GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal juli 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Boludawa. Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

Tes Pendugaan 216/B/AM

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar

BAB I PENDAHULUAN.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

UJI CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA MINUMAN AIR TEBU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah

KANDUNGAN BAKTERI AIR SUNGAI MUSI SAAT PASANG DAN SURUT DI KOTA PALEMBANG. Dewi Novianti 1 dan Dama Agustria 2

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN SUMUR BOR PERUMAHAN GRIYA CAHAYA 2 GUNUNG SARIAK KOTA PADANG

Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia Coli

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978). kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

ABSTRAK. DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

MOST PROBABLE NUMBER (MPN) COLIFORM DENGAN VARIASI VOLUME MEDIA LACTOSE BROTH SINGLE STRENGTH (LBSS) DAN LACTOSE BROTH DOUBLE STRENGTH (LBDS)

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode MPN (Most Probable Numbers)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI PADA TOPOGRAFI TANAH MIRING dan TANAH DATAR di LIHAT dari DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

yang sama. Adapun uji foto mikroskop dilakukan untuk mengetahui perkembangan biofilm pada permukaan pasir. lalu selanjutnya menguji sampel air

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

Repository.Unimus.ac.id

UJI BAKTERI COLIFORM AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALITANJUNG, KEJAKSAN, SUNYARAGI DENGAN METODE MPN TAHUN 2016

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

Uji Air Minum Natu SDH Vol.1 No.1

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN GAMBARAN MPN COLIFORM DAN COLI TINJA PADA AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN CAHAYA BORNEO KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Nurhalina 1, Windarto 2, Triseto Gunawan 3 1 Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya 2 Dinas Kesehatan, Kota Palangkaraya, 3 Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan UMP, Palangkaraya e-mail : Lina_wuna@yahoo.co.id ABSTRAK Air merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun air dapat tercemar oleh bakteri akibat limbah rumah tangga, kegiatan industri, rumah sakit, dan lain-lain. Air yang terkontaminasi Bakteri Coliform dan Coli tinja dapat menyebabkan Penyakit Diare, disentri dan infeksi parasit usus lainnya. Pada Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 5 kecamatan dan 9 desa yang terserang KLB diare dengan jumlah kematian 10 kasus pada Balita. Penderita diare mencapai 99.169 kasus dan 48,9 kasus di kota Palangka Raya. Penelitian ini akan melakukan gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumuahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Rancangan penelitian adalah observatinal study dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya dengan jumlah sampel sebanyak 16 unit yang ditarik secara sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, pengukuran dan uji laboratorium kualitas mikrobiologi air dengan metode Most Porable Number (MPN) Coliform dan Coli tinja. Hasil penelitian menunjukan bahwa 6,25 % sumur bor tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml sampel. Sedangkan 93,75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 0/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel. Kata Kunci : Kualitas Mikrobiologi Air, Metode MPN, Sumur Bor PENDAHULUAN Air merupakan zat penting dalam kehidupan manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk kebutuhan makan, minum, memasak, mencuci, mandi,, membersihkan kotoran yang ada di rumah,rekreasi, industri dan lain-lain. Besarnya manfaat air bagi kehidupan manusia maka kualitas air harus terjamin baik kualitas fisik, kimiawi maupun bakteriologi. Di sisi lain pesatnya pertumbuhan industri, kepadatan pemukiman penduduk dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah saat ini, menyebabkan kuantitas dan kualitas air berkurang (Amsyari,1996). Mutu dan kualitas air dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang terkandung di dalam air. Bahan-bahan tersebut dapat berupa zat padat, cair maupun gas yang terlarut maupun tidak terlarut atau secara alamiah mungkin sudah 43

Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor terdapat dalam air atau akibat kontaminasi bahan tercemar. Selain bahan kimia, bakteri yang bersifat patogenik juga dapat mencemari sumber air akibat kontaminasi limbah manusia. Menurut Candra (2005), penyebab utama pencemaran air berasal dari limbah rumah tangga (40%) seperti limbah dari septik tank, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), rembesan dari pembuangan sampah, bekas cuci piring dan lain.lain. Sedangkan pencemaran dari limbah industri sebesar 30 % sisanya merupakan limbah pertanian, peternakan, rumah sakit dan lain-lain. Sedangkan menurut Marcler dan Merkle (2000), penurunan kualitas air tanah berhubungan dengan kepadatan penduduk, jenis tanah dan jarak pembuangan limbah dengan sumber air yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, persyaratan mikrobiologis pada air bersih yaitu batas maksimal Bakteri Coliform dan Coli tinja pada setiap 100 ml sampel air adalah 50 /100 ml sampel pada sumber air non perpipaan sedangkan pada sumber air bersih perpipaan adalah 10/100 ml sampel. Pada sumber air minum, batas maksimal Bakteri Coliform dan Coli tinja adalah 0/100 ml sampel. Kontaminasi air oleh Bakteri Coliform ataupun Coli tinja yang melebihi batas standar dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat. Pada Tahun 2014, WHO melaporkan sekitar 80 % penyakit menular ditularkan melalui air seperti diare, disentri, dan infeksi parasit usus lainnya. Penelitian Meityn dkk (2014), penggunaan air bersih berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. Sejalan dengan penelitian Mardiana (2011), penggunaan air bersih berhubungan dengan kejadian diare di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012 prevalensi diare di indonesia mencapai 7% dan mengalami peningkatan setiap tahun. Sedangkan di Kalimantan Tengah, diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik, penggunaan sumber air bersih dan rendahnya prilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pada Tahun 2012 terdapat 5 kecamatan dan 9 desa yang terserang KLB diare di Provinsi Kalimantan Tengah. Prevalensi diare mencapai 99.169 kasus dan penderita yang ditangani 56,2 % dengan jumlah kematian 10 kasus pada Balita (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya (2015), masyarakat cenderung menggunakan air tanah dalam bentuk sumur bor sebagai sumber air bersih karena dianggap lebih murah, kualitas air bersih dan kuantitas yang mencukupi jika dibandingkan dengan air dari PDAM. Secara umum air tanah bebas dari polutan dan bakteri 44

Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan patogen, namun air tanah dapat tercemar akibat rembesan limbah septik tank, limbah rumah tangga dan limbah industri (Candra, 2005). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode perhitungan Most Probable Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) dengan metode tabung ganda yang terdiri dari dua tahap yaitu uji dugaan (presumptive test) dan uji penetapan (confirmed test) (Noval,S,S.dkk, 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobiologi air pada sumber air bersih di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya berdasarkan karakteristik jarak sumur bor dengan septik tank, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan IPTEK dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dan pengendalian Penyakit Diare di Kota Palangka Raya akibat sumber air bersih yang tercemar. METODE DAN BAHAN Rancangan penelitian ini adalah Observasional Study dengan pendekatan deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas mikrobioogi air di Perumuhan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya berdasarkan jarak sumur bor dengan septik tank, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya tanggal 1 juni sampai 30 juni 2015. Populasi adalah seluruh sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya. Tehnik penarikan sampel dilakukan secara sampling jenuh sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 16 unit. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, pengukuran dan uji laboratoium dengan metode MPN dengan parameter sebagai berikut : Tabel 1. Definisi Operasional, Skala Pengukuran, Alat Ukur dan Kriteria Objektif Karakteristik Sumur Bor Karakteristik sumur bor Kualitas Mikrobiologi air Definisi operasional Kualitas mikrobiologi air pada sumur bor. Sumur bor adalah jenis sumber air bersih perpipaan Skala Pengukuran Nominal Alat Ukur Metode MPN Kriteria objektif Tidak Memenuhi Syarat ; apabila jumlah Coliform lebih dari 50/100 ml sampel dan Coli tinja lebih dari 0/100 ml sampel Memenuhi Syarat ; Apabila jumlah Coliform 50 ml/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel. 45

Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor Jarak septik Tank Jarak septik tank dengan sumur bor Nominal Meteran Tidak memenuhi syarat, apabila < 10 meter Kedalaman Sumur Kualitas Fisik Air Jarak sumur dari permukaan tanah Kualitas fisik air berdasarkan warna, bau dan rasa Sumber : Permenkes RI No.416 Tahun 1992 Memenuhi syarat apabila 10 meter Nominal Koesioner < 15 meter 15 meter Nominal Indra penglihatan (mata), indra penciuman (hidung) dan indra perasa (lidah) Tidak memenuhi syarat, apabila air tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa Memenuhi Syarat, apabila air berwarna, berbau dan berasa. Tabel 2 Standar Pengukuran Nilai Most Probable Number Ragam II (9 Tabung) 3 dari 10 ml air Tabung 95 % Limit Confindence Nilai 3 dari 1 ml air 3 dari 0.1 ml MPN Rendah Tinggi air 0 0 1 3 < 0.5 9 0 1 0 3 < 0.5 13 1 0 0 4 < 0.5 20 1 0 1 7 1 21 1 1 0 7 1 23 1 1 1 11 3 36 1 2 0 11 3 36 2 0 0 9 1 36 2 0 1 14 3 37 2 1 0 15 3 44 2 1 1 20 7 89 2 2 0 21 4 47 2 2 1 28 10 150 3 0 0 23 4 120 3 0 1 29 7 130 3 0 2 64 15 380 3 1 0 43 7 210 46

Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan 3 1 1 75 14 230 3 1 2 120 30 380 3 2 0 93 15 380 3 2 1 150 30 440 3 2 2 210 35 470 3 3 0 240 36 1300 3 3 1 460 71 2400 3 3 2 1100 150 4800 Sumber : Novel, S,S,.dkk, 2010 Alat-alat yang digunakan adalah autoclave, oven, refrigerator, inkabator, timbangan analitiik, botol wadah sampel, tabung reaksi, cawan petri, tabung durham, hot plate, bola hisap, pipet ukur, erlenmayer, gelas ukur, tally counter, lampu spritus, batang pengaduk, rak tabung, aluminium voil dan kapas. Alat-alat gelas terlebih dahulu disterilkan dalam oven pada suhu 180 o C selama 15 menit sebelum digunakan. Sampel yang telah diambil segera diperiksa di laboratorium melalui 2 (dua) tahap; tes perkiraan (presumptive test) dan tes penegasan (comfirmed test). 1. Pembuatan media a. Pembuatan Media Lactosa Broth Single Strength (LBSS) Menimbang media LB sebanyak 13 gram lalu masukan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, panaskan media sampai larut sempurnah, lalu masukan ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm yang telah diisi oleh tabung durham sebanyak 10 ml lalu sterilkan di autoclave dengan suhu 121 0 C selama 15-20 menit (Novel,S,S,. dkk, 2010) b. Pembuatan Media Lactosa Broth Double Strength (LBDS) Dilakukan 2 kali penimbangan media LB, kkemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 16x 60 mm sebanyak 5 ml lalu sterilkan di autoclove selama 15-20 menit dengan suhu 121 0 C (Novel,S,S,. dkk, 2010). c. Pembuatan Media Briliant Green Bile Lactosa Broth (BGLB) Timbang media sebanyak 40 gram dan masukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, panaskan hingga media larut sempurna kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm sebanyak 5 ml (lengkap dengan tabung durham) lalu sterilkan pada autoclave dengan suhu 121 0 C selama 15-20 menit (Novel,S,S,. dkk, 2010). 2. Prosedur Kerja a. Tes Perkiraan Sampel yang telah dihomogenkan dipipet ke dalam media LBDS dan LBSS. 3 tabung LBDS pertama ditambahkan 10 ml sampel air dan 3 tabung LBSS kedua ditambahkan 0.1 ml sampel air, kemudian diinkkubasi pada 47

Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor suhu 37 0 C selama 1 x 24 jam. Hasil positif ditunjukan dengan adanya kekeruhan dan pembentukan gas di dalam tabung durham yang dipasang terbalik di dalam media laktos (Novel,S,S,. dkk, 2010). b. Tes Penegasan Media LB yang menunjukan hasil positif kekeruhan dan gas diambil 1-2 ose lalu ditanam ke dalam media BGLB dengan 2 seri. Satu seri diinkubasi pada suhu 37 0 C untuk pemeriksaan Coliform dan 1 seri lagi diinkubasi pada suhu 44 0 C untuk pemeriksaan Colitinja. Kedua seri media BGLB diinkubasi 24-48 jam. Kemudian diamati munculnya kekeruhan/ gas pada masing-masing tabung tersebut. setelah itu hasilnya dibaca dan diinterpretasi dengan menggunakan tabel MPN Ragam II (Novel,S,S,. dkk, 2010). Gambar 2. Media BGLB yang menunjukan hasil positif dan negatif (Dokumentasi Tahun 2015) HASIL PENELITIAN Tabel 3 Gambaran Kualitas Mikrobiologi air Pada Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya Tahun 2015 Media LB Media BGLB Indeks MPN/ 100 Kualitas Sampel ml Mikrobiologi 10 1 ml 0,1 37 0 C 44 0 C Coliform Coli ml ml Tinja 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 4 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 5 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 7 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 8 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 9 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 4 Tidak memenuhi syarat 10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 48

Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi syarat 0 Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 4 menunjukan bahwa 15 unit sampel (93,75 %) memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan Coli tinja adalah 0/100 ml sampel. Sedangkan 1 unit sampel (6,25 %) tidak memenuhi syarat mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform dan Coli tinja masing-masing 4/100 ml sampel. Tabel 4. Gambaran Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan Karakteristik Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya Tahun 2015 Kualitas Mikrobiologi Karakteristik Sumur Bor Memenuhi syarat Tidak Memenuhi syarat Jarak dengan Septik Tank Tidak memenuhi syarat 9 60,0 1 100 Memenuhi syarat 6 40,0 0 0 Jumlah 15 100 1 100 Kedalaman < 15 meter 2 13,3 1 100 15 meter 13 86,7 0 0 Jumlah 15 100 1 100 Kualitas Fisik Tidak memenuhi Syarat 0 0 0 0 Memenuhi Syarat 15 100 1 100 Jumlah 15 100 1 100 Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 5, menunjukan bahwa 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter. Namun 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai kualitas fisik air yang baik atau memenuhi syarat kesehatan. PEMBAHASAN Penelitian menunjukkan bahwa bahwa 93.75 % sumur bor memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 0/100 ml sampel dan Coli tinja 0/100 ml sampel. Sedangkan 6.25 % sumur bor tidak memenuhi syarat mikrobiologi dengan nilai MPN Coliform 4/100 ml sampel dan Coli tinja 4/100 ml sampel. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 146 Tahun 1992 tentang syarat-syarat dan 49

Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor kualitas air, persyaratan mikrobiologis pada sumber air bersih perpipaan ditetapkan 50 /100 ml sampel Coliform dan 0/100 ml sampel Coli tinja. Dengan demikian 6.25 % sumur bor (Sampel nomor 9 pada tabel 3) yang digunakan sebagai sumber air bersih di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya tidak tidak layak digunakan. Berdasarkan hasil observasi, 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa 60 % sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi memiliki jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan 13,3 % mempunyai kedalaman < 15 meter. Namun 100 % sumur bor, baik yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi maupun sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai kualitas fisik air yang baik atau memenuhi syarat kesehatan. Analisis kualitas air juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dan pengukuran jarak sumber air bersih dengan septik tank, kualitas fisik air dan kedalaman sumur bor. Penelitian Sarah, RE,. dkk (2014), menunjukan bahwa 91,66 % sumber air minum rumah tangga di Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung terkontaminasi Bakteri Coliform dan Coli tinja karena letak sumber air dengan pembuangan limbah dan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan. Selain itu, penelitian dari Eldawati (2010) tentang kondisi bakteriologi air sumur di beberapa pemukiman di Kota Padang, menunjukan bahwa 89 % sumur tercemar oleh Bakteri Coliform dan Coli tinja karena jarak sumur dengan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan dan luas tanah tiap rumah hanya 90 m 2. Sejalan dengan penelitian Asnidar Yusuf,.dkk (2011) tentang kualitas air sumur di RT 12,17, 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Jakarta Timur menunjukan bahwa 84 % sumur tercemar Bakteri Coliform dan 8 % tercemar zat kimia berbahaya. Tingginya kontaminasi bakteri dipengaruhi karena padatnya perumahan penduduk, letak sumur dekat dengan septik tank dan pembuangan limbah yang jaraknya tidak memenuhi standar kesehatan. Menurut Martoyo (2003), jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah termasuk septik tank mempengaruhi kualitas air secara fisik dan kualitas mikrobiologi air. Kemampuan penyebaran bakteri di dalam tanah dapat mencapai jarak sejauh sebelas meter (5+6). Sejauh 5 meter dari sumbernya kelihatan bakteri menyebar mencapai kedalaman 2 meter kemudian membentuk kerucut sejauh 6 meter dari titik maksimum luas penyebarannya. Demikian juga penyebaran bahan-bahan kimia (chemis) sejauh 25 meter kelihatan menyebar mencapai kedalaman 9 meter, kemudian dari titik maksimum penyebaran tersebut membentuk kerucut sampai sejauh 70 meter dari titik penyebaran maksimum. Keadaan tersebut 50

Nurhalina, Windarto, dan Triseto Gunawan didasarkan pada asumsi kecepatan pengaliran air tanah sampai 3 meter perhari. Menurut Marcler dan Merkle (2000), pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan semakin besar. Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat serta pekarangan semakin sempit. Pekarangan rumah yang sempit menyebabkan penduduk banyak yang membuat septik tank di rumahnya yang letaknya dekat dengan sumber air bersih. Kepadatan penduduk juga menyebabkan tingginya aktifitas penduduk yang berakibat pada meningkatnya limbah rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas tanah karena semua aktifitas penduduk menghasilkan limbah yang berbeda-beda seperti limbah rumah tangga, limbah restoran, pertanian dan kegiatan industri lainnya. Dalam analisis peneliti, penelitian ini menemukan bahwa 60 % sumur bor yang memenuhi syarat kualitas mikrobiologi memiliki jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan 13,3 % mempunyai kedalaman < 15 meter. Berdasarkan hasil observasi, hal ini dimungkinkan karena tingkat kepadatan penduduk di Perumahan Cahaya Borneo masih relatif rendah, jarak rumah dengan rumah yang lain cukup luas mencapai 15 m 2 x 10 m 2 sehingga tidak ada kemungkinan pencemaran silang dari limbah tentangga. Rendahnya pencemaran Bakteri Coliform dan Coli tinja di Perumahan Cahaya Borneo juga disebakan karena tidak ada aktifitas industri di perumahan tersebut yang memungkinkan dapat mencemari sumber air bersih. Selain itu kualitas air juga dipengaruhi oleh jenis tanah, dimana jenis tanah di Kota Palangkaraya merupakan tanah gambut yang memungkinkan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme termasuk Bakteri Coliform dan Coli tinja, jumlah mikroorganisme cenderung menurun dengan meningkatnya keasaman tanah. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asamasam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman (Agus dan Subiksa, 2008). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehadiran berbagai bakteri pada sumber air bersih antara lain adalah jarak septik tank dengan sumber air bersih, kedalaman sumur bor dan kualitas fisik air. Namun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sumber air bersih pada kondisi tertentu. Oleh karena itu kontrol kualitas mikrobiologi air perlu dilakukan secara berkala (tergantung pada tingkat kepadatan penduduk, sedimen tanah dan aktifitas industri di wilayah tersebut). Begitupula pengendalian limbah rumah tangga dan limbah industri, sehingga masyarakat dapat 51

Gambaran MPN Coliform dan Coli tinja Pada Air Sumur Bor terhindar dari ancaman kesehatan masyarakat akibat pencemaran sumber air bersih. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, 6.25 % sumur bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka Raya tidak layak digunakan karena tidak memenuhi syarat mikrobiologi, dengan nilai MPN Coliform adalah 4/100 ml sampel dan Coli tinja adalah 4/100 ml sampel. Adanya pencemaran Bakteri Coli form dan Coli tinja dimungkinkan karena jarak sumur bor dengan septik tank tidak memenuhi syarat kesehatan dan kedalaman sumur bor < 15 meter. Hasil observasi menunjukan bahwa 100 % sumur bor yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologi mempunyai jarak dengan septik tank < 10 meter (tidak memenuhi syarat kesehatan) dan mempunyai kedalam < 15 meter. DAFTAR PUSTAKA 1. Agus,F,. & I.G.M.Subiksa.2008. Lahan gambut : Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek lingkungan. Bogor : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF).40 hal 2. Amsyari, F.1996. Membangun Lingkungan Sehat : Menyambut 50 Tahun Indonesia Merdeka. Surabaya : Airlangga University Press. 3. Askari, Martoyo.2003,Penyediaan Air Bersih, Fakultas Tehnik Universitas Negeri Palembang 4. Chandra, Budiman.2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 5. Eldawati. 2010. Kondisi Bakteriologis Air Sumur Masyarakat di Beberapa Pemukiman di Kota Padang.Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas 6. Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 7. Kasaluhe,D,Meytin,.Ricky,C,Sondakh,.Mola nda,nancy.2014.faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 8. Mardiana. 2011. Faktor-Faktor Yang Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh. 9. Macler, B. A, and Merkle, J. C. 2000. Current Knowledge On Groundwater Microbial Pathogens And Their Control. Hydrogeology Journal, Volume 8, Issue 1, pp 29-40 10. Novel, Sinta Saskia, dkk, (2010). Praktikum Mikrobiologi Dasar, Jakarta : Trans info Media. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 Tentang Syarat-Syarat dan Kualitas Air. 12. Saepudin, Malik. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Trans Info Media 13. Sarah,RE. 2013. Analisis Kualitas Sumber Air Minum Rumah Tangga di kecamatan Sukabumi Bandar Lampung.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 14. Suriawiria.2008. Mikrobiologi Air dan Dasar- Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis, Bandung : PT. ALUMNI. 15. Yusuf, Yusnidar, dkk.2011,analisa Kandungan Air Sumur Warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.Skripsi. Fakultas Farmasi UHAMKA. 52

ARTIKEL PENELITIAN 40