BAB IV ANALISIS KONSELING PANTI ASUHAN DALAM MENANGANI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI PANTI ASUHAN AL JIHAD SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
a. Sejaran Singkat Yayasan Panti Asuhan Al-Jihad Surabaya pemeliharaan anak yatim, piatu, dan dhuafa. Yayasan Panti Asuhan Al

Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 02,

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis data tentangproses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. dengan Teknik Biblioterapi Dalam Mengatasi Dekadensi Ke-Imanan

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menggunakan dua pendekatan yaitu secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

TABEL IV Hasil Observasi Awal Perilaku Datang Terlambat Sekolah Sebelum Treatment. Sebelum Treatment Nama Tanggal Waktu Datang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa banyaknya siswa di beberapa instansi yang berupa sekolah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian berita yang diketahui di media cetak atau media

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Republika Minggu, 09 Desember 2007 Anak SD sudah menghisap rokok karena ditemukan beberapa rokok pada sakunya.

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. analisis sesuai dengan fokus penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB III PENYAJIAN DATA

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KONSELING PANTI ASUHAN DALAM MENANGANI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI PANTI ASUHAN AL JIHAD SURABAYA Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif komparatif yaitu membandingkan bentuk-bentuk penyimpangan, proses konseling di lapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi klien sebelum dilakukannya proses konseling dan sesudah dilaksanakannya proses konseling. A. Analisis Data Tentang Bentuk-Bentuk Penyimpangan Perilaku Anak Di Yayasan Panti Asuhan Al-Jihad Surabaya Analisis data tentang bentuk-bentuk penyimpangan perilaku diperoleh peneliti setiap hari, karena peneliti juga ikut bertempat tinggal di Panti Asuhan tersebut, selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada koordinator Ustazah yang berada di Panti Asuhan tersebut, sehingga peneliti mengetahui perilaku menyimpang yang sering dilakukan anak-anak. Selain itu peneliti juga mengetahui bentuk penyimpangan anak-anak melalui forum Sesi Curhat. Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan anakanak sangat banyak seperti: Anak-anak kurang tanggungjawab akan dirinya (mencuci, belajar, mengaji dan sholat), buang sampah sembarangan, 66

67 menyalakan tv diatas jam 10, membawa HP, menggosop, mencuri, berkata kotor, bolos sekolah, keluar tanpa pamit, keluar malam, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tetapi ada empat perilaku menyimpang yang sering mereka lakukan yaitu: tidak disiplin/ tidak sholat berjama ah, berbohong, mengghasab dan mencuri. Di dalam panti asuhan tersebut, sebelumnya sudah terbentuk suatu peraturan untuk membatasi perilaku anak-anak, akan tetapi sampai sekarang peraturan tersebut tidak berjalan secara efektif karena kurang adanya kontrol dari ustadah. Berdasarkan hasil di lapangan tersebut, maka peneliti dapat menganalisis kembali dengan menggunakan analisis deskriptif komperatif, yakni membandingkan antara teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yang akan peneliti bandingkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.1. Perbandingan antara Teori dan Lapangan mengenai bentuk-bentuk penyimpangan perilaku Data Teori 1. Penyimpangan individu. Dibedakan atas: pelanggaran, penjahat, munafiq. 2. Penyimpangan kelompok. Penyimpangan yang dilakukan dengan sekelompok orang. 3. Penyimpangan campuran. Penyimpangan sekelompok orang yang norma tersebut dibuat oleh mereka sendiri. 4. Penyimpangan primer. Penyimpangan yang bersifat sementara. 5. Penyimpangan sekunder. Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus. Data Empiris/Lapangan 1. Penyimpangan yang dilakukan anak-anak secara individu, seperti: mencuci, belajar, mengaji, sholat, membuang sampah, membawa HP, mengghasab, mencuri, berkata kotor. 2. Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok, seperti: menyalakan TV diatas pukul 22.00 WIB, bolos sekolah, keluar tanpa pamit, keluar malam hingga pukul 21.00 WIB.

