BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

Prospek Pengembangan KEK di Sulawesi Selatan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), *

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

HASIL HUTAN YANG DIABAIKAN : SAGU NASIBMU KINI

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BAB 1: PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin menunjukkan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Agroindustri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam upaya pembangunan perekonomian Indonesia. Pengelolaan yang tepat pada sektor ini dapat mendukung adanya peningkatan jumlah ekspor produk lokal, peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani lokal, serta dapat meningkatkan perekonomian daerah. Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar keempat di dunia), bauksit (cadangan terbesar ketujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet, dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi yang sangat besar seperti batu bara, panas bumi, gas alam, dan air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung industri andalan seperti tekstil, perkapalan, peralatan transportasi, dan pangan (Penprinas MP3EI 2011-2025). Berdasarkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2015, Pengembangan Ekonomi Indonesia dibagi ke dalam 6 koridor ekonomi, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi-Maluku Utara, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku. Koridor Ekonomi Sumatera diterapkan sebagai sentra produksi pengelolaan hasil bumi dan lumbung energi nasional dengan komoditas utama kelapa sawit, karet, besi baja, industri perkapalan dan batubara. Kelapa sawit dan

karet merupakan hasil bumi yang sangat berperan penting pada bidang agroindustri yang perlu dikembangkan di Sumatera. Sementara itu, Sumatera Barat memiliki beberapa komoditi unggulan yang meliputi kakao, gambir, jagung, tuna, nila, kelapa sawit, kerapu dan sapi potong. Selain itu, sesuai dengan Peraturan Presiden No.28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Sumatera Barat ditetapkan mempunyai 10 industri Pengolahan Komoditas Unggulan Daerah, yaitu industri hasil laut, industri pengolahan kakao, industri pengolahan makanan ringan, industri kulit dan alas kaki, industri tekstil dan produk tekstil, industri gambir, industri minyak atsiri, industri minyak jarak, industri semen dan industri alsintan (alat dan mesin pertanian). Komoditas unggulan utama pada Sumatera Barat merupakan hasil dari sektor pertanian. Salah satu daerah Sumatera Barat yang mengandalkan hasil dari sektor pertanian adalah Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah yang tidak memiliki sumber daya mineral yang melimpah seperti batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya, tetapi memiliki peluang potensi pada pengolahan tanah permukaan, air dan letak yang strategis. Potensi yang dapat dikembangkan yaitu pada pertanian tanaman pangan, perkebunan, kelautan, peternakan dan perikanan. Kemajuan pada sektor tersebut tidak terlepas dari ketersediaan alat dan mesin pertanian. Peran industri alsintan semakin penting seiring dengan perkembangan teknologi pada proses pertanian tanaman pangan, perkebunan, kelautan, peternakan dan perikanan guna meningkatkan nilai tambah serta mendukung program ketahanan pangan. Hasil utama pertanian, perkebunan dan peternakan Kabupaten Padang Pariaman antara lain kelapa sawit, beras, palawija, kelapa, kakao, gambir, ternak ayam dan sapi. Namun belum banyak teknologi modern yang diimplementasikan secara menyeluruh sehingga menyebabkan kurangnya minat tenaga kerja petani. Selain sektor pertanian, Kabupaten Padang Pariaman juga memiliki potensi yang besar pada sektor perikanan dan kelautan, seperti ikan, ikan tuna dan sebagainya sehingga membutuhkan infrastruktur dan alat yang dapat mempermudah dalam 2

proses industri perikanan. Dengan adanya peralatan dan infrastruktur yang memadai, maka akan menambah minat dari masyarakat untuk mengembangkan potensi daerah Kabupaten Padang Pariaman sendiri. Jenis alsintan yang sering digunakan dalam pertanian antara lain traktor roda dua dan power thresher. Jumlah alsintan di Sumatera Barat untuk jenis traktor roda dua dan power thresher adalah 9.210 unit dan 6.197 unit. Sedangkan, jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai mekanisasi penuh adalah 23.086 unit traktor roda dua dan 13.991 unit power thresher (CV Nugraha Chakti Consultant, 2012). Hanya terdapat 39,9% jumlah traktor roda dua dan 44,3% jumlah power thresher berdasarkan kebutuhan alsintan Sumatera Barat. Berdasarkan persentase jumlah ketersediaan dan pemanfaatan alsintan tersebut, maka dapat diketahui bahwa ketersediaan alsintan di Sumatera Barat belum mencukupi dan masih membutuhkan produksi alsintan yang lebih banyak. Terdapat 8 IKM bengkel alsintan pada Kabupaten Padang Pariaman dan 4 IKM bengkel alsintan pada Kota Pariaman, dan hanya terdapat 2 IKM alsintan di Sumatera Barat yang tergolong menengah (Diskoperindag, 2007). Salah satu IKM alsintan dengan jumlah produksi yang cukup banyak dan tergolong menengah yaitu CV Citra Dragon, di Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. CV Citra Dragon merupakan salah satu bengkel alsintan terbesar di Sumatera Barat. Bengkel ini juga memiliki sarana, fasilitas dan mesin-mesin produksi yang mencukupi, serta jumlah karyawan yang cukup banyak. Namun bengkel ini masih tergolong kepada industri menengah karena dari segi tenaga kerja dan hasil produksinya tidak terlalu besar. CV Citra Dragon memiliki potensi untuk berkembang menjadi industri yang lebih besar dengan merancang strategi-strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Masalah yang dihadapi CV Citra Dragon sekarang ini menurut Syofia Zaini selaku Wakil Manajer CV Citra Dragon yaitu perusahaan masih belum bisa memproduksi secara masal, karena jumlah peralatan dan mesin produksi yang belum mendukung, serta manajemen yang kurang baik. Kapasitas produksi 3

