TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

ANALISIS DAN SINTESIS

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

*39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau. RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

ABSTRAK. Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 111

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

KONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 25 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 tahun 2008 Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja di tanam. Berdasarkan peraturan Daerah Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031 pasal 38 ayat 1 hingga 11 menyatakan bahwa kawasan RTH ditetapkan seluas minimum 30,85% yang meliputi: RTH kawasan wisata, RTH hutan kota, RTH taman kota, RTH Tempat pemakaman umum, RTH jalur hijau jalan, RTH jalur pejalan kaki, RTH atap bangunan, dan Lapangan olahraga.

Hutan Kota Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003) hutan kota merupakan kawasan yang terletak di dalam kota yang didominasi oleh berbagai jenis tanaman berupa pohon yang difungsikan sebagai paru-paru kota yang mampu menghasilkan Oksigen dan menyerap zat pencemar udara dan juga sebagai tempat pelestarian berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran. Menurut Dahlan (1992) Secara umum bentuk hutan kota yaitu : 1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan. 2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. 3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah. 4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun luar negeri. 5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut.

Pembangunan hutan kota harus sesuai dengan guna lahan (land use) yang dikembangkan. Menurut Zoer aini (2005), terdapat beberapa tipe hutan kota, yaitu: a. Tipe Pemukiman Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, kesejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai. b. Tipe Kawasan Industri Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. c. Tipe Rekreasi dan Keindahan Dewasa ini terdapat kecendrungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk rekreasi, karena kehidupannya semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress. Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin. d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu sebagai tempat koleksi plasma nutfah dan tempat habitat khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.

e. Tipe Perlindungan Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air. Kota dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran. f. Tipe Pengamanan Hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perlu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Jalur Hijau Jalur hijau merupakan jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Jalur hijau merupakan faktor pengontrol tingkat polusi. Kualitas hidup manusia ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting adalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air, tanah, dan udara. Manfaat dari adanya tajuk vegetasi di area jalur hijau adalah menjadikan

udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota. Jalur hijau merupakan unsur signifikan bagi suatu sistem perkotaan sebagai kontrol polusi dan menjaga kualitas hidup masyarakat perkotaan. Jika luasan jalur hijau semakin besar maka kontrol polusi meningkat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Sedangkan penurunan luasan jalur hijau menyebabkan polusi udara meningkat dan menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Berdasarkan Undang-undang No.38 Tahun 2004 jalan arteri sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri sekunder adalah: 1. Kecepatan > 30 Km/Jam. 2. Lebar jalan > 8,0 m. 3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata. 4. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat. Jalur hijau sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO 2 ) yang melayang di udara dan penghasil Oksigen (O 2 ). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis memerlukan sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO 2 ) serta unsur-unsur lainnya

sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi CO 2 di udara dan dapat menurunkan suhu. Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Jenis tanaman Hutan Kota Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota, oleh Permenhut (2004) direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain: a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun. b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif e. Berumur panjang f. Tahan terhadap kekurangan air g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat h. Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis

i. Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung, kupukupu dan sebagainya j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut. k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai. Permen PU No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam memilih jenis tanaman yang sesuai bagi jalur hijau jalan. Sebagai contoh tanaman yang akan dipilih sebagai tanaman untuk penyerap polusi udara harus mempunyai kriteria sebagai berikut: a) terdiri dari pohon, perdu/semak; b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara; c) jarak tanam rapat; d) bermassa daun padat. e) sitem perakaran masuk kedalam tanah tidak merusak konstruksi jalan dan bangunan f) fase anakan tumbuh cepat tetapi tumbuh lambat g) pada fase dewasa h) ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia i) batang/ percabangan tidak mudah patah j) daun tidak mudah gugur/rontok Dalam Jurnal Vegetalika Vol.3 No.1, 2014 : 1-11 rekomendasi tanaman yang diberikan untuk pengembangan kawasan jalur hijau di Yogyakarta oleh

