PETUNJUK LAPANGAN SL GAP/SOP. Philodendron



dokumen-dokumen yang mirip
Peluang Usaha Budidaya Cabai?

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. METODE PENELITIAN

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Good Agricultural Practices

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

II. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei B. Bahan dan Alat Penelitian

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PETUNJUK LAPANGAN SL GAP/SOP Philodendron DIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN HIAS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2009

Kata Pengantar Penerapan prinsip-prinsip GAP/SOP tanaman hias dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Sekolah Lapang GAP/SOP (SL-GAP/SOP). Sekolah Lapang bersifat partisipatori dimana proses belajar dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan orang dewasa dan berbasis pengalaman yang dilengkapi dengan pengamatan dan analisa hasil pengamatan. Melalui SL GAP/SOP tanaman hias, petani diharapkan dapat lebih memahami dan mampu menerapkan GAP/SOP secara konsisten di lahan usaha taninya untuk menghasilkan produk yang berdaya saing. Buku ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan Sekolah Lapang GAP/SOP Budidaya Philodendron bagi daerah yang mengembangkan komoditas tersebut. Semoga Buku Petunjuk Lapangan SL GAP/SOP Budidaya Philodendron ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan industri tanaman hias, terutama komoditas Philodendron. Kami menyadari buku ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dari pembaca guna penyempurnaan lebih lanjut. Direktur, Ir. Agus Wediyanto, M.Sc NIP. 080.051.800 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Halaman A. PENDAHULUAN... 1 B. PETUNJUK LAPANG I. Kurikulum dan Jadwal Kegiatan Mingguan... 3 II. Pemetaan Sumberdaya Wilayah... 7 III. Perencanaan... 9 IV. Pembagian Peran... 11 V. Pengamatan, Analisis dan Diskusi Agroekosistem Philodendron... 12 VI. Petak Studi... 14 VII. Penetapan Lokasi untuk Budidaya Philodendron... 15 VII. Penyiapan Lahan untuk Budidaya Philodendron... 16 IX. Penyiapan Rumah Lindung untuk Budidaya... 17 X. Penyiapan Bahan Tanaman... 18 XI. Penanaman... 19 XII. Pemupukan... 20 XIII. Pengairan... 21 XIV. Pengenalan OPT pada pertanaman Philodendron... 23 XV. Pengendalian OPT... 24 XVI. Pengendalian Gulma... 25 XVII. Panen... 26 XVIII. Penanganan Pasca Panen... 27 XIX. Manajemen PHT... 28 XX. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Pekerja... 30 XXI. Manajemen Daur Ulang dan Pengolahan Limbah... 32 XXII. Dinamika Kelompok... 33 XXIII. Uji Ballot Box... 39 XXIV. Rencana Tindak Lanjut SL... 43 XXV. Pencatatan... 45 LAMPIRAN... 46 i ii ii

PENDAHULUAN Dalam rangka akselerasi penerapan GAP/SOP pada sentra agribisnis tanaman hias maka pendekatan yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan Sekolah Lapang. Prinsip Sekolah Lapang adalah : - Peserta mengalami sendiri dengan melakukan pengamatan di lahan - Peserta dapat mengungkapkan atau menggambarkan agroekosistem yang telah diamati - Peserta belajar menganalisis dan berdiskusi gambaran agroekosistem tersebut - Selanjutnya peserta belajar menyimpulkan dan membuat keputusan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan - Keputusan tersebut diterapkan dalam lahan belajar maupun lahan usahanya sendiri Mengalami (mengamati dilahan) Menerapkan (dilahan belajar & dilahan sendiri Mengungkapkan (menggambar agroekosistem) Menyimpulkan (memutuskan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan Menganalisis (diskusi atau analisis agroekosistem) 1

