PENDAHULUAN BAB 1 A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS (RAKERNIS) DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Bandung, 4-7 Maret 2014

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berhasil disusunnya Buku Data dan Informasi

DIREKTORAT KAPAL PENGAWAS

LAPORAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TERTIBKAN RUMPON ILEGAL

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2.1 Rencana Strategis

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2014 TENTANG

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2018

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARAH Direktur Jenderal PSDKP

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

MATRIK CAPAIAN PROGRAM LEGISLASI KKP TAHUN 2017 (Caturwulan Pertama 2017) RENCANA PENYAMPAIAN. Januari. Mei. Januari

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/KEPMEN-KP/2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

PROGRAM SURVEILAN KESEGARAN IKAN, RESIDU DAN BAHAN BERBAHAYA TA. 2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

WARTA. Peng wasan. Edisi IX/ Berita Utama. KKP Pulangkan 228 ABK Asal Vietnam. humas psdkp.

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

2012, No.59. JENIS PELAYANAN PUBLIK DAN PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK. No. Jenis Pelayanan Publik 1 Pelayanan Barang Publik

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

GUBERNUR BALI, Mengingat

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Maksud dan Tujuan. LakilLToshiLLaporan Kinerja Stasiun PSDKP Belawan Tahun

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI MANDAILING NATAL

- 1 - PENETAPKAN STANDAR PELAYANAN PENERBITAN SURAT LAIK OPERASI (SLO) KAPAL PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Dalam upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kelautan dan perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah merumuskan serangkaian kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2010-2014. Selanjutnya setiap Unit Kerja Eselon I lingkup KKP diberikan amanah untuk secara spesifik menjabarkan RENSTRA tersebut ke dalam pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sebagai kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi antara satu dengan lainnya. Keberadaan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) sebagai bagian integral dari KKP, merupakan wujud pengukuhan pentingnya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan (SDKP) dalam mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Pokok utama dari tugas dan fungsi pengawasan adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan dan pemanfaatan SDKP secara tertib dan bertanggungjawab, sehingga keberlanjutan SDKP dapat dipertahankan. Hal ini dilakukan dengan melakukan BAB 1 - PENDAHULUAN

kegiatan pengawasan dan penegakan hukum sebagaimana amanat Undang-Undang No. 31/2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 45/2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31/2004, dan Undang-undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selama periode pelaksanaan kegiatan pengawasan SDKP pada tahun 2013, banyak hal yang sudah dilakukan dan banyak peristiwa sudah tercatat, serta hal-hal yang harus dibenahi baik secara internal maupun eksternal. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengawasan SDKP telah mengalami kemajuan yang positif, meskipun belum optimal. Pencapaian penting pada tahun 2013 diantaranya dapat dilihat dari jumlah kapal yang diperiksa di laut serta kapal-kapal asing yang diadhock, jumlah kasus pidana dan pelanggaran yang diproses, jumlah kapal berizin yang memasang VMS, peningkatan ketaatan kapal-kapal berizin, peningkatan pengawasan sumber daya kelautan, serta peningkatan kerjasama pengawasan SDKP baik dalam maupun luar negeri. Kinerja pengawasan SDKP tahun 2013 yang dilaporkan secara terperinci dalam Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat menjadi sebuah prestasi sekaligus masukan bagi perbaikan kinerja pada tahun berikutnya. 1 B. TUJUAN Tujuan penyusunan laporan tahunan ini adalah untuk memberikan gambaran singkat mengenai program/kegiatan yang dilaksanakan Ditjen. PSDKP selama tahun 2013, sekaligus sebagai bahan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun selama tahun 2014. LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

BAB 2 KEBIJAKAN PENGAWASAN SDKP 2 Sebagai bagian integral dari pengelolaan kelautan dan perikanan, pengawasan SDKP diarahkan untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan SDKP secara tertib dan bertanggungjawab guna mengoptimalkan pengelolaan, pemanfaatan dan kelestarian SDKP. Hal ini menjadi sangat penting dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang merupakan penjabaran visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: PER. 15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, tugas dan fungsi pelaksanaan pengawasan SDKP diemban oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) yang merupakan salah satu unit Eselon I pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sebagai bagian dari KKP tentunya kebijakan pengawasan SDKP dilaksanakan dengan mengacu kepada kebijakan KKP. A. VISI DAN MISI PENGAWASAN SDKP Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Ditjen. PSDKP telah menetapkan Visi: Indonesia bebas Illegal Fishing dan kegiatan yang Merusak Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan Misi sebagai berikut: BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dalam rangka melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan; dan 2. Melaksanakan penegakan peraturan perundangan-undangan di bidang kelautan dan perikanan. B. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS PENGAWASAN SDKP Untuk mengetahui secara tepat apa yang harus dilaksanakan dalam memenuhi Visi dan Misi yang telah ditetapkan, Ditjen. PSDKP telah menjabarkan Visi dan Misi ke dalam Tujuan dan Sasaran sebagai berikut: Tujuan : 1. Melindungi sumber daya kelautan dan perikanan dari pengrusakan dan kegiatan illegal; 2. Mewujudkan ketaatan terhadap peraturan perundangan bidang kelautan dan perikanan. Sasaran : Berdasarkan kepada Misi dan Tujuan, telah ditetapkan Sasaran pengawasan SDKP dengan uraian sebagai berikut: 2 1. Terpantaunya kegiatan pemanfaatan SDKP pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) secara terintegrasi dan terpenuhinya infrastruktur pengawasan secara akuntabel dan tepat waktu; 2. Meningkatnya cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan ilegal dan/atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya 3. Meningkatnya cakupan WPP-NRI yang terawasi dari Illegal Fishing; 4. Meningkatnya kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan dan usaha pengolahan, pemasaran hasil perikanan dan budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan; 5. Terselesaikannya tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu. C. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN SDKP Arah kebijakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan periode tahun 2010-2014 adalah: Meningkatkan Kapasitas dan Kapabilitas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Guna Menegakkan Undang-Undang Bidang Kelautan dan Perikanan dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Bebas IUU Fishing dan kegiatan yang Merusak Lingkungan. Dalam upaya mewujudkan arah kebijakan tersebut, maka ditetapkan 6 (enam) strategi implementatif, meliputi : 1. Meningkatkan Koordinasi Lintas Institusi Penegak Hukum di Laut, dilaksanakan melalui: a. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan operasi dengan BAKORKAMLA, TNI-AL, POLAIR, TNI-AU; LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

b. Pertukaran data dan informasi dengan TNI-AL, POLAIR, TNI-AU; c. Pengembangan dan penguatan forum penegak hukum; d. Peningkatan koordinasi penanganan barang bukti tindak pidana bidang kelautan dan perikanan. 2. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Daerah, dilaksanakan melalui: a. Pembentukan dan pengembangan lembaga pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; b. Rekruitmen SDM pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan berkualitas dan pembinaan karier; c. Pengembangan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; d. Pembenahan tata laksana; e. Penyusunan Prosedur Operasional Standar [POS], JUKLAK, JUKNIS. f. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis UPT/SATKER/ POS Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. 3. Pengembangan dan Penerapan Sistem Pengawasan Terpadu [Integrated Surveillance System/ISS], dilaksanakan melalui: a. Pengembangan sistem pemantauan, baik terhadap kapal perikanan berijin [cooperative object] maupun kapal perikanan illegal [non- cooperative object]; 2 b. Peningkatan efektivitas operasi kapal pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, dengan mengubah pola operasi dari patrolling menjadi intercept; c. Memenuhi infrastruktur pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan untuk melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal. 4. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan [POKMASWAS], dilaksanakan melalui: a. Meningkatkan sinergi pemanfaatan sumber daya dan dana dalam meningkatkan kinerja pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dengan berbagai stakeholders; b. Memfasilitasi pengembangan POKMASWAS; c. Melakukan pembinaan teknis POKMASWAS. 5. Meningkatkan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dilaksanakan melalui: a. Peningkatan kualitas penyelenggaraan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter dan Surat Laik Operasi [SLO]; b. Peningkatan pemeriksaan atas kapal perikanan, sebelum melaut dan pada saat BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

pendaratan hasil tangkapan; c. Pengawasan atas usaha pembudidayaan ikan; d. Pengawasan atas pengolahan hasil perikanan; e. Fasilitasi klaim ganti rugi atas kasus-kasus pencemaran; f. Pengawasan kawasan konservasi, pemanfaatan ekosistem perikanan [mangrove, terumbu karang, padang lamun, dlsb]; g. Pengawasan pemanfaatan BMKT, pasir laut, jasa kelautan, dsb. 6. Meningkatkan Kerjasama Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Tingkat Nasional, Regional dan Internasional, dilaksanakan melalui: a. Pengembangan Regional Plan of Action to Promote Responsible Fisheries, Including To Combat Illegal Fishing; b. Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan untuk memenuhi ketentuan berbagai Resolusi Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional [Regional Fisheries Management Organizations/RFMOs]; c. Fasilitasi aspirasi PEMDA dan stakeholders lainnya dalam mendukung penyelenggaraan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. 2 D. INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGAWASAN SDKP Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan tahun 2010-2014, maka ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. IKU Ditjen. PSDKP pada 2 (dua) tahun periode akhir Renstra sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama Ditjen. PSDKP Tahun 2013-2014 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari illegal fishing 2 Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan 3 Persentase penyelesaian penyidikan tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu TARGET 2013 2014 31 % 27 % 25 % 37 % 73 % 74 % Sesuai dengan kebijakan reformasi birokrasi di Kementerian Kelautan dan Perikanan, khususnya terkait implementasi konsep Balanced Scorecard (BSC) dalam pengelolaan kinerja, IKU Ditjen. PSDKP Tahun 2013 mengalami revisi dari semula 3 IKU sebagaimana pada Tabel 2.1. menjadi 24 IKU, seperti pada Tabel 2.2. LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Tabel 2.2 Indikator Kinerja Utama Ditjen. PSDKP Tahun 2013-2014 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 2013 2014 1 Meningkatnya kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan 1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,00% 7,25% 2 Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan 2 Proporsi tangkapan perikanan laut berada dalam batasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) <100% <100% 3 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan 12 jenis 15 jenis 4 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola 60 30 3 Tersedianya kebijakan bidang pengawasan SDKP yang sesuai kebutuhan 5 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan 6 Jumlah kebijakan publik bidang pengawasan SDKP yang diselesaikan 7 Jumlah Draft Peraturan Perundangan yang diselesaikan 3,6 juta ha 4,5 juta ha 10 dok 10 dok 5 dok 3 dok 2 4 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan 8 Persentase Ketaatan Implementasi SLIN sesuai peraturan 9 Persentase Ketaatan Kemitraan UPI dan Unit usaha Penangkapan ikan yang sesuai ketentuan 100% 100% 30% 80% 10 Persentase Ketaatan distribusi impor ikan yang sesuai ketentuan 87,30% 90% BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

2 No SASARAN STRATEGIS 5 Terselenggaranya Pengawasan dan penegakan hukum Pengelolaan SDKP 6 Tersedianya SDM Ditjen PSDKP yang kompeten dan profesional 7 Tersedianya informasi pengawasan SDKP yang valid, handal & mudah diakses 8 Terwujudnya good governance & clean government di Ditjen PSDKP 9 Pengelolaan anggaran Ditjen. PSDKP yang optimal INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 11 Wilayah perairan bebas IUU fishing dan kegiatan yang merusak SDKP 12 Ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku 13 Persentase jumlah nelayan Indonesia yang diadvokasi 14 Persentase pemanfaatan SDP yang dapat dipantau 15 Persentase pemanfaatan SDK yang dapat dipantau 16 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III dan IV di lingkup Ditjen.PSDKP TARGET 2013 2014 41% 39% 87,13% 80,00% 80% 80% 65% 70% 75% 100% 60% 50% 17 Service Level Agreement 70% 75% 18 Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5) 19 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti di banding total rekomendasi 20 Tingkat kualitas Akuntabilitas kinerja Ditjen. PSDKP 4,00 4,25 100% 100% 21 Nilai Integritas Ditjen. PSDKP 6,5 6,75 22 Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen. PSDKP 23 Nilai Penerapan RB Ditjen PSDKP A A 7,5 7,75 75 80 24 Persentase penyerapan DIPA > 95% > 95% LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

E. PROGRAM DAN KEGIATAN PENGAWASAN SDKP Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen. PSDKP bertanggungjawab menyelenggarakan program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, dengan 6 [enam] kegiatan, meliputi: 1. Peningkatan operasional pemantauan sumber daya kelautan dan perikanan dan pengembangan infrastruktur pengawasan; 2. Peningkatan operasional pengawasan sumber daya perikanan; 3. Peningkatan operasional pengawasan sumber daya kelautan; 4. Peningkatan operasional dan pemeliharaan kapal pengawas; 5. Penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan; 6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen. PSDKP. Seluruh kegiatan tersebut, diarahkan untuk pencapaian IKU pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan melalui pencapaian sasaran kegiatan dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut: 1. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan. Sasaran kegiatan Terpantaunya kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan pada WPP-NRI secara terintegrasi dan terpenuhinya infrastruktur pengawasan secara akuntabel dan tepat waktu, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Jumlah pemenuhan sistem pemantauan sumber daya kelautan dan perikanan yang terintegrasi dan akuntabel; 2 b. Persentase pemanfaatan sumber daya kelautan yang dapat dipantau; c. Persentase pemanfaatan sumber daya perikanan yang dapat dipantau; d. Jumlah pemenuhan infrastruktur pengawasan sesuai kebutuhan yang memadai secara akuntabel dan tepat waktu. 2. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan Sasaran kegiatan Meningkatnya kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan dan usaha pengolahan, pemasaran hasil perikanan dan budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan, dengan indikator kinerja kegiatan : a. Persentase kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan di wilayah barat; b. Persentase kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan di wilayah timur; c. Persentase usaha budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan; d. Persentase usaha pengolahan, pemasaran dan pengangkutan hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan; e. Jumlah Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang berperan aktif dalam kegiatan pengawasan SDKP. BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan Sasaran kegiatan Meningkatnya cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan ilegal dan/atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya, dengan indikator kinerja kegiatan : a. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan dan pemanfaatan ekosistem dan kawasan konservasi perairan ilegal dan/ atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; b. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan Pencemaran Perairan yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkunganya; c. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan wilayah pesisir dan PPK yang ilegal dan/atau merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; d. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan jasa kelautan dan sumber daya non hayati yang ilegal dan/atau merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya. 4. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas 2 Sasaran kegiatan Meningkatnya cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari Illegal Fishing, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Persentase cakupan WPP-NRI bagian barat yang terawasi dari illegal fishing; b. Persentase cakupan WPP-NRI bagian timur yang terawasi dari illegal fishing; c. Persentase pemenuhan kebutuhan awak kapal pengawas yang profesional sesuai kualifikasi; d. Persentase kesiapan kapal pengawas untuk melaksanakan operasi pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. 5. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Sasaran kegiatan Terselesaikannya tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu yang diukur, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Persentase penyelesaian tindak pidana perikanan yang disidik secara akuntabel dan tepat waktu; b. Persentase penanganan barang bukti dan awak kapal secara akuntabel; c. Jumlah forum koordinasi antar aparat penegak hukum yang terbentuk/diselenggarakan [Provinsi/Kali]; d. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan yang dididik dan ditingkatkan kompetensinya [orang]. 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Ditjen. PSDKP Sasaran kegiatan Terlaksananya perencanaan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program dan anggaran, pembinaan SDM, fasilitasi penyiapan produk kebijakan publik, 10 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

pelayanan informasi kepada masyarakat dan dukungan kelancaran pelaksanaan tugas secara terintegrasi dan tepat waktu dengan administrasi yang akuntabel di lingkungan Ditjen. PSDKP, dengan indikator kinerja kegiatan : a. Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran yang akuntabel dan tepat waktu; b. Laporan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal PSDKP yang terintegrasi dan tepat waktu dengan data yang akurat; c. Jumlah kerjasama bidang pengawasan SDKP yang dilaksanakan secara terintegrasi; d. Laporan pengelolaan administrasi kepegawaian yang ditetapkan secara akuntabel dan tepat waktu; e. Jumlah pejabat fungsional pengawas perikanan yang berkompeten; f. Calon awak kapal pengawas dan pengawas perikanan yang berkompeten; g. Jumlah kebijakan publik bidang pengawasan SDKP yang diselesaikan [Dokumen]; h. Jasa kegiatan bantuan hukum yang dilaksanakan; i. Juknis dan juklak tata laksana (pelayanan) yang diterbitkan; j. Jumlah publikasi dan pelayanan informasi kepada masyarakat yang diselesaikan; k. Jumlah laporan keuangan dan BMN secara akuntabel dan tepat waktu; l. Pelayanan penatausahaan, pengelolaan perlengkapan dan rumah tangga yang dilaksanakan secara akuntabel dan tepat waktu. F. DUKUNGAN ANGGARAN PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013 2 Untuk pelaksanaan program/kegiatan pengawasan SDKP tahun 2013, Direktorat Ditjen. PSDKP memperoleh dukungan pembiayaan dari APBN pada awalnya sebesar Rp.700.049.000.000; (tujuh ratus miliar empat puluh sembilan juta rupiah), kemudian terjadi revisi dikarenakan adanya pemotongan BBM sebesar Rp.13.534.630.000; serta realokasi tunjangan kinerja sebesar Rp.1.285.725.000;, sehingga pagu anggaran Ditjen. PSDKP sebesar Rp. 549.043.645.000;- (lima ratus empat puluh sembilan miliar empat puluh tiga juta enam ratus empat puluh lima ribu rupiah) meningkat sebesar 3,47% dari alokasi anggaran tahun 2012. Rincian alokasi anggaran pengawasan SDKP tahun 2013 sebagaimana disajikan pada tabel dan ilustrasi berikut. Tabel 2.3 Alokasi Anggaran Pengawasan SDKP Berdasarkan Satuan Kerja Tahun 2013 No Satuan Kerja Alokasi Anggaran (Rp) (%) 1 Pusat (6 Satker) 405.622.270.000 73,88 2 UPT Pengawasan SDKP (5 Satker) 119.139.690.000 21,70 3 Provinsi (33 Satker) 24.281.685.000 4,42 Total 549.043.645.000 100 BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN 11