68 Berdasarkan tabel di atas, mengenai bentuk-bentuk penyimpangan, dapat penulis simpulkan bahwa, penyimpangan yang terjadi di Panti Asuhan ini penyimpangan yang dilakukan secara individu dan kelompok. B. Analisis Data Tentang Proses Konseling Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di Yayasan Panti Asuhan Al-Jihad Surabaya Dalam proses pelaksanaan konseling yang telah dilakukan oleh konselor dalam menangani penyimpangan perilaku anak di Panti Asuhan Al- Jihad Surabaya dengan menggunakan langkah-langkah yaitu membuat struktur organisasi, membuat tata tertib dan sanksi bagi yang melanggar. Analisis pertama membentuk struktur organisasi dilakukan oleh peneliti saat wawancara dan konseling kelompok dengan semua warga Panti Asuhan, dalam membentuk struktur organisasi tersebut diadakan suatu diskusi untuk membentuk seseorang yang dijadikan penanggungjawab kegiatan yang ada di Panti Asuhan tersebut dengan kesepakatan semua warga Panti Asuhan. Hal yang perlu adanya penanggungjawab adalah kegiatan pendidikan, kebersihan dan keamanan. Yang mana dari penanggungjawab tersebut adalah anak-anak Panti Asuhan sendiri yang bisa dipercaya oleh teman-temannya, dan semua itu terbentuk juga atas perizinan dari Ustazah. Analisis kedua peneliti membentuk tata tertib dan sanksi dilakukan oleh peneliti saat wawancara dan konseling kelompok dengan semua warga Panti Asuhan. Pada kepengurusan sebelumnya sudah pernah terbentuk tata tertib

69 Panti Asuhan, akan tetapi sampai sekarang tata tertib tersebut tidak berjalan efektif karena kurang ada kontrol dari dari ustazah. Saat ini peneliti merubah tata tertib dan sanksi yang telah disepakati bersama dengan cara memberikan konseling kelompok. Maka berdasarkan langkah-langkah yang saya buat dan lapangan saat proses konseling ini, diperoleh kesesuaian dan persamaan yang mengarah pada proses Bimbingan dan Konseling Islam. C. Analisis Data Tentang Hasil Konseling Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di Yayasan Panti Asuhan Al-Jihad Surabaya Untuk lebih jelas analisis data tentang hasil akhir proses pelaksanaan konseling yang dilakukan dari beberapa langkah-langkah hingga tahap akhir konseling, apakah ada perubahan pada diri klien antara sebelum dan sesudah dilaksanakan Bimbingan dan Konseling Islam dapat digambarkan pada tabel di bawah ini: No Tabel 4.2: Analisis Keberhasilan Proses Konseling Perilaku menyimpang yang sering terjadi Sebelum konseling Sesudah konseling A B C A B C 1 Berbohong 2 Tidak disipin/ tidak berjama ah Memakai barang tanpa izin/ 3 mengghosob 4 Mencuri SKOR 4 3 1

70 Keterangan: A B C : Tidak pernah : Kadang-kadang : Sering dilakukan Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan Bimbingan dan Koseling Islam tersebut terjadi perubahan sikap pada klien, hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi klien yang biasanya sering melakukan penyimpangan perilaku karena pengaruh dari lingkungan dan teman-temannya, sekarang mulai jarang melakukan penyimpangan serta mulai terbuka untuk bercerita tentang masalah-masalah yang terjadi pada dirinya. Selain itu anak-anak mulai aktif dalam mengikuti kegiatan panti dan jarang sekali melakukan penyimpangan perilaku. Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan proses konseling, peneliti mengacu pada prosentase kualitatif dengan standar uji sebagai berikut: 1. 75 % - 100 % (dikategorikan berhasil) 2. 60 % - 75 % (cukup berhasil) 3. < 60 % (kurang berhasil) Perubahan sesudah bimbingan dan konseling Islam sesuai tabel analisis di atas adalah: a) Gejala yang tidak pernah = 3 3/4 X 100 = 75 % b) Gejala kadang-kadang = 1 1/4 X 100 = 25 %

71 c) Gejala sering dilakukan = 0 0/4 X 100 = 0 % Berdasarkan hasil prosentase di atas merupakan penyimpangan perilaku yang sering terjadi dan dapat diketahui bahwa Bimbingan dan Konseling Islam dengan langkah-langkh dalam mengatasi penyimpangan perilaku anak di Panti Asuhan Al-Jihad Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentase tersebut adalah 75% dengan standard 60% - 75 % yang dikategorikan cukup berhasil. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian konseling Islam yang dilakukan konselor dapat dikatakan cukup berhasil karena pada awalnya banyak penyimpangan perilaku yang terjadi dan diantaranya empat bentuk penyimpangan yang sering terjadi sebelum proses konseling akan tetapi sesudah proses konseling tiga penyimpangan tidak dilakukan lagi dan satu penyimpangan yang kadang-kadang masih dilakukan dari empat perilaku menyimpang yang sering dilakukan. D. Kajian Analisis Psikologis Penyimpangan Perilaku Anak Seperti Tidak Disiplin/ Tidah Berjama ah, Berbohong, Memakai Tanpa Izin/ Ghosob Dan Mencuri Analisis psikologis mengenai penyimpangan perilaku anak di panti asuhan Al-Jihad. Ada empat bentuk penyimpangan yang sering mereka lakukan seperti:

