BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengenai seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam situasi atau tugas tertentu.

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, LOCUS OF CONTROL DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT PADA PENERIMAAN UNDERREPORTING OF TIME

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

STUDI EMPIRIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSI AUDIT PADA UNIT ORGANISASI TNI ANGKATAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan perusahaan menyebabkan dibutuhkannya pihak ketiga yang independen

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman...

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREMATURE SIGN-OFF DENGAN TURNOVER INTENTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING: Suatu tinjauan dari Goal Setting Theory

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB II KAJIAN PUTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori atribusi menjelaskan tentang proses bagaimana kita menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendasari penelitian, auditing dan prosedur audit, dysfunctional audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. disimak karena perubahan yang ada sangat mempengaruhi roda usaha dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. besar bagi dunia bisnis. Transaksi bisnis dapat disajikan dalam bentuk elektronik,

BAB II LOCUS OF CONTROL, KINERJA DAN PERILAKU PENYIMPANGAN AUDIT Teori Penyimpangan Perilaku Karyawan (Workplace Deviant Behaviour)

ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR Kiryanto Ayu Ning Tyas Universitas Islam Sultan Agung Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri yang ditentukan dari internal atau eksternal dan pengaruhnya terhadap perilaku individu serta bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang. Sebuah atribusi dibuat ketika kita mendeskripsikan perilaku dan mencoba menggali pengetahuan mengapa seseorang berperilaku demikian (Febriana, 2012). Menurut Gordon dan Graham (2006), situasi di sekitar yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial disebut dengan dispositional attributions dan situational attributions. Dispositional attributions merupakan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang, misalnya keperibadian, persepsi diri, kemampuan dan motivasi. Situational attributions merupakan penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat memengaruhi perilaku, misalnya kondisi sosial, nilai-nilai sosial dan pandangan masyarakat. 14

Kelley dan Margheim, 1967 (dalam Febriana, 2012), mendeskripsikan 4 informasi penting untuk menyimpulkan atribusi seseorang yaitu: 1) Distingsi atau kekhususan (distinctiveness) menyatakan perilaku dapat dibedakan dari perilaku orang lain saat menghadapi situasi yang sama. 2) Konsensus (consensus) menyatakan jika orang lain setuju bahwa perilaku diatur oleh beberapa karakteristik personal. 3) Konsistensi dari waktu ke waktu (consistency over time) menyatakan apakah seseorang akan mengulangi perilaku yang sama. 4) Cara dimana perilaku itu dilakukan (consistency over modality) menyatakan apakah seseorang mengulangi perilaku pada situasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan teori atribusi untuk menjelaskan dan memprediksi pengaruh karakteritik personal auditor, yaitu komitmen organisasi KAP dan locus of control eksternal pada penerimaan perilaku underreporting of time oleh auditor dalam pelaksanaan program audit. Karakteristik personal menjadi penentu utama dalam penerimaan dysfunctional audit behavior karena faktor internal merupakan pendorong seorang individu untuk melakukan suatu aktivitas (Febriana, 2012). 2.1.2 Model Teoritis Stres Kerja Keterbatasan atau kendala anggaran waktu dapat mengakibatkan auditor merasakan suatu tekanan dalam mengerjakan tugas audit tertentu dan kondisi tersebut selanjutnya dapat memengaruhi perilaku auditor dalam pelaksanaan 15

program audit. Hal tersebut sesuai dengan literatur stres dalam Gambar 2.1 yang berkaitan dengan pekerjaan (stres-kerja). Gambar tersebut menjelaskan bahwa stressor (penyebab stres) yang dihadapi individual dalam lingkungan kerja dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan, dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual (Silaban, 2009). Auditor dapat menghadapi berbagai stressor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar KAP. Stressors yang berasal dari dalam KAP misalnya beban tugas, konflik peran, kendala anggaran waktu dan kondisi fisik lingkungan kantor. Stressor yang berasal dari luar KAP misalnya keadaan keluarga dan tuntutan dari klien, kompetisi pada pasar audit, tuntutan ligitasi. Stres yang dirasakan seseorang diakibatkan dari interaksi antara faktorfaktor eksternal (stressors) dan faktor-faktor internal (karakteristik personal). Hubungan antara individu dengan lingkungannya adalah bersifat dinamis, bergantung pada kondisi tertentu dan konteks personal. Secara spesifik dinyatakan bahwa stres yang berdampak pada sikap, intensi dan perilaku individual dipengaruhi oleh karakteristik personal. Dengan kata lain, tingkat stres yang dirasakan serta tindakan yang dipilih auditor untuk mengatasi stressors dipengaruhi oleh karakteristik personal auditor tersebut. 16

