VII ANALISIS PENDAPATAN

dokumen-dokumen yang mirip
VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

IV METODE PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. BAHAN DAN METODE

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI JAWA TENGAH TAHUN 2014

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

2. Kabupaten Pontianak

Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Padi Inbrida di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

Transkripsi:

VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim kering tahun 2011. Analisis pendapatan dilakukan pada seluruh varietas dan analisis pendapatan pada setiap varietas. Analisis pendapatan seluruh decision making unit pervarietas dilakukan untuk membandingkan apakah ada varietas tertentu yang memiliki pendapatan yang lebih menonjol dibandingkan dengan varietas lain ataupun dengan seluruh varietas. 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sawah Penerimaan usahatani yang dianalisis adalah penerimaan tunai dari hasil perkalian antara total produksi padi dalam bentuk gabah kering giling dengan harga jual yang diterima petani. Harga jual yang diterima oleh decision making unit bervariasi. Variasi harga jual decision making unit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) Perbedaan waktu menjual. (2) Perbedaan tempat tujuan menjual. (3) Perbedaan varietas. Meskipun perbedaan varietas mempengaruhi harga jual, akan tetapi tidak semua harga jual varietas berbeda. Varietas Denok dan Mekongga memiliki harga jual yang tidak terlalu berbeda sehingga terkadang decision making unit yang membudidayakan kedua varietas tersebut mencampur hasil panennya. Hasil panen rataan seluruh decision making unit adalah 7,3 Ton/hektar. Harga yang diterima decision making unit berkisar antara Rp.3.500-6.200/kg. Penerimaan rata-rata decision making unit perhektar adalah Rp.34.157.664. 7.2. Biaya Usahatani Padi Sawah Komponen biaya usahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya tunai. Biaya tunai adalah biaya yang secara tunai dikeluarkan oleh decision making unit untuk membeli barang maupun jasa yang digunakan sebagai faktor produksi pada usahatani yang dijalankan. Contoh dari biaya tunai adalah petani 86

membayar upah buruh panen dengan sejumlah nominal tertentu. Biaya tunai yang dikeluarkan meliputi biaya pembelian faktor produksi berupa barang seperti benih, perlengkapan pembibitan, pupuk, dan pestisida. Sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian faktor produksi berupa jasa seperti pengolahan lahan dengan traktor, tenaga kerja, irigasi, dan sewa lahan. Biaya tunai yang dikeluarkan untuk mengusahakan padi sawah seluas satu hektar pada musim tanam 2011 dapat terlihat pada tabel 16. Tabel 16. Biaya Tunai Usahatani Padi Sawah (perhektar) di Desa Kertawinangun Musim Kering 2011 Komponen Biaya Harga (Rupiah) Bibit 184.323 Perlengkapan Pembibitan 80.734 Pupuk 492.972 Pupuk 509.923 Pupuk 472.871 Pestisida 1.623.212 Sewa Lahan 8.815.018 Tenaga Kerja Luar Keluarga 2.791.194 Pongolahan Tanah 685.529 Biaya tunai pertama yang dikeluarkan usahatani untuk membeli faktor produksi berupa benih. Benih diperoleh decision making unit dengan membeli dari petani lain. Decision making unit yang menggunakan varietas Ciherang memperoleh benih dari hasil pembagian pemerintah yang disalurkan melalui Gapoktan. Harga benih yang dibeli decision making unit pada seluruh varietas adalah Rp.10.000 untuk satu kilogram benihnya. Rata-rata pengeluaran untuk membeli bibit pada decision making unit di Desa Kertawinangun adalah Rp.184.323 untuk luasan lahan satu hektar. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa decision making unit rata-rata menggunakan bibit sebanyak 18,4 kg/ha. Bibit tersebut digunakan untuk penanaman dan penyulaman. 87

