Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

dokumen-dokumen yang mirip
HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. kecil, mudah dijumpai penawaran produk film-film kartun Jepang. Umumnya

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB V KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY JAICO

BAB I PENDAHULUAN. publik juga merupakan penghubung antara kehidupan sosial dan kehidupan politik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan Informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup. dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

2016 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHAD AP GAYA HID UP SISWA SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan zaman modern kini, banyak dijumpai para remaja

Economic Education Analysis Journal

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS COSPLAY

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang wirausaha yang sukses dibutuhkan motivasi yang. yang kuat menjadi pendorong mereka menjadi wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. budaya dalam negeri. Dunia musik telah mengalami perkembangan, genre musik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Pertama, gaya hidup adalah `identitas' diri di dalam suatu masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB V PENUTUP. Diangkat dari latar belakang permasalahan penelitian yaitu mengenai kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pernahkah Anda berpikir, mengapa kebanyakan mahasiswa ataupun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi:

SOLIDARITY 2 (1) (2013) Solidarity: Journal of Education, Society and Culture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity GAYA HIDUP KOMUNITAS PENCINTA BUDAYA JEPANG DI KALANGAN MAHASISWA UNNES (STUDI KASUS PADA KOMUNITAS JAICO) Angga Wahyu Adi Pratomo Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima November 2012 Disetujui Desember 2012 Dipublikasikan Januari 2013 Keywords: Lifestyle; A community of japanese culture lovers; Student Abstrak Komunitas pencinta budaya Jepang merupakan salah satu wadah berkumpulnya para remaja dengan penampilan yang khas dan unik yang berbeda dengan komunitas-komunitas lainnya. Dengan penampilan anggotanya yang unik, potongan rambut asimetris serta pakaian yang cenderung berwarna mencolok dengan pernak-pernik yang menempel disana-sini, membuat mereka sangat mudah untuk dikenali. Japan Independent Community (JAICO), merupakan salah satu komunitas pencinta budaya Jepang yang terdapat di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Jaico beranggotakan para mahasiswa UNNES serta masyarakat luar yang memiliki kesamaan minat dan hobi yaitu budaya Jepang. Keberadaan komunitas seperti JAICO mampu menarik minat mahasiswa UNNES untuk bergabung di dalamnya. Terutama bagi mereka yang pada dasarnya memang menyukai budaya Jepang. Dengan metode penelitian kulitatif. Dan berlokasi di UNNES, penulis ingin mengetahui latar belakang mahasiswa mengikuti gaya hidup budaya pop Jepang, motivasi mereka bergabung dalam komunitas pencinta budaya Jepang, dan gaya hidup komunitas pencinta budaya Jepang itu sendiri. Kebanyakan dari mereka mengikuti budaya pop Jepang karena dianggap unik dan menarik. Keberadaan media serta teman sebaya memberi pengaruh besar dalam memotivasi mahasiswa untuk bergabung dalam komunitas. Mereka mengikuti gaya hidup budaya pop Jepang yang dianggap menarik dan berbeda yang terliha.t dari gaya rambut dan gaya berpakaian yang di adopsi dari para artis Jepang. Abstract Community lover of Japanese cultureis one of the teenagers gathering place with adistinctive and unique appearance that is different from other communities. With the appearance of its members a unique, asymmetrical haircuts and clothest end to bebrightly colored with trinkets attached here and there,making them very easy to recognize.japan Independent Community(Jaico) is one of the community who are lovers of Japanese culture at Semarang State University (UNNES). Jaico member UNNES students and outsiders who have the same interests and hobbies that Japanese culture. The existence of such communities JaicoUNNES able to attract students to join in it. Especially for those who basically do like the Japanese culture. With qualitative research methods. And located in UNNES, the author would like to know the background of students attend Japanese pop culture lifestyle, their motivation to join the community of lovers of Japanese culture, and community lifestyle lovers of Japanese culture itself.most of them follow the Japanese pop culture because it is unique and interesting. The presence of media and peer influence in motivating students of the community to join. They follow the lifestyle of Japanese pop culture that are considered interesting and different look of the hairstyles and clothing styles are in the adoption of Japanese artists. 2013 UniversitasNegeri Semarang Alamatkorespondensi: Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: unnessosant@gmail.com ISSN 2252-7133 9

PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, setiap kebudayaan luar bisa bebas masuk. Tetapi, setiap budaya luar yang akan masuk, harus disaring terlebih dahulu, apakah budaya tersebut layak untuk masuk dan berkembang di negeri kita. Perkembangan yang begitu pesat membawa banyak perubahan, salah satunya pada gaya hidup. Lewat media yang ada, yaitu internet dan televisi, membawa perubahan pada gaya hidup, nilai maupun norma yang ada di masyarakat. Dalam Antropologi, gaya hidup didefinisikan sebagai pola tingkah laku seharihari segolongan manusia dalam masyarakat yang dapat diamati dan yang memberikan identitas khusus pada golongan itu (Suyono,1985). Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masa kini, penampilan dan juga gaya hidup menjadi sesuatu yang sangat penting. Selama beberapa tahun terakhir Budaya pop jepang menjadi sangat digemari oleh remaja. Demam budaya pop jepang ini membuat remaja-remaja di Indonesia membentuk sebuah komunitas pecinta budaya jepang tersebut. Harajuku style istilah yang biasanya menjadi sebutan untuk gaya berpakaian dan gaya rambut bagi komunitas pecinta budaya Jepang sekarang ini sering juga digunakan oleh artis-artis ataupun band-band Indonesia (www.kompasmedia.com). Harajuku sebenarnya adalah nama sebuah tempat antara Shinjuku dan Shibuya di Tokyo, Jepang. Daerah tersebut adalah tempat berkumpulnya anak-anak muda jepang yang ingin mengekspresikan hobinya (www. Wikipedia.com, 14 April 2012). Dandanan yang nyentrik dengan rambut asimetris dan pakaian yang cenderung berwarna mencolok, menjadi ciri khas harajuku style. Selain harajuku style, budaya pop Jepang lainnya seperti cosplay, anime, film, komik, dan lain-lain. Masuknya budaya pop Jepang di Indonesia membuat semakin banyak komunitas pencinta budaya Jepang yang berkembang di kota-kota besar. Salah satunya yaitu di kota Semarang. Di kota Semarang sendiri terdapat beberapa komunitas pencinta budaya Jepang. 10 Salah satu komunitas tersebut adalah Japan Independent Community (JAICO). Japan Independent Community (JAICO)adalah sebuah komunitas pecinta budaya jepang yang anggotanya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) dari berbagai jurusan dan Universitas lain serta siswa SMA di Semarang. Tempat berkumpulnya komunitas ini adalah di Universitas Negeri Semarang (UNNES), tepatnya di gazebo B 4 Fakultas Bahasa dan Seni. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana peneliti menggambarkan fenomena yang diperoleh kemudian menganalisanya dalam bentuk kata-kata guna memperoleh suatu kesimpulan (Moleong, 2002:189). Peneliti menggambarkan gaya hidup komunitas pencinta budaya Jepang yang meliputi gaya rambut, gaya pakaian, pergaulan, aliran musik, dan ideologi hidup. Lokasi penelitian ini dilakukan pada komunitas pecinta budaya jepang yang berada di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES), Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Secara lebih spesifik peneliti menjumpai para anggota komunitas pencinta budaya Jepang (Jaico), ditempat biasa mereka berkumpul yaitu di kampus Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), tepatnya di gazebo B4.Subyek yang ada dalam penelitian ini adalah komunitas pencinta budaya jepang yaitu jaico (Japan Independent Community) yang berada di Universitas Negeri Semarang (UNNES), kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Dalam suatu penelitian perlu menggunakan metode pengumpulan data yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh objektif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum komunitas Jaico Komunitas