V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap Tutupan Lamun di Perairan Padang Lamun Desa Pengudang Kabupaten Bintan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

Transkripsi:

49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung diperairan tersebut. Parameter fisik dan kimia yang diukur merupakan faktor penting bagi perkembangan dan distribusi organisme diperairan tersebut. Untuk perairan ekosistem lamun yang terjadi secara ekstrim dapat menyebabkan distribusi organisme maupun biota-biota penghuni ekosistem lamun dan sejumlah jasad renik (plankton) menjadi berkurang, bahkan dapat mempengaruhi dinamika pantai. Parameter fisika kimia yang diukur di perairan ekosistem lamun Pulau Waidoba adalah : suhu, salinitas, kecepatan arus, kelarutan oksigen, dan PH air. Hasil pengukuran parameter kualitas perairan di 5 stasiun penelitian diperoleh distribusi suhu berkisar antara 29 32 0 C, salinitas 27 30 0 / 00, ph 7.8 8.2, kecepatan arus 0.8 0.10 m/det, oksigen terlarut antara 6.5 7.3 mg/l. Perbandingan hasil pengukuran parameter fisika kimia di perairan Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan dengan Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 dan beberapa ahli adalah sebagai berikut: - Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam mengatur metabolisme dan penyebaran organisme pada suatu ekosistem perairan. Faktor intesitas penyinaran cahaya matahari, kondisi atmosfir, cuaca maupun sirkulasi laut merupakan faktor yang mempengaruhi distribusi suhu ((Bowden, 1980). Suhu air laut merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lamun dan ikan. Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun (Bulthuis, 1987). Hasil pengukuran suhu pada ke 5 lokasi penelitian berkisar antar 29-32 0 C. Hasil pengukuran ini masih dalam kondisi yang sangat normal untuk pertumbuhan ekosistem lamun karena menurut Berwick (1983), kisaran optimum untuk fotosintesis lamun yaitu antara 25-35 0 C pada saat cahaya penuh.

50 Sedangkan baku mutu air laut untuk biota laut khususnya lamun oleh Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yaitu 28-30 0 C, di bandingkan dengan hasil pengukuran pada ke 5 lokasi penelitian adalah tidak menujukkan fluktuasi yang besar. - Salinitas Salinitas menunjukkan kandungan garam yang ada dalam air laut, dan perbandingannya dengan total jumlah padatan terlarut (DO) yang ada di air laut dalam perbandingan berat. Salinitas air laut bervariasi sebanding dengan kedalaman (Mukhtasor, 2007). Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yan besar. Ditambahkan bahwa Thalassia hemprichii ditemukan hidup dari salinitas 35-60 0 / 00, namun dengan waktu toleransi yang singkat. Salinitas juga dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar dan kecepatan pulih lamun (Walker, 1985). Dalam penelitian ini nilai salinitas pada ke 5 lokasi penelitian berkisar antara 27-30 0 / 00. Sedangkan baku mutu air laut untuk biota laut khususnya lamun oleh Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yaitu 33-34 0 / 00, di bandingkan dengan hasil pengukuran pada ke 5 lokasi penelitian adalah di luar ambang batas. - ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. ph didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrgen (H + ) yang terlarut. Skala ph bukanlah skala absolut, ph bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang ph-nya ditentukan bedasarkan persetujuan internasional. Nilai derajat keasaman (ph) selama penelitian menunjukkan kisaran yang netral yaitu 7.8-8.2. Hasil pengukuran ph antar lokasi penelitian tidak menunjukkan fluktuasi yang besar. Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 menetapkan nilai ambang batas ph untuk biota laut yaitu 7-8.5 dan ke 5 lokasi masih berada dalam kisaran ini.

51 - Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan senyawa kimia gas yang larut dalam air yang mempunyai fungsi untuk keberlangsungan hidup dari biota aerobik yang hidup dalam air. Oksigen ini berasal dari difusi dari udara (proses aerasi) dan fotosintesis tumbuhan air di siang hari dan juga adanya oksidasi limbah (APHA, 1989). Hasil penelitian oksigen terlarut dari ke 5 lokasi penelitian berkisar antara 6.5-7.3 mg/l. Kisaran yang diperoleh dari hasil pengukuran ini masih berada di atas baku mutu untuk biota laut, yaitu >5 mg/l. Menurut Schmitz (1971) in Erina (2006) menggolongkan kualitas air di perairan mengalir menjadi lima golongan berdasarkan kandungan oksigen terlarut yaitu : Sangat baik : kadar DO > 8 mg/l Baik : kadar DO = 6 mg/l Kritis : kadar DO = 4 mg/l Buruk : kadar DO = 2 mg/l Sangat buruk : kadar DO < mg/l Membandingkan dengan hasil pengukuran oksigen terlarut pada lokasi penelitian masuk dalam kategori sangat baik. - Kecepatan Arus Kecepatan arus berhubungan sekali dengan aliran nutrien, distribusi suhu dan memberi pengaruh terhadap pencampuran gas atmosfir ke dalam air sehingga kandungan oksigen yang larut dalam air bertambah (Nybakken, 1997). Hasil pengukuran kecepatan arus pada ke 5 lokasi adalah 0.8-1.10 m/detik. Berdasarkan hasil pengukuran ini menggambarkan ada perbedaan yang mencolok masingmasing kecepatan arus di setiap lokasi. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan arus yang terjadi di pengaruhi oleh pasang surut perairan, angin dan densitas. Menurut Welch (1980) membedakan arus dalam 5 kategori yaitu arus sangat cepat (> 1 m/det), cepat (0.5-1 m/det), sedang (0.25-0.50) m/det), lambat (0.1-0.25 /det), dan sangat lambat (< 0.1 m/det). Dari hasil pengukuran maka nilai kecepatan arus dalam penelitian masuk dalam kategori sangat lambat dan sangat cepat.