Biaya tunai kedua yang dikeluarkan usahatani untuk membeli faktor produksi berupa perlengkapan pembibitan. Perlengkapan pembibitan yang dibeli meliputi plastik dan bambu ajir. Plastik dan bambu ajir digunakan untuk melindungi area pembibitan dari serangan hama tikus. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik adalah Rp.20.000/kilogram, sedangkan harga dari bambu adalah Rp.10.000/buah. Rata-rata decision making unit mengeluarkan Rp.80.734 untuk area pembibitan. Kombinasi yang digunakan untuk pembibitan adalah tiga kilogram plastik dan dua buah bambu. Biaya tunai ketiga yang dikeluarkan decision making unit untuk faktor produksi adalah pembelian pupuk. Terdapat tiga jenis pupuk yang digunakan decision making unit di Desa Kertawinangun. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, dan Posca. Lebih dari 50 persen decision making unit menggunakan kombinasi antara Urea dengan salah satu dari TSP atau Posca. Hanya sebagian kecil decision making unit yang menggunakan ketiga pupuk tersebut pada usahataninya. Rata-rata decision making unit menggunakan baik pupuk Urea, TSP, maupun Posca lebih dari 100 kg/ha. Terdapat perbedaan harga beli decision making unit pada ketiga pupuk tersebut. Perbedaan harga yang diterima disebabkan perbedaan tempat pembelian. Selain itu, perbedaan tersebut juga dapat diakibatkan adanya perbedaan cara bayar. Decision making unit yang memperoleh harga pupuk rendah umumnya membayar secara tunai. Sedangkan decision making unit yang mendapatkan harga lebih tinggi biasanya membayar dengan sistem angsuran atau dengan sistem bayar ketika panen. Pupuk pertama yang digunakan adalah Urea. Harga Urea yang diterima bervariasi antara Rp.150.000-250.000/100 kg. Pengeluaran rata-rata untuk membeli Urea pada usahatani seluas satu hektar adalah senilai Rp.492.972. Pupuk kedua yang digunakan adalah pupuk TSP. Pengeluaran rata-rata decision making unit untuk pupuk TSP pada lahan seluas satu hektar adalah Rp.509.923. Pupuk ketiga yang digunakan oleh decision making unit adalah pupuk Posca. Decision making unit rata-rata mengeluarkan Rp.472.871 untuk pengaplikasian pada lahan seluas satu hektar. 88

Biaya tunai keempat dikeluarkan decision making unit untuk membeli faktor produksi berupa pestisida. Terdapat banyak sekali jenis dan dosis yang digunakan decision making unit pada faktor produksi ini. Intensitas pengaplikasiannya juga sangat beragam. Terdapat decision making unit yang hanya melakukan satu kali pengaplikasian pestisida, namun ada pula decision making unit yang melakukan pengaplikasian pestisida lebih dari sepuluh kali selama musim tanam. Rata-rata pengeluaran decision making unit untuk mengaplikasikan faktor produksi berupa pestisida pada lahan seluas satu hektar adalah Rp.1.623.212. Pengeluaran decision making unit untuk membeli pestisida adalah pengeluaran tunai terbesar untuk membeli faktor produksi berupa barang. Sedangkan apabila dibandingkan secara keseluruhan biaya tunai, pengeluaran pesitsida menjadi pengeluaran tunai ketiga terbesar setelah sewa lahan dan tenaga kerja. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh decision making unit untuk pembelian faktor produksi berupa jasa sewa lahan menjadi biaya terbesar dalam pengeluaran tunai. Terdapat dua sistem sewa lahan yang ada di Desa Kertawinangun. Sistem pertama adalah sewa dengan harga tetap. Harga sewa untuk lahan seluas 0,7 hektar berkisar Rp.4.000.000-7.000.000. Sistem kedua adalah sistem bayar dengan hasil panen berupa 2.500 kg padi. Meskipun biaya sewa lahan pada sistem kedua menggunakan barang, berdasarkan wawancara, umumnya decision making unit membayar berupa nominal dari 2.500 kg padi dengan menggunakan harga pada saat membayar. Karena itu, meskipun terdapat decision making unit yang menggunakan sistem sewa kedua, biaya sewa lahan tetap termasuk ke dalam biaya tunai. Besarnya rata-rata pengeluaran untuk sewa lahan satu hektar adalah Rp.8.815.018. Biaya tunai kedua terbesar yang dikeluarkan decision making unit adalah untuk jasa tenaga kerja. Besarnya biaya ini adalah Rp.2.791.194 untuk lahan seluas satu hektar. Pekerjaan yang memiliki biaya tenaga kerja yang tinggi adalah penanaman dan pemanenan. Meskipun intensitasnya hanya satu kali dalam satu musim tanam, akan tetapi kedua kegiatan tersebut sangat padat karya sehingga memiliki pengeluaran yang besar. 89

Biaya tunai paling sedikit yang dikeluarkan decision making unit untuk membeli jasa berupa pengolahan lahan dengan traktor. Seluruh decision making unit menggunakan jasa traktor untuk mengolah lahannya, dengan kisaran harga Rp.400.000-500.000 untuk lahan seluas 0,7 hektar. Adanya perbedaan harga tersebut diantaranya disebabkan adanya perbedaan karakteristik lahan dan lokasi lahan. 7.3. Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 17. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.26.588.111. Setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai usahatani, pendapatan perhektar rata-rata decision making unit adalah Rp.10.856.226. Pendapatan tunai tersebut menunjukan ratarata pendapatan decision making unit di Desa Kertawinangun. Pendapatan yang positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan. 90

