BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adam Smith (1776) dalam An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations mengemukakan bahwa ada tiga fungsi negara yaitu memelihara pertahanan dan keamanan negara, fungsi peradilan, dan pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Berdasarkan pernyataan tersebut berarti dalam kepemerintahan procurement merupakan salah satu kegiatan yang pasti dilakukan. Procurement didefinisikan oleh Turban (2004) sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa oleh perusahaan dan bertujuan untuk melengkapi misi perusahaan. Dalam konteks kepemerintahan, procurement dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas kepemerintahannya seperti pembangunan kantor dan melengkapi fasilitas kantor. Selain itu procurement juga dilakukan dalam rangka menjalankan rencana program kerja seperti pembangunan dan perbaikan fasilitas publik. Procurement tidak dapat terlepas dari anggaran negara/daerah. Besarnya anggaran akan mempengaruhi pengadaan barang dan jasa. Apabila anggaran pada tahun itu besar maka memungkinkan untuk melakukan banyak penawaran pengadaan barang dan jasa dan secara langsung akan berpengaruh pada kualitas pelayanan publik. Pada tahun 2003 Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 mengenai pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa 1 1
pemerintah. Keppres tersebut memuat prinsip-prinsip dalam pengadaan barang dan jasa yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Apabila prinsip tersebut benar-benar dipakai dalam pelaksanaan procurement sebenarnya angka korupsi bisa ditekan. Namun pada kenyataannya pelaksanaan procurement seolah-olah lari dari prinsip-prinsip tersebut. Menurut KPK dalam Purwanto (2008) pada tahun 2006 sampai dengan 2007, 75% dari kasus yang ditangani merupakan korupsi dalam pengadaan barang dan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa procurement menjadi lahan basah untuk korupsi. Menurut Purwanto dkk (2008) beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam procurement konvensional yaitu minimnya pengawasan karena kurangnya transparansi, adanya penyalahgunaan wewenang, munculnya hal atau kegiatan yang menyimpang dari kontrak, kolusi antara pejabat publik dan pemasok, dan adanya kekurangan pada SDM pelaksana lelang. KPK (2007) menyatakan bahwa e-procurement bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah korupsi. Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk memperbaiki proses pengadaan barang dan jasa. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 mengenai percepatan pemberantasan korupsi menjadi dasar Bappenas dalam melakukan kajian dan uji coba e-procurement di Kementrian Keuangan, Kementrian Pendidikan Nasional, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, dan Gorontalo. E-procurement merupakan pemindahan proses pengadaan barang dan jasa dari manual ke elektronik. Sistem e-procurement yang transparan tersebut 2
akan memperbaiki sistem penawaran dalam lelang pengadaan barang dan jasa sektor publik sehingga dapat meminimalkan kesempatan calo dan pejabat yang ingin mengambil keuntungan pribadi (Sri Mulyani, 2004). Berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kemudian Bappenas mengembangkan suatu sistem untuk mendukung e-procurement yang disebut dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Pada 7 Desember 2007 pemerintah membentuk LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) yang kemudian mengambil alih pengembangan e-procurement. LKPP kemudian membentuk LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) untuk memfasilitasi pelaksanaan e-procurement. Kedudukan LPSE ini diperkuat oleh Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Untuk memperkuat implementasi dari e-procurement presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah yang kemudian menggantikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. E-procurement merupakan sebuah sistem dimana dapat mengalami kegagalan dalam implementasinya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sukses tidaknya e-procurement. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan tersebut dapat berasal dari internal dan eksternal pemerintah. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dipenuhi dapat menyebabkan pelaksanaan e-procurement tidak maksimal. Keberhasilan dari sebuah sistem dapat diukur 3
dengan beberapa model keberhasilan. Salah satunya model keberhasilan yang diperkenalkan Vaidya dkk (2006). Vidya dkk (2006) meneliti tentang faktorfaktor yang menentukan keberhasilan penerapan e-procurement. Ada sebelas faktor yaitu penerimaan pengguna akhir dan pelatihan, adopsi oleh penyedia, kesesuaian terhadap best practice untuk perkara bisnis, integrasi sistem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja, dukungan dari manajemen puncak, manajemen perubahan oleh manajer, strategi implementasi e-procurement, dan standar teknologi. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) Kabupaten Purworejo merupakan salah satu instansi yang sudah menerapkan e-procurement mulai tahun 2011. Sebagian besar (43%) dari lelang online yang ditangani oleh LPSE pada tahun anggaran 2013 adalah proyek milik DPU. Seperti pada penerapan sistem baru, pelaksanaan e-procurement pada proyek-proyek DPU dapat mengalami kegagalan atau keberhasilan. DPU, LPSE, dan pemasok harus mengetahui faktor-faktor yang bisa mendukung pelaksanaan e-procurement agar tidak terjadi kegagalan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin meneliti mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mendukung Keberhasilan E- Procurement (Studi Empiris di DPU Kabupaten Purworejo). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu apakah penerimaan pengguna akhir, strategi pengembangan, adopsi oleh penyedia, kesesuaian terhadap best practice untuk 4
perkara bisnis, integrasi sistem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja, dukungan dari manajemen puncak, manajemen perubahan oleh manajer, strategi implementasi e- procurement, standar teknologi, dan kepatuhan hukum dalam pelaksanaan e- procurement merupakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan e- procurement DPU Kabupaten Purworejo? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui apakah penerimaan pengguna akhir, strategi pengembangan, adopsi oleh penyedia, kesesuaian terhadap best practice untuk perkara bisnis, integrasi sistem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja, dukungan dari manajemen puncak, manajemen perubahan oleh manajer, strategi implementasi e-procurement, standar teknologi, dan kepatuhan hukum dalam pelaksanaan e-procurement merupakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan e-procurement DPU Kabupaten Purworejo. Hasil dari penelitian diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan kepada DPU Kabupaten Purworejo terkait dengan pelaksanaan e-procurement. DPU dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan implementasi e-procurement. 2. Untuk pemasok hasil penelitian ini bisa menjadi pengetahuan mengenai penerapan e-procurement dan diharapkan bisa mendukung keberhasilan dari pelaksanaan e-procurement. 5
3. Untuk peneliti dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan e- procurement. 1.4 Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan e-procurement di DPU Purworejo. Responden yang dipilih yaitu pengelola LPSE Kabupaten Purworejo, panitia lelang DPU dan penyedia barang/ jasa. Penelitian menguji penerimaan pengguna akhir, strategi pengembangan, adopsi oleh penyedia, kesesuaian terhadap best practice untuk perkara bisnis, integrasi sistem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja, dukungan dari manajemen puncak, manajemen perubahan oleh manajer, strategi implementasi e-procurement, standar teknologi, dan kepatuhan hukum dalam pelaksanaan e-procurement sebagai faktor-faktor yang mendukung keberhasilan e-procurement DPU Kabupaten Purworejo. 6