Gambar 2.1 Alokasi Anggaran Pengawasan SDKP Berdasarkan Satuan Kerja Tahun 2013 Alokasi Anggaran (%) 21,70% 4,42% Pusat (6 Satker) UPT Pengawasan SDKP (5 Satker) Provinsi (33 Satker) 73,88% 2 No Tabel 2.4 Alokasi Anggaran Pengawasan SDKP Berdasarkan Kegiatan Tahun 2013 Kegiatan Alokasi Anggaran (Rp.000) 1 Peningkatan operasional pemeliharaan kapal pengawas 218.997.074 39,89 (%) 2 Penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan 18.578.850 3,38 3 Peningkatan operasional pengawasan sumber daya kelautan 4 Peningkatan operasional pengawasan sumber daya perikanan 5 Peningkatan operasional pemantauan sumber daya kelautan dan perikanan dan pengembangan infrastruktur pengawasan 6 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen. PSDKP 16.599.260 3,02 30.973.261 5,64 153.575.047 27,97 110.320.153 20,09 Total 549.043.645 100 12 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Gambar 2.2 Alokasi Anggaran Pengawasan SDKP Berdasarkan Kegiatan Tahun 2013 Alokasi Anggaran (%) 20,09% 39,89% 27,97% 5,64% 3,02% 3,38% 2 Peningkatan Operasional Pemeliharaan Kapal Pengawas Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen. PSDKP BAB 2 - KEBIJAKAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN 13

2 14 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

BAB 3 PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 3 Sesuai tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal PSDKP bertanggungjawab melaksanakan program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan (SDKP) dengan 6 (enam) kegiatan, meliputi: 1. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan; 2. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan; 3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan; 4. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas; 5. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan; 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen. PSDKP. Pelaksanaan beberapa prioritas program/kegiatan pengawasan SDKP selama tahun 2013 diuraikan sebagai berikut : BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 15

A. OPERASIONAL PEMANTAUAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 1. Pemantauan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan a. Pemantauan Kapal Perikanan Pemantauan pemanfaatan sumber daya perikanan dilakukan melalui implementasi sistem pemantauan kapal perikanan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/PERMEN-KP/2013 tentang Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. Setiap kapal perikanan dengan ukuran diatas 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI atau di laut lepas yang akan mengajukan permohonan SIPI atau SIKPI wajib memasang transmiter VMS online. Berdasarkan data integrasi dengan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen. PT), jumlah kapal perikanan yang memiliki izin sampai dengan tahun 2013 sebanyak 5.022 unit. Dari jumlah tersebut jumlah kapal perikanan yang telah dipasang transmiter VMS on line sebanyak 3,758 unit. Berdasrkan hasil pemantauan terhadap tingkat keaktifan transmiter kapal perikanan yang teregister terdaftar di Pusat Pemantauan (Fishing Monitoring Centre) Ditjen. PSDKP diperoleh data transmiter aktif sebanyak 1,792 unit (47.68%) dan transmiter tidak aktif sebanyak 1,966 unit (52.32%). 3 Rekapitulasi tingkat keaktifan transmiter VMS tahun 2013 disajikan pada tabel-tabel berikut. Tabel 3.1 Tingkat Keaktifan Transmitter tahun 2013 BULAN JUMLAH TRANSMITER KEAKTIFAN AKTIF TIDAK AKTIF (UNIT) (UNIT) % (UNIT) % Januari 2,905 1,503 51.74 1,402 48.26 Pebruari 2,955 1,535 51.95 1,420 48.05 Maret 2,976 1,587 53.33 1,389 46.67 April 3,007 1,805 60.03 1,202 39.97 Mei 3,025 1,543 51.01 1,482 48.99 Juni 3,054 1,347 44.11 1,707 55.89 Juli 3,127 1,940 62.04 1,187 37.96 Agustus 3,234 1,473 45.55 1,761 54.45 September 3,426 1,580 46.12 1,846 53.88 Oktober 3,585 1,662 46.36 1,923 53.64 Nopember 3,685 2,510 68.11 1,175 31.89 Desember 3,758 1,792 47.68 1,966 52.32 16 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Penyebab ketidak aktifan transmitter VMS on line pada kapal perikanan, dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu: kapal dalam perbaikan tahunan (docking, kapal dalam kondisi rusak, dan sengaja tidak mengaktifkan. b. Analisis Hasil Pemantauan VMS Berdasarkan hasil analisis pergerakan operasional kapal perikanan yang telah memasang dan mengaktifkan transmitter VMS, diperoleh data indikasi pelanggaran operasional kapal-kapal perikanan seperti yang disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Rekapitulasi Analisis Hasil Pemantauan Kapal Perikanan Yang Mengaktifkan Transmiter VMS Tahun 2013 NO INDIKASI PELANGGARAN JUMLAH 1 Melanggar Fishing Ground 116 2 Territorial 87 3 Membawa hasil tangkapan langsung ke luar negeri 4 4 Alih Muat 28 5 Tidak masuk pelabuhan check point 7 6 Transhipment dan Territorial 2 TOTAL 244 Terhadap perusahaan/pemilik kapal perikanan yang tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, dilakukan tindakan dengan memberikan Surat Pemberitahuan. Apabila Surat Pemberitahuan tidak diindahkan, maka diberikan Surat Peringatan-I, Surat Peringatan- II, dan Surat Peringatan-III. Selanjutnya, apabila peringatan-peringatan tersebut tidak diindahkan, Ditjen. PSDKP akan memberikan sanksi berupa pembekuan SKAT, kemudian menginformasikannya ke Ditjen Perikanan Tangkap dan Pengawas Perikanan. Tahun 2013, Ditjen. PSDKP merekomendasikan kepada Ditjen. Perikanan Tangkap untuk memberikan sanksi terhadap 38 kapal perikanan, dan 1 kapal diberikan Surat Peringatan-I, serta 5 kapal dibekukan izinnya. 3 2. Pemantauan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan Pada tahun 2013 objek pemantauan sumber daya kelautan diprioritaskan pada 3 (tiga) objek pantauan, meliputi: (1) pemanfaatan terumbu karang, (2) pemanfaatan mangrove, dan (3) pencemaran perairan. Dalam rangka pemantauan pemanfaatan sumber daya kelautan, selama tahun 2013 telah dilakukan beberapa kegiatan : a. Pemantauan pemanfaatan sumber daya kelautan di 30 wilayah kerja UPT/Satker Pengawasan SDKP yang terletak di WPP-NRI 711, 712, 713 dan 715, yaitu: Jakarta, Bitung, Pontianak, Kejawanan, Tegalsari, Juwana, Surabaya, Benoa, Banjarmasin, Batam, BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 17

Sungailiat, Tanjungpinang, Tanjungpandan, Sorong, Ternate, Karangantu, Brondong, Bawean, Pulau Kijang, Fak-fak, Pekalongan, Batang, Pengambengan, Labuan Lombok, Larantuka, Makassar, Gorontalo, Lempasing, Bacan dan Avona. Hasil kegiatan pemantauan pemanfaatan sumber daya kelautan berupa penyediaan data dan informasi potensi dan sebaran yang ada di wilayah pantauan sebagai pendukung kegiatan pengawasan sumber daya kelautan oleh direktorat teknis terkait. b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pemantauan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan, yang telah dtetapkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor 01/PER.DJPSDKP/XII/2013 tanggal 18 Desember 2013 tentang Petunjuk Teknis Pemantauan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan. 3. Pengembangan Sistem Pemantauan SDKP a. Pengembangan Integrated Surveillance System (ISS) 3 Dalam rangka meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar instansi yang berwenang dalam melakukan pengawasan atas pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan melalui pengembangan ISS, telah ditetapkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor 382/DJ-PSDKP/2013 tentang Kelompok Kerja Pengembangan Sistem Pengawasan Terpadu (Integrated Surveillance System) Tahun 2013. Keanggotaan Tim POKJA ISS terdiri atas perwakilan dari 17 instansi anggota Tim POKJA ISS, yaitu BAKORKAMLA, BIG, BASARNAS, BAPPENAS, BPPT, TNI AL (SOPS, DISKOMLEKAL, DISINFOLAHTAL, SRENAL), TNI AU (SOPS dan DISLITBANGAU), POLRI (POLAIR dan POLUD), KEMENHUB (Dit. KPLP, Ditjen. HUBLA), KEMHAN (Ditjen. POTHAN dan BALITBANG), KEMENKEU (Ditjen. Bea dan Cukai), KEMLU, KEMENRISTEK, KKP (PSDKP dan BALITBANG), LAPAN, LIPI (P2O dan PPET) dan LEMSANEG. Selama tahun 2013, telah dilaksanakan serangaian pertemuan Tim POKJA guna membahas implementasi ISS dalam pengawasan SDKP. Dari hasil pertemuan tersebut telah dirumuskan alternatif implementasi ISS, sebagai berikut: 1) Alternatif I (Jangka Panjang). Idealnya operasi pengawasan laut dilakukan oleh badan tersendiri dengan kewenangan pada seluruh sektor kegiatan di laut, kecuali TNI AL yang memiliki fungsi pertahanan. Dalam konsep ini, seluruh aset pengawasan diintegrasikan dan digerakkan oleh satu komando. Untuk mewujudkan alternatif ini, perlu disediakan payung hukum yang kuat, karena saat ini masing-masing instansi memiliki tugas dan tanggungjawab sesuai amanat undang-undang yang dikawalnya. 18 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

2) Alternatif II (Jangka Menengah). Kewenangan dan aset pengawasan masih melekat pada masing-masing instansi. Integrasi hanya dilakukan terhadap data dan informasi masing-masing instansi dalam suatu data center yang diawaki oleh administrator dari perwakilan instansi. Selanjutnya data digunakan untuk mendukung operasi masing-masing instansi sesuai kebutuhan. 3) Alternatif III (jangka Pendek). Berupa pertukaran data (data exchange) antar instansi untuk keperluan operasi pengawasan SDKP. Dalam konsep ini masingmasing instansi dapat melakukan pertukaran data yang dimiliki (bukan bersifat rahasia) dengan data dari instansi lainnya yang diperlukan. b) Pengembangan Perangkat Pemantauan Sumber Daya Kelautan Dalam rangka mengoptimalkan pemantauan sumber daya kelautan, telah dikembangkan 6 (enam) unit perangkat pemantauan kualitas air secara online yang mampu mendeteksi dini terjadinya pencemaran kualitas air dengan 8 (delapan) parameter, yaitu: temperature, conductivity, salinity, ph, Dissolved Oxygen (DO), Total Dissolved Solids (TDS), specific gravity dan turbidity. Untuk mendukung pengembangan perangkat tersebut, pada tahun 2013, telah dilaksanakan kegiatan koordinasi dan identifikasi perangkat pemantauan sumber daya kelautan, pelatihan penggunaan dan perawatan perangkat pemantauan, serta uji coba perangkat pemantauan kualitas air. c. Pembangunan Regional Monitoring Center (RMC) VMS di Daerah 3 Pembangunan Regional Monitoring Center (RMC) VMS bertujuan untuk meningkatkan pemantauan kapal perikanan yang berpangkalan dan beroperasi di wilayah kerja UPT PSDKP. Pada tahun 2013, telah dilakukan instalasi sistem RMC di 2 (dua) lokasi yaitu Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung untuk wilayah timur dan Stasiun Pengawasan SDKP Belawan untuk wilayah barat. Untuk mendukung operasional sistem RMC VMS tersebut, telah dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan terhadap operator dari Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung dan Pangkalan Pengawasan SDKP Belawan. Sistem ini diharapkan dapat terimplementasi di tahun 2014. 4. Pengembangan Infrastruktur Pengawasan SDKP a. Perencanaan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan SDKP Selama tahun 2013, dalam rangka perencanaan pengembangan infrastruktur pengawasan SDKP telah dilakukan kegiatan Pembuatan Masterplan dan DED UPT/ Satker Pengawasan dan Penyempurnaan SOP Pembangunan Infrastruktur Pengawasan dengan rincian sebagai berikut: 1) Pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Detail Engineering Desain (DED) Pangkalan Pengawasan SDKP Jakarta; BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 19