72 1. Tidak disiplin/ sholat tidak berjama ah 2. Berbohong 3. Memakai barang tanpa izin/ mengghosob 4. Mencuri Seseorang akan menemukan kesadaran tentang dirinya dan mengapa orang merasa tak senang dengan menyadari dirinya, bagaimana orang menyajikan atau mempresentasikan dirinya dihadapan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan tentang self (diri) merupakan salah satu topik yang membahas porsi banyak dalam bidang psikologi. Konsep diri (self consept) Pengertian Konsep diri menurut Brehm & Kassin dalam bukunya Tri dayakisni adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri sifat) yang dimilikinya atau dapat dimengerti sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karasteristik atau ciri-ciri pribadinya. Kita mempelajari siapakah diri kita adalah melalui pengalaman khususnya interaksi kita dengan orang lain. Salah satu cara kita mempelajari tentang diri kita dari interaksi sosial adalah dengan menemukan apa yang orang lain fikirkan tentang kita. 48 48 Tri dayakisni, Psikologi Sosial, (Malang, UUM Press, 2002), hal. 55-56

73 Seperti halnya didalam Panti Asuhan Al-jihad ada sebuah forum yang dinamakan sesi curhat yang mana semua anak-anak berkumpul untuk bercerita dan memberikan masukan atau dorongan pada setiap individu untuk mengevaluasi diri kita. Bagi anak yang memiliki perilaku menyimpang seperti tidak disiplin/ tidak sholat berjama ah, berbohong, memakai barang tanpa izin/ mengghosop, dan mencuri. Dengan adanya forum tersebut maka bisa menjadikan anak-anak yang sering melakukan penyimpangan perilaku tersebut dapat mengevaluasi dirinya agar bisa menjadi lebih baik. Regulasi emosi James Gross mengatakan respon emosional dapat menuntun kita ke arah yang salah saat emosi kita tampaknya tidak sesuai dengan situasi tertentu, kita sering mencoba untuk mengatur respon emosional kita agar emosi tersebut lebih bermanfaat untuk mencapai tujuan kita. 49 Dan ia mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses dengan mana kita mempengaruhi emosi nama yang kita miliki, kapan kita memilikinya dan bagaimana kita mengalami dan mengexpresikannya. Regulasi emosi yang efektif juga telah terbukti meningkatkan pembelajaran secara siknifikan. Contohnya, bahwa emosi positif dapat berdampak positif dalam penyelesaian masalah sementara emosi negatif menghambatnya. 39, 2002. Hal. 11 49 James. J. Gross, emotion regulation: afective, cognitive dan sosial consequenses, vol.

74 Seperti contoh yang dilakukan anak-anak Panti Asuhan, seorang anak mengalami regulasi emosi yang naik turun sehingga sulit untuk mengkontrolnya, contoh hal-hal yang pernah dilakukan anak-anak adalah: ketika Ustazah mengingatkan waktu sholat TV harus dimatikan, tetapi tanggapan tiap individu berbeda-beda ada yang mengatakan halaa belum sponsor ada juga yang mengatakan sek-sek diluk engkas. Ada contoh lagi, ketika koord pendidikan mengingatkan waktu sholat, ada sebagian anak yang mengatakan males aku, sek kesel ngene wes dikongkon sholat. Itu adalah contoh dari regulasi emosi anak-anak yang berada di Panti Asuhan. Harga diri (self esteem) Pengertian harga diri menurut Worchel dalam bukunya Tri Dayakisni adalah komponen evaluatif dari konsep diri yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang diri sendiri yang dimiliki seseorang. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Orang yang harga dirinya rendah nampaknya bereaksi terhadap mudahnya mereka untuk terluka/ tersakiti hatinya dengan mengambil

75 jarak sehingga pasangan mereka tidak dapat menyakiti atau melukai hati mereka lagi. Sedangkan orang yang harga dirinya tinggi memiliki harapan yang kuat bagi penerimaan sehingga mereka lebih mengedepankan tindakan-tindakan yang dapat memperteguh dan meningkatkan hubungan untuk melawan beberapa peremehan yang dipersipsikan terhadap dirinya. 50 Seperti halnya anak yang berada dipanti asuhan Al-Jihad, setiap anak memiliki harga diri yang berbeda-beda, seperti anak yang memiliki gangguan harga diri rendah, memiliki sikap kurang percaya diri, tidak terbuka, dan merasa gagal mencapai keinginannya. Selain itu anak yang memiliki harga dirinya tinggi seperti sikap positif yang membangun dirinya menjadi baik, serta apa yang menjadi keinginannya dia bersikap positif (saya pasti bisa). Kontrol diri (self control) Kontrol diri adalah kemampuan tubuh dan fikiran untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan. Inilah yang membuat kita mampu mengambil pilihan yang tepat ketika menghadapi godaan walaupun pada saat itu muncul fikiran dan ide buruk di kepala kita. Kontrol diri membuat kita memikirkan apa yang akan terjadi jika kita 50 Tri dayakisni, Psikologi Sosial, hal. 59