pencinta budaya Jepang Jaico yang pertama membawa pengaruh budaya Jepang di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES). Komunitas Jaico berdiri pada tanggal 14 Mei 2009 oleh mahasiswa-mahasiwa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang memang menyukai budaya Jepang. Dengan jurusan yang berbedabeda juga, mereka sepakat membentuk komunitas yang akhirnya dinamai Jaico. Pertama yang mempunyai ide untuk membuat komunitas adalah sebuah band indie beraliran musik Jepang yaitu Neko yang anggotanya dari berbagai jurusan seperti Rista (PJKR), Kris (Geografi), Agus (Geografi), Hengky (Manajemen), dan Aan (Sendratasik). Kemudian mereka bertemu dengan mahasiswa jurusan lain yang memang menyukai budaya Jepang yaitu Kiky (Bahasa Jepang), Nita (Bahasa Jepang), dan Tora (Teknik Sipil). B. Latar belakang mahasiswa menyukai budaya pop Jepang Kebanyakan anggota komunitas Jaico mengenal budaya Jepang dari mereka menonton televisi. Berbagai acara televisi yang ditayangkan, seperti kartun Jepang membuat anggota komunitas Jaico mengenal budaya Jepang dan tertarik untuk mendalaminya. Pada akhirnya, produk-produk yang berasal dari Jepang banyak dicari dan digemari oleh anggota komunitas pencinta budaya Jepang. Contohnya seperti handphone, ada anggota komunitas Jaico yang sampai memesan handphone dari Jepang. Ini disebabkan karena ketertarikannya akan barang atau produk yang biasa digunakan artis dalam suatu film atau drama Jepang. Biasanya produk tersebut, contohnya handphone memang menyeponsori suatu film atau drama Jepang. Sejalan dengan teori gaya hidup menurut Chaney (dalam, Subandy, 1997), ada beberapa bentuk gaya hidup, salah satunya yaitu iklan gaya hidup. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra (image culure) dan 11 budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual. Iklan yang muncul dalam sela-sela acara budaya Jepang yang ada dalam televisi ataupun drama Jepang yang biasa ditonton anggota komunitas Jaico, membuat anggota komunitas Jaico tertarik menggunakan produk tersebut dan membentuk gaya hidupnya sendiri yang timbul akibat menggunakan produk-produk budaya baru. Dikarenakan artis yang mereka sukai menggunakan produk iklan tertentu, membuat anggota komunitas pencinta budaya Jepang merasa bangga karena memakai produk yang sama dan gaya hidup tersebut terus berkembang sejalan dengan maraknya budaya pop Jepang. Selain memang menyukai budayanya yang khas, anggota komunitas Jaico juga menyukai pernak-pernik yang berhubungan dengan budaya Jepang, seperti kostum cosplay, action figure (mainan replika dari tokoh kartun Jepang), aksesoris-aksesoris pelengkap cosplay, dan lain-lain. C. Motivasi mahasiswa ikut dalam komunitas Jaico Ada berbagai alasan mahasiswa tertarik untuk mengkonsumsi budaya jepang, seperti beberapa alasan yang ditemukan oleh peneliti : 1. Pengaruh media Alasan mahasiswa menyukai dan tertarik terhadap budaya jepang karena adanya pengaruh dari media terutama televisi. Dari media televisi mahasiswa mengetahui budaya jepang lewat acara-acara televisi yang berisi budaya jepang. Acara televisi yang sangat mempengaruhi mahasiswa menyukai budaya jepang yaitu lewat film kartun jepang atau yang biasa disebut anime. Dari menonton anime tersebut individu tertarik terhadap karakter atau tokoh dan budaya yang ada didalam anime tersebut. Karakter-karakter dengan pakaian dan gaya rambut yang menarik serta kebiasaannya membuat individu menyukainya. Karakter tokoh dan setting budaya Jepang asli membuat individu mengetahui budaya Jepang. Selain anime, drama dari Jepang juga digemari dan