2) Pekerjaan Penyusunan Detail Engineering Desain (DED) UPT/Satker Pengawasan SDKP dan Pos Pengawasan SDKP, meliputi: a) Satker Pengawasan SDKP Kendari-Sulawesi Tenggara; b) Pos Pengawasan SDKP Baubau-Sulawesi Tenggara; c) Pos Pengawasan SDKP Wakatobi-Sulawesi Tenggara; d) Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur (Kantor Satker PSDKP Surabaya); e) Satker PSDKP Lampulo Nanggroe Aceh Darusalam; f) Satker PSDKP Kijang Kep. Riau; g) Satker PSDKP Labuhan Lombok NTB; h) Pos PSDKP Idi - Nanggroe Aceh Darusalam; i) Pos PSDKP Pangkalanbun Kalimantan Tengah; j) Pos PSDKP Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah; k) Pos PSDKP Air Bangis Sumatera Barat; l) Satker PSDKP Banyuwangi Jawa Timur; m) Satker PSDKP Surabaya Jawa Timur; n) Satker PSDKP Cilacap Jawa Tengah. 3 b. Pembangunan Kapal Pengawas Kapal pengawas difungsikan untuk melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Pada tahun 2013, Ditjen. PSDKP telah membangun 1 (satu) unit Kapal Pengawas Perikanan ukuran 30 m terbuat dari alumunium (KP. HIU 011) dan 1 (satu) unit berukuran 42 m terbuat dari baja dan alumunium (HIU MACAN TUTUL 002) dengan pendanaan bersumber dari APBN. Sampai dengan tahun 2013, Ditjen. PSKDP telah memiliki 27 unit Kapal Pengawas Perikanan dengan berbagai ukuran seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3. KAPAL PENGAWAS HIU MACAN KAPAL PENGAWAS HIU MACAN TUTUL 20 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Tabel 3.3 Daftar Kapal Pengawas Ditjen. PSDKP NO NAMA KAPAL UKURAN BAHAN 1 KP. BARRACUDA 001 17 FIBER 2 KP. BARRACUDA 002 17 FIBER 3 KP. HIU 001 28 FIBER 4 KP. HIU 002 28 FIBER 5 KP. HIU 003 28 FIBER 6 KP. HIU 004 28 FIBER 7 KP. HIU 005 28 FIBER 8 KP. HIU 006 28 FIBER 9 KP. HIU 007 28 FIBER 10 KP. HIU 008 28 FIBER 11 KP. HIU 009 28 FIBER 12 KP. HIU 010 28 FIBER 13 KP. HIU 011 30 ALUMUNIUM 14 KP. HIU MACAN 001 36 FIBER 15 KP. HIU MACAN 002 36 FIBER 16 KP. HIU MACAN 003 36 BAJA 17 KP. HIU MACAN 004 36 BAJA 18 KP. HIU MACAN 005 36 BAJA 19 KP. HIU MACAN 006 36 BAJA 20 KP. TODAK 001 18 FIBER 21 KP. TODAK 002 18 FIBER 22 KP. TAKALAMUNGAN 23 FIBER 23 KP. PADAIDO 23 FIBER 24 KP. HIU MACAN TUTUL 001 42 BAJA + ALUMUNIUM 25 AKAR BAHAR 001 14 FIBER 26 KP. PAUS 001 42 BAJA 27 KP. HIU MACAN TUTUL 002 42 BAJA+ ALUMUNIUM 3 Untuk meningkatkan pengawasan kapal perikanan di laut, selain dari APBN, Ditjen. PSDKP telah mengupayakan pembangunan kapal pengawas melalui Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia (SKIPI), yang pendanaannya bersumber dari pinjaman hibah luar negeri (PHLN). Pada bulan November 2013, telah dilakukan peletakan lunas kapal (keel laying) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai tanda dimulainya pekerjaan pembangunan 4 (empat) unit kapal SKIPI ukuran 60 m terbuat dari baja dan alumunium, yang direncanakan akan selesai pada tahun 2015. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 21

c. Pembangunan Speedboat Pengawasan Untuk mendukung pelaksanaan operasional pengawasan SDKP di UPT Ditjen. PSDKP dan Pemerintah Daerah, pada tahun 2013 Ditjen. PSDKP telah membangun Speedboat Pengawasan ukuran 12 m sebanyak 10 unit untuk dialokasikan pada Dinas Kelautan dan Perikanan dan Satuan Kerja Pengawasan SDKP. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2013, jumlah Speedboat Pengawasan SDKP sebanyak 86 unit, karena terdapat penghapusan 3 (tiga) unit speedboat, maka total keseluruhan speedboat pengawasan menjadi 83 unit. Rincian jumlah, jenis dan alokasi penempatan Speedboat Pengawasan SDKP tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Speedboat Pengawasan SDKP Hasil Pengadaan Tahun 2013 3 NO JENIS SPEEDBOAT DAN PENEMPATANNYA 1 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Kab. Badung 2 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Kab. Batubara 3 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Prov. Jambi 4 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Diskanlut Kab. Nias Selatan 5 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Kab. Banggai 6 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Diskanlut Prov. NTT 7 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Satker PSDKP Labuhan Lombok 8 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Satker PSDKP Batam 9 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Satker PSDKP Tarempa 10 Speedboat pengawas FRP in board engine 12 meter ditempatkan di Satker PSDKP Lampulo NAMA SPEEDBOAT Napoleon 19 Napoleon 20 Napoleon 21 Napoleon 22 Napoleon 23 Napoleon 24 Napoleon 25 Napoleon 26 Napoleon 27 Napoleon 28 d. Pembangunan Prasarana Pengawasan SDKP Pada tahun 2013, telah dibangun sejumlah prasarana pengawasan yang dialokasikan pada 5 (lima) UPT Pengawasan SDKP, yaitu: Pangkalan Pengawasan SDKP Jakarta; Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung; Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak; Stasiun Pengwasan SDKP Belawan dan Stasiun Pengawasan SDKP Tual. Rincian pembangunan prasarana pengawasan selama tahun 2013 sebagaimana disajikan pada Tabel 3.5. 22 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Tabel 3.5 Pembangunan Prasarana Pengawasan SDKP Tahun 2013 NO UPT PENGAWASAN SDKP PEMBANGUNAN PRASARANA PENGAWASAN 1 Pangkalan Pengawasan SDKP Jakarta 2 Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung 3 Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak 4 Stasiun Pengawasan SDKP Belawan - Tahap II Kantor Pangkalan PSDKP Jakarta - Kantor Satker PSDKP Probolinggo - Gudang Barang Bukti Satker PSDKP Brondong - Renovasi Mess ABK Satker PSDKP Gorontalo - Pemagaran Kantor Satker PSDKP Dagho dan Gorontalo - Renovasi Jembatan dan Tiang Pos PSDKP Sebatik - Pekerjaan Talud dan Drainase, Ruang Perlengkapan Pangkalan Bitung - Bangunan Pembinaan Mental dan Rohani ABK & Para Pegawai Pangkalan PSDKP Bitung - Pos PSDKP di Bau Bau dan Wakatobi - Kantor dan Gudang Barang Bukti reservoir air, sumur bor, jalan lingkungan, gerbang dan drainase - Mess Operator, garasi mobil, pagar dan drainase Pos PSDKP Entikong - Kantor Satker PSDKP Moro - Jalan Lingkungan Satker PSDKP Tarempa dan Pos PSDKP Entikong - Bangunan Perwira Stasiun PSDKP Belawan - Kantor Pelayanan Terpadu Terpadu Stasiun PSDKP Belawan - Rehab Bangunan ABK Stasiun PSDKP Belawan - Penampungan Sementara ABK Non Yustisia Stasiun PSDKP Belawan - Mess Operator Satker PSDKP Tanjungpandan dan Tanjung Balai Asahan - Bangunan Perwira Satker PSDKP Bungus 3 5 Stasiun Pengawasan SDKP Tual - Pagar dan Drainase Stasiun PSDKP Tual - Pagar Satker PSDKP Fakfak B. OPERASIONAL PENGAWASAN SUMBER DAYA PERIKANAN 1. Pengawasan Penangkapan Ikan a. Operasi Ketaatan Kapal di Pelabuhan (Penerapan HPK dan SLO) Operasi ketaatan kapal di pelabuhan ditujukan untuk mengetahui dan mengoptimalkan ketaatan kapal perikanan melalui penerapan Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Surat Laik Operasi (SLO). Hasil monitoring dan evaluasi terhadap tingkat ketaatan kapal perikanan selama kurun waktu tahun 2013, dapat dilihat pada Tabel 3.6. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 23

Tabel 3.6 Hasil Monitoring dan Evaluasi terhadap Tingkat Ketaatan Kapal Perikanan Tahun 2013 NO LOKASI HPK KEDATANGAN HPK KEBERANGKATAN JUMLAH SLO YANG DITERBITKAN (LEMBAR) TINGKAT KELAIKAN KAPAL (%) 1 Wilayah Barat 95.260 126.439 122.750 97,08 2 Wilayah Timur 60.227 60.702 60.228 99,20 JUMLAH 155.487 187.141 182.978 97,78 Dari Tabel 3.6, dapat dilihat bahwa jumlah HPK kedatangan lebih sedikit dari pada jumlah HPK Keberangkatan. Hal ini menunjukkan masih relatif rendahnya tingkat kesadaran nelayan untuk melaporkan kedatangannya di pelabuhan pangkalan. Terkait dengan hal ini Ditjen. PSDKP terus berupaya meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dalam hal ketaatan kapal perikanan dengan memberikan teguran. Disamping itu juga dilakukan peningkatan pembinaan teknis penerapan HPK dan SLO bagi para pengawas perikanan. 3 b. Monitoring dan Evaluasi Hasil Verifikasi Kapal Perikanan di Wilayah Barat dan Timur Verifikasi merupakan kegiatan untuk meneliti kebenaran dari dokumen maupun suatu kegiatan yang dilakukan. Verifikasi dilakukan terhadap dokumen-dokumen kapal perikanan kemudian dilakukan identifikasi, pencatatan, dan evaluasi setelah dilakukan analisa melalui ketentuan/peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perikanan, serta ketentuan-ketentuan lainnya yang mendukung kegiatan verifikasi ini. Pelaksanaan verifikasi di wilayah barat tahun 2013 dilakukan pada Kapal perikanan asal luar negeri di 5 (lima) lokasi meliputi: Batam, Benoa, Jakarta, Moro, Tanjung Pinang. Sedangkan untuk wilayah timur dilakukan terhadap 760 unit kapal perikanan Indoensia yang tersebar pada 6 (enam) lokasi meliputi: Bitung-Sulawesi Utara; Sorong- Papua Barat, Timika-Papua, Merauke-Papua, Wanam-Papua, Ambon-Maluku, dan Benjina-Maluku. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kapal perikanan tersebut, ditemukan beberapa fakta sebagai berikut: 1) Masih terdapat kapal perikanan berbendera Indonesia yang menggunakan Tenaga Kerja Asing. 2) Masih terdapat kapal perikanan yang diduga melakukan pelanggaran di bidang perikanan antara lain: transhipment di daerah penangkapan, membawa hasil tangkapan langsung ke luar negeri; melakukan penangkapan ikan di daerah terlarangnya (perairan teritorial), dan mematikan transmitter VMS. 24 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

3) Ditemukan hasil tangkapan yang didaratkan hanya masuk ruang penyimpanan (cold storage), setelah itu diekspor dengan kapal pengangkut ikan asing (charter) dalam bentuk ikan beku utuh tanpa melalui pengolahan lebih lanjut. 4) Masih ditemukan kapal perikanan yang waktu operasional di lautnya tidak sebanding dengan ukuran kapal dan hasil tangkapan yang diperoleh. c. Klarifikasi Pengawasan Melalui tracking Vessel Monitoring System (VMS) Klarifikasi merupakan kegiatan untuk mencari kebenaran antara lembar data VMS (traking VMS) dengan kondisi real di lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya pencegahan kegiatan illegal fishing dan untuk mengetahui pola operasi kapal perikanan. Kegiatan klarifikasi terhadap tracking VMS menggunakan beberapa tahapan antara lain identifikasi, pencatatan serta analisa dan evaluasi. Adapun data dasar sebagai bahan klarifikasi bersumber dari Direktorat Pemantauan SDKP dan PIP yang disampaikan secara berkala. Berdasarkan tracking VMS selama tahun 2013, telah terjadi 253 pelanggaran perikanan yang terdiri dari pelanggaran penangkapan ikan di wilayah perairan teritorial sebanyak 81 pelanggaran (32,02%), pelanggaran penangkapan ikan di laut lepas sebanyak 80 pelanggaran (31,62%), pelanggaran daerah penangkapan (antar WPP-NRI) terjadi sebanyak 42 pelanggaran (16,60%), indikasi transhipment tercatat sebanyak 33 pelanggaran (13,04%), pelanggaran kapal pengangkut ikan budidaya yang tidak memasuki Pelabuhan Check Point terakhir sebanyak 8 pelanggaran (3,16%), pelanggaran menon-aktifkan transmitter sebanyak 6 pelanggaran (2,37%) dan pelanggaran membawa hasil tangkapan langsung ke Luar Negeri sebanyak 3 (tiga) pelanggaran (1,19%). 3 Selama tahun 2013, Ditjen. PSDKP telah merekomendasikan pemberian sanksi administrasi untuk 39 Kapal Perikanan kepada Ditjen. Perikanan Tangkap. Dari jumlah tersebut, sebanyak 25 Kapal telah diberikan sanksi administrasi oleh Ditjen. Perikanan Tangkap. d. Sosialisasi Pengawasan Penangkapan Ikan di Lokasi Industrialisasi Perikanan Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para pelaku usaha perikanan terhadap peraturan dan ketentuan di bidang perikanan. Di samping itu melalui pelaksanaan sosialisasi diharapkan terjalin komunikasi dan diskusi yang intensif antara pemangku kebijakan di pusat dan daerah terkait sinergitas kegiatan pembangunan bidang penangkapan ikan. Kegiatan sosialisasi telah diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas KP Provinsi Sulut, Dinas KP Kota Bitung, LPPMHP, Karantina Ikan, Polair, TNI-AL, Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung dan pelaku usaha perikanan. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 25

2. Pengawasan Usaha Budidaya Ikan Pengawasan usaha budidaya ikan bertujuan untuk memastikan bahwa usaha budidaya perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Pada tahun 2013, dalam rangka pengawasan usaha budidaya ikan telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : a. Pembinaan teknis pengawasan usaha budidaya ikan di 17 lokasi yaitu: Tarakan (Kalimantan-Timur), Banjarmasin (Kalimantan-Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), Lampung, Batam(Kep.Riau), Sorong (Papua-Barat), Padang (Sumatera Barat), Jawa Barat(Subang, Bandung), Jawa Tengah (Boyolali, Pekalongan, Kendal, Pati), Pandeglang, Banten, dan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan). b. Kegiatan identifikasi dan verifikasi usaha budidaya dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi, yaitu: Jawa Timur (Malang), Jawa Tengah (Kendal, Purwokerto, Klaten), Jawa Barat (Subang), Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara (Medan), Maluku Utara (Ternate), Sulawesi Selatan (Makassar), Maluku (Ambon). 3 Identifikasi dan verifikasi pengawasan usaha budidaya perikanan terhadap pengusaha/ pelaku usaha budidaya sebanyak 51 unit usaha dengan hasil sebagai berikut : 1) Unit usaha yang memiliki perizinan (SIUP/IUP) sebanyak 19 unit, 2) Unit usaha yang terdaftar di Dinas Kelautan Perikanan sebanyak 29 unit, dan 3) Unit usaha yang tidak memiliki izin (SIUP/IUP) sebanyak 3 (tiga) unit. c. Uji petik pengawasan peredaran obat dan pakan ikan lanjutan di 11 lokasi yaitu: Provinsi Nusa Tenggara Barat; Sulawesi Selatan; Sulawesi Tenggara; Jawa Barat; Sumatera Selatan; Jawa Tengah; Kalimantan Timur; Jambi; Jawa Timur; Provinsi Banten; Kepulauan Riau; Maluku. Berdasarkan hasil Pengawasan ditemukan : - Adanya Distributor, Depo/Toko obat ikan yang belum mempunyai izin usaha sebagai distributor, depo/toko obat ikan sesuai Permen KP No.PER.15/MEN/2007 tentang persyaratan dan tata cara penerbitan izin usaha obat ikan; - Adanya penggunaan dan peredaran Pakan ikan yang belum terdaftar di KKP sebagaimana diatur dalam Permen KP No.PER.02/MEN/2010 tentang Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan; - Ditemukannya obat ikan impor yang masuk dan beredar secara bebas diantaranya Vitamin C Produk Fishery Form Countial-Sinjia Chuang; - Pada umumnya di beberapa toko obat masih menjual anti biotik jenis Inrofloxs 12 dan 25 yang dilarang penggunaannya; - Pelaku usaha budidaya masih ada yang menggunakan obat ikan yang tidak tercantum dalam Buku Index Obat yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, seperti penggunaan insektisida (mencampurkan beberapa insektisida) untuk membunuh hama sebelum benih ikan ditebarkan ke dalam kolam dan penggunaan hormon yang berbahaya bagi kesehatan manusia. 26 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