52 5.2 Persentase Tutupan Lamun Analisis persentase tutupan lamun dapat dilihat pada Lampiran 8 dan ratarata hasilnya secara ringkas ditampilkan pada Gambar 8. Analisis persentase tutupan lamun pada ke 5 (lima) stasiun dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase untuk stasiun satu, hasil persentase tutupan lamun berkisar antara 5,99-39,75 %, stasiun dua persentase tutupan lamun berkisar antara 19,99-49,78 %, stasiun tiga persentase tutupan lamun berkisar antara 16,49-44,75 %, stasiun empat persentase tutupan lamun berkisar antara 7,86-35,37%, dan untuk stasiun lima persentase tutupan lamun berkisar antara 4,49-38,62%. 40 35 30 25 20 15 10 24,22 36,12 32,59 23,06 19,11 5 0 StasiunI Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Gambar 13 Rata-Rata Persentase Tutupan Lamun Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa rata-rata persentase tutupan lebih tinggi pada ke 5 (lima) stasiun terdapat pada stasiun dua dan stasiun tiga, dengan persentase tutupan rata-rata adalah 36,12% untuk stasiun dua dan 32,59% rata-rata persentase untuk stasiun tiga. Tingginya persentase tutupan lamun untuk stasiun dua disebabkan oleh wilayah ini agak terlindungi oleh pulau Ngute-Ngute dibagian Timur, adanya gugusan pulau-pulau kecil, perairan dangkal yang luas menyebabkan perairan lamun memiliki distribusi suhu, salinitas dan kecepatan arus yang baik untuk pertumbuhan lamun. Untuk stasiun tiga memilki karakteristik hampir sama dengan stasiun dua, sehingga persentase lamunnya juga tinggi. Selanjutnya untuk stasiun lima memilki tingkat persentase lamun yang paling rendah, kedudukannya terlindungi oleh Pulau

53 Tawabi pada bagian Utara, berbentuk teluk sehingga ditribusi parameter lingkungan juga baik untuk pertumbuhan lamun, akan tetapi karena jalur ini merupakaan jalur aktif perhubungan transportasi laut antara Kota Kecamatan dengan masyarakat Pulau Waidoba sehingga banyak padang lamun yang mengalami kerusakan, selain akibat proses penangkapan ikan. Selanjutnya pada stasiun satu dan stasiun empat persentase tutupan lamunnya juga rendah dengan nilai rata-rata untuk stasiun satu adalah 24,22%, dan stasiun empat 23,06%. Rendahnya persentase tutupan lamun pada kedua stasiun ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya aktivitas berupa penangkapan ikan dengan menggunakan jaring, bom, pengambilan biota-biota non ikan dan lain-lain meskipun daerah ini juga sangat baik untuk pertumbuhan lamun. 5.3 Jenis dan Penyebaran Ekosistem Lamun di Perairan Pulau Waidoba Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai 4 meter. Pada perairan yang sangat jernih, beberapa spesies lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai kedalaman 8-15 meter dan 40 meter (Den Hartong, 1970). Pertumbuhan lamun diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti kondisi fisiologis dan metabolism, serta faktor eksternal, seperti zat hara (nutrient) dan tingkat kesuburan perairan (Dahuri,2003) Ekosistem padang lamun Pulau Waidoba tersebar di pesisir Timur Pulau Waidoba, ekosistem ini juga ditemukan di wilayah-wilayah terdekat lainnya khususnya pada pesisir wilayah Pulau Kayoa. Penyebaran ekosistem lamun pada daerah penelitian seluas 240,2 ha, mulai dari kedalaman ± 0-5 meter. Struktur komunitasnya tersusun atas 7 jenis yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodecea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata. Habitat padang lamun tersebar cukup merata di antara pulau pulau terutama pada bagian Timur Pulau Kayoa. Masyarakat ternyata belum banyak yang mengenal lamun (seagrass). Akibatnya, perhatian terhadap ekosistem padang lamun masih sangat kurang dibandingkan terhadap ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padahal,

54 lestarinya kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan yang sinergis dari ketiganya. Terlebih, padang lamun merupakan produsen primer organik tertinggi dibanding ekosistem laut dangkal lainnya.