Sebagai petunjuk lebih rinci dari Pedoman Umum Sekolah Lapang GAP/SOP Tanaman Hias, maka perlu dibuatkan Petunjuk Lapangan untuk setiap komoditas sesuai tahapan SOP dan pelaksanaan Sekolah Lapang. Ruang lingkup dari Petunjuk Lapang SL-GAP/SOP Philodendron adalah sebagai berikut : 1. Kurikulum dan Jadwal Kegiatan Mingguan 2. Pemetaan Sumberdaya Wilayah 3. Perencanaan 4. Pembagian Peran 5. Pengamatan, Analisis dan Diskusi Agroekosistem 6. Petak Studi 7. Penetapan Lokasi untuk Budidaya Philodendron 8. Penyiapan Lahan 9. Penyiapan Rumah Lindung 10. Penyiapan Bahan Tanaman 11. Penanaman 12. Pemupukan 13. Pengairan 14. Pengenalan OPT pada Pertanaman Philodendron 15. Pengendalian OPT 16. Pengendalian Gulma 17. Panen 18. Penanganan Pasca Panen 19. Manajemen PHT 20. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Pekerja 21. Manajemen Daur Ulang dan Pengolahan Limbah 22. Dinamika Kelompok 23. Uji Ballot Box 24. Rencana Tindak Lanjut Pasca SL 25. Pencatatan Petunjuk Lapang SL-GAP/SOP Philodendron dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan SL-GAP/SOP Philodendron dengan kurikulum yang ditetapkan sesuai tahapan SOP sebagai berikut : 2

PETUNJUK LAPANGAN KE I KURIKULUM DAN JADWAL KEGIATAN MINGGUAN 1. Kurikulum a. Materi Pokok - Pengematan agroekosistem - Penggambaran hasil pengamatan - Diskusi sub kelompok - Presentasi pleno - Pencatatan b. Studi Perbandingan - Petak SOP/GAP budidaya Philodendron Lebar bedeng 100-200 cm densitas tanam 8 tanaman Philodendron per m 2 dengan jarak tanam 30 x 20 cm yang dikelola berdasarkan prinsip GAP/SOP budidaya Philodendron - Petak konvensional Merupakan petak petani yang dikelola berdasarkan kebiasaan petani setempat 2. Jadwal Kegiatan Mingguan SL GAP/SOP Philodendron SL GAP/SOP Philodendron dilaksanakan 1 kali periode tanam, selama 10 bulan sebanyak 26 kali pertemuan. Setiap hari kerja efektif berjalan 5 jam atau 8 jam termasuk istirahat, shalat, makan (ISHOMA), rincian agenda pertemuan mingguan adalah sebagai berikut : - Penjelasan dan pengamatan agroekosistem (petak studi) selama 90 menit - Penggambaran hasil pengamatan, diskusi sub kelompok dan presentasi pleno selama 90 menit - Pencatatan selama 15 menit - Topik khusus selama 75 menit - Dinamika kelompok selama 15 menit - Evaluasi dan rencana tindak lanjut pertemuan lanjutan selama 30 menit 3

Tabel : Kegiatan Pertemuan Mingguan SL-GAP/SOP Budidaya Philodendron No Waktu Acara Kegiatan 1. 07.00 08.30 Penjelasan dan pengamatan agroekosistem (petak studi dan tahapan SOP) 2. 08.30 10.00 Penggambaran hasil pengamatan, diskusi sub kelompok Dan presentasi pleno 3. 10.00 10.15 Pencatatan 4. 10.15 10.30 Istirahat 5. 10.30 12.00 Dinamika kelompok 6. 12.00 12.30 Evaluasi dan rencana tindak lanjut pertemuan berikutnya Rincian Jadwal Kegiatan SL-GAP/SOP Rincian jadwal kegiatan SL-GAP/SOP Philodendron pada setiap pertemuan mingguan adalah sebagai berikut : No Pertemuan ke Jadwal Kegiatan 1. 2 mg sblm SL Pertemuan persiapan tingkat kec/desa 2. 1 mg sblm SL Pertemuan persiapan tingkat Keltan 3. 3 hari sblm SL Perencanaan hari-1 (Parsipatori lengkap) 4. 2 hari sblm SL Perencanaan hari-2 5. 1 hari sblm SL Perencanaan hari-3 6. Minggu -I Pembukaan Uji ballot box awal 7. Minggu -II Agroekosistem (Penetapan lokasi, pencatatan) Dinamika kelompok 8. Minggu -III Agroekosistem (persiapan lahan dan petak perlakuan) Pencatatan Dinamika kelompok Topik khusus Rencana Tindak Lanjut Ket 4