Stressors Gambar 2.1 Model Teoritis Stres Kerja Stres Kompensasi Karakteristik Individual Sumber: Diadaptasi dari Gibson et al. (1995) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teoritis stres kerja, yaitu untuk menjelaskan stressor yang berasal dari dalam KAP yang menyebabkan auditor mengalami stress dan selanjutnya akan memengaruhi penerimaan perilaku seorang auditor. Stressor yang berasal dari dalam KAP pada penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu audit yang dihadapi auditor dalam pelaksanaan program audit. 2.1.3 Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behavior) Perilaku disfungsional audit merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang memberikan kontribusi untuk mengurangi kualitas audit dan pada akhirnya menyebabkan kegagalan audit (Bryan et al., 2005). Perilaku disfungsional audit adalah perilaku menyimpang auditor dalam proses audit yang tidak sesuai dengan program audit yang telah ditetapkan dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit yang dapat memengaruhi kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku disfungsional audit dapat memengaruhi kemampuan KAP dalam memperoleh pendapatan, memenuhi kualitas kerja professional dan mengevaluasi kinerja 17

pegawai dengan akurat sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas audit (Paino et al., 2011). Menurut Otley dan Pierce (1996); Lightner et al. (1982); Alderman dan Deitrick (1982); Donnelly et al. (2003), menyebutkan beberapa perilaku disfungsional audit yang membahayakan kualitas audit secara langsung yaitu altering or replacement of audit procedure dan premature sign off, sedangkan yang memengaruhi kualitas audit secara tidak langsung yaitu perilaku underreporting of time. 2.1.4 Penerimaan Perilaku Underreporting of Time Perilaku underreporting of time adalah perilaku auditor melaporkan waktu audit lebih pendek (singkat) daripada waktu aktual yang digunakan untuk menyelesaikan tugas audit tertentu (Lightner, 1982; Otley dan Pierce, 1996a). Perilaku ini dapat terjadi karena auditor tidak melaporkan dan tidak membebankan seluruh waktu yang digunakan untuk melakukan tugas audit tertentu. Tindakan ini dilakukan auditor dengan cara mengerjakan program audit dengan menggunakan waktu personal dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan dalam pengerjaan program audit serta mengalihkan waktu audit yang digunakan dalam mengerjakan prosedur atau tugas audit tertentu (Lightner et al., 1982). Meskipun tipe perilaku ini tidak secara langsung mengancam kualitas audit, namun penerimaan perilaku tersebut akan berpengaruh pada proses pengambilan keputusan internal KAP dalam berbagai bidang seperti penyusunan 18

anggaran waktu, evaluasi atas kinerja personal auditor, penentuan fee serta pengalokasian personal auditor untuk mengerjakan tugas audit (Lightner et al., 1982; Otley dan Pierce, 1996a), dan selanjutnya berpengaruh terhadap penurunan kualitas audit (Mc Nair, 1991; Otley dan Pierce, 1996a). Temuan dari penelitian yang dilakukan Fleming (1990); Otley dan Pierce (1996a), menunjukkan realisasi anggaran waktu audit tahun sebelumnya merupakan faktor utama yang dipertimbangkan KAP dalam penyusunan anggaran waktu audit. Ketika auditor menerima perilaku underreporting of time, maka anggaran waktu audit tahun berikutnya menjadi tidak realistis. Anggaran waktu yang tidak realistis mengakibatkan auditor menghadapi kendala anggaran waktu dalam menyelesaikan tugas audit berikutnya, dan sebagai konsekuensinya dapat mengakibatkan keberlanjutan underreporting of time, penyelesaian tugas yang tidak tepat waktu atau dapat memicu tindakan reduksi kualitas audit dalam menyelesaikan program audit pada penugasan tahun berikutnya (Lightner et al., 1982). Penerimaan perilaku underreporting of time ini dapat dimotivasi oleh keinginan auditor untuk dapat menyelesaikan tugas audit dalam time budget pressure dalam usaha mendapatkan evaluasi kinerja personal yang lebih (Lightner et al., 1982). Ketika auditor bertindak dengan menerima perilaku underreporting of time, maka penilaian yang dilakukan KAP atas kinerja auditor menjadi tidak tepat. Hasil penelitian Kelley dan Seiler (1982); Lighner et al. (1982) mengindikasikan auditor meyakini bahwa penyelesaian tugas audit pada 19

batasan anggaran waktu audit merupakan faktor penting untuk keberlanjutan karier mereka di KAP. Tindakan underreporting of time tidak sesuai dengan aturan yang berlaku karena pelaksanaan audit menyimpang dari standar audit dan kebijakan KAP. Tindakan ini juga secara moral tidak dapat diterima karena auditor memanipulasi laporan kinerjanya yaitu dengan memanipulasi waktu audit yang digunakan (Arens et al., 2008). 2.1.5. Komitmen Organisasi KAP Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Coryanta, 2004). Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang kompeten di dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik. Tanpa adanya komitmen organisasi yang kuat dalam diri setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan dengan maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa memiliki individu setiap organisasi. Menurut Robbins (2003), mengemukakan tiga komponen didalam komitmen organisasi yaitu: 1) Affective commitment yaitu suatu kondisi yang menunjukkan keinginan karyawan untuk melibatkan diri dan mengidentifikasi diri dengan 20

