGB) dan Tara Gum (TG) karena komposisi rantai manosa:galaktosa (M/G) nya yaitu 2:1, dimana dengan jumlah rantai galaktosa jauh besar dibandingkan LGB dan TG (4:1 dan 3:1) maka gom guar menjadi lebih mudah terdispersi dalam air dingin dengan viskositas jauh lebih besar (Dionisio and Grenha, 2012). Kombinasi gom xanthan dan gom guar dapat memperbaiki uji efektivitas, yaitu uji pengeluaran tube yang kurang baik pada penelitian sebelumnya serta menghemat biaya produksi karena viskositas yang dihasilkan kombinasi gom xanthan dan gom guar lebih besar dibandingkan penggunaan gom xanthan dan gom guar sendiri. Formula yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga konsentrasi kombinasi gelling agent gom xanthan dan gom guar (1:1), dimana konsentrasi gom xanthan yang lazim sebagai gelling agent adalah kurang dari 1%, maka konsentrasi yang digunakan 0,25%, 0,5%, dan 0,75%, untuk gom guar dengan konsentrasi lazim sebagai gelling agent kurang dari 2,5%, dan konsentrasi yang digunakan 0,25%, 0,5%, dan 0,75% (Kang and Pettitt, 1993; Dehghan and Girase, 2012), karena menurut Poucher (2000) rentang konsentrasi penggunaan gelling agent pada pasta gigi adalah 0,5%-1,5%. Konsentrasi terpilih mentol adalah 0,4% sesuai dengan konsentrasi lazim penggunaan pada sadiaan pasta gigi (Rowe et al., 2006). Konsentrasi untuk ekstrak daun jambu biji yang digunakan pada formula ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Hermawan, Adi dan Noorhamdani (2011) yaitu sebesar 2%, dimana dengan konsentrasi tersebut menunjukkan kadar hambat minimum (KHM) untuk bakteri Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 6

Evaluasi yang dilakukan meliputi parameter mutu fisik, efektivitas, aseptabilitas dan keamanan sediaan. Parameter mutu fisik meliputi organoleptis, ph, viskositas, daya sebar dan homogenitas. Uji efektivitas berupa uji konsistensi, daya lekat dan kemudahan pengeluaran dari tube. Uji aseptabilitas dan keamanan sediaan menggunakan panelis, dimana aseptabilitas meliputi kesukaan dari aroma dan tekstur, sedangkan keamanan sediaan berupa uji iritasi. Panelis yang digunakan pada masingmasing uji adalah 10 orang. Data hasil evaluasi antar formula seperti ph, viskositas, daya sebar, homogenitas, konsistensi, daya lekat, kemudahan pengeluaran dari tube, uji kesukaan dan uji iritasi dianalisis secara statistik dengan metode one way ANOVA dan Friedman-Test. Dan data antar bets untuk ph dan viskositas diuji dengan uji t-test (Jones, 2010). 1.2 Rumusan masalah penelitian Bagaimana pengaruh konsentrasi kombinasi gelling agent gom xanthan dan gom guar (1:1 %w/w) pada formula pasta gigi ekstrak etanol daun jambu biji dalam bentuk gel terhadap parameter mutu fisik, efektivitas, aseptabilitas, dan keamanan sediaan? 1.3 Tujuan penelitian Mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi gelling agent gom xanthan dan gom guar terhadap formula pasta gigi ekstrak etanol daun jambu biji dalam bentuk gel agar memenuhi parameter mutu fisik, efektivitas, aseptabilitas, dan keamanan sediaan. 1.4 Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan kombinasi gelling agent gom xanthan dan gom guar dapat memperbaiki persyaratan mutu fisik 7

seperti viskositas sediaan yang akan berpengaruh pada efektivitas sediaan seperti kemudahan pengeluaran dari tube, daya lekat, serta konsistensi sediaan. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengembangan bahan alam ekstrak daun jambu biji dalam sediaan pasta gigi bentuk gel, yang minim akan efek samping, namun memiliki aktivitas yang tidak kalah apabila dibandingkan bahan aktif sintetik seperti fluoride dan triclosan, serta pengembangan lebih lanjut mengenai keamanan ekstrak daun jambu biji. 8