d. Sosialisasi dan Implementasi pengawasan usaha budidaya di 3 (tiga) lokasi industrialisasi perikanan yaitu : Kab. Takalar- Provinsi Sulawesi Selatan, Kab. Banjarbaru, Kab. Lamongan. e. Pertemuan koordinasi antar instansi terkait dalam rangka optimalisasi pengawasan budidaya. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Takalar dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang yang terdiri dari pelaku usaha budidaya ikan, perusahaan pakan dan obat ikan, BPOM, Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ABMI), dan Perusahaan Pembudidaya Ikan. 3. Pengawasan Usaha Pengolahan, Pemasaran, dan Pengangkutan Hasil Perikanan Selama tahun 2013, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pengawasan usaha pengolahan, pemasaran, dan pengangkutan hasil perikanan, sebagai berikut: a. Evaluasi hasil identifikasi dan verifikasi pengawasan usaha pengangkutan, pengolahan dan pemasaran ikan di 47 unit usaha pengolahan dilakukan di 9 (sembilan) Lokasi meliputi: Cirebon, Banten, Karawang, Pelabuhan Ratu, Tegal, Sorong, Lombok, Bitung dan Tarakan. Verifikasi dilakukan terhadap: Dokumen Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP/HACCP); Sertifikat Kesehatan Ikan (SKI); Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI); asal bahan baku; kapasitas terpasang; data kapal; Kemitraan/kerjasama dengan perusahaan penangkapan ikan; produksi dan pemasaran; dan surat ijin pemasukan hasil perikanan. Dari hasil verifikasi tersebut masih ditemukan pelanggaran ketidaksesuaian dokumen yang dilakukan oleh UPI, sehingga perlu adanya peningkatan koordinasi antar unit Eselon I lingkup KKP dan instansi terkait lainnya. 3 b. Pembinaan pengawasan usaha pengolahan, pengangkutan dan pemasaran ikan dilaksanakan di 19 lokasi yaitu: Satker PSDKP Benoa Bali, Pos PSDKP Tarakan, Satker PSDKP Kendari, Satker PSDKP Padang, Satker PSDKP Bengkulu, Satker PSDKP Pekalongan, Satker PSDKP Aceh/Lampulo, Satker PSDKP Pati/Juwana, Satker PSDKP Cirebon, Pos PSDKP Blanakan, Satker PSDKP Surabaya, Stasiun PSDKP Belawan Medan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bandung, Pos PSDKP Entikong, Pangkalan PSDKP Bitung, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Banten. c. Evaluasi hasil pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil di 20 lokasi yaitu : Cirebon (kejawanan), Bali, Mamuju, Pelabuhan Ratu, Banten, Medan, Blanakan, Surabaya/ Pasuruan, Karangantu, Karangsong, Gresik, Pontianak, Bogor, Jakarta, Cirebon, Karawang. Dari hasil pengujian terhadap 441 sampel diperoleh hasil 17 (3.85%) positif mengandung formalin, 424 (96.15%) sample negatif tidak mengandung formalin. d. Pengawasan ekspor impor hasil perikanan yaitu pemeriksaan keluar masuk hasil perikanan yang berkoordinasi dengan BKIPMKP, Ditjen P2HP, Pelabuhan Perikanan dan Dinas Perikanan. Pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen Health Certificate (HC), Sertifikat Pelepasan, Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI), Surat Ijin pemasukan hasil BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 27

perikanan, jenis dan jumlah ikan. Sasaran pengawasan ekspor impor hasil perikanan adalah tempat lalu lintas keluar masuk hasil perikanan di 12 lokasi, yaitu : Pontianak, Bogor, Banten, Makassar, Sorong, Tegal, Pekalongan, Bitung, Jambi, Entikong, Lampung dan Pelabuhan Ratu. e. Sosialisasi pengawasan usaha pengolahan, pengangkutan dan pemasaran di lokasi industrialisasi di Medan (Sumatera Utara) dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang. Dari hasil pengawasan bidang ekspor dan impor hasil perikanan masih ditemukan adanya ikan segar dan produk perikanan yang beredar di pasar tradisional yang berasal dari kegiatan importasi ikan yang tidak sesuai ketentuan (illegal) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Pengawasan Importasi Ikan Tahun 2013 KOTA/UPI HASIL PEMERIKSAAN TINDAKAN 3 JAKARTA: (1) PT. Intimas, (2) PT. Duta Putra Perkasa Pratama, (3) P. 99 Jaya, (4) PT. Silver Star, (5) PT. Bintang Megah Anugerah, (6) PT. Benua Agri Sejahtera, (7) PT. Cenhong Fisherindo, (8) Koperasi Komira, (9) CV. Gema Ikan impor dari 80% UPI tidak dilengkapi dengan Sertifikat Pelepasan dan Sertifikat Uji Laboratorium atas kandungan bahan kimia berbahaya (formalin dan H2SO4) dari Stasiun Karantina Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Pangkalan PSDKP Jakarta bekerjasama dengan POLAIR melakukan Penyegelan Gudang Ikan SURABAYA: (1) PT. Kelola Mina Laut, (2) PT. Indu Manis, (3) PT. SK Foods Indonesia, (4) PT. Samudera Kencana Mina, dan (5) PT. Bumi Menara Internusa BANYUWANGI: (1) PT. Avila Prima, (2) CV. Manunggal Prima, (3) PT. Istana Cipta Sembada, dan (4) PT. Windo Blambangan Sejati Terdapat perusahaan yang melakukan bongkar dan peredaran ikan, sebelum diterbitkannya sertifikat pelepasan dari Stasiun Karantina Ikan Berita Acara Pemeriksaan ditemukan 190 ton ikan positif mengandung formalin di gudang milik PT. Benua Agri Sejahtera di Muara Baru Jakarta Bandara Soekarno Hatta: (1) PT. Gita Putra Abadi, (2) PT. Mitra Buana raya, (3) P.T Libra Food Service, (4) PT. Global Sarana Perkasa, (5) PT. Matsuya Graha Trikencana, (6) PT. Indoboga Jaya Makmur. Diduga melakukan impor ikan illegal; Total ikan impor oleh ke 6 perusahaan 21.932 kg Telah dilakukan pemanggilan dan BAP untuk klarifikasi PALEMBANG: (1) CV. 99 Jaya, (2) CV. Lima Bersaudara, (3) UD. Cahaya Illahi, (4) Tedy 1. Diduga melakukan impor ikan illegal (jenis ikan : Tongkol, sarden, salem); 2. Ditemukan adanya kandungan formalin Telah dilakukan pemanggilan dan BAP untuk klarifikasi 28 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

KOTA/UPI HASIL PEMERIKSAAN TINDAKAN BELAWAN: (1) PT. Agung Sumatera Samudera, (2) PT. Toba Surimi Industries, (3) Anugrah Semesta Perkasa, (4) Selat malaka Frozen, CV. Soon Ho, (5) PD. Anugerah Alam, (6) CV. Rezeki Kita, (7) PT. Medan Tropical Canning dan Frozen, (8) PT. Agung Lestari Jaya. Total Import dari Januari November 2011 = 7.683.122 kg Tidak ada pelanggaran Pontianak, Entikong dan Pemangkat Tahun 2010 = 28 ton, Tahun 2011 = 7 ton Pemusnahan barang bukti ikan impor illegal berformalin di wilayah kerja Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak - 26 Oktober 2011 Belawan : PT. TOBA SURIMI INDUSTRIES, PD. ANUGERAH ALAM, PT. Soon Ho, PT. Agung Sumatera Samudera Abadi, PT.Golden Cup Seafood, PT.Karya Agung Lestari, PT Rezeki Kita, CV.Lautan Mas Tahun 2013 = 4000 Ton Lokasi Pelabuhan Belawan Telah dilakukan identifikasi dan dilakukan pengawasan dengan hasil perusahaan melakukan impor sesuai aturan. Jakarta : PT. Benua Agri Sejahtera, CV. Libra Food Service, PT. Varia Niaga Nusantara, PT. Starocean, PT. Nuansa Guna Utama, PT. Indomaguro Tunas Unggul, PT. Masuya Graha Trikencana, PT. Indoboga Jaya Makmur, PT. Wirontono Baru, PT. Nuansa Alam Abadi, CV. Surya Cemerlang Abadi, PT. Garlic Bina Mada, PT. Navy Arsa Sejahtera, PT. Anugrah Maritim Sentosa, PT. Intransindo, PT. JNK Matgim, PT. Arta Mina Tama, PT. Dua Putra Perkasa Pratama, CV. Gema Andika Pratama, PT. Intimas Surya, PT. Karya Cipta Bayu Minapratama, CV. Victory Frienciple, PT. Ruangan Pendingin Indonesia, PT. Dharma Samudera Fishing Industries, PT. Grand Multi Chemicals, CV. Libra Food Service, Dutch Embassy In Indonesia, PT. Fishindo Citra Samudra, PT. Sukanda Djaya, PT. Indoguna Utama, PT. Oceanica Megah Utama, PT. Awindo Internasional, PT. Natural Nutrisi Global, PT. Bonecom, PT. Lion Wings, PT. Sriboga Magurame Indonesia, PT. Koin Bumi, PT. Palito Nusantara, Koperasi Mina Rizki Abadi, CV. Cahaya Karya Indah, PT. Tridaya Eramina Bahari, PT. Gita Putra Abadi, CV. Dua Putera, PT. Hong 777, PT. Ki-Antaka Rasa, PT. Pahala Bahari Nusantara, PT. Sukanda Djaya, PT. Indofresh, Koperasi Perikanan Mina Jaya, PT. Tribuana Indoraya. Tahun 2013 = 11.269 Ton Lokasi Pelabuhan Jakarta 43 Perusahaan menggunakan sarana angkut berupa Kapal Laut dan 12 Perusahaan menggunakan sarana angkut Pesawat Udara. Telah dilakukan identifikasi dan dilakukan pengawasan dengan hasil perusahaan melakukan impor sesuai aturan. 3 BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 29

4. Pembinaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Kegiatan Pembinaan Pokmaswas dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam membantu pengawasan dan meningkatkan sinergi dengan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan kepada Pokmaswas. Selama tahun 2013 telah dilakukan pembinaan secara intensif terhadap 1.125 Pokmaswas yang tersebar di 33 Provinsi dari 2.195 POKMASWAS yang telah terbentuk. Pembinaan tersebut dilakukan antara lain melalui: a. Fasilitasi pembentukan POKMASWAS dengan membuat Kartu POKMASWAS dan memberikan bantuan perlengkapan sarana pengawasan bagi POKMASWAS, seperti: Alat komunikasi, Handy Talky, Kamera, Teropong/Binocular. b. Sosialisasi dan bimbingan teknis untuk penguatan POKMASWAS. c. Evaluasi dan seleksi terhadap 18 POKMASWAS. Dari hasil evaluasi dan selesksi tersebut, telah terpilih pemenang POKMASWAS tingkat nasional yaitu: 3 (tiga) pokmaswas di bidang penangkapan Ikan dan 3 (tiga) pokmaswas di bidang pelestarian sumber daya perairan. Kepada POKMASWAS pemenang kemudian diberikan penghargaan Adibakti Mina Bahari Bidang Pengawasan SDKP. 3 Tabel 3.8 Daftar Pemenang Evaluasi Pokmaswas Tingkat Nasional 2013 NO NAMA POKMASWAS ALAMAT KETERANGAN Bidang Penangkapan Ikan 1 Bajak Laut Desa Tokke, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. 2 Segara Madu Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. 3 Maju Bersama Desa Tampakang, Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Juara I Juara II Juara III Bidang Pelestarian Sumber Daya Perairan 1 Genteng Nusantara Desa Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. 2 Tunas Harapan Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. 3 Cinta Bahari Desa Carocok Anau, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Juara I Juara II Juara III 30 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

C. OPERASIONAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN 1. Pengawasan Ekosistem Perairan dan Kawasan Konservasi Perairan Selama Tahun 2013, pengawasan ekosistem perairan dan kawasan konservasi telah dilaksanakan di 18 lokasi, yaitu : Tanjung Pinang, Sungailiat, Banjarmasin, Tanjung Balai Karimun, Karangsong, Kejawanan, Surabaya, Tanjung Pandan, Ternate, Sorong, Banggai Kepulauan, Gorontalo, Pekalongan, Juwana, Makassar, Batang, Kepulauan Selayar, dan Tual. Hasil pengawasan ekosistem perairan dan wilayah konservasi perairan dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Pengawasan Pecemaran Perairan Selama tahun 2013, pengawasan pencemaran perairan telah dilaksanakan di 15 lokasi, yaitu: Banyuwangi, Surabaya, Cilacap, Juwana, Pekalongan, Batang, Cirebon, Lampung, Jambi, DKI Jakarta, Banjarmasin, Bitung, Makassar, Benoa, Nusa Tenggara Barat Hasil pengawasan pencemaran perairan seperti yang disajikan pada Lampiran 2. 3. Pengawasan Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil Selama tahun 2013, pengawasan pesisir dan pulau-pulau kecil telah dilaksanakan di 15 lokasi, yaitu: Juwana, Tanjung Pandan, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Seribu, Bitung, Kotabaru, Kejawanan, Benoa, Palabuhan Ratu, Selayar, Ranai Natuna, Ternate, Surabaya, Tanjung Pinang, dan Gorontalo. Hasil pengawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti pada Lampiran 3. 4. Pengawasan Jasa Kelautan dan Sumber Daya Non Hayati 3 Selama tahun 2013, pengawasan jasa kelautan dan sumber daya nonhayati telah dilaksanakan di 15 lokasi, yaitu: Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pandan, Sungailiat, Karangantu, Juwana, Surabaya, Makassar, Ternate, Kepulauan Seribu, Tanjung Pinang, Bawean, Balikpapan, Batang, dan Bitung.Hasil pengawasan jasa kelautan dan sumber daya non hayati seperti pada lampiran 4. 5. Pengawasan Garam Pengawasan garam telah dilaksanakan di 7 lokasi utama, yaitu: Sampang, Sumenep, Pamekasan, Cirebon, Indramayu, Juwana, Rembang, dan 3 lokasi tambahan yaitu: Jeneponto, Pangkep, dan Kupang. Dari hasil pelaksanaan pengawasan garam selama tahun 2013 telah diperoleh data dan Informasi tentang jumlah produksi, harga, luas tambak dan kelompok petambak, serta distribusi garam. D. OPERASI KAPAL PENGAWAS 1. Kegiatan Gelar Operasi Rutin Pengawasan SDKP di WPP-NRI (Operasi Mandiri) Gelar Operasi Rutin Pengawasan SDKP di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) dilakukan dengan mengerahkan 26 unit Kapal Pengawas SDKP. Operasi kapal pengawas mencakup 2 (dua) wilayah utama, yaitu : BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 31

a. WPP-NRI di wilayah Barat yang terdiri dari : WPP-NRI 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman); WPP-NRI 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan); WPP- NRI 712 (Laut Jawa); dan b. WPP-NRI Wilayah Timur yang terdiri dari: WPP-NRI 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali); WPP-NRI 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda); WPP-NRI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau); WPP-NRI 716 (Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera); WPP-NRI 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudra Pasifik); dan WPP-NRI 718 (Laut Aru, Arafuru dan Laut Timor bagian Timur). Daerah yang dijadikan pangkalan aju untuk wilayah barat adalah Belawan, Jakarta, Pontianak, Bangka, Batam, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang dan Dumai. Sedangkan untuk wilayah timur adalah Tual, Bitung, Tobelo, Sorong, Luwuk dan Ternate. Lokasi-lokasi pangkalan aju tersebut dipilih dengan pertimbangan: berada dekat dengan WPP-NRI yang rawan kegiatan illegal fishing, kemudahan akses untuk memperoleh perbekalan, pengisian bahan bakar, dan memiliki fasilitas tambat labuh kapal. 3 Selama tahun 2013, operasi kapal pengawas telah berhasil memeriksa sebanyak 3.871 kapal perikanan yang terdiri dari 47 Kapal Ikan Asing (KIA) dan 3.824 Kapal Ikan Indonesia (KII). Dari jumlah tersebut, telah ditangkap sejumlah 68 kapal perikanan yang diduga melakukan pelanggaran di bidang perikanan yang terdiri dari 24 unit KII dan 44 unit KIA. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh KII tersebut antara lain: menggunakan alat tangkap terlarang, tidak memiliki dokumen/dokumen tidak lengkap/dokumen palsu, dan melanggar wilayah penangkapan ikan (Fishing Ground) yang telah ditentukan dalam SIPI. Adapun pencurian ikan yang dilakukan oleh KIA berasal dari Malaysia, Philiphina, Thailand dan Vietnam. Secara keseluruhan, gelar operasi pengawasan SDKP oleh kapal pengawas di wilayah barat dan timur selama tahun 2013 berlangsung dengan cukup baik dan optimal. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kesadaran para pelaku usaha perikanan yang terlihat dari berkurangnya tindak pidana pelanggaran dan berhasilnya penahanan terhadap para pelaku illegal dan destructive fishing yang mengancam kelestarian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Rincian hasil operasi kapal pengawas tahun 2013 seperti pada Tabel 3.9. 32 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