organisasi karena adanya kesesuaian nilai-nilai dalam organisasi atau seberapa jauh tingkat emosi keterlibatan langsung dalam organisasi. 2) Normative commitment yaitu komitmen yang muncul karena karyawan berkewajiban untuk tinggal dalam organisasi seperti kesetiaan, kebanggaan, kesenangan, dan lain-lain. 3) Continuance commitment yaitu komitmen yang timbul karena adanya kekhawatiran terhadap kehilangan manfaat yang biasa diperoleh dari organisasi atau tetap tinggal karena merasa memerlukannya. Komitmen organisasi KAP ini ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi KAP, kemauan untuk mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan diri dalam organisasi. Auditor yang memiliki komitmen yang tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, mau memberikan kontribusi lebih kepada organisasi KAP dan berinisiatif memberikan manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dengan komitmen tinggi akan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. 2.1.6 Locus of Control Eksternal Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005). Locus of control memainkan peranan penting dalam berbagai kasus seperti dysfunctional audit behavior, job satisfaction, kinerja, komitmen organisasi, turnover intention 21

(Donnelly et al., 2003). Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan yang di luar kontrolnya disebut memiliki locus of control eksternal. Individu dengan locus of control eksternal lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain, hidup mereka cenderung dikendalikan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri seperti keberuntungan, serta lebih banyak mencari dan memilih kondisi yang menguntungkan. Individu ini menganggap suatu keadaan/ kondisi sebagai ancaman atau menimbulkan tekanan. Individu yang memiliki locus of control eksternal tidak mampu menanggulangi tingkat stres yang dihadapi. Individu dengan locus of control eksternal lebih mudah terancam dan dalam penyelesaian masalah cenderung reaktif (Febriana, 2012). Individu dengan locus of control eksternal merasa tidak mampu untuk mendapatkan dukungan kekuatan yang dibutuhkannya untuk bertahan dalam suatu organisasi, sehingga mereka memiliki potensi untuk mencoba memanipulasi rekan atau objek lainnya sebagai kebutuhan pertahanan mereka (Solar dan Bruchl, 1971). Secara umum seseorang yang memiliki locus of control eksternal akan berkinerja lebih baik ketika suatu pengendalian dipaksakan atas mereka, atau sebaliknya ia akan melakukan perilaku disfungsional (tidak sesuai aturan) untuk memenuhi ataupun mengelabuhi pengendalian tersebut. Auditor yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal akan memiliki kinerja yang rendah dan 22

auditor yang memiliki kinerja yang rendah akan lebih menerima perilaku disfungsional (Kartika dan Wijayanti, 2007). 2.1.7 Tekanan Anggaran Waktu Audit Sebelum melaksanakan audit, auditor harus merencanakan dan mengendalikan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Agar pekerjaan dapat berjalan efektif dan efisien, auditor terlebih dahulu harus menyiapkan anggaran waktu. Anggaran waktu audit merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2010). Tekanan anggaran waktu audit dapat terjadi bila jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari total waktu yang tersedia. Tekanan anggaran waktu berhubungan dengan tekanan yang dialami auditor ketika mencoba untuk menyelesaikan pekerjaan audit dalam waktu audit yang telah dianggarkan dan ditetapkan. Secara umum, tekanan anggaran waktu audit terjadi ketika audit mengalokasikan anggaran suatu perusahaan, sejumlah angka jam audit yang akan digunakan oleh auditor untuk menyelesaikan prosedur audit ditentukan (Margheim et al., 2005). Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan tekanan tersendiri bagi auditor, karena kondisi yang tertekan secara waktu menyebabkan auditor cenderung menerima perilaku disfungsional. 23

Semakin kompetitifnya setiap KAP dalam memberikan jasa audit, KAP dituntut untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Selain itu, KAP diharuskan melakukan efisiensi melalui pengendalian biaya audit. Sebagian besar biaya audit ditimbulkan oleh waktu audit, maka untuk meningkatkan efisiensi salah satu usaha yang sering ditempuh KAP adalah menetapkan anggaran waktu audit secara ketat. Akibatnya, auditor merasa tertekan, dan dapat merugikan publik, yaitu menerima perilaku dapat mengancam kualitas audit. Akers dan Eton (2003) mengemukakan jika auditor merasakan tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit, maka tindakan yang mungkin dilakukan oleh auditor yaitu: 1) Melaksanakan proses audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Dalam hal ini auditor menanggulangi tekanan anggaran waktu dengan cara fungsional. 2) Melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan untuk pelaksanaan tugas audit. Dalam hal ini auditor menanggulangi tekanan anggaran waktu dengan perilaku underreporting of time. 3) Tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya. Dalam hal ini auditor menanggulangi keandalan dengan perilaku reduksi kualitas audit. 24