Narendreswari, dkk. (2014) berdasarkan fungsi tanaman lanskap dan identitas kota adalah sebagai berikut: 1. Pada jalan yang memiliki median jalan di tanam dengan tanaman semak yang berupa tanaman soka (Ixora coccinea). 2. Pada trotoar jalan diberi pergola dengan tanaman hias merambat (Pasiflora sp., nona makan daun sirih). 3. Penanaman pohon sebagai perindang jalan dan pemberi identitas budaya seperti pohon tanjung (Mimusops elengi) dan asam jawa (Tamarindus indica). Yani,dkk. (2011) disampaikannya dalam Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup Tahun 2011 menuliskan bahwa mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran dan percabangan batang yang kuat. Angsana (Pterocarpus indicus), glodokan (Polyalthia longifolia) dan kiara payung (Filicium decipiens) mempunyai perakaran tidak kuat dan percabangan yang umumnya mudah patah. Angsana, akasia (Acasia auriculiformis), beringin (Ficus benyamina), ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus) adalah jenis pohon yang ditanam untuk penghijauan karena bermassa daun padat dan warna dominan hijau. Daun kupu-kupu(bauhinia purpurea) yang ditanam di median jalan berfungsi sebagai penahan silau lampu kendaraan. Selain sebagai pohon pelindung, juga mempunyai fungsi tambahan antaranya mahoni mempunyai kemampuan dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Mahoni dan kiara payung mempunyai kemampuan menyerap debu semen. Daun kupu-kupu, akasia dan beringin merupakan tanaman yang baik sebagai penyerap dan penghasil oksigen. Nangka (Arthocarpus integra), mahoni dan jati(tectona grandis) mempunyai kemampuan

evapotranspirasi yang tinggi sehingga dapat mengurangi penggenangan air tetapi tidak dapat melestarikan air tanah. Daun kupu-kupu efektif mengurangi pencemaran debu. Talok (Muntingia calabura) dapat menahan dan menyaring partikel padat dari udara karena mempunyai daun berbulu dan permukaannya kasar. Angsana ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin. Angsana sebagai peneduh memenuhi persyaratan yaitu ditempatkan pada jalur tanaman (1,5 m), percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk, bermassa daun padat dan di tanam secara berbaris. Angsana sebagai penyerap polusi udara memenuhi syarat atas dari pohon, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh udara dan jarak tanam rapat. Angsana sebagai pemecah angin memenuhi syarat sebagai tanaman berpohon tinggi. Angsana mempunyai sistem perakaran tidak kuat dan siklus peremajaan pendek. Angsana merupakan pohon yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah. Kiara payung memenuhi persyaratan sebagai penyerap kebisingan dan pemecah angin yaitu berupa pohon, massa daun rapat, percabangan 2 m di atas tanah dan ditanam secara berbaris. Akan tetapi, kiara payung juga merupakan pohon yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah. Bunga Kenanga (Cananga odorata) merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini satu suku dengan sirsak dan srikaya, suku Annonaceae. Ditinjau dari sosok tanamannya, bunga kenangan ini dibedakan atas 2 jenis, yaitu jenis pohon dan spesies perdu. Akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama. Tanaman kenanga yang berbentuk pohon tingginya bisa mencapai 20-30 meter. Sedangkan yang berbentuk perdu tingginya hanya mencapai 1-3 meter.