76 mengambil pilihan yang berbahaya. Kontrol diri menjauhkan kita dari persoalan yang membantu kita bertindak tepat. 51 Terbentuknya kontrol diri (self control) tidak terlepas dari kesadaran diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki individu. Kemampuan kontrol diri individu itu ditentukan oleh berapa besar dan sejauh mana individu tersebut berusaha mempertinggi kontrol dirinya. Tingkah laku kontrol diri, menunjukkan pada kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri yaitu suatu tindakan yang berkenaan dengan kemampuan melakukan suatu keinginan dengan tujuan yang terarah. Contoh kontrol diri menahan ego dan hawa nasfu adalah ketika sedang marah bisa menahan emosinya agar tidak berkelanjutan dan mengeluarkan kata-kata kotor. Sedangkan perilaku berprasangka baik terhadap diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Contoh: tidak mudah mempercayai perkataan orang lain dan tidak menyalakan teman apabila belum mengetahui kebenarannya. Kesadaran diri (self awareness) Keadaan kesadaran diri muncul ketika kita mengarahkan perhatian kita ke dalam untuk memfokuskan pada isi dari diri sendiri. 51 Michele borba, Membangun Kecerdasan Moral, (Jakarta, PT. Gramedia pustaka utama, 2008), hal. 112

77 Kesadaran diri adalah hal yang sangat penting untuk memahami konsep diri dan standar, nilai serta tujuan yang dimiliki seseorang. Orang yang berada dalam kondisi kesadaran dirinya tinggi pada umumnya akan bertingkah laku dalam cara-cara yang lebih konsisten dengan sikap dan nilai yang dimilikinya. Mereka juga merasakan perasaannya secara lebih intens dan menunjukkan ingatan tentang pengalaman pribadinya lebih baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi, mereka akan lebih cepat memproses informasi yang mengacu diri sendiri, dan memiliki gambaran tentang diri sendiri lebih konsisten. 52 Seperti Anak-anak di panti asuhan Al-Jihad, sebagian anak ada yang memiliki kesadaran diri untuk memperbaiki dirinya seperti melaksanakan tugas-tugas sekolah dan melaksanakan kewajibankewajiban selama di panti asuhan. 52 Tri dayakisni, Psikologi Sosial, hal. 61

78 Skema 4.1: Perubahan Perilaku Menyimpang P E R I L Tidak sholat berjama ah/ tidak disiplin Males Tidur Bermain Membaca surat yasin/ surat pendek P E R I L A A K K U Berbohong Takut dimarahi Mentrakt U M E N Y Takut dihukum Tidak mau dihakimi ir temanteman panti T I D A I K M P Mengghasap Terburu-buru Ditegur M A E N Tidak memiliki N G Mencuri Nafsu ingin memiliki Keadaan terpaksa Kebutuhan mendesak Dicatat dibuku pelangga ran Y I M P A N G

79 Keterangan Skema: penyimpangan yang sering terjadi di Panti Asuhan ada 4: 1. Tidak disiplin/ tidak berjama ah Alasan terjadinya tidak melakukan sholat berjama ah adalah malas, tidur, kecapekan Konsekwensi/sanksi adalah membaca surat yasin/ membaca surat pendek Setelah diberi sanksi, anak akan merasa takut untuk tidak sholat 2. Berbohong berjama ah. Alasan terjadinya berbohong adalah karena anak merasa takut dimarahi, takut dihukum dan takut dihakimi Konsekwes\nsi/ sanksi adalah mentraktir semua teman-teman yang berada di Panti Asuhan Setelah diberi sanksi, anak akan merasa takut untuk berbohong 3. Mengghasab Alasan terjadinya mengghasab adalah terburu-buru, tidak mempunyai barang tersebut Konsekwensi/ sanksi adalah ditegur secara langsung Setelah ditegur anak akan merasa malu dan takut untuk mengghasab lagi

80 4. Mencuri Alasan terjadinya mencuri adalah nafsu ingin memiliki, keadaan yang terpaksa dan kebutuhan mendesak Konsekwensi/ sanksi adalah dicatat dibuku di buku pelanggaran Setelah nama tercantum di buku pelanggaran 3X akan disowankan ke pengasuh dan akan dikeluarkan