17 KP. HIU 008 147 155 6 161 0 6 6 0 6 6 0 0 0 0 0 0 16 KP. HIU 007 160 204 2 206 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 15 KP. HIU 006 181 113 2 115 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 14 KP. HIU 005 168 217 0 217 5 0 5 5 0 5 0 0 0 0 0 0 13 KP. HIU 004 136 148 1 149 2 1 3 2 1 3 0 0 0 0 0 0 12 KP. HIU 003 125 119 3 122 0 3 3 0 3 3 0 0 0 0 0 0 11 KP. HIU 002 165 163 0 163 4 0 4 4 0 4 0 0 0 0 0 0 10 KP. HIU 001 139 139 1 140 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9 KP. HIU MACAN 006 175 155 2 157 1 2 3 1 2 3 0 0 0 0 0 0 8 KP. HIU MACAN 005 170 137 3 140 0 3 3 0 3 3 0 0 0 0 0 0 7 KP. HIU MACAN 004 143 200 0 200 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 KP. HIU MACAN 003 154 137 5 142 0 5 5 0 5 5 0 0 0 0 0 0 5 KP. HIU MACAN 002 137 124 0 124 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 KP. HIU MACAN 001 203 178 11 189 0 10 10 0 9 9 0 0 0 0 1 1 3 KP. PAUS 001 188 9 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 KP. HIU MACAN TUTUL 002 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 KP. HIU MACAN TUTUL 001 175 151 0 151 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML NO NAMA KAPAL PENGAWAS HARI OPS R I K S A TANGKAP AD HOCK/KAWAL (1) TENGGELAM (2) DIPULANGKAN (3) HASIL RINCIAN YANG DITANGKAP Tabel 3.9 Hasil Operasi Kapal Pengawas Tahun 2013 3 BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 33

3 TOTAL 4021 3824 47 3871 24 44 68 24 43 67 0 0 0 0 1 1 26 KP. AKAR BAHAR 001 190 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 25 KP. BARRACUDA 002 150 178 0 178 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 KP. BARRACUDA 001 155 197 0 197 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 KP. TODAK 002 145 122 0 122 2 0 2 2 0 2 0 0 0 0 0 0 22 KP. TODAK 001 165 171 0 171 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 KP. TAKALAMUNGAN 164 243 0 243 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 KP. PADAIDO 165 173 0 173 3 0 3 3 0 3 0 0 0 0 0 0 19 KP. HIU 010 155 202 2 204 4 1 5 4 1 5 0 0 0 0 0 0 18 KP. HIU 009 146 188 6 194 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML KII KIA JML NO NAMA KAPAL PENGAWAS HARI OPS R I K S A TANGKAP AD HOCK/KAWAL (1) TENGGELAM (2) DIPULANGKAN (3) HASIL RINCIAN YANG DITANGKAP 34 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

2. Kerjasama Operasi Pengawasan dengan Instansi Terkait Selain operasi mandiri oleh kapal pengawas Ditjen PSDKP, juga dilakukan kerjasama operasi pengawasan dengan instansi terkait (TNI-AL, POLAIR dan BAKORKAMLA) yang biasa disebut dengan istilah Operasi Bersama. Operasi tersebut dilakukan di perairan perbatasaan ZEEI yang dianggap rawan pelanggaran. Kerjasama operasi pengawasan yang dilakukan oleh Kapal Pengawas Ditjen PSDKP bersama dengan instansi terkait pada tahun 2013 diuraikan sebagai berikut: a. Patroli Terkoordinasi Australia-Indonesia (Patkor Ausindo) dilaksanakan 3 (tiga) kali di perbatasan ZEE Indonesia dan Australia di Laut Arafura dengan hasil pemeriksaan kapal perikanan sebanyak 54 Kapal Ikan Indonesia (KII) dan 1 (satu) unit KII ditangkap karena terindikasi melakukan pelanggaran. b. Patroli terkoordinasi Malaysia-Indonesia (Patkor Malindo) dilaksanakan 2 (dua) kali di perairan perbatasan Selat Malaka, dengan hasil pemeriksaan sebanyak 30 Kapal Ikan Indonesia (KII). c. Operasi bersama dengan Bakorkamla. Operasi Gurita sebanyak 7 (tujuh) kali dan Operasi Bersama Sepanjang Tahun (OBST) sebanyak 2 (dua) kali. Hasil dari kedua operasi tersebut telah berhasil diperiksa sebanyak 222 KII dan 6 (enam) KIA. Dari kapalkapal perikanan yang diperiksa tersebut, sebanyak 6 (enam) KIA di tangkap karena terindikasi melakukan pelanggaran. 3. Operasi Pemantauan Udara (Air Surveillance) 3 Kegiatan operasi Pemantauan Udara (Air Surveillance) dilaksanakan melalui bekerjasama dengan Kepolisisan Udara Baharkam Polri. Operasi pemantauan dilaksanakan dilaksanakan dengan menggunakan 1 (satu) unit pesawat udara jenis Beech Craft 1900D Airliner milik Kepolisian Udara. Objek utama yang dipantau adalah aktivitas kapal perikanan di 2 (dua) fokus wilayah rawan kegiatan illegal fishing, yaitu WPP-NRI 711 (Laut Natuna) dan WPP-NRI 718 (Laut Arafura). Wilayah Operasi pemantauan udara di WPP-NRI 711 (Laut Natuna) dibagi menjadai 3 (tiga) sektor yaitu: sektor A, sektor B1 dan sektor B2, sedangkan di WPP-NRI 718 (Laut Arafuru) dibagi menjadi 4 (empat) sektor yaitu: sektor A, sektor B, sektor C, dan sektor D. Menindaklanjuti hasil operasi pemantauan lewat udara, dikerahkan 8 (delapan) Kapal Pengawas, yaitu: KP. Hiu Macan 001, KP. Hiu 001, KP. Hiu 006, KP. Hiu 008 dan KP. 010 untuk WPP-NRI 711, serta 3 (tiga) Kapal Pengawas, yaitu: KP. Hiu Macan 002, KP. Hiu Macan 004, dan KP. Paus untuk WPP-NRI 718. Dari hasil operasi pemantauan udara di WPP-NRI 711 telah terdeteksi sebanyak 22 kapal perikanan. Adapun operasi pemantauan udara di WPP-NRI 718 telah terpantau sebanyak 238 kapal perikanan. Dari kapal-kapal yang dipantau tersebut, 2 (dua) kapal perikanan terindikasi melakukan kegiatan illegal fishing berupa transhipment. Sebagai tindaklanjut hasil pemantauan udara, Kapal Pengawas telah melakukan pemeriksaan terhadap 57 BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 35

kapal perikanan di WPP-NRI tersebut, dan dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan indikasi pelanggaran tindak pidana perikanan. E. PENANGANAN PELANGGARAN Penanganan pelanggaran oleh Ditjen. PSDKP atas kapal-kapal perikanan pelaku tindak pidana di bidang perikanan dilakukan hingga ke tahap P-21. Hasil pelaksanaan tugas penanganan pelanggaran, selama tahun 2013 diuraikan sebagai berikut: 1. Penyidikan Tindak Pidana Perikanan a. Supervisi Penyidikan 3 Supervisi penyidikan dimaksudkan untuk membantu pengawasan dan pemantauan proses penyidikan yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan di UPT/ Stasiun/ Satker lingkup Direktorat Jenderal PSDKP maupun di Dinas Kelautan dan Perikanan di seluruh Indonesia sehingga pelaksanaan penyidikan tindak pidana perikanan dapat terselesaikan secara akuntabel dan tepat waktu. Adapun tujuannya adalah agar dapat diselesaikannya hambatan-hambatan yang timbul selama proses penyidikan tindak pidana perikanan serta menemukan solusi pemecahan masalah dan meningkatkan koordinasi diantara PPNS Perikanan UPT/Stasiun/Satker di lingkup Direktorat Jenderal PSDKP. Pada tahun 2013, Supervisi penyidikan dilakukan di 18 lokasi. Kegiatan supervisi penyidikan ini merupakan kegiatan kasuistik, yaitu kegiatan dapat dilakukan jika di suatu daerah telah terjadi tindak pidana perikanan ataupun yang memiliki potensi terjadinya tindak pidana perikanan. Supervisi penyidikan bersifat koordinatif dan temporer. Untuk kasus-kasus yang membutuhkan pembahasan yang lebih intensif dilakukan rapat pertemuan di luar kantor dengan mengundang perwakilan eselon II lingkup Ditjen PSDKP, Biro Hukum KKP, dan TNI AL, Kepolisian Negara RI yang diperlukan dalam pembahasan supervisi tersebut. b. Operasional Penyidikan Perkara Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Selama tahun 2013 telah dilakukan penyidikan tindak pidana perikanan yang terjadi di WPP-NRI sebanyak 62 perkara, terdiri dari: 2 (dua) perkara di DKP Provinsi Aceh, 10 (sepuluh) perkara di Stasiun PSDKP Belawan, 1 (satu) perkara di DKP Kabupaten Tulang Bawang Lampung, 1 (satu) perkara di Pangkalan PSDKP Jakarta, 1 (satu) perkara di DKP Kabupaten Tanjung Balai Karimun, 23 (dua puluh tiga) perkara di Satker PSDKP Batam, 1 (satu) perkara di Satker PSDKP Natuna, 4 (empat) perkara di Stasiun PSDKP Pontianak, 15 perkara di Pangkalan PSDKP Bitung, 1 (satu) perkara di Satker PSDKP Ambon, 2 (dua) perkara di DKP Kabupaten Sumbawa dan 1 (satu) perkara di DKP Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Penyelesaian perkara tersebut sampai dengan Tahun 2013, yaitu 2 (dua) kasus dalam tahap penyidikan dan 60 kasus telah dinyatakan lengkap berkas perkaranya (P-21) dan telah dilaksanakan proses penyerahan tahap II kepada Jaksa Penuntut Umum. Kasus 36 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

dalam posisi tahap proses penyidikan yang tidak dapat diselesaikan dalam tahun 2013 oleh PPNS Perikanan disebabkan berkas perkara dinyatakan belum lengkap oleh Jaksa Penuntut Umum dan sedang dalam tahap perbaikan oleh PPNS Perikanan. c. Pemantauan Penanganan Tindak Pidana Perikanan dan Kelautan Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi, serta keterangan yang terkini mengenai tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menangani perkara tindak pidana di bidang perikanan sejak saat diserahkannya perkara tersebut sampai dengan dilakukannya eksekusi. Selama tahun 2013 dari 84 kasus penanganan tindak pidana perikanan, sebanyak 18 kasus tidak diproses pidana hanya dikenakan sanksi administrasi berupa surat peringatan, 62 kasus diproses pidana dan 4 (empat) kasus dilakukan tindakan lain. Perkembangan 62 kasus yang diproses pidana: 2 (dua) kasus dalam proses penyidikan, 6 (enam) kasus telah P-21, 39 kasus dalam proses persidangan, dan 15 kasus sudah Inkracht. Rincian perkara TPP dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Perkembangan Penanganan Tindak Pidana Perikanan s/d Tahun 2013 NO PENANGANAN KASUS JUMLAH 1 PROSES HUKUM 62 KASUS - PENYIDIKAN 2 KASUS - P-19 - - P-21 6 KASUS - PROSES PERSIDANGAN 39 KASUS - SP3 - - INCKRAHT 15 KASUS 2. TINDAKAN ADMINISTRATIF 18 KASUS 3. TINDAKAN LAIN 4 KASUS TOTAL 84 KASUS 3 Sampai dengan tahun 2013, berdasarkan jenis pelanggaran yang ditangani oleh PPNS perikanan, dapat diperinci jumlah kasus pelanggaran sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.11. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 37

Tabel 3.11 Data Jenis Pelanggaran dan/atau Kejahatan yang Ditangani selama tahun 2013 NO JENIS PELANGGARAN JUMLAH 1 Penangkapan ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI) atau tanpa ijin 23 2 Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap terlarang atau tidak sesuai dengan perizinan (SIPI) 3 Penangkapan Ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI)/tanpa ijin dan menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan perijinan/alat tangkap terlarang 1 29 * 4 Dokumen di atas kapal tidak lengkap 16 3 5 Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/lingkungannya 6 Penangkapan ikan yang melanggar daerah penangkapan (fishing ground)/ tidak sesuai izin 7 Melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI) di daerah Unresolved Maritime Boundary Area dan penggunaan alat tangkap terlarang, tetapi terkait dengan MoU dengan Malaysia sehingga harus dikembalikan ke negara Malaysia 8 Pengangkutan Ikan atau Ekspor ikan tidak dilengkapi dokumen yang sah dan/atau tidak sesuai dengan SIKPI 3 7 2 9 Bongkar muat ikan tidak sesuai dengan pelabuhan pangkalan - Keterangan : *) 1 kapal digunakan untuk pendeportasian ABK Asing. JUMLAH 84 2. Penanganan Barang Bukti Kapal Perikanan Pelaku Tindak Pidana Perikanan (TPP) Penanganan barang bukti dari hasil tindak pidana perikanan adalah segala upaya tindakan untuk merawat/mengamankan barang bukti dari hasil tindak pidana perikanan sampai selesainya proses penyidikan. Penanganan barang bukti, khususnya kapal perikanan, selalu mengacu dari seberapa banyak kapal yang telah melakukan pelanggaran maupun kejahatan di bidang perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil operasi pengawasan kapal perikanan selama tahun 2013, barang bukti berupa kapal perikanan yang ditangkap sebanyak 84 kapal. Perkembangan penanganan barang bukti tersebut: 18 kapal dikenai sanksi administratif, 4 (empat) kapal dikenai tindakan lain, 2 (dua) kapal dalam proses penyidikan, 6 (enam) kapal tahap P-21, 17 kapal proses penyerahan tahap II, 22 kapal dalam proses persidangan, dan 15 kapal telah memiliki kekuatan hukum tetap/inkracht. 38 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

3. Penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Perikanan Selama tahun 2013, jumlah Awak Kapal Tindak Pidana perikanan yang ditangani oleh Ditjen. PSDKP sebanyak 779 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 208 awak kapal tidak diproses dan hanya dikenakan sanksi administrasi berupa surat peringatan, 63 awak kapal dilakukan tindakan lain, dan 508 awak kapal diproses lebih lanjut. Rekapitulasi penanganan awak kapal tindak pidana perikanan tahun 2013, sepereti pada Tabel 3.12. Tabel 3.12 Rekapitulasi Penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan s/d Tahun 2013 WARGA NEGARA JUM- LAH AWAK KA- PAL TINDAKAN LAIN SEBE- LUM AD HOCK SETE- LAH AD HOCK PEME- RIKSA- AN PEN- DA- HU- LUAN SANK- SI AD- MINIS- TRASI TINDAK LANJUT TERSANGKA PENYE- PENYI- DIKAN SP3 RAHAN TAHAP II DIA- MAN- KAN NON JUSTITIA DISE- RAH- KAN KE IMI- GRASI DIPU- LANG- KAN KE DAERAH ASAL Indonesia 245 - - - 167 1-16 - - 61 Malaysia 12-1 - - - - 2 4 5 - Vietnam 187 49 - - - 1-16 19 102 - Thailand 80-5 - - - - 10-65 - Philiphina 196 - - - 41 - - 15 14 126 - Myanmar 59-8 - - - - 4 4 43 - JUMLAH 779 49 14-208 2-63 41 341 61 3 4. Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan Dalam rangka memenuhi amanat pasal 73 ayat (5) UU No. 45/2009 dan sebagai upaya dalam meningkatkan penanganan tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan, KKP membentuk Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan di seluruh Provinsi di Indonesia. Tugas forum koordinasi penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan adalah mengkoordinasikan kegiatan penyidikan tindak pidana kelautan dan perikanan dengan melibatkan unsur aparat penegak hukum yang terkait dalam penanganan tindak pidana perikanan, diantaranya Kejaksaan Agung, TNI AL, POLRI, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2013 telah dibentuk Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan di 6 (enam) Provinsi, sehingga total jumlah Forum koordinasi penanganan tindak pidana perikanan yang terbentuk sampai dengan tahun 2013 menjadi 29 forum di 29 provinsi, meliputi: Provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.i. Yogyakarta, Jawa Timur, Nangro Aceh Darussalam, Bali, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimanatan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 39

Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Adapun 4 (empat) Provinsi, yaitu Provinsi Riau, Provinsi Kep. Bangka Belitung, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Papua masih dalam tahap proses pembentukan. 5. Advokasi Nelayan Indonesia di Luar Negeri Dalam melakukan advokasi (pendampingan berupa pemulangan) bagi Nelayan Indonesia yang ditangkap oleh negara lain, Ditjen PSDKP menjalin kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar negara bersangkutan. Hasil Rekapitulasi data hasil advokasi nelayan Indonesia yang bermasalah di luar negeri selama kurun waktu 2013, seperti disajikan pada Tabel 3.13. Tabel 3.13 Advokasi Nelayan Yang Tertangkap di Luar Negeri s/d 2013 STATUS NO LOKASI JUMLAH KAPAL JUMLAH NELAYAN DIBEBASKAN/ DIPULANGKAN (ORANG) BELUM DIBEBASKAN/ DITAHAN (ORANG) 1. MALAYSIA 50 257 209 46 3 2. AUSTRALIA 27 157 157-3. PAPUA NUGINI 2 14 7 7 4. TIMOR LESTE 2 14 14-5. INDIA 2 11 5 - JUMLAH 83 473 412 53 F. KERJASAMA PENGAWASAN SDKP 1. Kerjasama Luar Negeri Upaya menjalin kerjasama internasional (multilateral, regional dan bilateral,) ditujukan untuk mengoptimalkan kegiatan pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan termasuk upaya penanggulangan Illegal fishing. Beberapa kerjasama penting yang dijalin oleh Ditjen PSDKP adalah Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IASF) dan Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region. a. Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) merupakan bagian dari Indonesia-Australia Ministerial Forum (IAMF) yang dikhususkan pada kerjasama bidang pengawasan SDKP, termasuk kerjasama penanggulangan illegal fishing di perairan perbatasan kedua negara. Pada tahun 2013 serangkaian kerjasama Indonesia-Australia di dalam kerangka IAFSF yang telah dilaksanakan antara lain: 40 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Coordinated patrols Coordinated Patrol (Patroli Terkoordinasi) yang dilakukan oleh masing-masing negara di masing-masing batas ZEE kedua negara. Kegiatan ini dilaksanakan 1 sampai 3 kali setahun sejak tahun 2007, dan dimaksudkan untuk mengawasi praktek IUU fishing di perairan Laut Arafura, khususnya menekan persentase illegal fishing oleh kapal asing di perairan tersebut. Di dalam kegiatan ini, Australia melibatkan kapal pengawas pantai Bea Cukai ACV TRITON, dan pesawat udara pengawas pantai Dash 8. Indonesia melibatkan beberapa unit kapal pengawas jenis Hiu Macan dan Hiu. Selama patroli, komunikasi antara kedua pihak dilakukan intensif guna pemantauan posisi masing-masing, posisi target operasi dan situasi secara umum. Kegiatan ini selalu diikuti oleh kegiatan evaluasi (debriefing) patroli terkoordinasi dan perencanaannya; 1) Pertukaran data dan informasi pengawasan/iuu Fishing Dalam rangka mendukung pengawasan SDKP, pihak Border Protection Command (BPC) akan menyediakan data hasil pemantauan harian pesawat pengawas pantai Australia. Data dimaksud juga disediakan selama kegiatan patroli terkoordinasi berlangsung. Kedua pihak sepakat untuk melakukan pertukaran data pengawasan. Selama tahun 2013, telah dilakukan ujicoba pertukaran dengan menggunakan contoh data (dummy) guna memastikan data yang dikirimkan dapat diterima dengan baik. Forum menyepakati untuk melanjutkan program ini, antara lain melalui rencana pembahasan lebih lanjut tentang aspek teknis yang dibutuhkan guna memastikan program ini dapat diimplementasikan secara efektif. 2) Technical Assistances 3 Dalam kerangka forum, Australia menyediakan bantuan berupa expertise dalam peningkatan kemampuan kru kapal pengawas KKP, baik berupa training maupun bantuan peralatan /nstalasi komunikasi seperti telepon satelit dan radio UHF, serta ujicoba dan latihan komunikasi. Training yang dimaksud diantaranya adalah Ship Search Training yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta mengenai pentingnya keselamatan kerja, serta penggunaan perlengkapan keselamatan di atas kapal. Selain itu juga untuk memperkenalkan peralatan yang fungsinya dapat digunakan untuk melakukan peran pemeriksaan suatu tindak pidana yang terjadi di laut. 3) Port Visit Masing-masing pihak saling mengunjungi pelabuhan dalam rangka latihan dan pertukaran informasi. Pada saat bersamaan, juga sekaligus dilakukan simulasi atau latihan patroli bersama, termasuk melakukan technical assistance. 4) Pertemuan IAFSF IAFSF melaksanakan pertemuannya setiap tahun. Pertemuan bertujuan untuk membahas perkembangan dari implementasi kesepakatan pertemuan pada tahun BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 41

sebelumnya. Ruang lingkup agenda pertemuan membahas isu-isu yang terkait dengan point (1) sampai dengan (5) di atas. Selain itu, forum juga membahas perkembangan isu atau isu baru yang terjadi di perairan laut Arafura, seperti misalnya potensi meningkatnya kapal penyuplai logistik ilegal yang mendukung operasional kapal-kapal penangkap ikan di perairan laut Arafura. b. Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region. RPOA merupakan regional initiative yang diprakarsai oleh Indonesia-Australia dan disepakati oleh 11 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Australia, dan Papua New Guinea. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab termasuk penanggulangan IUU Fishing di kawasan regional (Laut Cina Selatan, Laut Sulu-Sulawesi dan Laut Arafura). Sejak pengesahannya bulan Mei 2007 sampai dengan tahun 2013, implementasi RPOA telah berjalan dengan rincian kegiatan seperti pada tabel berikut. Tabel 3.14 Perkembangan RPOA sampai dengan Tahun 2013 3 Tempat dan waktu Jakarta, Indonesia, November 2006 Canberra, Australia, Maret 2007 Bali, Indonesia, Mei 2007 Kuala Lumpur, Malaysia, Agustus 2007 Bangkok, Thailand, November 2007 Kegiatan Senior Oficial Meeting (SOM) I RPOA (initiation) SOM II RPOA (initiation) SOM III RPOA and Regional Ministerial Meeting (initiationendorsement) RPOA Meeting RPOA Workshop Bali, Indonesia, Maret 2008 RPOA Monitoring, Control, Surveillance (MCS) Workshop Thailand, Maret 2008 Manila, Philippines April 2008 Jakarta, Indonesia, Juni 2008 Kuching, Malaysia, September 2008 Thailand, Februari 2009 Darwin, April 2009 Penang, Malaysia, Juni 2009 1 st RPOA Sub-Regional Meeting on Gulf of Thailand 1 st RPOA Coordination Committee Meeting Intercessional meeting Handover RPOA Secretariat 1 st Sub Regional Meeting on Regional Plan of Action (RPOA) And Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing in The Southern and Eastern Area of the South China Sea and The Sulu-Sulawesi Seas The 2 nd RPOA Sub-Regional meeting on Gulf of Thailand Sub-Regional Arafura-Timor Sea Meeting on MCS Reporting and Actions Port Monitoring Techniques Workshop Manado, Indonesia, Agustus 2009 Workshop Capacity Building and MCS Curriculum Development 42 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

Tempat dan waktu Lombok, Indonesia, November 2009 Ambon, Indonesia, Desember 2009 Da Nang, Vietnam, 29-30 November 2010 Da Nang, Vietnam, 1-2 Desember 2010 Malaka, Malaysia, 8-11 Desember 2010 Bangkok, Thailand, 28-30 Desember 2010 Johor - Malaysia 7-10 June 2011 Belitung - Indonesia 5-6 October 2011 Siem Reap - Cambodia 20-22 September 2011 Siem Reap - Cambodia 1-5 November 2011 Timor Leste, 27-28 Maret 2012 Nha Trang- Vietnam, 17-19 November 2012 Singapore, 20-22 November 2012 Port Moresby - Papua New Guinea, 25-26 Februari 2013 Manila Filipina, 25-27 Juni 2013 Manila Filipina, 28 Juni 2013 Manila Filipina, 29 Juni 2013 Kota Kinabalu Malaysia, 19-20 November 2013 Bangkok-Thailand, 18-19 Desember 2013 Kegiatan 2 nd RPOA Coordination Committee Meeting 2 nd Sub-Regional meeting on Southern and Eastern Area of The South China Sea and Sulu-Sulawesi Sea Workshop on Human and Institutional Capacity Building for Marine Capture Fisheries Management Amongst RPOA Member Countries 3 rd RPOA Coordination Committee Meeting 1 st Ad Hoc Technical Working Group Meeting-RPOA subregional Southern and Eastern Area of The South China Sea and Sulu-Sulawesi Sea RPOA Secretariat-SEAFDEC Consultation The Inspector Training Workshop on the FAO Port State Measures Agreement Workshop Review Joint Public Information Campaign Indonesia - Australia 3 rd Sub-regional Meeting on the Gulf of Thailand, 20-22 September 2011 4 th RPOA Coordination Committee Meeting The 2 nd Subregional Arafura-Timor Seas Workshop on Assessment of the Impacts of IUU Fishing and EC Regulation 1005/2008 on Small-scale Fisheries in the Southeast Asian Region 5th RPOA Coordination Committee Meeting The 3 rd MCS Sub - Regional (Arafura and Timor Seas) Group FAO/RPOA Expert Workshop on The Development of tools to Combat IUU Fishing - The Comprehensive Global Record of Fishing Vessel, Refrigerated Transport Vessels and Supply Vessels Regional Workshop on Public Information Campaign The 4 th Sub-regional Meeting on Regional Plan of Action (RPOA) and Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in the Southern and Eastern Areas of the South China Sea and the Sulu-Sulawesi Seas 6th RPOA Coordination Committee Meeting Sub-regional Meeting on the Gulf of Thailand 3 BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 43

2. Kerjasama Dalam Negeri Kerjasama pengawasan di dalam negeri dijalin dengan Instansi pusat terkait, meliputi : TNI-AL, POLAIR, BAKORKAMLA, Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung, maupun dengan Pemerintah Daerah. Bentuk kerjasama yang dijalin dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.15 Kerjasama pengawasan di Dalam Negeri Sampai Dengan Tahun 2013 NO KERJASAMA ANTAR PIHAK WUJUD KERJASAMA 1 Ditjen. PSDKP dengan TNI-AL - Operasi. Pengawasan Bersama di Laut [ZEEI] - Kesepakatan Bersama Penanganan TP. Perikanan - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut - Pelatihan Awak Kapal Pengawas, Pinjam pakai senjata api di Kapal Pengawas 2 Ditjen. PSDKP dengan TNI-AU - Operasi Pengawasan Lewat Udara (Air Surveillance) ; - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut 3 3 Ditjen. PSDKP dengan POLAIR - Operasi Pengawasan Bersama di Laut - Kesepakatan Bersama Penanganan Tindak Pidana Perikanan - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut - Pelatihan Menembak - Pelatihan PPNS Perikanan dan Polsus P3K 4 Ditjen. PSDKP dengan BAKORKAMLA - Operasi bersama penegakan hukum di laut (Operasi Gurita); - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut 5 Ditjen. PSDKP dengan MA Pembentukan Pengadilan Perikanan 6 Ditjen PSDKP dengan KEJAGUNG 7 Ditjen. PSDKP dengan Lembaga Sandi Negara Penyelesaian Tindak Pidana Perikanan Pengamanan informasi operasi Kapal Pengawas untuk mencegah kebocoran informasi. 8 Ditjen. PSDKP dengan PEMDA - Operasi/patroli Kapal Pengawas KKP di dalam wilayah perairan Pemda; - Penempatan sementara dan sandar Kapal Pengawas KKP secara bergiliran; - Partisipasi dan dukungan BBM, logistik dan operasional dari Pemda dalam operasi Pengawasan SDKP yang dilaksanakan oleh Kapal Pengawas KKP; - Partisipasi dan dukungan Pemda dalam pengamanan barang bukti hasil tangkapan, proses penyidikan dan dalam hal keterangan saksi ahli. Keterangaan: Pada tahun 2013 telah disepakati Mou kerjasama pengawasan antara Ditjen. PSDKP dengan Kabupaten Anambas dan Kabupaten Natuna. 44 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

NO KERJASAMA ANTAR PIHAK WUJUD KERJASAMA 9 Dukungan Kerjasama dengan Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG) Sistem pengamanan persandian di atas kapal pengawas menggunakan peralatan persandian yang disiapkan oleh Lembaga Sandi Negara sebagai tindak lanjut kerjasama antara Lembaga Sandi Negara RI dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai penyelenggara tunggal Pengamanan Persandian Republik Indonesia. Kerjasama tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para Sandiman dalam pelaksanaan pengamanan informasi operasi Kapal Pengawas dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kebocoran informasi. Pengamanan persandian ini dilaksanakan rutin setiap tahun. Pada tahun 2013, kegiatan yang dilakukan adalah Upgrade peralatan sandi pada 23 Kapal Pengawas yang meliputi : Radio ICOM; Laptop Sandi - Toughbook Panasonic CF-18; Tuner; Power Suplay; CCU; Instalasi Kabelkabel; Antena. G. PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI SDM PENGAWASAN Dalam rangka mendukung kegiatan pengawasan SDKP, Ditjen PSDKP melaksanakan pengembangan dan peningkatan kompetensi SDM Pengawasan melalui berbagai kegiatan pelatihan, Bimtek dan kegiatan pembinaan lainnya. Selama tahun 2013, beberapa kegiatan pengembangan dan peningkatan SDM, antara lain: 1. Bimbingan teknis pemantauan pemanfaatan sumber daya kelautan yang dilaksanakan di Jakarta selama 4 (empat) hari. Kegiatan ini difokuskan pada teknik pemantauan pemanfaatan terumbu karang dan mangrove untuk 30 personel pemantauan UPT/ Satker Pengawasan SDKP. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di UPT/Satker Pengawasan SDKP dalam melaksanakan pemantauan pemanfaatan sumber daya kelautan dengan memberikan arahan tentang teknik survei, pengambilan data, pengolahan data, tampilan data, pelaporan data serta penggunaan aplikasi sumber daya kelautan. 3 2. Pelatihan Sistem Fisheries Monitoring Centre (FMC) Themis bagi admin dan operator VMS Ditjen. PSDKP, sebagai implementasi pelaksanaan kerjasama teknis dan ilmiah melalui Proyek Pengembangan Infrastruktur Oseanografi (INDESO) yang merupakan proyek untuk memantau kondisi perairan Indonesia termasuk biogeokimia dan ekosistem serta upaya untuk memerangi Illegal Unreported Unregulated (IUU) Fishing, antara Pemerintah Indonesia (KKP) dengan Pemerintah Perancis (CLS Argos). 3. Pembekalan Pengawas Perikanan Tingkat Dasar Tahun 2013. Kegiatan diikuti oleh 60 orang Pengawas Perikanan pada UPT/Satker/Pos Pengawasan SDKP lingkup Direktorat Jenderal PSDKP. Substansi pembinaan teknis yang diberikan mencakup kebijakan pengawasan SDKP, peraturan perundangan bidang kelautan dan perikanan, penegakan hukum kelautan dan perikanan, serta substansi teknis operasional pengawasan SDKP. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 45