2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, teoriteori dan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, maka disusun hipotesis sebagai berikut. 2.2.1 Pengaruh Komitmen Organisasi KAP pada Penerimaan Perilaku Underreporting of Time Pengaruh komitmen organisasi KAP pada penerimaan perilaku underreporting of time ini didasarkan pada teori atribusi, dimana komitmen organisasi merupakan kekuatan internal individu yang memengaruhi bagaimana berperilaku. Individu yang mempunyai komitmen yang tinggi pada organisasi, akan bersedia untuk bekerja keras dan akan mempunyai kinerja yang lebih baik (Baron dan Greenberg, 1990). Semakin kuat komitmen organisasi, semakin kuat pula kecenderungan individu untuk diarahkan pada tindakan yang sesuai dengan standar meskipun dalam situasi yang menekan (Imronudin, 2004). Individu yang mempunyai komitmen organisasional akan memiliki tingkat loyalitas yang lebih baik karena mereka yakin dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi. Tingginya tingkat loyalitas akan mengakibatkan individu tersebut cenderung tidak menerima perilaku underreporting of time. Penelitian sebelumnya Malone dan Robbert (1996), menyatakan bahwa auditor dengan komitmen organisasi lebih rendah akan cenderung melakukan perilaku disfungsional jika dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen 25

organisasi tinggi. Individu dengan komitmen organisasi tinggi akan lebih tidak terlibat dengan penerimaan underreporting of time. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tempat mereka bekerja. Dengan demikian, dapat dihipotesiskan sebagai berikut. H1: komitmen organisasi KAP berpengaruh negatif pada penerimaan perilaku underreporting of time. 2.2.2 Pengaruh Locus of Control Eksternal pada Penerimaan Perilaku Underreporting of Time Individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk menerima perilaku disfungsional atas prosedur audit (Hartanti, 2012). Hal ini dikarenakan auditor yang memiliki locus of control eksternal kurang percaya akan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan suatu pekerjaan. Hasil penelitian Donnelly et al. (2003); Resky (2014), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, semakin besar kemungkinan penerimaan perilaku disfungsional auditor. Pada saat auditor merasa bahwa kemampuannya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan cenderung memandang suatu keadaan atau kondisi sebagai ancaman, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan (stres) pada auditor tersebut. Dengan demikian hal tersebut akan mengakibatkan auditor tidak melaksanakan tugas audit sesuai dengan prosedur sebagaimana mestinya. Individu dengan locus of control eksternal lebih mudah terlibat dengan penerimaan perilaku 26

underreporting of time. Penerimaan perilaku ini dipilih apabila mereka tidak mendapatkan dukungan untuk mempertahankan pekerjaan. Penelitian sebelumnya Srimindarti (2014), menyatakan bahwa auditor dengan locus of control eksternal akan cenderung menerima perilaku underreporting of time karena auditor yang memiliki locus of control eksternal meyakini bahwa hasil yang diperoleh lebih banyak ditentukan oleh faktor diluar dirinya seperti peluang, keberuntungan serta nasib dan bukan dari usahanya sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut. H 2 : locus of control eksternal berpengaruh positif pada penerimaan perilaku underreporting of time. 2.2.3 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Penerimaan Perilaku Underreporting of Time Pengaruh tekanan anggaran waktu audit pada penerimaan perilaku underreporting of time didasarkan pada model teoritis stres kerja. Anggaran waktu audit yang ketat dapat menimbulkan auditor merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi serta perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit. Tingkat tekanan anggaran waktu yang tinggi akan mendorong auditor untuk menerima perilaku disfungsional (Suprianto, 2009). Perilaku auditor tentu akan memengaruhi kualitas audit yang akan dihasilkan. 27

Menurut Yuliana (2009), tekanan anggaran waktu yang tidak sewajarnya dalam pencapaian anggaran waktu dan biaya terbukti potensial sebagai praktik perilaku disfungsional yaitu penurunan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Suprianto (2009) ditujukan untuk menguji bagaimana tekanan anggaran waktu memengaruhi perilaku disfungsional auditor antara lain audit quality reduction behavior, premature sign- off dan underreporting of time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat tekanan anggaran waktu secara langsung berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional yaitu audit quality reduction behavior, premature sign- off dan underreporting of time. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silaban (2009); Sudirjo (2013) dan Tanjung (2013), menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Semakin tinggi tekanan anggaran waktu audit maka semakin tinggi tingkat penerimaan perilaku underreporting of time. Dengan demikian, dapat dihipotesiskan sebagai berikut. H3: tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada penerimaan perilaku underreporting of time. 28