Tabel 17. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah di Desa Kertawinangun Musim Kering Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Tunai Penjualan Padi Sawah 26.588.111 100 Biaya Tunai Benih 184.323 1,17 Persiapan pembibitan 80.734 0,51 Pengolahan lahan dengan traktor 685.529 4,36 Urea 492.972 3,15 TSP 509.923 3,24 Posca 472.871 3,01 Pestisida 1.623.212 10,32 Tenaga kerja luar keluarga 2.791.194 17,74 Sewa lahan 8.816.770 56,04 Irigasi 72.356 0,46 Total BiayaTunai 15.731.885 100 Pendapatan Tunai (Penerimaan Total Biaya Tunai) 10.856.226 7.4. Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Ciherang Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Ciherang di Desa Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 18. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.24.708.511. Setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Ciherang sebesar Rp.9.804.923. Terlihat bahwa hasil pendapatan tunai perhektar rata-rata petani yang mengusahakan varietas Ciherang memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan perhektar tunai rata-rata seluruh varietas. Hal ini sejalan dengan pengakuan decision making unit bahwa keuntungan usahatani varietas Ciherang tidak sebesar mengusahakan varietas lain. Hal ini disebabkan hasil produksi varietas Ciherang yang berada dibawah hasil varietas lain. 91

Meskipun mendapatkan hasil yang lebih rendah, masih terdapat decision making unit yang mengusahakan varietas Ciherang dengan alasan varietas ini adalah varietas yang dianjurkan oleh pemerintah. Selain itu, terdapat beberapa decision making unit yang mengatakan sudah lama menggunakan varietas Ciherang sehingga akan tetap menggunakan varietas ni meskipun ada varietas lain yang digunakan decision making unit lain yang produksinya lebih tinggi. Tabel 18. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Ciherang di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Tunai Penjualan Padi Sawah 24.708.511 100 Biaya Tunai Benih 184.821 1,24 Persiapan pembibitan 97.349 0,65 Pengolahan lahan dengan traktor 691.964 4,64 Urea 504.599 3,39 TSP 597.313 4,01 Posca 489.172 3,28 Pestisida 1.455.045 9,76 Tenaga kerja luar keluarga 2.796.023 18,76 Sewa lahan 8.015.873 53,78 Irigasi 71.429 0,48 Total BiayaTunai 14.903.588 100 Pendapatan Tunai (Penerimaan Tunai Total Biaya Tunai) 9.804.923 7.5. Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Denok Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Denok di Desa Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 19. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.27.409.407. Setelah 92

dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Denok sebesar Rp. 13.219.161. Pendapatan perhektar varietas Denok lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perhektar seluruh varietas dan pada varietas Ciherang Hal ini dipengaruhi penerimaan perhektar yang diterima decision making unit. Pendapatan yang positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah dengan varietas Denok yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan. Tabel 19. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Denok di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Penjualan Padi Sawah 27.409.407 100 Biaya Tunai Benih 179.853 1,17 Persiapan pembibitan 73.260 0,48 Pengolahan lahan dengan traktor 675.824 4,40 Urea 514.927 3,35 TSP 503.827 3,28 Posca 472.581 3,08 Pestisida 1.623.212 11,07 Tenaga kerja luar keluarga 2.810.583 18,30 Sewa lahan 8.354.037 54,39 Irigasi 73.260 0,48 Total BiayaTunai 15.360.373 100 Pendapatan Tunai (Penerimaan Total Biaya Tunai) 13.219.161 7.6. Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Mekongga Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Mekongga di Desa Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 20. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.1.169.745. 93

Setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Mekongga sebesar Rp.16.732.697. Varietas Mekongga sangat menonjol pada penerimaan perhektar yang lebih besar dibandingkan varietas lain. Hal ini disebabkan rata-rata usahatani memiliki produksi dan harga yang tinggi. Pendapatan decision making unit yang membudidayakan varietas Mekongga bernilai positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah dengan varietas Denok yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan. Tabel 20. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Mekongga di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Penjualan Padi Sawah 31.169.745 100 Biaya Tunai Benih 196.786 1,18 Persiapan pembibitan 83.378 0,50 Pengolahan lahan dengan traktor 696.429 4,17 Urea 450.714 2,70 TSP 406.667 2,43 Posca 467.647 2,80 Pestisida 1.532.160 9,17 Tenaga kerja luar keluarga 2.708.998 16,22 Sewa lahan 10.091.837 60,41 Irigasi 71.429 0,43 Total BiayaTunai 16.706.043 100 Pendapatan Tunai (Penerimaan Total Biaya Tunai) 16.732.697 94