BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

dokumen-dokumen yang mirip
BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PEMBERDAYAAN PETANI RUMPUT LAUT DI PANTAI PANDAWA DESA KUTUH KECAMATAN KUTA SELATAN BADUNG BALI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ekonomi Pertanian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup besar (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005). Apabila potensi tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal akan memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah pesisir tersebut. Apabila dikembangkan lebih jauh merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Sayangya sebagian besar wilayah pesisir yang ada telah mengalami ancaman keberlanjutan yang sangat serius, sehingga perlu strategi penanganan (Retraubun dan Bengen, 2002). Pemerintah menempatkan rumput laut sebagai salah satu komoditas yang di unggulkan dalam program revitalisasi sub sektor kelautan dan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut sebagai komoditas andalan akan mampu meningkatkan ekonomi khususnya sub sektor kelautan dan perikanan (Hikmayani,2007). Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut cukup mudah dibudidayakan di perairan pantai di Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditi yang potensial dan dapat menjadi andalan bagi upaya pengembangan usaha skala kecil dan menengah yang sering disebut sebagai UKM. Ini terjadi karena rumput laut sangat banyak digunakan oleh masyarakat, baik melalui pengolahan sederhana yang langsung dikonsumsi maupun melalui pengolahan yang lebih komplek untuk dijadikan barang setengah jadi dan diolah 1

2 lebih lanjut oleh industri hilir menjadi barang jadi yang dapat digunakan (dikonsumsi) langsung, seperti produk farmasi, kosmetik dan pangan serta produk lainnya. Terpilihnya komoditas rumput laut sebagai komoditas unggulan dilatarbelangi oleh beberapa aspek yaitu budidaya rumput laut bersifat mudah dilakukan, bersifat cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan (Malik Tangko,2008) Sebagai komoditas yang komersil, bisnis rumput laut sangat berkembang pada beberapa lokasi khususnya di Bali. Rumput laut lebih banyak diekspor secara langsung, ketimbang melalui pengolahan terlebih dahulu. Dalam konteks ini, Indonesia adalah kawasan penyediaan bahan baku bagi negara-negara industri (Giantari,1999). Di Provinsi Bali pada kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut mengalami pasang surut baik dari segi jumlah tenaga kerjanya, lusa lahan yang digunakan untuk budidaya rumput maupun hasil produksi rumput laut itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Provinsi Bali Tahun 2001 s/d 2010 Tahun Jumlah Tenaga Kerja Rumput Laut (Orang) Luas Lahan (Ha) Hasil Produksi (Ton) Perkembangan Hasil Produksi rumput laut (%) 2001 11.369 250,7 106.084,00-2002 8.688 261,0 111.885,50 5,47 2003 8.811 374,1 108.592,90 2,94 2004 11.601 420,6 156.053,60 43,70 2005 9.822 402,6 161.121,20 3,25 2006 11.814 478,0 164.768,80 2,26 2007 11.91 418,5 152.306,80-7,56 2008 11.427 729,7 129.175,40-15,19 2009 11.427 729,7 135.999,90 5,28 2010 9.634 741,9 132.792,80-2,36 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Tahun 2011

3 Berdasarkan data perkembangan diatas pada tahun 2001 ke 2002 jumlah tenaga kerja yang menggeluti pekerjaan sebagai petani rumput laut mengalami penurunan dari 11.369 orang menjadi 8.688 orang akan tetapi hasil produksi pada tahun tersebut mengalami peningkatan dari 106.084 ton menjadi 111.885,50 ton hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang berlebihan mengakibatkan tingkat produktivitas petani rumput laut dalam membudidayakan rumput laut tidak efektif selain itu luas lahan yang digarap oleh petani meningkatkan dari 250,7 ha menjadi 261 ha, pada tahun 2008 sampai 2009 jumlah tenaga kerja dan luas lahan yang digunakan untuk budidaya rumput laut memiliki angka yang sama yaitu 11.427 orang yaitu jumlah tenaga kerja dan 729,7 Ha untuk luas lahannya akan tetapi dilihat dari hasil produksinya mengalami peningkatan. Tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja dan penggunaan luas lahan akan tetapi hasil produksinya peningkatan hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang mana sifat cuaca ada 2 jenis yaitu bersifat insidental dan continue. Insidental disini diartikan cuaca mengalami perubahan sewaktu-waktu yang mengakibatkan hasil produksi rumput laut pada saat gelombang besar akan mengalami kerontokan dan pada saat tidak ada gelombang rumput laut akan tumbuh dengan baik, sedangkan cuaca yang bersifat continue artinya disini cuaca pada saat purnama mengalami air pantai yang surut dan pada saat tilem mengalami air laut pasang. Pada tahun 2010 perkembangan jumlah tenaga kerja dan hasil produksinya mengalami penurunan akan tetapi luas lahan yang digunakan meningkat dari 729,7 Ha menjadi 741,9 Ha. Penurunan hasil produksi rumput laut itu dipengaruh oleh cuaca yakni adanya angin kencang yang selalu berembus dan ombak di perairan lebih rapat selain itu cuaca buruk dan gelombang tinggi juga dianggap

