I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan jalan meningkatkan dan. memperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan masyarakat.

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. prioritas nasional dalam proses pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah menjadi jalan keluar untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam mengelola pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahaan, pembangunan dan pelayanan masyarakat menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan setiap pemerintah daerah.

2 Pemerintah Provinsi Lampung sebagai salah satu pemerintah daerah otonom terus berupaya menggerakan berbagai potensi ekonomi yang ada di wilayahnya dengan mengalokasikan berbagai pengeluaran pembangunan. Hal ini dimaksudkan agar para pelaku ekonomi dapat berperan serta dan berpartisipasi aktif menggerakkan roda perekonomian sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Lampung. Untuk mengetahui sumbangan sektor-sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Proporsi Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Tahun 2009 Sektor Proporsi (%) Pertanian 41,3 Pertambangan & Penggalian 2,1 Industri Pengolahan 13,4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,4 Bangunan 4,9 Perdagangan, Hotel & Restoran 16,0 Pengangkutan & Komunikasi 6,8 Keuangan, sewa & Jasa Pershn 7,7 Jasa-jasa 7,6 Total 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2009 Tabel 1 memperlihatkan bahwa hingga tahun 2009, tiga besar sektor-sektor ekonomi penyumbang PDRB terbesar di Provinsi Lampung adalah sektor pertanian sebesar 41,3 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan resetoran sebesar 16,0 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 13,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor perdagangan, jasa dan perhotelan, dan sektor industri pengolahan merupakan sektor-sektor yang mendominasi kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung sehingga diharapkan di masa

3 mendatang peningkatan kontribusi sektor-sektor lainnya sangat diharapkan demi menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi Lampung. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung selama tahun 1998--2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Selama Tahun 1998--2009 Berdasarkan Harga Konstan 2000* Tahun PDRB Pertumbuhan (Juta Rupiah) (%) 1998 21.670.459-1999 22.230.584 2,6 2000 23.200.302 4,4 2001 25.426.198 9,6 2002 27.235.382 7,1 2003 26.898.052-1,2 2004 28.262.289 5,1 2005 29.397.248 4,0 2006 30.861.360 5,0 2007 32.694.890 5,9 2008 34.414.630 5,3 2009 36.196.970 5,2 Rata-rata 4,8 Sumber: Badan Statisik Provinsi Lampung (data diolah) Keterangan: * PDRB 1998--2000 merupakan hasil konversi PDRB tahun dasar 1993 dengan PDRB tahun dasar 2000 (perhitungan Lampiran 1) Tabel 2 memperlihatkan bahwa selama tahun 1998--2009 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami fluktuasi dengan rata-rata meningkat 4,8 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 9,6 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar - 1,2 persen.. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Lampung tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kebijakan pengeluaran pembangunan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung, khususnya di bidang pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi. Mengingat peningkatan pertumbuhan ekonomi, salah satunya juga akan ditentukan oleh kemampuan

4 pemerintah menyediakan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang dibutuhkan para pelaku ekonomi. Menurut Sukirno (2006), tersedianya prasarana yang cukup akan sangat mendorong pembangunan ekonomi sehingga program pembangunan yang menekankan pada usaha mengembangkan prasarana merupakan suatu langkah mempercepat pengembangan sektor produktif. Samuelson dan Nordhaus (2005) mengatakan ada empat faktor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah (1) Sumber Daya Manusia (SDM), (2) Sumber Daya Alam (SDA), (3) pembentukan modal, dan (4) teknologi. Pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal melalui pengeluaran pemerintah diberbagai bidang seperti sarana dan prasarana. Pembentukan modal dibidang sarana dan prasarana ini umumnya menjadi Social Overhead Capital (SOC) yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. SOC ini sangat penting dan pihak swasta tidak bersedia menyediakan berbagai fasilitas publik. Tanpa adanya fasilitas publik maka swasta tidak berminat untuk menanamkan modalnya. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan akan terdorong naik dengan adanya berbagai fasilitas publik. Menurut Friawan (2008) ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama adalah ketersedian infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi. Kedua, untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Alasan ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar daerah.