Berdasarkan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara melalui surat Keputusan No. 522.5/1611/K/TAHUN 1991 tanggal 8 Juni 1991 menetapkan Bunga Kenanga (Cananga Odorata) sebagai Identitas flora Daerah Tingkat I Sumatera Utara (Dephut, 2015). Hasil Penelitian Terkait Potensi rata-rata biomassa, dengan menggunakan rumus Brown (1997) yang dimiliki hutan kota bentuk jalur hijau adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan bentuk gerombol. Perbedaan biomassa per hektarnya pada dua bentuk hutan kota disebabkan oleh tingkat kerapatan pohon per hektarnya. Faktor yang turut mempengaruhi adalah perbedaan kerapatan, diameter, tinggi pohon, dan faktor lingkungan dimana seluruh faktor ini berkorelasi positif dengan potensi tegakan karbon per hektarnya (Ratnaningsih dan Suhesti, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Suwarna, dkk. (2012) yang dilaksanakan di wilayah konsesi hutan PT. Diamond Raya Timber, Riau menemukan bahwa biomassa dan stok karbon dalam tanah adalah delapan kali lebih tinggi daripada di vegetasi dalam kondisi hutan primer, dan sepuluh kali di hutan bekas tebangan dan kondisi hutan sekunder. Alokasi cadangan karbon yang terdapat pada tegakan di hutan primer, areal bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi masing-masing adalah 70%, 60%,62%, dan 7%. Faeth et al. (1994) dalam Perbatakusuma, dkk. (2008) mengungkapkan bahwa potensi pertumbuhan di hutan tropis umumnya lebih tinggi dan lebih cepat, sehingga dapat mempercepat akumulasi karbon di dalam tanaman. Perbatakusuma, dkk (2008) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

Batang Toru, Sumatera Utara bahwa sebagian besar (lebih dari 45%) karbon tegakan terdapat pada pepohonan yang berdiameter 50 cm atau lebih. Perkalian antara diameter setinggi dada kuadrat dengan tinggi pohon (D 2 H) merupakan prediktor yang sangat baik untuk menaksir kandungan biomassa di atas permukaan tanah, terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang masih di atas 84%, sehingga variasi kandungan biomassa pohon yang diteliti dapat dijelaskan oleh variabel diameter batang setinggi dada dan tinggi total pohon ( BPKH, 2009). Kumulatif bersih emisi karbon di kawasan Karang Gading dan Langkat Timur Laut Wildlife Reserve (KGLTLWR) Sumatera Utara untuk tahun 2006 adalah 3.804,7 ton CO2 sedangkan diprediksi kedepannya pada tahun 2030 adalah 11,318,74 ton CO2, dengan kata lain akan terjadi peningkatan emisi CO2 sebesar 33,61% selama kurun waktu 12 tahun. Hal ini terjadi disebabkan oleh deforestasi lahan mangrove yakni alih fungsi lahan menjadi tambak ikan, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang menjadikan gas rumah kaca sumber emisi di kawasan ini ( Basyuni et al., 2015) Kondisi Umum Lokasi Penelitian Medan merupakan kota yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2010 penduduk di kota Medan berjumlah 2.109.399 jiwa, yang terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Oleh karena itu, Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Pulau Sumatera dan menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di Indonesia.

Kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang didalamnya terdapat 151 kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10km 2. Luas wilayah dengan persentase terbesar terdapat pada Kecamatan Medan Labuhan dengan persentase sebesar 13,83% dengan luas area sebesar 36,67km 2, sedangkan luas wilayah dengan persentase terkecil terdapat pada Kecamatan Medan Maimun dengan persentase sebesar 1,12% dengan luas area sebesar 2,98km 2. Adapun luas wilayah kota medan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Luas Wilayah Kota Medan per Kecamatan tahun 2006 s/d 2010 No Kecamatan Luas Area Persentase (%) (Km 2 ) 1 Medan 2,98 1,12 Maimun 2 Medan 4,09 1,54 Perjuangan 3 Medan 5,27 1,99 Kota 4 Medan 5,33 2,01 Barat 5 Medan 5,52 2,08 Area 6 Medan 5,84 2,20 Baru 7 Medan 6,82 2,57 Petisah 8 Medan 7,76 2,93 Timur 9 Medan 7,99 3,01 Tembung 10 Medan 9,01 3,40 Polonia 11 Medan 9,05 3,41 Denai 12 Medan 11,19 4,22 Amplas 13 Medan 12,81 4,83 Selayang 14 Medan 13,16 4,96 Helvetia 15 Medan 14,58 5,50 Johor 16 Medan 15,44 5,82 Sunggal 17 Medan 20,68 7,80

Tuntungan 18 Medan 20,84 7,86 Deli 19 Medan 23,82 8,99 Marelan 20 Medan 26,25 9,90 Belawan 21 Medan 36,67 13,83 Labuhan Jumlah Total 265,1 100,00 Sumber: BPS (2013)