4. Temu Teknis Pengawas Perikanan Tingkat Lanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja Pengawas Perikanan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, guna mendukung industrialisasi perikanan yang berbasis blue economy yang diikuti oleh 200 orang Pengawas Perikanan dari seluruh Indonesia. 5. Temu Koordinasi Pengawasan Perikanan Tingkat Nasional Pusat Daerah dalam rangka mewujudkan sinergitas dan harmonisasi pengawasan perikanan antara Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mendukung industrialisasi perikanan yang berbasis blue economy. Peserta kegiatan terdiri dari 106 (seratus enam) orang peserta yang terdiri dari: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi Penegak Hukum (TNI AL/POLRI), Perwakilan Eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perwakilan Pelaku Usaha yang bernaung dalam Assosiasi Pengusaha yang bergerak dibidang Perikanan. 6. Pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan teknis SDM Pengawasan SDKP di Pangkalan, Stasiun dan Satker Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dalam mengelola SIMWASKAN sesuai dengan kebutuhan instansi. Peserta pelatihan terdiri dari 38 orang peserta. 3 7. Peningkatan kemampuan teknis pengawasan ekosistem mangrove. Kegiatan diikuti Pengawas Perikanan pada UPT/Satker/Pos Pengawasan SDKP sebanyak 30 orang. Selain Teori, para peserta juga diberikan praktek di lapangan yang dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk. Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut, diharapkan meningkatnya kemampuan pengawas perikanan dalam melaksanakan pengawasan ekosistem mongrove. 8. Peningkatan kemampuan teknis pengawasan perikanan dalam rangka pembuktian kasus destructive fishing yang dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 1 Maret 2013 di Makassar dan Pusat Laboratorium Forensik Mabes POLRI Cabang Makassar. Kegiatan ini bermuatan materi dan praktek uji organoleptik mencakup pembedahan ikan akibat bom dan pengujian sianida pada ikan. Peserta kegiatan ini terdiri dari 30 orang dari Satker, Pos PSDKP dan UPT di Wilayah Timur (Pangkalan PSDKP Bitung). 9. Kegiatan peningkatan kompetensi pengawas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan kewenangan kepolisian khusus yang dilaksanakan pada tanggal 13 Maret s/d 8 Mei 2013, Bertempat di Sekolah Polisi Negara (SPN) Cisarua Lembang. Peserta adalah para Pengawas Perikanan yang diundang dan dipilih dari UPT/Satker/Pos PSDKP di seluruh Indonesia berjumlah 60 (enam puluh) orang. Dengan terlaksananya kegiatan ini, maka pe- 46 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

ngawas perikanan memiliki wewenang kepolisian khusus dan mampu mengemban tugas dalam pengawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana diamanatkan oleh UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 36. 10. Peningkatan kemampuan teknis sampling untuk meningkatan kemampuan pengawas perikanan dalam pengawasan pencemaran perairan khususnya pada saat pengambilan bukti atau sampel dari bahan yang merupakan suspect penimbul cemaran dan perairan yang telah terkontaminasi, dengan narasumber berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup, Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut-Institut Pertanian Bogor (PKSPL- IPB), Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pusat Latihan Kelautan dan Perikanan serta Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BPPKSI) Jatiluhur serta Pendamping Lapang dari BPPKSI Jatiluhur untuk Praktek Lapang pengambilan sampel air di perairan Waduk Jatiluhur. Kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal 23 s/d 26 April 2013 di Kawasan Wisata Waduk Jatiluhur. Kegiatan ini diikuti oleh 31 (tiga puluh satu) orang Pengawas SDKP yang berasal dari beberapa UPT PSDKP yang memiliki potensi pencemaran perairan lebih tinggi. 11. Peningkatan kemampuan teknis pengawasan ekosistem mangrove yang dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 28 Maret 2013 yang berlangsung di Jakarta Pusat dan Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara. Direktorat Pengawasan Sumberdaya Kelautan mengundang 30 orang Pengawas Perikanan sebagai peserta dan 4 orang narasumber yang berasal dari institusi pemerintah pusat dan pendidikan yang berkompeten terkait pengelolaan dan pengawasan ekosistem mangrove. 3 12. Pendidikan dan Pelatihan Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan II (ANKAPIN II) sebagai upaya peningkatan kualifikasi permesinan dan kepelautan bagi awak kapal pengawas bertempat di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi dan diikuti oleh 27 Awak Kapal Pengawas. Dengan dilaksanakan pelatihan tersebut, diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan memaksimalkan kinerja tugas dan fungsi awak kapal pengawas guna menunjang dan mengoptimalkan pelaksanaan operasi pengawas sumber daya kelautan dan perikanan diatas kapal. 13. Pelatihan Basic Safety Training (BST), pada tanggal 20-29 Maret 2013 bertempat di Pusat Pelatihan Maritim Pertamina (Pertamina Maritime Training Centre) di kawasan Rawamangun Jakarta dan diikuti oleh 31 Awak Kapal Pengawas. Dengan dilaksanakan pelatihan tersebut, diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran semua awak kapal pengawas terhadap pentingnya BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 47

tindak pencegahan kecelakaan dan menggugahnya untuk mendorong semua yang ada dilingkungan kerjanya agar mau melakukan tindakan pencegahan kecelakaan. 14. Pelatihan menembak diatas Kapal Pengawas bekerjasama dengan TNI AL, Kegiatan ini diikuti oleh 80 awak kapal pengawas yang beroperasi di wilayah timur dan instruktur dari TNI AL sebanyak 10 Orang. Materi yang diberikan meliputi: pengenalan senjata; bongkar pasang dan perawatan senjata; mengatasi missfiring; penyiapan dan prosedur penembakan; praktek penembakan di laut; evaluasi kegiatan latihan menembak di atas Kapal Pengawas. pelaksanaan praktek penembakan dilakukan di Perairan Bitung, Provinsi Sulawesi Utara berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut, Awak Kapal Pengawas memiliki kesiapan menggunakan senjata Metraliur 12,7 mm ditunjang dengan basic menembak yang dimiliki. 3 15. Kegiatan pendidikan dan pelatihan calon PPNS Perikanan. Diselenggarakan bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Diklat dilaksanakan di Pusat Pendidikan Reskrim Megamendung Polri yang dimulai tanggal 20 Agustus s.d 18 Oktober 2013, da3 dengan diikuti 30 peserta yang berasal dari Pusat dan UPT Ditjen PSDKP. 16. Bimbingan teknis penyidikan Tindak Pidana Perikanan (TPP), dilaksanakan di 4 (empat) lokasi yaitu di Banjarmasin, Belawan, Batam dan Jogjakarta. Tujuan dilakukannya bimbingan teknis adalah untuk memberikan arahan, dan petunjuk teknis dalam hal proses penyidikan tindak pidana kelautan dan perikanan kepada PPNS Perikanan agar mampu melaksanakan proses penyidikan secara cepat, tepat dan akuntabel sehingga tercipta PPNS Perikanan yang profesional yang mampu melaksanakan tugas dan fungsi sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku. Kegiatan ini diharapkan dapat mendukung penyelesaian penyidikan secara akuntabel dan tepat waktu. 17. Bimbingan teknis penanganan barang bukti dan awak kapal dilaksanakan dalam rangka memberikan pencerahan bagi PPNS Perikanan dan petugas barang bukti dan awak kapal tentang penanganan barang bukti dan awak kapal. pelaksanaan di 5 (lima) lokasi dengan total peserta sejumlah 75 orang, yang 48 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

berasal dari Bitung, Makassar, Denpasar, Banjarbaru, dan Padang. Tujuan dilaksanakan bimbingan teknis penanganan barang bukti dan awak kapal adalah untuk menciptakan PPNS Perikanan dan petugas barang bukti yang memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi. 18. Coaching clinic bagi PPNS Perikanan, dilaksanakan di Surabaya tanggal 26 30 Mei 2013 dengan peserta sejumlah 30 orang PPNS Perikanan dari UPT/Satker/Pos PSDKP dan Dinas KP Provinsi Kab./Kota. Maksud dari kegiatan adalah agar penanganan Tindak Pidana Perikanan (TPP) yang dilakukan oleh PPNS Perikanan dapat terselesaikan secara akuntabel dan tepat waktu melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis dan hukum baik di bidang perikanan maupun hukum acara pidana. H. DUKUNGAN KESEKRETARIATAN 1. Perencanaan Program/Kegiatan Pengawasan SDKP Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Tanpa adanya perencanaan maka fungsi-fungsi lainya di dalam manajemen tidak dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hal ini maka Ditjen PSDKP memberikan prioritas pada kegiatan perencanaan di bidang pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan yang berlaku. Pada tahun 2013, kegiatan-kegiatan utama yang termasuk dalam kegiatan perencanaan dan telah dilaksanakan, antara lain: 3 a. Penyusunan Program Kerja tahun 2014; b. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014; c. Penyusunan Penetapan Kinerja Ditjen PSDKP Tahun 2014; d. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) Ditjen. PSDKP Tahun 2014; e. Review Renstra Ditjen. PSDKP 2010-2015; f. Penyusunan Pedoman Teknis Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; g. Penyusunan Profil Program dan Kegiatan Pengawasan SDKP tahun 2013. 2. Monitoring dan Evaluasi Program Pengawasan SDKP Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah sistem perencanaan. Monitoring dan evaluasi difokuskan kepada pengawalan pelaksanaan kegiatan dan anggaran agar sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan menjadi komitmen untuk dilaksanakan. Kegiatan monitoring dan evaluasi pembangunan kelautan dan perikanan bidang pengawasan SDKP dilaksanakan terhadap seluruh satuan kerja lingkup Ditjen PSDKP di tingkat pusat maupun daerah. Khusus monitoring dan evaluasi di tingkat daerah dilakukan terhadap pelaksanaan program/kegiatan pengawasan di 33 Provinsi yang mendapat alokasi dana dekonsentrasi dan Kab./Kota yang mendapat alokasi BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 49

dana tugas pembantuan. Dan dana alokasi khusus, serta UPT/Satker/Pos Pengawasan SDKP, di daerah. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilaksanakan baik secara reguler maupun secara terpadu dapat diuraikan beberapa point penting hasil monitoring dan evaluasi program/kegiatan pengawasan SDKP sebagai berikut: a. Pelaksanaan program/kegiatan pengawasan di tingkat pusat belum dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan dokumen perencanaan (Rencana Operasional Kegiatan/ ROK) yang telah dibuat dan dikomitmenkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain: - Belum optimalnya pengendalian dari PPK terhadap pelaksanaan beberapa kegiatan, pencairan anggaran dan pertanggung jawaban; - Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya bersifat situsionil (tergantung kepada kebutuhan), semisal kegiatan pemberkasan perkara, penyidikan dan bantuan hukum,dll). b. Pelaksanaan program/kegiatan pengawasan di tingkat Daerah (Dekonsentrasi) belum dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah dibuat dan dikomitmenkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 3 - Adanya revisi DIPA sebagai implikasi dari adanya kebutuhan; - Belum optimalnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program/kegiatan dan terlambatnya pelaporan ke pusat. c. Performance Penyerapan anggaran secara proporsional belum optimal, dimana masih terdapat kecenderungan penumpukan kegiatan pada akhir tahun anggaran; d. Pemanfaatan asset pengawasan yang pendanaannya bersumber dari Tugas Pembantuan dan DAK seperti speedboat pengawasan, bangunan pengawasan, alat komunikasi pada umumnya perawatan dan pemanfaatannya belum optimal. Disamping kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan melalui kunjungan langsung ke lapangan, sesuai Amanat Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), telah dilakukan pula monitoring dan evaluasi kinerja melalui : a. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bulanan Ditjen. PSDKP; b. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Triwulanan Ditjen. PSDKP; c. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahunan Ditjen. PSDKP; d. Penyusunan Laporan Evaluasi Kinerja Ditjen PSDKP; e. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PSDKP; f. Penyusunan Buku Refleksi dan Outlook Ditjen. PSDKP; g. Penyusunan Buku data dan Informasi Pengawasan SDKP; 50 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

h. Pengelolaan Sistem Manajemen Data dan Informasi Pengawasan SDKP (Sistem Informasi Pengetahuan Ditjen. PSDKP). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No KEP.197/KEPMEN- KP/SJ/2013 tentang Tim Monitoring dan Evaluasi Terpadu Pelaksanaan Program Kegiatan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2013. Direktorat Jenderal PSDKP telah melaksanakan tinjauan langsung ke lokasi Monitoring dan Evaluasi Terpadu daerah binaan Ditjen. PSDKP meliputi : Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Maluku. 3. Hukum dan Kehumasan a. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Pengawasan SDKP Penyusunan peraturan perundang-undangan bidang pengawasan dan pengendalian SDKP merupakan bagian penting dari implementasi dan pemenuhan amanat Undang-Undang No 31/2004 tentang Perikanan sebagaiman telah diubah oleh Undang-Undang No. 45/2009. Keberadaan peraturan perundang-undangan bidang pengawasan tersebut sangat diperlukan sebagai landasan hukum operasional kegiatan pengawasan di lapangan. Selama tahun 2013, Ditjen PSDKP telah menyusun dan menerbitkan 2 (dua) Keputusan Menteri, 2 (dua) Peraturan Menteri, 5 (lima) Peraturan Direktur Jenderal PSDKP, 26 (dua puluh enam) Keputusan Direktur Jenderal PSDKP, 2 (dua) Rancangan Perdirjen PSDKP, 2 (dua) Rancangan Peraturan Pemerintah, dan 3 (tiga) Rancangan Peraturan Menteri. Rincian produk hukum yang telah dihasilkan oleh Ditjen. PSDKP selama tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 5. 3 Disamping Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, Ditjen PSDKP juga merumuskan dan menyusun produk hukum lainnya berupa kesepakatan bersama maupun perjanjian kerjasama. Selama tahun 2013, produk hukum yang telah diterbitkan terkait hal ini, sebagai berikut: 1) Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemda Kabupaten Natuna, melalui KKB Nomor 02/SJ-KKP/KB/VI/2013 pada tanggal 26 Juni 2013. 2) Perjanjian Kerjasama antara Ditjen. PSDKP dengan Pemkab. Natuna, melalui PKS Nomor 01/DJPSDKP/VI/2013 pada tanggal 26 Juni 2013. 3) Rancangan Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Universitas Terbuka tentang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Bidang Kelautan dan Perikanan. Posisi berada di Sekretaris Jenderal KKP untuk Pembahasan Lebih Lanjut. 4) Rancangan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen. PSDKP dengan Ditjen. Pemasyarakatan. Dalam pembahasan bilateral antara Ditjen. PSDKP dengan Ditjen. Pemasyarakatan. BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 51

5) Rancangan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen. PSDKP dengan Ditjen. Imigrasi, tentang penanganan anak buah kapal Negara Asing Pelaku tindak Pidana Perikanan. Dalam pembahasan bilateral antara Ditjen. PSDKP dengan Ditjen. Imigrasi. b. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan bidang Pengawasan SDKP Sosialisasi Peraturan perundang-undangan bidang pengawasan SDKP dilaksanakan guna meningkatkan pemahaman pada stakeholders dan masyarakat, tentang peraturan perundang-undangan bidang Pengawasan SDKP. Pada tahun 2013 telah dilaksanakan sosialisasi dan Diseminasi peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan SKDP di 5 (lima) lokasi yaitu: Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jakarta dan Yogyakarta. c. Jasa Bantuan Hukum dalam penanganan Tindak Pidana Perikanan dan Kasus Administrasi Tata Usaha Jasa Bantuan Hukum dan penanganan Tindak Pidana Perikanan dan kasus administrasi tata usaha dilakukan guna membantu penyelesaian penanganan tindak pidana perikanan dan kasus administrasi Tata Usaha Negara. Pada tahun 2013, telah dilakukan jasa bantuan hukum terhadap 5 (lima) kasus, yaitu: 3 1) Gugatan Perdata Nomor : 617/Pdt.G/2013/PN.TNG antara PT Carita Boat Indonesia selaku Penggugat melawan Menteri Kelautan dan Perikanan selaku turut Tergugat II dalam perkara pengadaan Kapal Pengawas Ditjen. PSDKP. 2) Gugatan Perdata Nomor 108/PDT.G/2012/PN.PTK dalam perkara Lelang Kapal Perikanan Barang Bukti Kapal Perikanan di Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak. 3) Gugatan Tata Usaha Negara Nomor 22/G/2013/PTUN.JKT di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta antara Sdr. Chandra Syarif, S.St.Pi sebagai Penggugat dengan Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Tergugat dalam perkara sengketa kepegawaian. d. Kehumasan Dukungan kehumasan memegang perangan penting sebagai bagian dari upaya optimalisasi pengawasan SDKP khususnya melalui diseminasi informasi mengenai kebijakan, peraturan perundang-undangan dan bahan publikasi lainnya. Selama tahun 2013 Ditjen. PSDKP telah melaksanakan serangkaian kegiatan publikasi, antara lain: 1) Kegiatan publikasi kegiatan Ditjen. PSDKP (antara lain: pencetakan booklet, leaflet, banner, buku kerja, kalender 2013, buku saku peraturan perundang-undangan, buku gagasan dan kinerja Dirjen PSDKP, dan buletin internal Warta Pengawasan), dan dokumentasi kegiatan Ditjen. PSDKP. 2) Kegiatan penyelenggaraan media on the spot dilaksanakan dengan mengikutsertakan media cetak/media elektronik guna meliput kegiatan Ditjen. 52 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

PSDKP. Selama Tahun 2013, telah dilaksanakan media on the spot sebagai berikut: Peresmian Pos PSDKP Gresik, Pemulangan Nelayan di Belawan (2 kali bulan Maret dan April), Hibah aset Satker PSDKP Benoa Bali, Pemulangan Nelayan di Makassar, Air Surveillance wilayah barat di Pontiana, Air Surveillance wilayah timur di Tual. 3) Peliputan aktivitas Ditjen. PSDKP lainnya dalam rangka mendukung pencapaian kinerja antara lain : a) Serah terima jabatan Kepala Pangkalan PSDKP Bitung; b) Sosialisasi API dan ABPI di Medan c) Konferensi pers Refleksi 2012 dan Outlook 2013 d) Pemulangan 11 Nelayan Langkat, Sumatera Utara. Yang tertangkap di Malaysia e) Penyerahan aset Satker PSDKP Bali f) Penyegaran Hakim Adhoc Perikanan g) Kunjungan Kerja Komisi IV DPRRI Di Batam h) Pemulangan 6 (enam) nelayan Batubara i) Penangkapan 5 (lima) kapal Thailand dan Malaysia j) Sertijab Kepala Stasiun PSDKP Pontianak k) Penangkapan 4 (empat) KIA Thailand l) Capaian Kerja Semester I PSDKP m) Peresmian Kantor PSDKP Tual 3 n) Pemulangan nelayan dari Darwin o) Keel laying pembangunan kapal SKIPI p) Launching Polsus PWP3K q) Peresmian Kantor PSDKP Batam. 4) Publikasi pengawasan SDKP di berbagai media cetak (terdiri dari: Majalah Lensa Indoensia, Koran Suara Karya, Majalah Samudera, Majalah Topik, Koran Tempo, Koran Indopos, dan Majalah Tempo), dan media elektronik (TV One). 5) Penyelenggaraan perpustakaan Ditjen. PSDKP dan partisipasi dalam pameran KKP. 6) Penyelenggaraan pengelolaam website Ditjen. PSDKP sebagai media penyampaian informasi kegiatan Ditjen. PSDKP dilaksanakan selama 12 bulan. I. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN SDKP PADA SATKER DEKONSENTRASI Selain dianggarkan dan dilaksanakan di tingkat pusat, sebagian kegiatan pengawasan juga dianggarkan dan dilimpahkan kewenangan pelaksanaannya kepada Daerah melalui mekanisme Dekonsentrasi. Anggaran dekonsentrasi untuk pengawasan SDKP di alokasikan kepda 33 Provinsi di Indonesia dengan jumlah anggaran yang bervariasi. Besar kecilnya alokasi BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 53

anggaran didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan teknis, seperti tingginya tingkat pelanggaran di suatu daerah, kinerja daerah dalam pelaksanaan pengawasan, dan ketertiban administrsi pelaporan pengawasan oleh daerah. Pada tahun 2013 kegiatan pengawasan yang didekonsentrasikan terdiri: 1. Peningkatan operasional dan pemeliharaan kapal pengawas (operasional kapal pengawas, pemeliharaan kapal pengawas, operasional speedboat, perawatan dan perbaikan speedboat pengawasan); 2. Penyelesaian tindak pidana perikanan (inventarisasi data TPP, forum koordinasi TPP, pemberkasan dan dokumentasi perkara, pemantauan dan tindaklanjut penyelesaian kasus) ; 3. Peningkatan operasional pengawasan sumber daya perikanan (pembinaan dan evaluasi Pokmaswas, identifikasi dan verifikasi usaha perikanan izin daerah, pembinaan pengawasan usaha perikanan, temu teknis pengawas perikanan); 4. Peningkatan operasional pengawasan sumber daya kelautan (temu teknis pengawasan SDK, pemantauan objek SDK dan pemanfaatan SDK, koordinasi kasus-kasus SDK, pembinaan desa binaan berbasis pengawasan, operasi pengawasan SDK); 3 5. Peningkatan operasional pemantauan SDKP dan pengembangan infrastruktur pengawasan (peningkatan sarana pengawasan, monitoring dan pengembangan sarana pengawasan); 6. Dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya (pelayanan perkantoran, penyusunan laporan keuangan, penyusunan laporan SIMAK BMN, penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran, penyusunan laporan pengawasan SDKP); Kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya telah dapat dilaksanakan dengan baik hal ini terutama tercermin dari penyerapan anggaran kegiatan yang mencapai 94,13% (per Desember 2013). Namun demikian terdapat beberapa kegiatan yang belum dapat berjalan dengan optimal, diantaranya: - Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan. Pada umumnya Dinas Provinsi tidak dapat menjalankan fungsi tersebut, terlebih pada kegiatan DAK; - Pelaporan laporan perkembangan kegiatan dan anggaran (bulanan dan tahunan) masih sering terlambat, sehingga menyebabkan terlambatnya rekapitulasi pelaporan di tingkat pusat; - Kegiatan-kegiatan yang bersifat situsionil, seperti pemberkasan perkara, dan penyidikan kasus, serta bantuan hukum; - Kendala cuaca/faktor alam yang tidak dapat diprediksi, terutama untuk kegiatan operasi pengawasan di laut yang sering terkendala karena cuaca; - Kondisi organisasi internal yang sering melakukan pergantian/pergeseran penanggungjawab kegiatan mengakibatkan sering terlambatnya pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. 54 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

J. PELAKSANAAN ANGGARAN Alokasi anggaran untuk mendukung kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan tahun 2013 pada awalnya sebesar Rp. Rp.700.049.000.000; (tujuh ratus miliar empat puluh sembilan juta rupiah), kemudian terjadi revisi sehingga pagu anggaran Ditjen. PSDKP sebesar Rp. 529.148.275.287;- (lima ratus dua puluh sembilan miliar seratus empat puluh delapan juta dua ratus tujuh puluh lima ribu dua ratus delapan puluh tujuh rupiah) atau sebesar 95,38%. Rincian alokasi dan realisasi anggaran pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.16 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen. PSDKP Berdasarkan Satuan Kerja s/d Desember 2013 NO 1 2 SATUAN KERJA Satker Pusat (6 Satker) Satker UPT PSDKP (5 Satker) ALOKASI ANGGARAN (RP.) REALISASI KEUANGAN (RP.) % 405.622.270.000 391.520.985.375 96,52 119.139.690.000 114.778.861.645 96,34 3 Satker Provinsi (33 Satker) 24.281.685.000 22.848.428.267 94,10 TOTAL 549.043.645.000 529.148.275.287 96,38 Sumber : Hasil rekonsiliasi Ditjen. PSDKP 3 Gambar 3.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Pengawasan SDKP (Januari s/d Desember 2013) (1.000) 450.000.000 405.622.243 400.000.000 391.676.695 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 193.129.297 183.658.360 257.027.320 150.000.000 143.231.844 119.139.690 94.773.355 94.773.355 114.815.399 93.410.823 100.000.000 76.309.338 68.112.855 73.891.668 28.113.194 50.000.000 2.210.450 4.998.436 42.040.114 61.379.491 42.873.475 42.873.475 24.281.685 18.299.015 14.735.909 28.588.972 1.371.375 6.423.266 415.207 1.189.315 2.699.456 4.792.210 0 0 7.775.384 7.775.384 11.511.854 13.030.23314.782.113 18.597.374 22.856.112 Anggaran 2013 Maret Februari Januari April Mei Penyerapan Dana Sampai Bulan Desember November Oktober September Agustus Satker Pusat (6 Satker) Satker UPT PSDKP (5 Satker) Satker Provinsi (33 Satker) Juni Juli BAB 3 - PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 55

Dari total anggaran yang di alokasikan pada kegiatan Satker pusat Sebesar Rp. 405.622.270.000; (empat ratus lima miliar enam ratus dua puluh dua juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah) sampai dengan 31 Desember 2013 telah terealisasi sebesar sebesar Rp. 391.520.985.375;- (tiga ratus sembilan puluh satu miliar lima ratus dua puluh juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu tiga ratus tujuh puluh lima rupiah) atau 96,52%. Rincian realisasi anggaran dapat dilihat pada Tabel 3.17. Tabel 3.17 Rincian Realisasi Anggaran satker Pusat, Ditjen. PSDKP S/d Desember 2013 NO SATUAN KERJA ALOKASI ANGGARAN (RP.) REALISASI KEUANGAN (RP.) % 1 Sekretariat Direktorat Jenderal PSDKP 2 Direktorat Pengawasan Sumber daya Perikanan 3 Direktorat Pengawasan Sumber daya Kelautan 52,110,693,000 50.169.939.259 96,28 9,791,096,000 9.585.359.000 97,90 10,017,400,000 9.960.757.109 99,43 4 Direktorat Kapal Pengawas 213,243,322,000 105.019.263.814 95,68 3 5 Direktorat Pemantauan SDKP & PIP 6 Direktorat Penanganan Pelanggaran 109,766,385,000 206.585.389.623 96,88 10,693,374,000 10.200.276.570 95,39 TOTAL 405,622,270,000 391.520.985.375 96.52 Sumber : Hasil rekonsiliasi Ditjen. PSDKP 56 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

BAB 4 PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI 4 A. PERMASALAHAN Secara umum pelaksanaan program/kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan telah berjalan cukup menggembirakan baik di lihat secara spesifik melalui pencapaian kegiatan penanganan illegal fishing maupun capaian kegiatan operasional lainnya. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program/kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan tahun 2013, diantaranya: 1. Permasalahan Operasional Beberapa permasalahan operasional yang masih dihadapi dalam melaksanakan tugas pengawasan SDKP: a. Keterbatasan SDM Pengawasan (kuantitas dan kualitas) serta sarana dan prasarana pengawasan dalam mendukung operasional kegiatan di lapangan baik di tingkat pusat maupun di daerah; b. Data yang akurat, sebagai dasar pelaksanaan pengawasan SDKP belum dapat diterima tepat waktu; BAB 4 - PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI 57

c. Perangkat hukum dan perundang-undangan yang menjadi dasar operasional pengawasan masih belum seluruhnya tersedia (PP Pengawasan Perikanan sejak tahun 2011 belum disahkan) dan adanya konflik peraturan perundang-undangan, sehingga menyulitkan pengawasan; d. Masih lemahnya koordinasi antar instansi penegak hukum terkait dalam kegiatan pengawasan SDKP; e. Penataan dan pengembangan Unit Pelaksana Teknis (UPT) terkendala Audit Organisasi; f. Komitmen dan Dukungan Pemerintah Daerah masih relatif rendah, sehingga belum mengalokasikan anggaran secara memadai untuk melaksanakan pengawasan; g. Beberapa kegiatan pelaksanaannya tergantung kepada institusi terkait lainnya; h. Beberapa kegiatan pelaksanaannya bersifat situsionil (seperti: pemberkasan perkara, penyidikan, bantuan hukum, koordinasi pusat dan daerah, dll). i. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penegakan hukum bagi kelestarian SDKP sekaligus bagi kesejahteraan nelayan. Pada umumnya masih cukup banyak nelayan-nelayan kecil yang melakukan kegiatan penangkapan ikan illegal. 2. Permasalahan Anggaran 4 Walaupun dari sisi penyerapan anggaran Ditjen. PSDKP memiliki pencapaian tingkat realisasi yang baik (96.38%) s/d Desember 2013, namun terdapat beberapa hal yang menyebabkan tidak dapat terserapnya angggaran secara keseluruhan, antara lain: a. Proses revisi DIPA menyebabkan tertundanya eksekusi kegiatan yang sebagian dananya direvisi; b. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya bersifat situsionil (tergantung kepada kebutuhan), semisal kegiatan pemberkasan perkara, penyidikan dan bantuan hukum,dll); c. Sebagian kegiatan yang di pihak ketigakan terdapat sisa tender; d. Terkait dengan Satker Dekonsentrasi, beberapa permasalahan yang mempengaruhi penyerapan anggaran, antara lain: adanya pergantian kuasa pengguna anggaran; terlambatnya penunjukkan pejabat komitmen dan kuasa penggunan anggaran oleh Gubernur; serta keterlambatan proses lelang; e. Terkait dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur Tahun 2013, terdapat kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibiayai dari PHLN (SKIPI) yang di blokir(*) oleh Kementerian Keuangan, Kondisi ini menyebabkan keterlambatan penyelesaian pelaksanaan kegiatan karena harus menunggu proses pencairan keuangan yang baru diselesaikan pada bulan November 2013. 58 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

B. REKOMENDASI Mengacu kepada uraian permasalahan, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengembangan dan peningkatan SDM pengawasan secara bertahap (terencana dan proporsional). Hal ini didukung pula dengan optimalisasi peran Pokmaswas melalui pembinaan secara bertahap dan berkelanjutan dengan lebih mengaktifkan peran UPT Pengawas di daerah; 2. Optimalisasi ketersediaan dan dukungan sarana dan prasarana pengawasan serta teknologi pengawasan. Hal ini antara lain ditempuh melalui inventarisasi dan evaluasi sarana dan prasarana pengawasan di tingkat pusat dan daerah, 3. Pengembangan dan implementasi Integrated Surveillance System (ISS) yang dapat mengoptimalkan keterbatasan sarana dan prasarana melalui pemanfaatan asset bersama, pertukaran data dan informasi, kerjasama operasi antar instansi penegak hukum terkait; 4. Pengembangan dan peningkatan SDM pengawasan secara terencana dan proporsional. Antara lain melalui pemetaan SDM pengawasan dan aspek-aspek terkait lainnya baik di tingkat pusat maupun daerah; 5. Penguatan kelembagaan pengawasan dan optimalisasi peran forum penanganan tindak perikanan melalui kegiatan penyusunan rencana aksi penanganan tindak pidana perikanan; 6. Peningkatan peran Pokmaswas melalui pembinaan secara bertahap dan berkelanjutan dengan lebih mengaktifkan peran UPT Pengawas di daerah; 7. Pelengkapan perangkat hukum dan perundang-undangan di bidang pengawasan secara bertahap; 4 8. Optimalisasi penyerapan anggaran, antara lain dengan: (a) Perencanaan program yang lebih baik dan terukur (b) Monitoring program/kegiatan telah direncanakan secara lebih dini, sehingga kegiatan-kegiatan yang nampaknya tidak dapat direalisasikan dapat diantisipasi lebih awal; (c) Peningkatan koordinasi antara pusat dan daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi, UPT Pengawasan dan Satker Pengawasan) dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga adanya kendala pada pelaksanaan kegiatan dapat segera ditindaklanjuti; (d) Percepatan dan pengawalan intensif terhadap kegiatan yang sedang berjalan, agar dapat diselesaikan tepat waktu (penguatan moitoring dan evaluasi). BAB 4 - PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI 59

4 60 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013

BAB 5 PENUTUP 5 Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya dari laporan ini, kegiatan pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) periode tahun 2013 telah menunjukkan keberhasilan yang menggembirakan. Keberhasilan tersebut selain harus disyukuri, tentunya harus pula diiringi kesadaran dan antisipasi bahwa pengawasan SDKP yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) akan menghadapi tantangan, hambatan, dan kendala yang semakin kompleks dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini tentunya menuntut adanya peningkatan komitmen dan kinerja para pengawas perikanan di tingkat pusat dan daerah dalam pelaksanaan tugas pengawasan. Disamping itu, tentunya diperlukan pula peningkatan kerjasama lintas instansi yang lebih terencana dan solid baik di tingkat pusat maupun daerah, sehingga pengelolaan perikanan yang tertib dan bertanggung jawab dapat diwujudkan. Semoga, dengan dukungan semua pihak, Ditjen. PSDKP dapat memberikan kontribusi terbaik bagi tercapainya salah satu sasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia bebas Illegal Fishing dan kegiatan yang merusak SDKP demi tercapainya Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat. Semoga... BAB 5 - PENUTUP 61

5 LAMPIRAN 62 LAPORAN TAHUNAN DITJEN PSDKP 2013