5 Ketersediaan sarana transportasi jalan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka pembangunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini penting mengingat kelancaran mobilisasi faktor-faktor ekonomi (SDA, SDM, modal dan teknologi) ke seluruh wilayah akan sulit diwujudkan tanpa dukungan sarana jalan yang memadai dan mencukupi. Menurut Friawan (2005), jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik akan melancarkan distribusi kegiatan ekonomi dan secara jangka panjang dapat menjadi media pemerataan pembangunan. Menurut Dardak (2005), infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan, sebagai pembentuk struktur ruang nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyarakat. Dalam konteks ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat bertumpu perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi sulit dicapai tanpa ketersediaan jalan yang memadai. Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa pembangunan sarana transportasi jalan perlu menjadi salah satu prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka percepatan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk mengetahui kondisi jalan yang ada di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

6 Tabel 3. Kondisi Jalan Nasional dan Provinsi di Provinsi Lampung Selama Tahun 1998--2009 Tahun Kondisi Jalan (Km) Proporsi Kondisi Jalan (%) Baik Sedang Rusak Total Baik Sedang Rusak Total 1998 1.848,0 605,2 549,4 3.002,6 61,5 20,2 18,3 100,0 1999 2.071,0 534,2 696,3 3.301,4 62,7 16,2 21,1 100,0 2000 1.188,9 953,0 1.159,5 3.301,4 36,0 28,9 35,1 100,0 2001 973,0 1.199,3 1.129,1 3.301,4 29,5 36,3 34,2 100,0 2002 863,0 1.225,4 1.213,0 3.301,4 26,1 37,1 36,7 100,0 2003 625,8 1.225,2 1.450,3 3.301,4 19,0 37,1 43,9 100,0 2004 853,1 468,3 1.980,1 3.301,4 25,8 14,2 60,0 100,0 2005 1.103,0 886,1 1.312,3 3.301,4 33,4 26,8 39,8 100,0 2006 1.446,7 992,5 1.166,3 3.605,4 40,1 27,5 32,3 100,0 2007 2.695,9 854,4 847,6 4.398,0 61,3 19,4 19,3 100,0 2008 2.112,1 1.129,1 1.156,8 4.398,0 48,0 25,7 26,3 100,0 2009 1.532,0 984,0 1.882,0 4.398,0 34,8 22,4 42,8 100,0 Rata-Rata 1.442,7 921,4 1.211,9 3.576,0 39,9 26,0 34,2 100,0 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung (data diolah) Tabel 3 memperlihatkan bahwa perkembangan kondisi jalan baik, sedang dan rusak di Provinsi Lampung mengalami fluktuasi selama tahun 1998--2009. Dari total panjang jalan di Provinsi Lampung selama tahun 1998--2009 yang mencapai rata-rata 3.576 kilometer, 39,9 persen berada dalam kondisi baik, 26 persen dalam kondisi sedang, dan 34,2 persen dalam kondisi rusak. Menyadari pentingnya sarana transportasi jalan sebagai urat nadi perekonomian maka setiap tahun Pemerintah Provinsi Lampung mengalokasikan biaya pembangunannya pada bidang infrastruktur jalan. Untuk mengetahui perkembangan biaya pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 4.

7 Tabel 4. Biaya Pembangunan Bidang Infrastruktur Jalan di Provinsi Lampung Selama Tahun 1998--2009* Tahun Biaya Pembangunan Jalan Perkembangan (Juta Rupiah) % 1998 23.403-1999 41.523 77,4 2000 21.766-47,6 2001 23.772 9,2 2002 24.185 1,7 2003 13.614-43,7 2004 54.854 302,9 2005 98.062 78,8 2006 65.171-33,5 2007 264.110 305,3 2008 447.013 69,3 2009 295.067-34,0 Rata-rata 114.378 62,3 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung (data diolah) Keterangan:* Hasil konversi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Umum berdasarkan tahun dasar 2000 (perhitungan Lampiran 4) Tabel 4 memperlihatkan bahwa alokasi biaya pembangunan infrastruktur jalan setiap tahunnya mengalami fluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan 62,3 persen pertahun. Peningkatan tertinggi sebesar 305,5 persen terjadi pada tahun 2007, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 47,6 persen. Seperti diketahui sebelumnya bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi Lampung yaitu 41,26 persen pada Tahun 2009 (Tabel 1). Kondisi ini terjadi antara lain disebabkan ketersediaan sarana pengairan sebagai bagian penting yang tidak dapat dipisahkan pada sektor pertanian. Menurut Hadi (2010) peningkatan investasi dibidang pertanian tentu saja diharapkan mempunyai dampak positif terhadap kinerja sektor pertanian, antara lain produksi pertanian, yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pertanian. Dengan meningkatnya produksi pertanian, maka ketahanan pangan nasional menjadi makin kuat, pendapatan petani akan meningkat, kesempatan