9. Minggu -IV Agroekosistem (persiapan shading net dan petak perlakuan) Pencatatan Dinamika kelompok Topik khusus 10. Minggu -V Agroekosistem (persiapan bahan tanaman dan petak perlakuan) Pencatatan Dinamika kelompok Topik khusus 11. Minggu -VI Agroekosistem (penanaman dan petak perlakuan) Pencatatan Dinamika kelompok Topik khusus 12. Minggu VII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : Presentasi studi awal, pencatatan 13. Minggu -VIII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : pemupukan, pencatatan 14. Minggu IX Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : pengairan, pencatatan 15. Minggu -X Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : pengendalian OPT, pencatatan 16. Minggu XI Uji ballot box awal Dinamika kelompok Topik khusus : keselamatan pekerja, pencatatan 17. Minggu -XII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : kelestarian lingkungan, Pencatatan 18. Minggu XIII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : presentasi studi, pencatatan 19. Minggu -XIV Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : presentasi studi, pencatatan 5

20. Minggu XV Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : pemeliharaan tegakan tanaman, Pencatatan 21. Minggu XVI Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : panen, pencatatan 22. Minggu -XVII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : penanganan pasca panen (sortasi, grading), pencatatan 23. Minggu XVIII Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : penanganan pasca panen Packing, pengangkutan, Pencatatan 24. Minggu XIX Agroekosistem Dinamika kelompok Topik khusus : presentasi hasil studi 25. Minggu XX Uji Ballot box akhir Evaluasi 26. Minggu -XI Penutupan 6

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE II PEMETAAN SUMBERDAYA WILAYAH Peta adalah salah satu sumber informasi yang dapat dipakai bahan perencanaan kegiatan. Kondisi masing - masing wilayah tentu sangat berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya, baik itu dalam permasalahan lapangan utamanya agroekosistem, keadaan sosial dan ekonomi, maupun kemampuan sumberdaya manusianya. Dalam rangka pemetaan potensi dalam hal ini pembahasan/analisis dititikberatkan pada aspek yang berkaitan cara budidaya tanaman hias dengan prinsip - prinsip GAP/SOP, seperti manajemen pengelolaan kebun, kesehatan, keamanan dan kesadaran pekerja, manajemen limbah dan daur ulang, persiapan budidaya, perlindungan tanaman dan lain - lain. B. Tujuan 1. Peserta dapat mengenali potensi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun manusia di wilayah/hamparan/kawasan kelompok/dusun/desa, yang bisa mendukung pelaksanaan SL GAP/SOP. 2. Dapat menghasilkan peta yang meliputi sumberdaya alam, manusia (aktivitasnya) untuk menyusun rencana kegiatan penerapan GAP/SOP. 3. Dapat menentukan sub kelompok hamparan/kelompok kerja/penggerak. C. Bahan dan Alat Kertas koran, spidol, krayon, selotip, peta wilayah kelompok tani/dusun/desa. D. Tahapan Pelaksanaan 1. Jelaskan kepada peserta tujuan dari pemetaan ini dan jelaskan bahwa pemetaan sumberdaya ini sebagai alat untuk menyusun rencana kegiatan selanjutnya. 2. Mintalah peserta untuk menggambar peta di wilayah kelompoknya/dusun/ desa, apabila pemandu sudah menyiapkan peta kosong tempelkan peta tersebut di depan ruangan pertemuan/kelas. 3. Pemandu bersama - sama peserta menyepakati jenis sumberdaya yang ada dengan memberi tanda/simbol/warna dari masing - masing potensi, 7

selanjutnya masukkan simbol - simbol yang pokok (misalnya batas yang dipetakan/obyek, jalan, saluran irigasi/sungai, perkampungan, tempat pendidikan, tempat aktivitas sosial/budaya/agama, tanda - tanda yang lain dianggap penting dan lain-lain) tersebut ke dalam peta sesuai dengan potensinya atau keadaan yang ada. 4. Ajak setiap peserta untuk mengisi dimana tempat tinggalnya, lahan/kebunnya (komoditinya apa saja) serta masalah pokok yang dihadapi dalam budidayanya. Atau tulis tersendiri tentang masalah - masalah pokok dalam budidaya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. 5. Cantumkan di sudut peta, penjelasan arti simbol atau gambar untuk memahami peta. E. Bahan Diskusi 1. Perhatikan proses pembuatan peta. Ajukan pertanyaan untuk memastikan informasi melalui peta sehingga dapat terbaca dengan jelas. 2. Identifikasi masalah, selanjutnya klarifikasi dan gabungkan masalah - masalah yang dianggap sama. 3. Adakah hubungan sebab akibat diantara perubahan sumberdaya khususnya aktivitas petani dalam budidaya tanaman yang ada terhadap setiap masalah yang timbul atau sebaliknya?; Mengapa? 4. Catat seluruh masalah selama proses, potensi dan informasi secara cermat untuk bahan kegiatan selanjutnya/lanjutan. 8

PETUNJUK LAPANGAN KE III PERENCANAAN A. Latar Belakang Suatu program akan berhasil dilaksanakan dengan baik apabila ada perencanaan yang baik dan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang sudah disusun dengan baik harus diimplementasikan dengan action (pelaksanaan kegiatan) secara konsisten sesuai dengan pentahapan yang telah ditetapkan. Dalam sekolah lapang, perencanaan harus dilaksanakan secara partisipatoris, yaitu perencanaan yang melibatkan semua pihak yaitu pelaksana dan para stakeholder secara aktif, dinamis dan demokratis. Perencanaan mencakup kerangka pelaksanaan SL, pembagian peran, penetapan jadwal, penetapan studi, topik khusus, muatan lokal, dsb. B. Tujuan 1. Peserta belajar menyusun perencanaan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia dengan analisis SWOT/K3A (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman). 2. Peserta lebih memahami dalam pelaksanaan setiap tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan, karena ikut terlibat dalam menyusun perencanaan. 3. Peserta dapat mengikuti sekolah lapang sesuai kurikulum yang telah disusun. C. Bahan dan Alat Kertas plano/flipchart, spidol dan skotlite D. Tahapan Pelaksanaan 1. Pemandu menjelaskan perlunya membuat perencanaan (terkait dengan pelaksanaan SL-GAP/SOP) 2. Membuat matriks analisis SWOT/K3A (Contoh analisis K3A dapat dilihat pada lampiran) 3. Pemandu menginventaris curah pendapat dari peserta mengenai analisis K3A sesuai kolom yang tersedia 4. Dengan mempertimbangkan hasil analisis SWOT/K3A, peserta menyusun kerangka pelaksanaan SL atau tahapan pelaksanaan SL 9

(Rencana Kerja) yang mencakup materi wajib, topik khusus, muatan lokal, rencana studi, pembagian peran dan jadwal kegiatan 5. Rencana kerja siap diaplikasikan di lapangan 10

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE IV PEMBAGIAN PERAN Suatu manajemen yang baik apabila ada pembagian peran yang jelas, artinya setiap individu dalam organisasi tersebut dapat berperan sesuai fungsinya masing-masing atau dengan bahasa yang sederhana : siapa mau apa. Peran tersebut akan berjalan dengan baik apabila dilakukan oleh orang yang tepat, memiliki kemampuan dan kemauan sesuai peran tersebut. Dalam sekolah lapang, peserta berhak menentukan siapa berperan apa, sehingga masing - masing peserta memegang komitmen terhadap peran yang telah ditetapkan dan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab. B. Tujuan 1. Peserta mengetahui kapasitas sumberdaya manusia yang ada 2. Berdasarkan sumberdaya manusia yang tersedia sesuai kapasitasnya, peserta belajar menentukan perannya terkait dengan pelaksanaan SL- GAP/SOP budidaya Philodendron 3. Peserta akan belajar berkomitmen sesuai dengan perannya dalam pelaksanaan SL-GAP/SOP budidaya Philodendron, karena mereka yang menentukan sendiri C. Bahan dan Alat Kertas plano/flipchart, spidol dan skotlite D. Tahapan Pelaksanaan 1. Peserta mengidentifikasi peran - peran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan SL dan kemampuan yang dimiliki peserta. 2. Membuat matriks peran : apa/siapa, kemampuan yang dimiliki, sumbangan peran, harapan program. 3. Menentukan struktur organisasi SL-GAP/SOP Philodendron 4. Menetapkan pembagian tugas, dan fungsi apa yang diperlukan serta siapa penanggungjawabnya. 5. Menggambar bagan organisasi secara lengkap : siapa/apa tupoksinya. 6. Mengaplikasikan di lapangan sesuai fungsinya. 11

PETUNJUK LAPANGAN KE V PENGAMATAN, ANALISIS DAN DISKUSI AGROEKOSISTEM PHILODENDRON A. Latar Belakang Pada lahan pertanaman Philodendron terdapat berbagai unsur yang saling terkait antara satu dengan lainnya seperti tanah, air, udara, sinar matahari, OPT dan lain - lain. Kondisi setiap unsur tersebut berpengaruh pada pertumbuhan Philodendron. Oleh karena itu perlu diketahui kondisi yang optimal dari setiap unsur tersebut bagi pertumbuhan Philodendron. Apabila ada diantara unsur tersebut tidak pada kondisi yang optimal bagi pertumbuhan Philodendron, maka harus diberikan perlakuan untuk memperbaiki kondisi tersebut agar optimal. B. Tujuan 1. Peserta belajar melakukan pengamatan terhadap setiap unsur dalam ekosistem pertanaman yang berpengaruh pada pertumbuhan Philodendron. 2. Peserta belajar melakukan analisis pengaruh dari setiap unsur pada ekosistem pertanaman terhadap pertumbuhan Philodendron dan menarik kesimpulan untuk melakukan tindaklanjut yang dibutuhkan sesuai kaidah GAP/SOP. C. Bahan dan Alat Kertas plano/flipchart, spidol dan skotlite, pensil warna/crayon dan lahan studi. D. Tahap Pelaksanaan 1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok melakukan pengamatan agroekosistem pada lahan pertanaman Philodendron yang berbeda 2. Hasil pengamatan dicatat, seperti : kondisi alam (sinar matahari cerah, berawan atau hujan); iklim mikro seperti suhu dan kelembaban udara, kelembaban tanah; kondisi pertanaman : fase pertumbuhan, kesuburan, keseragaman tumbuh, gejala serangan OPT, dsb; kebersihan lahan; OPT yang ditemui; agen hayati; dsb 3. Setelah melakukan pengamatan, peserta kembali ke tempat pertemuan 12

dan menggambar hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan pensil warna atau krayon 4. Setiap kelompok diwakili oleh seorang peserta mempresentasikan gambar yang telah dibuat kemudian mendiskusikan bersama untuk menarik kesimpulan dan menetapkan tindak lanjut yang harus dilakukan sesuai kaidah GAP/SOP budidaya Philodendron 5. Membuat rencana tindaklanjut yang akan dilaksanakan pada minggu berikutnya 13

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN VI PETAK STUDI Pada SL-GAP/SOP budidaya Philodendron, perlu dirancang petak studi. Petak studi adalah petak pertanaman Philodendron yang dibuat agar peserta dapat melakukan studi mengenai kaidah GAP/SOP dengan menguji antara petak penerapan GAP/SOP dan petak konvensional. Petak penerapan GAP/SOP adalah petak untuk budidaya Philodendron sesuai kaidah GAP/SOP, sedangkan petak konvensional adalah petak untuk budidaya Philodendron sebagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh petani. Luasan setiap petak ditetapkan kurang lebih 200 m 2 (populasi sekitar 500 tanaman). Penetapan aspek yang akan dijadikan studi didasarkan pada hasil diskusi kelompok dari permasalahan yang teridentifikasi dan dipilih aspek yang paling berpengaruh pada kualitas Philodendron. B. Tujuan 1. Peserta dapat belajar lebih mendalam mengenai perbedaan proses produksi sesuai kaidah GAP/SOP dengan kebiasaan yang dilakukan petani. 2. Peserta dapat mengambil kesimpulan dari hasil studi yang dilakukan. C. Bahan dan Alat Petak studi, sarana prasarana usahatani Philodendron, form pencatatan. D. Tahapan Pelaksanaan 1. Penetapan lokasi untuk petak studi dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber pengairan, kondisi lahan dsb. 2. Melakukan presentasi rencana studi pada tahap awal, untuk menetapkan aspek yang akan dijadikan studi berdasarkan permasalahan yang paling berpengaruh pada kualitas produk dan kelestarian lingkungan. 3. Menyusun rencana studi pada aspek yang telah dipilih. 4. Mengaplikasikan rencana tersebut pada petak studi. 5. Melakukan pengamatan sesuai parameter yang ditetapkan. 6. Melakukan analisa dari hasil pengamatan. 7. Mempresentasikan hasil analisa pada petak studi pada tahap pertengahan. 8. Mengambil kesimpulan dari hasil analisa pada petak studi. 9. Menyusun rencana tindak lanjut 14

PETUNJUK LAPANGAN VII PENETAPAN LOKASI UNTUK BUDIDAYA PHILODENDRON A. Latar Belakang Sebelum menetapkan lokasi sebagai areal untuk budidaya Philodendron, maka ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan seperti kesesuaian tanah dan agroklimat, selain juga harus mengikuti ketentuan RUTW dan RUTR pemerintah daerah setempat. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai persyaratan dalam menetapkan lokasi untuk budidaya Philodendron. C. Bahan dan Alat 1. Dokumen RUTW dan RUTR 2. Data agroklimat 2 tahun terakhir (curah hujan dsb) 3. Alat pengukur ketinggian tempat, ph meter, alat pengukur panas dan kelembaban udara 4. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Memastikan bahwa lokasi yang ditetapkan sebagai areal budidaya Philodendron sesuai dengan ketentuan RUTW dan RUTR 2. Berdasarkan data agroklimat, menunjukkan bahwa lokasi sesuai dengan kebutuhan tanaman Philodendron. 3. Mengukur tingkat keasaman tanah sebelum dilakukan pengolahan. 4. Mengukur suhu udara dan kelembaban udara pada lingkungan mikro (dalam rumah lindung. 5. Mencatat dalam form pencatatan. E. Bahan Diskusi 1. Hasil pengukuran tingkat keasaman tanah untuk menentukan perlakuan pengolahan tanah yang diperlukan bagi pertumbuhan optimal Philodendron. 2. Hasil pengamatan pada pertumbuhan tanaman dengan kondisi lingkungan mikro. 15

PETUNJUK LAPANGAN KE VIII PENYIAPAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA PHILODENDRON A. Latar Belakang Untuk menyediakan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan Philodendron, maka sebelum penanaman perlu melakukan penyiapan lahan. Penyiapan bahan mencakup pembersihan lahan, pengolahan dan pembuatan bedengan serta saluran pembuangan air. Karena keterbatasan waktu, maka kegiatan ini dilakukan secara simulasi. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai cara menyiapkan media tumbuh yang optimal bagi pertanaman. C. Bahan dan Alat 1. Petak studi yang telah diolah dan siap ditanami 2. Meteran, alat pengukur kelembaban tanah, ph meter 3. Alat tulis (kertas, pena, penggaris) 4. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Peserta mengamati kondisi lahan yang telah diolah dari petak studi (petak GAP dan petak konvensional). 2. Peserta mengukur panjang dan lebar bedeng, lebar saluran pembuangan, pengukur keasaman tanah, kelembaban tanah dan struktur tanah. 3. Peserta menggambar sketsa lahan yang telah diamati pada kertas. 4. Mencatat dalam form pencatatan. E. Bahan Diskusi 1. Panjang dan lebar bedengan dan jarak antar bedengan yang optimal. 2. Arah lajur bedengan. 3. Struktur tanah yang optimal untuk Philodendron. 16

PETUNJUK LAPANGAN IX PENYIAPAN RUMAH LINDUNG UNTUK BUDIDAYA PHILODENDRON A. Latar Belakang Di dalam usaha budidaya Philodendron diperlukan rumah lindung dengan persyaratan fisik bangunan tertentu. Rumah lindung harus mampu menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal serta melindungi tanaman dari curahan hujan dan sinar matahari yang berlebih. Karena keterbatasan waktu, maka kegiatan ini dilaksanakan secara simulasi. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai penyiapan rumah lindung untuk memberikan lingkungan mikro yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. C. Bahan dan Alat 1. Alat tulis (kertas, penggaris dan pena) 2. Rumah lindung pada petak studi 3. Alat pengukur suhu dan kelembaban udara 4. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Peserta mengamati konstruksi dan pengaturan rumah lindung pada petak studi 2. Mengukur suhu dan kelembaban udara dalam rumah lindung. 3. Peserta menggambar rencana desain konstruksi rumah lindung. 4. Peserta membuat rencana kebutuhan bahan untuk membuat rumah lindung. 5. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi 1. Konstruksi yang kuat untuk menahan angin, dan biaya yang efisien. 2. Efektifitas shading net dalam menyediakan iklim mikro. 17

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE X PENYIAPAN BAHAN TANAMAN Untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki kualitas baik, diperlukan perbanyakan benih yang berasal dari indukan yang terpilih dengan kualitas baik. Perbanyakan benih Philodendron dapat dilakukan melalui stek. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai cara - cara perbanyakan benih Philodendron. C. Bahan dan Alat 1. Indukan tanaman yang sehat dan varietasnya diketahui 2. Benih hasil perbanyakan 3. Pisau/gunting 4. Media untuk perakaran 5. Polybag 6. Zat tumbuh 7. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Memilih indukan yang baik untuk diambil stek batangnya 2. Menyiapkan media yang optimal untuk perakaran 3. Memotong stek batang yang telah dipilih 4. Memberikan zat tumbuh untuk merangsang pertumbuhan akar 5. Menanam stek batang pada media perakaran 6. Mengamati perbanyakan tanaman dari hasil stek batang setelah tumbuh perakaran 7. Mengamati hasil perbanyakan dengan kultur jaringan. 8. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi 1. Hasil pengamatan dari perbanyakan tanaman stek (pucuk dan batang) 2. Efektivitas pemakaian zat tumbuh. 18

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XI PENANAMAN Penanaman adalah kegiatan menumbuhkan tanaman baru sebagai langkah awal dalam usaha budidaya tanaman hias. Kegiatan ini mencakup penyiraman, memcah rumpun tanaman Philodendron siap tanam. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai teknik penanaman Philodendron agar memperoleh hasil dengan produktivitas tinggi dan produk yang berkualitas. C. Bahan dan Alat 1. Lahan yang siap tanam 2. Bahan penanaman 3. Rafia untuk mengatur jarak tanam 4. Tugal 5. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Olah tanah di lokasi yang telah dipilih dengan cangkul dengan kedalaman 20 cm 2. Menambahkan bahan organik (pupuk kandang, sekam) dan pasir halus secukupnya agar struktur tanah menjadi gembur, dengan perbandingan 1:1 3. Bahan organik dan pasir diaduk merata sampai homogen 4. Tekstur tanah diatur 10-20 % berpasir 5. Pemberian pupuk kandang di awal penanaman dengan dosis 15 ton/ha 6. Tanam benih Philodendron, dengan jarak tanam yang direkomendasikan adalah 20 x 30 cm 7. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi 1. Jarak tanaman yang optimal 2. Bahan tanaman yang digunakan 19

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XII PEMUPUKAN Agar dapat tumbuh dengan optimal maka unsur mikro dan makro harus terpenuhi melalui pemberian pupuk. Pemupukan harus dilakukan secara tepat baik saat pemberian, cara pemberian, jenis pupuk yang digunakan dan dosisnya. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pemupukan yang tepat untuk memberikan unsur makro dan mikro yang dibutuhkan untuk tanaman Philodendron C. Bahan dan Alat 1. Pupuk 2. Ember 3. Sarung tangan 4. Kored 5. Timbangan 6. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Pemupukan dengan dosis sebagai berikut : 1) NPK (3:2:1) dengan dosis setengah sendok makan 2. Mencampur pupuk secara merata 3. Menebarkan pupuk secara merata di sekitar tanaman 4. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi 1. Pengaruh jenis pupuk. 2. Fase yang paling efektif dalam pemupukan 20

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XIII PENGAIRAN Air dibutuhkan tanaman untuk menjaga agar media tetap lembab dan gembur, selain itu air juga akan diserap bersama - sama unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian air yang terlalu banyak akan menyebabkan berkembangnya penyakit seperti jamur dan bakteri, sehingga tanaman menjadi busuk. Namun kekurangan air menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu. Pengairan meliputi penyediaan sumber air, saluran pengairan dan saluran drainase. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai cara - cara pengairan yang tepat untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman Philodendron. C. Bahan dan Alat 1. Sumber air 2. Saluran pengairan (kran, selang, ember, gembor dsb.) 3. Alat pengukur kelembaban tanah 4. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Peserta melakukan analisa mengenai kondisi sumber air apakah dari air sumur (tanah) atau sungai. 2. Peserta melakukan analisa apakah sumber air bersih dari bahan pencemar. 3. Peserta melakukan pengukuran kelembaban tanah sebelum dilakukan penyiraman dan setelah penyiraman. 4. Peserta menentukan tingkat kelembaban tanah pada kapasitas lapang. 5. Mencatat dalam form pencatatan 21

E. Bahan Diskusi 1. Bahan pencemar yang membahayakan tanaman dan kelestarian lingkungan. 2. Pengaruh kelebihan air bagi pertumbuhan tanaman. 3. Pengaruh kekurangan air bagi pertumbuhan tanaman. 22

PETUNJUK LAPANGAN XIV PENGENALAN OPT PADA PERTANAMAN PHILODENDRON A. Latar Belakang Agar dapat melakukan pengendalian OPT secara tepat maka jenis - jenis penyakit dan hama yang sering mengganggu dan menyebabkan kerugian secara ekonomi pada pertanaman Philodendron perlu diketahui. B. Tujuan Mengenal jenis - jenis penyakit dan hama yang mengganggu dan menyebabkan kerugian secara ekonomi pada pertanaman Philodendron. C. Bahan dan Alat 1. Kertas koran 2. Alat tulis (pensil, penghapus dan pensil warna) 3. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Menggambar jenis - jenis hama yang teramati pada pertanaman. 2. Menggambar gejala - gejala yang dijumpai pada pertanaman. 3. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi Jenis hama dan penyakit yang paling merugikan tanaman Philodendron secara ekonomi serta cara pengendalian yang efektif namun tetap menjaga kelestarian lingkungan. 23

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XV PENGENDALIAN OPT Pengendalian OPT dimaksudkan untuk mengelola populasi OPT pada tingkat yang tidak menyebabkan kerugian secara ekonomi tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan dan kesehatan pekerja. Pengendalian OPT meliputi cara - cara penyiapan pestisida, pembuatan larutan pestisida, penyemprotan dan tindakan pasca penyemprotan sesuai instruksi kerja K3. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai cara - cara pengendalian OPT yang bijaksana yang memperhatikan keseimbangan lingkungan dan kesehatan pekerja. C. Bahan dan Alat 1. Bahan pestisida yang akan digunakan (jenis sesuai rekomendasi) 2. Pakaian K3 (masker, sarung tangan dan sepatu) 3. Ember 4. Sprayer 5. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Mengenakan pakaian sesuai prosedur standar K3. 2. Mempersiapkan larutan pestisida dengan dosis sesuai rekomendasi. 3. Mengaplikasikan pestisida sesuai prosedur baku 4. Menyimpan kembali pestisida ke tempat yang aman. 5. Membersihkan semua peralatan dan menyimpannya sesuai prosedur K3 6. Mencatat dalam form pencatatan. E. Bahan Diskusi Pembuatan pestisida hayati. 24

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XVI PENGENDALIAN GULMA Pengendalian gulma perlu dilakukan secara berkala untuk mencegah persaingan hara dengan tanaman utama. Selain itu gulma akan menjadi sumber akumulasi OPT. Kegiatan ini meliputi penyiangan gulma di petakan pertanaman dan sekitarnya secara fisik atau mekanik yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh kemudian menimbunnya pada tempat yang telah disediakan. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai pentingnya pengendalian gulma untuk memberikan kondisi lingkungan fisik yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. C. Bahan dan Alat 1. Kored, golok 2. Pacul 3. Wadah untuk penampungan 4. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Menyiapkan tempat untuk menimbun gulma 2. Membersihkan gulma di sekitar pertanaman 3. Mengumpulkan dalam wadah dan menimbun pada tempat yang telah disediakan 4. Mencatat dalam form pencatatan E. Bahan Diskusi Pengaruh gulma terhadap produktivitas dan kualitas hasil. 25

A. Latar Belakang PETUNJUK LAPANGAN KE XVII PANEN Panen merupakan tindakan memetik hasil berupa daun potong setelah mencapai stadia yang tepat sesuai kriteria standar. Stadia panen untuk Philodendron adalah setelah berumur 8-9 bulan dengan daun berwarna hijau tua dan berbatang keras. B. Tujuan Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai penentuan stadia panen dan cara - cara panen yang tepat untuk memperoleh kualitas produk yang tinggi. C. Bahan dan Alat 1. Gunting atau pisau untuk memanen. 2. Wadah untuk mengumpulkan hasil panen. 3. Form Pencatatan D. Tahapan Pelaksanaan 1. Memastikan bahwa peralatan panen yang akan digunakan dalam keadaan bersih. 2. Melakukan pemanenan dengan memotong batang daun sesuai kriteria standar mutu. 3. Mengumpulkan hasil panen dalam wadah yang sudah disediakan dan meletakkannya di dalam bak/ember. 4. Mencatat dalam form pencatatan. E. Bahan Diskusi Produktivitas hasil yang dicapai. 26