4 berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi rumput laut bagi petani (MetroTvnews.com). Perkembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 cukup pesat. Jumlah petani pada tahun 2004 tercatat 571 orang dan pada tahun 2010 jumlah petani rumput laut meningkat menjadi 736 orang.atau sebesar 28.9%. Hasil produksi rumput laut juga mengalami peningkatan yang cukup baik yang mana pada tahun 2004 mencapai 2.295,3 Ton pada tahun 2010 mencapai hingga 5.036,5 Ton atau dapat dikatakan meningkatan sebesar 1,19%. data perkembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan yang secara lengkap disajikan pada Tabel 1.2. Tahun Tabel 1.2 Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2004 s/d 2010 Jumlah Petani Rumput Laut (Orang) Luas Lahan (Ha) Hasil Produksi (Ton) Perkembangan Hasil Produksi rumput laut (%) 2004 571 12,5 2.295,30-2005 571 12,5 3.099,60 35,04 2006 608 12,5 4.474,80 44,36 2007 608 12,5 4.466,20-0,19 2008 780 12,5 4.522,90 1,27 2009 780 12,5 4.523,00 0,01 2010 736 12,5 5.036,50 11,35 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Tahun 2011 Kawasan Kuta Selatan sebenarnya lebih terkenal sebagai lokasi olah raga paragliding atau paralayang, karena memiliki tebing curam dengan pemandangan yang menakjubkan. Tapi, kecamatan tersebut juga merupakan salah satu sentra rumput laut di Pulau Dewata.

5 Sedikitnya, ada 545 pembudi daya tanaman bernama Latin Cotonii dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Kelompok Petani Rumput Laut. Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2012 No Kelas Kelompok Petani Rumput Laut di Kecamatan Kuta Selatan Jumlah Anggota (orang) 1 Utama 199 2 Madya 58 3 Pemula 288 Jumlah 545 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung. Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa kelas kelompok petani madya yang dimaksud yaitu kelompok ini mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari kelompok pemula tetapi masih belum sebanyak pengalaman kelompok utama. Pada kelompok pemula dapat diartikan kelompok yang baru saja berkecimpung pada pengembangan budidaya rumput laut. Tenaga kerja merupakan faktor pendukung dalam pertanian rumput laut. Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani rumput laut berasal dari anggota rumah tangga petani rumput laut walaupun ada yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani rumput laut, mencari penghasilan dengan bekerja dilahan orang lain karena tidak mempunyai lahan rumput (Sari Murni, 2008). Tenaga kerja yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani rumput laut termasuk dalam tenaga kerja yang diberi upah karena tenaga kerja ini bekerja dengan pemilik lahan rumput laut sehingga upah yang diberikan kepada tenaga kerja upahan ini akan meningkatkan jumlah biaya produksi dikarenakan upah yang diberikan termasuk biaya yang akan dibebankan oleh pemilik lahan rumput laut guna menghitung biaya produksi yang dikeluarkan.

6 Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani rumput laut tidak memerlukan pendidikan khusus, dengan pengetahuan mampu menanam rumput laut mereka bisa dan dapat bekerja sebagai petani rumput laut. Menanan, mengikat dan mengeringkan merupakan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja selama proses penanaman rumput laut. Tenaga kerja akan memperoleh pendapatan atau penghasilan jika masa panen telah selesai. Pendapatan yang diperoleh berbeda-beda tergantung banyak luas lahan yang dimiliki. Guna meningkatkan kinerja para petani rumput laut dalam membudidayakan dan mengolah rumput laut sangat diperlukan pelatihan yang mendalam. Pada umunya petani yang kurang diberikan pelatihan dalam membudidayakan dan mengolah rumput laut sangat minim pengetahuan menyebabkan hasil produksi yang dihasilkan kurang memuaskan sedangkan petani yang seringkali atau beberapa kali pernah mengikuti pelatihan dari instansi pemerintah maka dalam pengolahan hasil produksi rumput laut akan lebih baik daripada petani yang tidak pernah mendapat pelatihan. Maka pelatihan dirasakan akan cukup membantu kinerja para petani rumput laut dalam membuat membudidayakan dan mengolah rumput laut sehingga menjadi lebih baik dan bermanfaat. Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kecamatan Kuta Selatan adalah jenis Cotonii. Upaya membudidayakan rumput laut Cotonii. di Kecamatan Kuta Selatan sudah dimulai sejak lama. Agar hasil panen yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dapat digunakan cara cara untuk mengembangkan rumput laut itu sendiri. Pengembangan rumput laut yang baik hendaknya : 1. Perairan terlindung dari pengaruh angin kencang dan cuaca musiman yang buruk karena gelombang besar akan merusak tanaman.

7 2. Pasang air laut, cocok untuk budi daya rumput laut, berketinggian antara 30-60 cm. 3. Lahan dasar laut ada pada berbatukarang, berpasir dan campuran. 4. Lokasi yang baik adalah yang jauh dari air tawar. Pemilihan bibit rumput laut yang baik meliputi 2 hal : 1. Bibit yang baik hendaknya bercabang banyak 2. Sebelum menanam bibit, bibit jangan kena minyak, kehujanan dan kekeringan. Walaupun potensi budidaya rumput laut cukup menjanjikan, tetapi yang terjadi adalah pendapatan petani rumput laut bisa dikatakan cukup kecil. Pengetahuan petani juga masih dirasa kurang dalam membudidayakan rumput laut tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan? 2. Bagaimanakah pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan? 3. Variabel bebas manakah yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan?

8 1.3 Tujuan Penelitian 4) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara simultan terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. 5) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. 6) Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat secara praktis dan teoritis. 1. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi petani rumput laut dalam mengelola serta mengembangankan potensi dari rumput laut yang ada di Kecamatan Kuta Selatan. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan mengimplementasikannya dalam upaya peningkatan pendapatan petani rumput laut.