kerja perdesaan akan makin luas, jumlah penduduk 8 miskin di perdesaan berkurang, devisa negara makin besar dan PDB sektor pertanian juga meningkat. Menurut World Bank (Hadi, 2010) pengeluaran untuk insfrastruktur pengairan merupakan salah satu pengeluaran pemerintah (public spending) untuk pembangunan pertanian. Menurut Friawan (2005), dukungan ketersediaan fasilitas pengairan yang baik tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang semakin baik pula yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kondisi saluran irigasi di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kondisi Saluran Irigasi di Provinsi Lampung Selama Tahun 1998--2009 Tahun Kondisi Saluran Irigasi (Km) Proporsi Kondisi Saluran Irigasi (%) Baik Sedang Rusak Total Baik Sedang Rusak Total 1998 521 125 144 790 65,9 15,8 18,2 100,0 1999 515 155 120 790 65,2 19,6 15,2 100,0 2000 531 132 127 790 67,2 16,7 16,1 100,0 2001 615 125 180 920 66,8 13,6 19,6 100,0 2002 630 158 132 920 68,5 17,2 14,3 100,0 2003 574 188 158 920 62,4 20,4 17,2 100,0 2004 523 167 230 920 56,8 18,2 25,0 100,0 2005 395 149 376 920 42,9 16,2 40,9 100,0 2006 425 158 337 920 46,2 17,2 36,6 100,0 2007 515 168 447 1.130 45,6 14,9 39,6 100,0 2008 435 154 541 1.130 38,5 13,6 47,9 100,0 2009 485 143 502 1.130 42,9 12,7 44,4 100,0 Rata-Rata 514 152 275 940 55,8 16,3 27,9 100,0 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung (data diolah) Tabel 5 memperlihatkan bahwa perkembangan kondisi irigasi saluran irigasi di Provinsi Lampung mengalami fluktuasi selama Tahun 1998--2009. Dari rata-rata total panjang irigasi sepanjang 940 kilometer, rata-rata 55,8 persen berada dalam kondisi baik, 16,3 persen dalam kondisi sedang, dan 27,9 persen dalam kondisi rusak.

9 Melihat pentingnya dukungan sarana pengairan dalam menunjang peningkatan produksi hasil pertanian dan pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Provinsi Lampung setiap tahunnya mengalokasikan biaya pembangunan pada bidang infrastruktur pengairan. Untuk mengetahui perkembangan biaya pembangunan bidang infrastruktur pengairan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Pembangunan Bidang Infrastruktur Pengairan di Provinsi Lampung Selama Tahun 1998--2009 Tahun Biaya Pembangunan Pengairan Perkembangan (Juta Rupiah) % 1998 7.336-1999 2.405-67,2 2000 8.584 256,9 2001 16.803 95,8 2002 23.339 38,9 2003 24.045 3,0 2004 24.329 1,2 2005 23.267-4,4 2006 37.458 61,0 2007 80.172 114,0 2008 59.410-25,9 2009 50.041-15,8 Rata-rata 29.766 41,6 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung (data diolah) Keterangan:* Hasil konversi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Umum berdasarkan tahun dasar 2000 (perhitungan Lampiran 5) Tabel 6 memperlihatkan bahwa alokasi biaya pembangunan infrastruktur pengairan setiap tahunnya mengalami fluktuasi dengan rata-rata tumbuh 41,6 persen pertahun. Peningkatan tertinggi sebesar 256,9 persen terjadi pada tahun 200, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 67,2 persen. Berbagai penelitian terkait pengeluaran pembangunan dan pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan, namun yang secara spesifik menggunakan variabel pengeluaran pembangunan bidang infrastruktur jalan dan pengairan sebagai

10 instrumen pengeluaran pembangunan yang dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, masih sangat terbatas. Penelitian yang dilakukan Bastias (2010) menggunakan pengeluaran pemerintah atas infrastruktur jalan sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1969-2009, di samping pendidikan dan kesehatan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang, pengeluaran pemerintah atas infrastruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 2009 dalam Hadi (2010) yang menggunakan infrastruktur fisik pertanian yaitu irigasi dan jalan pertanian, sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian, di samping subsidi input, litbang, dan penyuluhan pertanian. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur fisik pertanian (irigasi dan jalan pertanian) mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan PDB pertanian per kapita. Berdasarkan atas uraian-uraian di atas maka penelitian ini menitikberatkan pada pembahasan dampak pengeluaran pemerintah atas infrastruktur jalan dan pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung, dengan judul penelitian: Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Infrastruktur Jalan dan Pengairan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lampung.

