PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. program tersebut adalah PNPM Mandiri Perdesaan. PNPM Mandiri adalah. pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, PNPM Mandiri Pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association).

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan merupakan proses. untuk mencapai kondisi yang lebih baik dari sekarang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP)

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

PEREKONOMIAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH NURNANINGSIH PAUDI NIM. 121 411 004 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2015

LEMBAR PERSETUJUAN Jurnal yang berjudul: Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Ekonomi Bergulir Di PNPM Mandiri Perkotaan Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Oleh: Nurnaningsih Paudi NIM. 121411004 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Rusdin Djibu, M.Pd. Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd. NIP. 19640427 199403 1 001 NIP. 19661022 200604 1 001

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO Nurnaningsih Paudi, Rusdin Djibu, Mohamad Zubaidi 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemberdayaan perempuan melalui program ekonomi bergulir di PNPM mandiri perkotaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitan ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Ekonomi Bergulir (PEB) sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat, dalam kegiatannya secara langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan karena PEB mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi sosial. Program PEB memberikan sarana dan fasilitas dengan memberi pinjaman modal usaha yang dikhususkan untuk perempuan. Dalam pemberdayaan perempuan yang difokuskan dalam program PEB ini adalah aspek penyadaran berupa peningkatan apresiasi masyarakat terhadap program PEB seperti kesadaran anggota dalam mengikuti kegiatan sosialisasi program tersebut. Dari aspek peningkatan kapasitas memberikan hasil optimal baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dari aspek pemberdayaan, memberikan dampak positif bagi kaum perempuan di Desa Luhu, seperti terjadinya peningkatan usaha ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: pemberdayaan, perempuan, program ekonomi bergulir. 1 Nurnangsih Paudi, Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Rusdin Djibu, M.Pd, dan Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd, selaku Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo.

PENDAHULUAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu program pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Depdagri, 2008). Berdasarkan Observasi dan wawancara awal bahwa keberadaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Luhu Kecamatan Telaga belum mampu berperan dalam menangani permasalahan-permasalahan gender dalam memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan kesejahteraan lainnya. Kondisi ekonomi yang kurang menggairahkan di masyarakat berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kemampuan ekonomi warga masyarakat itu sendiri khususnya perempuan. Pendapatan mereka hanya Rp. 200.000 sebulan, belum dikurangi dengan kebutuhan sehari-hari seperti uang jajan anak. Berdasarkan data yang didapatkan dari Desa Luhu, jumlah penerima raskin (beras miskin) yang berada di Desa Luhu yaitu sebanyak 180 KK. Karena sebagian warga masyarakat yang berada di Desa Luhu tidak pernah duduk di bangku sekolah, maka dari itu sulitnya untuk mereka mendapatkan peluang pekerjaan yang tetap. Mereka hanya mengandalkan tenaga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi masyarakat yang tidak memiliki ladang sendiri otomatis hanya menjadi buruh tani di ladang orang lain. Dengan data yang ada peneliti ingin mengetahui bahwa warga masyarakat yang berada di Desa Luhu masih minim dengan pekerjaan tetap. Yang menjadi penghambat yaitu warga masyarakat tersebut masih banyak yang tidak pernah duduk di bagku sekolah. Dengan melihat data berikut:

Tabel 1.1 Data Menurut Pekerjaan NO PEKERJAAN L % P % 1. Petani 27 3.7% 10 1.4% 2. Buruh Tani 302 42.1% 17 2.4% 3. Tukang 53 7.3% - - 4. Tidak Bekerja 43 6% 265 4.67% Jumlah 425 92.4% 292 8.47% Sumber: Kantor Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2015. Tabel 1.2 Data Pendidikan Sekolah NO PENDIDIKAN L % P % 1. Tidak Pernah Sekolah 40 22.2% 35 19.4% 2. SD 37 20.5% 23 12.7% 3. SMP 16 8.8% 10 5.5% 4. SMA 10 5.5% 9 5% Jumlah 103 57.22% 77 42.7% Sumber Kantor Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2015. Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa banyaknya warga masyarakat yang belum menginjak bangku sekolah. Sehingga menjadi penghambat warga untuk mencari pekerjaan tetap. Data tersebut menunjukkan pula kaum perempuan juga mempunyai andil yang besar baik dilihat dari kaum perempuan yang tidak bekerja. Inilah yang akan menjadi dasar melalui dana bergulir. Perlibatan masyarakat dalam menentukan program pemberdayaan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari pemberdayaan masyarakat secara nyata dan terarah. Anggota masyarakat bukan hanya objek pemberdayaan semata, tetapi juga merupakan subjek pemberdayaan. Kedudukan sebagai subjek pemberdayaan berarti anggota masyarakat hendaknya memiliki kemauan, kemampuan, kesediaan kesadaran, motifasi, kerjasama dan kawasan yang kuat dan melekat pada diri anggota masyarakat terhadap pemberdayaan. Kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyrakat harus berperan secara aktif, didorong untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, baik dalam menyusun perencanaan maupun dalam implementasi proyek atau program pemberdayaaan masyarakat. Dalam penyelenggaraan kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan ini yang diharapkan lahirnya masyarakat yang memiliki kemandirian usaha, namun diperhadapkan dengan permasalahan mengenai modal usaha untuk itu sendiri.

Sebab bagaimana mereka dapat mandiri hanya dengan bermodalkan keterampilan tanpa adanya modal usaha berupa dana yang memadai. Kemandirian yang diharapkan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah terciptanya masyarakat yang mampu mengembangkan usaha secara mandiri, sehingga terwujudlah peluang usaha yang dapat menopang kehidupan dan ekonomi keluarga. Menyimak uraian tersebut, maka jelaslah bahwa penyelenggaraan program PNPM Mandiri Perkotaan merupkan bagian yang sangat penting untuk terus dijalankan karena bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat. Disisi lain faktor yang tidak kalah pentingnya adalah menyangkut tentang program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. KAJIAN TEORETIS Menurut Hikmat (1999: 38) pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris "empowerment" yang bisa diartikan sebagai pemberdayaan, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power). Istilah pemberdayaan menurut Crescent (2003: 64), adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Jika dilihat dari proses operasionalnya maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain: pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan

(pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Perekonimian masyarakat ditandai dengan adanya perekonomian rakyat kecil sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan asset yang sedikit, skala usaha kecil, tingkat pendidikan rendah, sehingga keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan tidak optimal dan menjadikan perbedaan (kesenjangan) diantara pelaku ekonomi yang maju dengan produktivitas tinggi. (Abidin, 2008: 16). Menurut Husain (2004: 389), pemberdayaan ekonomi ummat (masyarakat) mengandung tiga misi. Pertama, misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran-ukuran ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal, misalnya besaran-besaran produksi, lapangan kerja, laba, tabungan, investasi, ekspor-impor dan kelangsungan usaha. Kedua, pelaksanaan etika dan ketentuan hokum yang berlaku. Ketiga, membangun kekuatan-kekuatan ekonomi umat (masyarakat). Santoso (2002: 78) menjelaskan bahwa pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok maupun komunitas beruasaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Gagasan ini mengartikan pemberdayaan sebagi upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitanyya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam bentuk hari depannya. Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Dalam proses pemberdayaan perempuan diperlukan perencanaan yang tersusun secara matang dan langkah selanjutnya adalah mobilisasi sumberdaya yang diperlukan. Pada dasarnya penerapan nilai-nilai demokrasi pada program pemberdayaan perempuan sama dengan penerapan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat umum, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi pada intinya berupa dana (modal, sumber daya manusia, teknologi dan organisasi atau kelembagaan).

Pemberdayaan perempuan sebagai sebuah intervensi merupakan suatu upaya untk memperkuat asset masyarakat berdasarkan lembaga, dan menubah peraturan institusioanl yang mengatur perilaku dan interaksi antar manusia. Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih menekankan proses, tanpa bermaksud menafikan hasil dari pemberdayaan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan proses, maka partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan. Sebagaimana yang diungkap oleh Adi (2003: 70-75) bahwa pemberdayaan perempuan menekankan pada process goal, yaitu tujuan yang berorientasi pada proses yang mengupayakan integrasi masyarakat dan dikembangkan kapasitasnya guna memecahkan masalah mereka secara kooperatif atas dasar kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai prinsip demokratis. Dengan mekankan pada proses, maka pemberdayaan perempuan pun memiliki tahap-tahap sebagai berikut (Wrihatnolo dan Dwidjowjoto, 2007: 11). 1. Penyadaran Pada tahap ini, dilakukan sosialisai terhadap komunitas agar mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help). Dalam tahap penyadaran, target sasaran yaitu masyarakat khususnya perempuan miskin yang diberikan pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada. Di samping itu juga diberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Pada tahap ini, kaum perempuan dibuat mengerti bahwa proses pemberdayaan itu harus berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar komunitas ini mendapat cukup informasi. Melalui informasi actual dan akurat terjadi proses penyadaran secara alamiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan. 2. Peningkatan Kapasitas Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan dalam mengelolanya. Tahap ini sering disebut sebagai capacity building, yang terdiri atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan system nilai pendampingan. Tahap pengkapasitasan bertujuan untuk memampukan masyarakat khususnya perempuan

miskin sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola peluang yang akan diberikan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan, lokakarya dan kegiatan sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill (kecakapan hidup) dari masyarakat miskin. Pada tahap ini sekaligus dikenalkan dan dibukakan akses kepada sumber daya kunci yang berada di luar komunitasnya sebagai jembatan mewujudkan harapan dan eksistensi dirinya. Selain memampukan kaum perempuan miskin baik secara individu maupun kelompok, proses memampukan juga menyangkut organisasi dan system nilai. Pengkapasitasan system nilai terkait dengan aturan main yang akan digunakan dalam mengelola peluang. 3. Pemberdayaan Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya. Masyarakat dalam hal ini perempuan miskin diberikan peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta di tuntun untuk melakukan self evaluation terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Konsep pemberdayaan perempuan melalui pendayaan dapat dikembangkan sebagai mekanisme perencanaan dan pembangunan yang bersifat botton up yang melibatkan peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan. Dengan demikian, program pemberdayaan perempuan disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berarti dalam penyusunan program dilakukan penentuan prioritas berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingan sehingga implementasi program akan terlaksana secara efektif dan efisien. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemberdayaan perempuan melalui program ekonomi bergulir di PNPM mandiri perkotaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitan ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif.

METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kualitatif yang bersifat interpretative yaitu berusaha memperoleh data secara deskriptif dalam bentuk gejala tingkah laku dari orang-orang yang diamati dan berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar warga Paket B di PKBM Tunas Harapan Desa Bulontio Timur Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Ekonomi Bergulir (PEB) sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat, dalam kegiatannya secara langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan karena PEB mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi sosial. Program PEB memberikan saran dan fasilitas dengan member pinjaman modal usaha yang dikhususkan untuk perempuan. Dalam pemberdayaan perempuan yang difokkuskan dalam program PEB ini adalah proses penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan dengan melibatkan para anggota peminjam yang dikhususkan pada perempuan dengan membuat sebuah kelompok simpan pinjam perempuan. Dari aspek penyadaran telah memberikan pengaruh positif bagi anggota PEB seperti ikut secara sukarela dalam kegiatan sosialisasi program PEB serta memiliki kesadaran tentang disiplin waktu jatuh tempo pembayaran angsurann melalui program tersebut. Selain itu, aspek penyadaran dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap program PEB ikut serta dalam membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Selain itu bentuk penyadaran yang dilakukan adalah dengan mengundang masyarakat untuk hadir pada pertemuan yang diprakarsai oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) ditingkat

Kecamatan Telaga dalam melksanakan sosialisasi tentang penggunaan dana PEB sesuai dengan Petunjuk Teknis Operaional (PTO) program PEB. Melalui aspek peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pengguna dana PEB, telah memberikan hasil optimal baik serta individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Sehingga dalam memberdayakan kaum perempuan melalui program PEB memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Disamping itu, melalui kapasitas oleh anggota PEB memberikan pengaruh positif dalam wawasan dan pengetahuan tentang program PEB yang telah dilaksanakan, sekaligus membentuk kepribadian kaum perempuan dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat. Selain dari aspek penyadara, peningkatan kapasitas, serta pemberdayaan yang dilakukan dalam program PEB di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdapat wujud semangat gotong royong dan kekeluargaan yang terjadi dikalangan anggota PEB. Melalui program PEB tersebut, masyarakat khususnya perempuan memiliki percaya diri serta kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesatuan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu dan mengisi di semua bidang kehidupan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan perempuan melalui Program Ekonomi Bergulir (PEB) di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo telah berjalan secara optimal melalui pendekatan yang dilakukan berdasarkan aspek penyadaran berupa peningkatan apresiasi masyarakat terhadap program PEB seperti kesadaran anggota dalam mengikuti kegiatan sosialisasi program tersebut. Dari aspek peningkatan kapasitas, memberikan hasil optimal baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan dari aspek pemberdayaan, memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup

kaum perempuan di Desa Luhu, seperti terjadinya peningkatan usaha ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat seutuhnya. Dari kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Anggota PEB hendaknya menerapkan semua aturan-aturan pelaksanaan yang dituangkan dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) program PEB. 2. Anggota PEB masih membutuhkan pendampingan secara berkala dari penyelenggara program mengenai keberlanjutan dan keberhasilan usahanya. 3. Dalam kegiatan sosialisasi pihak-pihak yang memberikan informasi, baik unit pengelola kegiatan (UPK) maupun pihak tim pelaksana kegiatan (TPK) hendaknya memberikan informasi tentang program PEB secara mutakhir sehingga anggota PEB mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan program tersebut, serta menghindari terjadinya persepsi negative dikalangan masyarakat mengenai program PEB. 4. Diharapkan kepada aparatur Desa Luhu Kecamatan Telaga dalam memberikan pelayanan secara optimal sebagai fasilitator Program Ekonomi Bergulir (PEB), agar program tersebut memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya perempuan. DAFTAR RUJUKAN Abidin, Said Zainal. 2008. Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Jakarta: Suara Bebas. Crescent, Tim. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri: Pengembangan Model Sistem Keterjaminan Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Depdargi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Harry Hikmat. 1999. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Humaniora. Husain, Abdullah, Abdul At-Tariki. 2004. Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuannya. Yogyakarta: Magistra Insania Press. Santoso. 2002. Mengasa Kemandirian Masyarakat. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Ilmiah Populer. Edisi 1, Tahun ke 1.