maksimum adalah 3 unit hydrotiller dan 2 unit thresher perhari, dengan penjualan hydrotiller sebanyak 855 unit dan thresher sebanyak 573 unit pada tahun 2012, sehingga masih jauh dari jumlah alsintan yang dibutuhkan di Sumatera Barat. Kualitas tenaga kerja masih rendah dan pemberian upah yang hanya per hari menyebabkan kemampuan produksi pada CV Citra Dragon tidak teratur tergantung pada jumlah kehadiran tenaga kerja. Untuk menjadi industri besar, CV Citra Dragon harus memiliki kemampuan produksi yang besar dan mampu memenuhi kebutuhan alsintan lokal, serta memiliki area pemasaran yang luas. Pokok bahasan laporan akhir ini difokuskan pada keunggulan (kekuatan), kelemahan, peluang, dan ancaman pengembangan industri alsintan, serta langkah strategis dan kebijakan operasional dalam menumbuhkembangkan industri dan bisnis alsintan pada CV Citra Dragon. Metode yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT merupakan alat analisis untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang berpengaruh dalam merumuskan strategi perusahaan yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal untuk mendapatkan berbagai alternatif strategi sesuai dengan hasil formulasi pada matriks SWOT (Rangkuti, 2006). Sedangkan analisis SWOT menurut Philip Kotler (2000) yaitu sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dibagi kedalam dua lingkungan analisis, yaitu lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal organisasi. Program ini diharapkan mampu menjadikan industri alsintan dan bisnis pemakaian alsintan lebih mandiri dan menjadi industri alsintan unggulan di Sumatera Barat maupun Sumatera. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu mencukupi suplai alsintan untuk kebutuhan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan. 4

1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah pada laporan akhir ini adalah: 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan CV Citra Dragon. 2. Bagaimana strategi pengembangan pada CV Citra Dragon ke depan. 3. Bagaimana rencana tindak pengembangan pada CV Citra Dragon ke depan. Ketiga pertanyaan tersebut akan dijawab dengan analisis data deret waktu (time series) dan SWOT analysis. 1.3 Tujuan Tujuan umum dari laporan tugas akhir ini untuk menyusun strategi, sasaran, rencana tindak kegiatan pengembangan alsintan yang terintegrasi, komprehensif, berkelanjutan dan bermutu pada CV Citra Dragon. Adapun tujuan khusus yang dirumuskan untuk mencapai tujuan umum tersebut antara lain: 1. Merumuskan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan CV Citra Dragon. 2. Merumuskan strategi pengembangan pada CV Citra Dragon ke depan. 3. Menyusun rencana tindak pengembangan pada CV Citra Dragon ke depan. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat memperluas penggunaan alsintan dalam bisnis pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan. 2. Pengembangan perusahaan alsintan untuk bisnis pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan. 5

3. Meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan per kapita tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberi masukan ke perusahaan sesuai dengan tujuan penelitian dan batasan-batasan yang digunakan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan mengenai alat dan mesin pertanian, proses perumusan strategi, serta dasar teori SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat) analysis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian dalam bentuk flow chart, membahas tentang tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, sampai dengan kesimpulan dan pemberian saran terhadap perusahaan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang penguraian pengumpulan data dalam rangka penyelesaian masalah dan juga pengolahan terhadap data-data tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan berbagai 6

faktor yang mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dapat berpengaruh pada perusahaan CV Citra Dragon. BAB V ANALISIS DAN RENCANA TINDAK Bab ini menganalisis pengolahan data yang telah dilakukan. Dalam tahap ini dianalisis tindakan strategis dan rencana tindak yang perlu dilakukan yang dapat meningkatkan kekuatan (strength), menangkap peluang (opportunity), mereduksi kelemahan (weakness) dan menghadapi ancaman (threat) terhadap perusahaan. BAB IV KESIMPULAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian. 7