B. Permasalahan 11 Pengeluaran pemerintah memiliki kedudukan penting di dalam pembangunan. Pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi jalan dan pengairan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus pertumbuhan ekonomi. Selama tahun 1998--2009 alokasi pengeluaran pembangunan Provinsi Lampung pada kedua sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif, yaitu sektor infrastruktur jalan rata-rata 62,3 persen per tahun, sedangkan sektor infrastruktur pengairan rata-rata 41,6 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Lampung berkembang dikisaran rata-rata 4,8 persen pertahun. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan dan pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini membatasi masalah pada pembuktian pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur jalan dan pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung selama tahun 1998--2009. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur jalan dan pengairan terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung.

E. Kerangka Pemikiran 12 Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kemampuan pemerintah dalam menjalankan peranan di dalamnya. Menurut Dumairy (1999) fungsi pemerintah di dalam pembangunan ekonomi adalah alokatif, distributif, stabilitatif dan dinamisatif. Pemerintah akan melakukan pengeluaran belanja pembangunan sebagai langkah untuk menjalankan fungsi-fungsinya tersebut. Belanja pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa Y = C + I + G + X - M. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Variabel Y melambangkan pendapatan nasional (dalam arti luas), sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variabel-variabel di ruas kanan di sebut permintaan agregat. Variabel G melambangkan pengeluaran pemerintah (Governenment Expenditure). Dengan membandingkan nilai G dan Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional (Dumairy, 1999). Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir

13 dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati atau terkenan kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pendapatan nasional dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai, melainkan harus pula diperhitungkan siapa (masyarakat lapisan mana) yang akan terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan pihak swasta (Dumairy, 1999). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pengeluaran pemerintah daerah secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos.pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari.hari meliputi belanja pegawai, belanja barang : berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang) ; angsuran dan utang pemerintah ; serta jumlah pengeluran lain. Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya adalah pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, yang dibedakan atas pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan dan pengairan merupakan salah satu upaya investasi pemerintah dalam rangka pembentukan modal pembangunan. Menurut Hadi (2010), secara konseptual investasi adalah pembentukan modal tetap (fixed capital formation). Sedangkan yang dimaksud pembentukan modal tetap adalah pendirian bangunan/konstruksi, pembelian barang modal baru dari

14 dalam negeri, dan pembelian barang modal baru dan bekas dari luar negeri (BPS, 1997). Lebih lanjut Hadi (2010) mengatakan bahwa investasi yang dilakukan pemerintah setiap tahun, baik oleh perusahaan maupun pemerintah, membentuk akumulasi stok modal. Menurut Van der Eng dalam Hadi (2010), stok modal mencakup bangunan, alat-alat transportasi, mesin-mesin dan peralatan lainnya. Penggunaan aset-aset tersebut memberikan kontribusi dalam penciptaaan output dan pendapatan dalam perekonomian suatu negara. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dalam rangka pembentukan modal pemerintah, yang dimaksud pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan fisik jalan, sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur pengairan dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan saluran irigasi. Hasil pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan berupa jalan dan hasil pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur pengairan dalam bentuk bangunan saluran irigasi, merupakan stok modal bagi pemerintah. Mengingat pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan dan pengairan merupakan salah satu upaya investasi pemerintah dalam rangka pembentukan modal pembangunan, maka penelitian ini menggunakan dasar teori pertumbuhan ekonomi Klasik. Menurut kaum Klasik, pembentukan modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006). Model persamaan matematis dari teori pertumbuhan ekonomi kaum Klasik adalah:

Y Keterangan: Y K = f (K) = pertumbuhan ekonomi = pembentukan kapital/modal 15 Mengingat pembentukan modal yang dilihat dalam penelitian ini adalah investasi pemerintah dalam bidang pembangunan infrastruktur jalan dan pengairan (irigasi), maka model di atas dikembangkan menjadi: Keterangan: Y = f (K 1, K 2 ) Y = Pertumbuhan ekonomi K 1 = Pembentukan modal jalan (pengeluaran pemerintah atas pembangunan infrastruktur jalan) K 2 = Pembentukan modal irigasi saluran air (pengeluaran pemerintah atas pembangunan infrastruktur pengairan irigasi) Berdasarkan uraian-uraian di atas maka maka bagan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran Pembangunan Bidang Jalan Pengeluaran Pembangunan Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran Pembangunan Bidang Pengairan Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran.

F. Hipotesis 16 Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur jalan dan pengairan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung.