KARAKTERISASI GEN PARTICULATE METHANE MONOOXYGENASE (pmmo) BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan dan Pengembangan Bakteri Metanotrof sebagai Pereduksi Emisi Metan dan Pemfiksasi N 2

KARAKTERISASI FISIOLOGI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT-ISOLAT BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH WILAYAH BOGOR DAN SUKABUMI DINA DWI ASTUTI

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

KARAKTERISASI FISIOLOGI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT-ISOLAT BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH WILAYAH BOGOR DAN SUKABUMI DINA DWI ASTUTI

M 1 2. ~1,9 kb HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS OKSIDASI METAN DAN REDUKSI DINITROGEN OKSIDA (N 2 O) KULTUR KOMBINASI BAKTERI METANOTROF DAN Ochrobactrum anthropi RANI MAHARANI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

EFEKTIVITAS FIKSASI N 2 DAN OKSIDASI METAN KULTUR CAMPURAN BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH VINA CHATRINA

TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah

SELEKSI DAN UJI AKTIVITAS FIKSASI NITROGEN (N 2 ) BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) BERBEDA BONARDO TIGOR SAGALA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

AKTIVITAS FIKSASI NITROGEN DAN OKSIDASI METAN KOMBINASI BIAKAN Azotobacter sp., Azospirillum sp., DAN BAKTERI METANOTROF IVAN PERMANA PUTRA

Maimuna Nonci 1, Baharuddin 2, Burhanuddin Rasyid 3, Pirman 4

IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI METANA DAN GEN FUNGSIONAL ISOLAT DARI TANAH SAWAH DAN GAMBUT RIZKA OKTARIANTI AINUN JARIAH

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains. Oleh: Dwi Purwanti M

BAB III BAHAN DAN METODE

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

PROFIL PLASMID Bacillus thuringiensis ISOLAT JAKARTA, BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI WISNU HERLAMBANG

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

BAB III METODE PENELITIAN

SELEKSI BAKTERI METANOTROF PEMFIKSASI NITROGEN DARI SAWAH DI SRAGEN, JAWA TENGAH MAGDA MARGARETH

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI PAPUMA JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh. Ratno Dwinanto NIM

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI BAKTERI XILANOLITIK DAN SELULOLITIK DARI FESES LUWAK SRI LAKSMI DEWI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

AKTIVITAS FIKSASI NITROGEN DAN OKSIDASI METAN KULTUR CAMPURAN BAKTERI METANOTROF PADA LUMPUR SAWAH SHEILA NURAISHA HANIF

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MULTIRESISTEN GENUS Bacillus (ISOLAT MG 46) DENGAN PCR MENGGUNAKAN PRIMER UNIVERSAL 16S rrna

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

RENI KASMITA A

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan

IDENTIFIKASI OLIGOSAKARIDA MADU HUTAN GUNUNG TAMBORA SUMBAWA YOGI NUR ANGGOWO

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI ZAT ANTZMMROBA-POLPEPTIDA DARI ISOLAT Bacillus sp. LTW 54 AS& TAMBAK UDANG ARI RNA BINTARTI

DAFTAR ISI. AKSRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat. Cara Kerja

IDENTIFIKASI SPESIES BAKTERI STAFILOKOKUS PADA IKAN KERAPU DI KARANGASEM DENGAN ANALISIS SEKUENS 16S rrna SKRIPSI. Oleh. Ketut Wella Mellisandy

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III BAHAN DAN METODE

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL ENZIM SELULASE DARI LIMBAH AMPAS TEBU BERDASARKAN ANALISIS HOMOLOGI GEN PENYANDI 16S rrna

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA


BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH.

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyediaan Isolat dan Karakterisasi Bakteri Xanthomonas campestris

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

Transkripsi:

i KARAKTERISASI GEN PARTICULATE METHANE MONOOXYGENASE (pmmo) BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH ANNISA RETNO FITRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ii ABSTRAK ANNISA RETNO FITRIANI. Karakterisasi Gen Particulate Methane Monooxygenase (pmmo) Bakteri Metanotrof Asal Sawah. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan ALINA AKHDIYA. Bakteri metanotrof adalah bakteri pengoksidasi metan yang memiliki enzim yang spesifik yaitu enzim metan monooksigenase (MMO). Aplikasi bakteri metanotrof dapat mengurangi emisi metan di lahan sawah. Terdapat dua jenis enzim MMO, yaitu soluble MMO (smmo) dan particulate MMO (pmmo). Enzim pmmo adalah enzim terikat membran yang dimiliki oleh seluruh bakteri metanotrof. Isolat BGM 1 dan SKM 14 menunjukkan morfologi koloni yang berbeda ketika ditumbuhkan pada media Nitrate Mineral Salt (NMS) + 1% metanol. Amplifikasi gen pmmo dengan menggunakan primer A189f dan A682r menunjukkan pita DNA berukuran ~300 bp untuk isolat BGM 1 dan ~500 bp untuk isolat SKM 14. Sekuen yang diperoleh dianalisis menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X. Analisis sekuen amplikon dari BGM 1 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (87%) dan asam amino pada protein (71%) acyl-coa dehydrogenase Xanthobacter autotrophicus Py2. Sedangkan analisis sekuen amplikon dari SKM 14 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (84%) dan asam amino pada protein (62%) subunit B cytochrome bc1 Sinorhizobium fredii HH103. Kata kunci: Metan, Bakteri metanotrof, Enzim pmmo ABSTRACT ANNISA RETNO FITRIANI. Characterization of Particulate Methane Monooxygenase (pmmo) Gene of Methanotrophs from the Rice Field. Under direction of IMAN RUSMANA and ALINA AKHDIYA. Metanotrophic bacteria are a methane oxidizing bacteria that have specific enzyme called methane monooxygenase (MMO). Application of metanotrophic bacteria can reduce emission of methane in rice fields. There are two types of MMO enzymes, i.e. soluble MMO (smmo) and particulate MMO (pmmo). The pmmo enzyme is a membrane-bound enzyme that is present in all metanotrophic bacteria. BGM 1 and SKM 14 isolates showed a different colony morphology when grown on Nitrate Mineral Salt (NMS) medium + 1% methanol. The pmmo gene amplification using A189f and A682r primer showed a ~300 bp and ~500 bp of DNA band for BGM 1 and SKM 14 isolates respectively. The sequences were analyzed using BLAST-N and BLAST-X program. Analysis of amplicon sequence from BGM 1 using BLAST-N and BLAST-X program showed highest similarity with sequence of gene (87%) and amino acid in protein (71%) acyl-coa dehydrogenase Xanthobacter autotrophicus Py2 respectively. Whereas analysis of amplicon sequence from SKM 14 using BLAST-N and BLAST-X program showed highest similarity with sequence of gene (84%) and amino acid in protein (62%) subunit B cytochrome bc1 Sinorhizobium fredii HH103 respectively. Keywords: Methane, Methanotrophic bacteria, pmmo enzyme

iii KARAKTERISASI GEN PARTICULATE METHANE MONOOXYGENASE (pmmo) BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH ANNISA RETNO FITRIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

iv Judul Nama NIM : Karakterisasi Gen Particulate Methane Monooxygenase (pmmo) Bakteri Metanotrof Asal Sawah : Annisa Retno Fitriani : G34080114 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si NIP 196507201990021002 Alina Akhdiya, M.Si NIP 196812082001122001 Mengetahui: Ketua Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Sc NIP 196410021989031002 Tanggal Lulus:

v PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai 2012 ini ialah Karakterisasi Gen Particulate Methane Monooxygenase (pmmo) Bakteri Metanotrof Asal Sawah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si dan Ibu Alina Akhdiya, M.Si atas bimbingan, bantuan pendanaan, dan pengarahan yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si. atas saran dan masukan yang telah diberikan sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Terima kasih juga kepada Papa, Mama, Teh Fifi, Kak Beny, Aziz, dan Tika atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Hadi Rakhmanto, Tri Lugina, Retno, Ayang, Raya, Rima, Rizqi Ammar, Nida, Rini, Tata, Tya, dan Desti atas dukungan dan bantuan yang diberikan. Terima kasih juga kepada keluarga besar laboratorium Mikrobiologi, Whendi, Citra, Andri, Azizah, Ai, Dita, Issanto, Aida, Prima, Putri, Kak Sipri, Mbak Lena, Pak Jaka, Bu Heni, Mas Aldian, serta teman-teman Biologi 45 atas segala doa, dukungan, dan perhatiannya. Serta pihak-pihak yang secara tidak langsung telah membantu dalam pengumpulan data karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2012 Annisa Retno Fitriani

vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 15 April 1991 dari ayah Joni Aliando dan Ibu Henny. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih program studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 2009-2010, Ketua Divisi Kesekretariatan Grand Biodiversity Biologi IPB tahun 2010, Sekretaris Masa Pengenalan Departemen (MPD) Biologi tahun 2010, Divisi Acara Workshop dan Diskusi Artikel Ilmiah Populer Biologi tahun 2010. Penulis menjadi peserta lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa FMIPA tahun 2010 dengan judul Ragam Cendawan Entomopatogen di Wahana Wisata Cangkuang. Penulis melakukan studi lapang di Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran dengan judul makalah Keragaman Kapang dan Khamir yang Berasosiasi dengan Serangga dan Sarang Serangga di Taman Wisata Alam Pangandaran. Penulis juga melakukan Praktik Lapang di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor pada bulan Juli 2011, dengan judul makalah Manajemen Pengolahan Air di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor. Penulis juga menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun ajaran 2011-2012.

vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... iv PENDAHULUAN... 1 Latar belakang... 1 Tujuan... 1 BAHAN DAN METODE... 1 Waktu dan Tempat... 1 Bahan...... 1 Metode Penelitian... 1 Peremajaan dan Pengkulturan Bakteri Metanotrof...... 1 Isolasi Genom, Amplifikasi Gen pmmo, dan Visualisasi Amplikon... 1 Perunutan DNA dan Analisis Bioinformatika... 2 HASIL... 2 Peremajaan dan Pengkulturan Bakteri Metanotrof... 2 Amplifikasi Gen pmmo dan Visualisasi Amplikon... 2 Perunutan DNA dan Analisis Bioinformatika... 3 PEMBAHASAN... 3 SIMPULAN... 4 SARAN... 4 DAFTAR PUSTAKA... 4 LAMPIRAN... 6

viii DAFTAR TABEL Halaman 1. Morfologi koloni isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14 pada media NMS... 2 2. Hasil analisis sekuen amplikon gen pmmo dengan menggunakan program BLAST-N.... 3 3. Hasil analisis sekuen amplikon gen pmmo dengan menggunakan program BLAST-X... 3 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Koloni isolat bakteri metanotrof yang ditumbuhkan pada media NMS + 1% metanol. (A) Koloni BGM 1 berwarna putih. (B) Koloni SKM 14 berwarna krem jingga... 2 2. Pita DNA hasil amplifikasi gen pmmo dari isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14...... 3 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Komposisi media Nitrate Mineral Salt (NMS) 300 ml + 1% metanol... 7 2. Sekuen pita DNA isolat BGM 1 dan SKM 14... 8 3. Hasil sekuen gen pmmo, BLAST-N, dan BLAST-X isolat BGM 1 dan SKM 14... 10

PENDAHULUAN Latar Belakang Suasana anaerob pada bagian bawah sedimen sawah merupakan habitat yang sesuai untuk bakteri penghasil metan (metanogen). Bakteri metanogen menggunakan CO 2, metil, dan asetat sebagai sumber karbon yang kemudian diubah menjadi metan melalui proses metanogenesis. Sebaliknya pada permukaan sedimen terdapat oksigen terlarut sehingga suasananya menjadi aerob dan sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri metanotrof. Bakteri metanotrof adalah bakteri Gram negatif yang menggunakan metan sebagai sumber karbon untuk menghasilkan energinya. Whittenburry et al. (1970) menggolongkan bakteri metanotrof ke dalam lima genus berdasarkan perbedaan morfologi, tipe bentuk fase istirahat, struktur membran intrasitoplasma, dan beberapa karakter fisiologis. Kelima genus tersebut ialah Methylomonas, Methylobacter, Methylococcus, Methylosistis, dan Methylosinus. Sedangkan berdasarkan perbedaan jalur biosintesisnya (jalur RuMP dan Serin), bakteri metanotrof digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu metanotrof tipe I (Methylomonas dan Methylobacter), tipe II (Methylosistis dan Methylosinus), dan tipe X (Methylococcus capsulatus) (Hanson & Hanson 1996). Karakteristik penting dari metanotrof ialah memiliki enzim metan monooksigenase (MMO) yang dapat mengkatalisis metan menjadi metanol. Oksidasi metan oleh bakteri metanotrof di lahan sawah dapat mencapai 80% dari total metan yang diproduksi oleh bakteri metanogen (Conrad & Rothfus 1991). Selain dapat mengoksidasi metan, enzim MMO juga berperan dalam degradasi berbagai senyawa polutan seperti trikloroetilen, isomerisomer dari dikloroetilen, vinil klorida, dan kloroform (Graham et al. 1992). Terdapat dua tipe MMO, yaitu soluble MMO (smmo) dan particulate MMO (pmmo) (Hanson & Hanson 1996). Enzim pmmo merupakan enzim terikat membran yang dimiliki oleh seluruh bakteri metanotrof dan dapat terekspresi dalam media dengan kandungan tembaga yang tinggi. Sedangkan enzim smmo hanya dimiliki oleh beberapa bakteri metanotrof dan dapat terekspresi dalam media dengan kandungan tembaga rendah (Stanley et al. 1983). Laboratorium Mikrobiologi FMIPA IPB, telah mengoleksi beberapa isolat bakteri metanotrof yang berasal dari lumpur sawah di Bogor dan Sukabumi. Beberapa isolat telah diidentifikasi secara molekular dan dikarakterisasi secara terbatas reaksi fisiologis dan biokimianya. BGM 1 merupakan isolat yang mampu mengakumulasi amonium lebih tinggi dibandingkan isolat lainnya, sedangkan SKM 14 merupakan isolat yang memiliki nilai oksidasi metan tertinggi (Hapsari 2008). Hasil analisis gen 16S rrna yang dilakukan oleh Astuti (2009) memperlihatkan bahwa BGM 1 memiliki tingkat kemiripan 74% dengan Methylocystis rosea strain SV97T dan SKM 14 memiliki tingkat kemiripan 65% dengan Methylobacter sp. Clone GASP-OKA-565- E11. Kedua isolat tersebut memiliki enzim pmmo namun belum dilakukan karakterisasi gennya. Informasi mengenai karakterisasi gen pmmo dari isolat BGM 1 dan SKM 14 dapat digunakan landasan ilmiah untuk pemanfaatan bakteri tersebut di lahan pertanian. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gen particulate methane monooxygenase (pmmo) pada metanotrof asal sawah Bogor dan Sukabumi. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Agustus 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Bahan Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14. Kedua bakteri ini diisolasi dari lumpur sawah asal Bogor dan Sukabumi (Hapsari 2008). Metode Peremajaan dan Pengkulturan Bakteri Metanotrof. Kultur bakteri metanotrof diremajakan dan dikulturkan pada media agar NMS + 1% metanol (Lampiran 1) dengan teknik gores kuadran. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 3-14 hari. Isolasi DNA Genom, Amplifikasi Gen pmmo, dan Visualisasi Amplikon. DNA genom diisolasi dari kultur padat bakteri metanotrof yang ditumbuhkan dengan cara sebagaimana disebutkan diatas. Isolasi DNA genom dilakukan menurut metode Lazo (Lazo et al. 1987). Amplifikasi gen penyandi pmmo dilakukan menggunakan primer spesifik, yaitu A189F (GGNGACTGGGACTTCTGG) dan

2 A682r (GAASGCNGAGAAGAASGC) (Bourne et al. 2001). Total volume campuran reaksi PCR sebanyak 50 μl dengan komposisi sebagai berikut: 31,5 μl ddh 2 O, 5 µl 10x Buffer KOD Hot Start, 3 μl 25mM MgSO 4, 5 µl dntps, 1,5 μl masing-masing dan 1 μl KOD Hot Start DNA primer, 1,5 μl DNA template, Polymerase (1U/μl). Amplifikasi dilakukan selama 30 siklus menggunakan mesin PCR (Perkin Elmer Biosystem, USA) dengan kondisi reaksi PCR sebagai berikut: pradenaturasi ( 94ºC, 5 menit), denaturasi (94ºC, 1 menit), annealing (54ºC, 1 menit), elongasi (72ºC, 1 menit), dan post-elongasi (75ºC, 7 menit). Amplikon dilarikan pada 1% gel agarosa kemudian diwarnai dengan Ethidium Bromide (EtBr). Visualisasi pita DNA dilakukan menggunakan perangkat UV- Transluminator. Perunutan DNA dan Analisis Bioinformatika. Perunutan nukleotida pada DNA hasil amplifikasii dilakukan dengan memanfaatkan jasa perusahaan sekuensing 1 st Base di Singapura. Sekuen yang diperoleh dibandingkan dengan data sekuen yang terdapat pada GenBank menggunakan program Blast-N dan Blast-X dari situs NCBI (National Center for Biotechnology Information) untuk mengetahui tingkat kemiripan gen pmmo dari isolat yang dianalisa. Analisis bioinformatika menggunakan software Bioedit Sequence Alignment Editor dan MEGA 5.0 (Tamura et al. 2011). HASIL Tabel 1 Isolat BGM 1 SKM 14 Morfologi koloni isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14 pada media NMS Morfologi koloni Putih, licin, cembung Krem jingga, licin, cembung Kecepatan tumbuh 12 hari 10 hari (A) Peremajaan dan Pengkulturan Bakteri Metanotrof Isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14 yang ditumbuhkan pada media NMS + 1% metanol selama 14 hari menunjukkan morfologi koloni yang berbeda (Tabel 1 dan Gambar 1). Koloni isolat BGM 1 berwarna putih dan koloni isolat SKM 14 berwarna krem jingga. Kecepatan pertumbuhan koloni kedua isolat juga berbeda. Isolat BGM 1 tumbuh lebih cepat dibandingkan isolat SKM 14. (B) Gambar 1 Koloni isolat bakteri metanotrof yang ditumbuhkan pada media NMS + 1% metanol. (A) Koloni BGM 1 berwarna putih. (B) Koloni SKM 14 berwarnaa krem jingga. Amplifikasi Gen pmmo dan Visualisasi Amplikon Visualisasii DNA hasil amplifikasi menggunakan n primer A189f dan A682r menunjukkan pita DNA berukuran ~300 bp untuk isolat BGM 1 dan ~500 bp untuk isolat SKM 14 (Gambar 2).

3 M 1 2 Tabel 2 Hasil analisis sekuen amplikon gen pmmo dengan menggunakan program BLAST-N ~ 500 bp ~ 300 bp Gambar 2 Pita DNA hasil amplifikasi gen pmmo dari isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan SKM 14. (Keterangan M = marker 1 kb DNA ladder, Sumur 1 = SKM 14, Sumur 2 = BGM 1). Perunutan Bioinformatika DNA dan Analisis Hasil analisis sekuen amplikon pmmo (Lampiran 2) BGM 1 menggunakan program BLAST-N menunjukkann tingkat kemiripan 87% (245/281 nukleotida overlap) dengan sekuen gen acyl-coa dehydrogenase pada Xanthobacter autotrophicus Py2. Sedangkan sekuen amplikon pmmo SKM 14 menunjukkan tingkat kemiripan 84% (135/160 nukleotida overlap) dengan sekuen gen subunit B cytochrome bc1 pada Sinorhizobium fredii HH103 (Tabel 2 dan Lampiran 3). Analisis menggunakan program BLAST-X terhadap sekuen amplikon BGM 1 menunjukkann tingkat kemiripan 71% dengan Acyl-CoA dehydrogenase pada Methylomicrobiumm album BG8. Sedangkan sekuen amplikon SKM 14 menunjukkan tingkat kemiripan 62% dengan Cytochrome b pada Methylocystis sp. SC2 (Tabel 3 dan Lampiran 3) ). Isolat Sekuen bakteri yang homolog % identitas No. akses BGM 1 Gen acyl-coa dehydrogenase 87% a CP00 0781. pada 1 Xanthobacter autotrophicus Py2 SKM Gen subunit B 84% b HE61 14 cytochrome 6890. bc1 pada 1 Sinorhizobium fredii HH103 a 245/281 nukleotida overlap b 135/160 nukleotida overlap Table 3 Hasil analisis sekuen amplikon gen pmmo dengan menggunakan program BLAST-X Isolat Sekuen bakteri yang homolog % identitas No. akses BGM 1 Acyl-CoA dehydrogenase 71% ZP_0 9865 pada 566.1 Methylomicro bium album BG8 SKM Cytochrome b 62% YP_0 14 pada 0659 Methylocystis 0200. sp. SC2 1 PEMBAHASAN Isolat bakteri metanotrof BGM 1 memiliki morfologi koloni yang berbeda dengan SKM 14. Koloni BGM 1 berwarna putih sedangkan SKM 14 berwarna krem jingga (Tabel 1). Warna koloni bakteri dipengaruhi oleh pigmen yang diproduksinya. Bakteri metanotrof menghasilkan bermacam- macam pigmen terlarut dan tak larut. Pigmen terlarut seperti putih, krem, dan oranye lebih sering ditemukan (Murrelll & Dalton 1992). Selain itu, beberapa peneliti melaporkan produksi pigmen kuning atau kecoklatan (Hanson & Hanson 1996), pink muda (Eller & Frenzel 2001), serta pigmen oranye kemerahan dan karotenoid (Holt et al. 1994). Pigmentasi dipengaruhi oleh faktor genetis, faktor umur

4 biakan, dan tahapan fisiologis bakteri (Murrell & Dalton 1992). Oksidasi metan pada bakteri metanotrof diinisiasi oleh enzim methane monooxygenase (MMO) yang mampu menambahkan satu atom oksigen ke dalam molekul metan untuk membentuk senyawa metanol. Selain mengkatalisis reaksi oksidasi metan, enzim MMO terikat membran (pmmo) juga berperan dalam proses degradasi senyawa hidrokarbon terhalogenasi seperti trikloroetilen (Dispirito et al. 1992). Enzim pmmo tersusun atas tiga subunit yaitu α, β, dan γ yang masing-masing disandikan oleh gen pmoa, pmob, dan pmoc (Semrau et al. 1995). Amplifikasi gen pmmo menggunakan primer A189f dan A682r menghasilkan pita DNA dengan ukuran ~500 bp dan ~300 bp berturut-turut untuk isolat BGM 1 dan SKM 14. Analisis sekuen amplikon dari BGM 1 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (87%) dan asam amino pada protein (71%) acyl-coa dehydrogenase Xanthobacter autotrophicus Py2. Sedangkan analisis sekuen amplikon dari SKM 14 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (84%) dan asam amino pada protein (62%) subunit B cytochrome bc1 Sinorhizobium fredii HH103. Hasil analisis kedua sekuen amplikon tersebut tidak sesuai dengan gen target (pmmo pada bakteri metanotrof). Ketidaksesuaian hasil analisis tersebut diduga disebabkan antara lain oleh spesifitas primer yang rendah, sekuen yang dianalisis terlalu pendek, atau keterbatasan data base pada GeneBank. Primer A189F/A682r diduga kurang spesifik untuk mengamplifikasi gen pmmo bakteri tropis walaupun primer ini berhasil diaplikasikan untuk mendeteksi serta menganalisis keragaman gen pmmoa metanotrof di padang rumput dan oaks di Denmark (Bourne et al. 2001). Holmes et al. (1995) melaporkan bahwa primer A189F/A682r juga dapat mengamplifikasi gen Ammonium Mono-oxygenase (AMO) yang terdapat pada bakteri pengoksidasi amonium. Selain primer tersebut, gen pmmo juga dapat diamplifikasi menggunakan primer A189f/mb661 yang lebih spesifik untuk mendeteksi gen pmmo bakteri metanotrof (Bourne et al. 2001). Ketepatan dan nilai tingkat kemiripan pada hasil analisis kesejajaran sekuen menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X juga sangat dipengaruhi oleh panjang sekuen DNA yang dianalisis dan kelengkapan data base yang terdapat pada GeneBank. Semakin panjang sekuen yang dianalisis dan semakin banyak data base yang terdapat pada GeneBank, maka semakin tinggi tingkat ketepatan dan nilai tingkat kemiripan yang akan diperoleh. Sebagian besar data yang terdapat pada GenBank berasal dari sampel daerah temperate. Sedangkan sekuen DNA yang dianalisis pada penelitian ini berasal dari bakteri tropis. Oleh karena itu, hasil analisis sekuen amplikon gen pmmo yang diperoleh dalam penelitian ini tidak sesuai dengan gen target. SIMPULAN Morfologi isolat BGM 1 dan SKM 14 memperlihatkan perbedaan warna koloni, tepian, dan elevasi. BGM 1 memperlihatkan warna koloni putih, tepian licin, dan elevasi cembung, sedangkan SKM 14 memperlihatkan warna koloni krem jingga, tepian licin, dan elevasi cembung. Analisis sekuen amplikon dari BGM 1 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (87%) dan asam amino pada protein (71%) acyl-coa dehydrogenase Xanthobacter autotrophicus Py2. Sedangkan analisis sekuen amplikon dari SKM 14 menggunakan program BLAST-N dan BLAST-X berturut-turut menunjukkan kemiripan tertinggi dengan sekuen gen (84%) dan asam amino pada protein (62%) subunit B cytochrome bc1 Sinorhizobium fredii HH103. Ketidaksesuaian hasil analisis tersebut diduga disebabkan antara lain oleh spesifitas primer yang rendah, sekuen yang dianalisis terlalu pendek, atau keterbatasan data base pada GeneBank. SARAN Perlu dilakukan lebih lanjut penelitian terhadap gen pmmo BGM 1 dan SKM 14 dengan menggunakan primer yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA Astuti DD. 2009. Karakterisasi Fisiologi dan Identifikasi Molekuler Isolat-Isolat Bakteri Metanotrof Asal Sawah Wilayah Bogor dan Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor.

5 Bourne DG, McDonald IR, Murrell JC. 2001. Comparison of pmoa PCR primer sets as tools for investigating methanotroph diversity in three Danish soils. Appl Environ Microbiol 67:3802-3809. Conrad R and Rothfus F. 1991. Methane oxidation in the soil surface layer of aflooded rice field and the effect of ammonium. Biol Fertil Soil 12:28-32. Dispirito AA et al. 1992. Trichloroethylene oxidation by the membrane associated methane monooxygenase in type I, type II and type X methanotrophs. Biodegradation 2:151 164. Eller G, Frenzel P. 2001. Changes in activity and community structure of methaneoxidizing bacteria over the growth period of rice. Appl Environ Microbiol 67:2395-2403. Graham DW, Korich DG, Leblanc RP, Sinclair NA, Arnold RG. 1992. Application of a colorimetric plate assay for soluble methane monooxygenase activity. Appl Environ Microbiol 58:2231-2236. Hanson R, Hanson TE. 1996. Metanotropic bacteria. J Microbial Rev 60:439-471. Hapsari W. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri metanotrof asal sawah di Bogor dan Sukabumi [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Holmes AJ, Costello A, Lidstrom ME, Murrell JC. 1995. Evidence that particulate methane monooxygenase and ammonia monooxygenase may be evolutionarily related. FEMS Microbiol Lett 132:203 208. Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, Williams ST. 1994. Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. Ed ke-9. Lippincott William & Wilkins: a Wolter Kluwer Co. Lazo GR, Roffey R, Gabriel DW. 1987. Conservation of plasmid DNA sequences and pathovar identification of strain Xantholomonas campestris. Pytopathology 77: 1461-1467. Murrell JC, Dalton H. 1992. Methane and Methanol Utilizers. New York: Springer- Verlag. Semrau et al. 1995. Particulate methane monooxygenase genes in methanotrophs. J Bacteriol 177:3071-3079. Stanley SH, Prior SD, Leak DJ, Dalton H. 1983. Copper stress underlies the fundamental change in intracellular location of methane monooxygenase in methane-oxidizing organisms: studies in batch and continuous culture. Biotechnol Lett 5:487-492. Tamura K et al. 2011. MEGA5: Molecular evolutionary genetics analysis using maximum likelihood, evolutionary distance, and maximum parsimony methods. Mol Biol Evol 28:2731-2739. Whittenburry RKC, Phillips, Wilkinson JG. 1970. Enrichment, isolation and some properties of methane utilizing bacteria. J Gen Microbiol 61:205-218.

LAMPIRAN

7 Lampiran 1 Komposisi media Nitrate Mineral Salt (NMS) 300 ml + 1% metanol 1. 120 µl NH 4 Cl 2. 1200 µl CaCl 2 3. 0.3 g MgSO 4 4. 150 µl Trace Element 5. 1632 µl KH 2 PO 4 6. 0.3 gr NaNO 3 7. 2151 µl Na 2 HPO 4 8. 6 g agar 9. 300 ml akuades 10. 1% metanol

8 Lampiran 2 Sekuen pita DNA isolat BGM 1 dan SKM 14 BGM 1 SKM 14

9

10 Lampiran 3 Hasil sekuen gen pmmo, BLAST-N, dan BLAST-X isolat BGM 1 dan SKM 14 A. Urutan nukleotida gen pmmo isolat BGM 1 ACGACACCGTGAGGAAGAAGGGGTCCACCACCTCGTCGTTGGACTTGTCG CCGTCGACGATGGGGCCCACGAGAGCCTCCTTGGACATCACCTCCTTTTC CACCACGATGGGCCCCGACTGGTTGCCGCGGAGGCCCAGGCCGTCCCACT CGGAGGGGTTGGCCTTCACCTCGTCCTTGGTGACGAGGAAGGGGAAAGGT CGGAATAGTCACCAGAGAATCCGGGGCTGGTGGTCTGCACTATGTACCAG TCTCAAAAGCCTCCGGAGGTGGTCCAGGAGGCCTTCTTCTCCGCCT B. Hasil BLAST-N sekuen gen pmmo isolat BGM 1 dengan data GenBank C. Hasil BLAST-X sekuen gen pmmo isolat BGM 1 dengan data GenBank

11 D. Urutan nukleotida gen pmmo isolat SKM 14 CAACCTGTTCTCGTCTCTGAACGAGATCATCCCGGGTGTCGGCACCGCCATCGTCG AATGGCTGTGGGGCGGCTACTCCGTCTCCGGCACGACGCTGAACCGCTTCTTCTCG CTCCACTACCTGCTGCCGTTCGTGCTTGCCGGCCTGGTCGTCCTGCACATCTGGGC GCTGCACGTCGCGGGTCAGAACAATCCGACGGGTCTCGACATCAAGACCAAGGCC GACGCCGTGCCGATGTTCCCGTTTGCGGTTGCCAAGGACGCAGTCGGCCTGTTCGC GTTCCTGCTGCTGTTCGCCT E. Hasil BLAST-N sekuen gen pmmo isolat SKM 14 dengan data GenBank

F. Hasil BLAST-X sekuen gen pmmo isolat SKM 14 dengan data GenBank 12