membuat individu menyukai budaya Jepang dan tahu lebih banyak tentang budaya tersebut. Dengan maraknya media internet sekarang ini, membuat individu mudah untuk mengakses dan mencari tahu segala hal lewat media ini. Selain dari televisi, anggota komunitas Jaico juga mendownload anime dari internet. Begitu juga dengan pernak-pernik yang berbau budaya Jepang. Dari media ini individu mengetahui beragam budaya yang berasal dari Jepang. 2. Pengaruh teman sebaya Selain dari media, alasan mahasiswa menyukai dan tertarik dengan budaya Jepang yaitu karena pengaruh dari teman sebaya. Karena tertarik melihat kebiasaan teman seperti perilaku, gaya rambut, gaya berpakaian, musik, akhirnya individu masuk ke dalam komunitas tersebut. Pengaruh teman sebaya menentukan mahasiswa atau individu masuk ke dalam komunitas pencinta budaya Jepang. Karena dalam setiap proses interaksi yang ada di dalam masyarakat selalu terdapat unsur saling mempengaruhi. Dasar proses interaksi yaitu : pertama, faktor imitasi, yaitu dorongan untuk meniru orang lain. Kedua, faktor sugesti, yaitu pengaruh psikis yang timbul dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umunya diterima dan diyakini tanpa adanya daya kritik. Ketiga, faktor identifikasi yaitu dorongandorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang lain. Keempat, faktor simpati, yaitu suatu perasaan tertarik pada orang lain. (Soekanto, 2002;63) Dari penjelasan di atas, anggota komunitas Jaico dalam interaksi dan juga gaya hidupnya juga menerapkan proses interaksi tersebut. Pertama yaitu imitasi. Anggota komunitas Jaico dalam gaya hidupnya, terutama dalam hal penampilan. Anggota komunitas Jaico dalam hal penampilan banyak yang meniru artis-artis Jepang yang memang mereka sukai dan unik penampilannya. Kedua yaitu faktor sugesti, bahwa anggota komunitas Jaico banyak yang terpengaruh oleh film drama 12 Jepang dan juga film kartun Jepang. Bahkan dalam perilaku dan gaya berbicaranya pun terpengaruh dari tontonan tersebut. Ketiga yaitu identifikasi. Anggota komunitas Jaico yang dalam kegiatannya sering menirukan karakterkarakter dari tokoh kartun Jepang, dimana mereka harus membuat diri mereka menjadi semirip mungkin dengan karakter yang mereka tiru, baik dalam hal penampilan maupun perilaku. Keempat yaitu faktor simpati. Banyak juga anggota komunitas Jaico yang mengubah penampilannya karena melihat anggota lain dan tertarik untuk mengikuti penampilannya. D. Gaya Hidup Komunitas Jaico a. Aktualisasi Dalam Bentuk Penampilan Fisik Harajuku style muncul pertama di Jepang oleh anak-anak muda Jepang yang pada awalnya merupakan simbol pemberontakan terhadap budaya dan gaya berbusana di Jepang. Ciri yang sangat khas dari komunitas Jaico adalah penampilan para anggotanya yang terbilang unik yaitu gaya rambut dengan potongan yang unik dan gaya berpakaian yang berbeda dengan masyarakat umumnya. Gaya rambut asimetris dengan warna yang mencolok dan pakaian yang berwarna-warni dengan aksesoris yang menempel di baju maupun celana membuat anggota komunitas Jaico terlihat unik dan berbeda. Sejalan dengan teori gaya hidup, menurut Chaney (dalam Subandy, 1997) gaya hidup memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu publik relations dan journalism gaya hidup. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran aksesori fashion. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E- generation, menjadi seperti sekarang ini, dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (selebrity inspired identity). Untuk kostum sendiri, anggota komunitas Jaico meniru dari artis-artis Jepang, misalnya dari anggota band atau penyanyi Jepang. Begitu juga dengan gaya rambutnya yang khas. Mereka membuatnya agar penampilan mereka menjadi semirip mungkin dengan artis yang disukainya. Denga make up, dan perilaku yang memang dibuat mirip dengan artis Jepang, membuat nilai

tambah bagi komunitas pencinta budaya Jepang. Apalagi yang memang ikut lomba cosplay. Dari penampilan fisik sampai perilaku harus dibuat semirip mungkin dengan karakter yang mereka tiru. menerapkan pola hidup seperti itu pada kehidupan sehari-harinya. Mencari kesenangan dengan ikut dalam lomba cosplay dan membeli pernak-perniknya seperti membeli action figure dan lain-lain. b. Kegiatan Komunitas Jaico Kegiatan yang biasa dilakukan oleh komunitas Jaico yaitu kumpul rutin yang dilakukan seminggu sekali pada hari kamis, bertempat di Gazebo B4 Fakultas Bahasa dan Seni. Selain hanya kumpul rutin, komunitas Jaico juga sering mengikuti acara-acara budaya jepang yang diselenggarakan oleh Universitas maupun sekolah-sekolah. Berkumpul membentuk suatu kelompok merupakan naluri dasar manusia. Apalagi mereka yang mempunyai tujuan yang sama dan juga pikiran yang sama, pasti akan secara alamiah ingin membentuk suatu kelompok. Dan kelompok yang mereka bentuk akan memperlihatkan simbol-simbol khusus yang membuat identitas dari kelompok mereka itu. c. Koleksi Dari Anggota Komunitas Jaico Selain mempunyai kostum cosplay, anggota komunitas Jaico juga mempunya koleksi lainnya yaitu berupa video musik, anime (film kartun Jepang), manga ( komik Jepang), dan juga action figure(miniatur karakter dari anime). Kebanyakan koleksi yang berbentuk video atau film adalah hasil tukar-menukar dengan anggota komunitas jaico yang lainnya. Sedangkan mangadan action figurememang mereka membelinya satu-persatu, yang akhirnya menjadi banyak. Untuk koleksi berupa action figure dapat dibeli di toko pernak-pernik Jepang maupun di on-line shop. Sejalan dengan teori gaya hidup, menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 199) ada beberapa bentuk gaya hidup, salah satunya yaitu gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak bermain, senang pada keramaian, senang membeli barang-barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Anggota komunitas Jaico juga 13 SIMPULAN Setelah diadakan penelitian secara mendalam tentang Gaya Hidup Komunitas Pencinta Budaya Jepang di Kalangan Mahasiswa UNNES (Studi Kasus pada Komunitas Jaico) di Kampus UNNES, Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kabupaten Semarang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Munculnya komunitas pencinta budaya Jepang disebabkan karena banyaknya media yang menayangkan informasi dan tayangantayangan mengenai budaya Jepang yang membuat individu terhegemoni akan segala sesuatu yang bernuansa Jepang. Hegemoni terhadap budaya pop Jepang ternyata juga mempunyai tingkatan pada setiap subjek. Proses penyerapan informasi dari media tergantung dari latar belakang mereka yang nantinnya membedakan proses penerimaannya. Disini terjadi pemilihan mana budaya yang cocok diterapkan dan mana yang harus dibuang. Gaya berpakaian ala Jepang banyak berpengaruh pada anggota komunitas pencinta budaya Jepang. Karena dianggap unik dan menarik. 2. Gaya hidup komunitas pencinta budaya jepang yamg meliputi gaya berpakaian, gaya rambut, kegiatan yang dilakukan, serta aliran musik, membuat komunitas pencinta budaya jepang terlihat berbeda dan unik dilihat dari cara berpakaian, gaya rambut, serta kegiatan yang dilakukannya lewat acara-acara yang bernuansa Jepang yang berkembang dengan adanya asimilasi budaya lewat adanya kostum jepang yang dipadukan dengan unsur budaya Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta.

Chaney, David. 1996. Lifestyle :Sebuah Pengantar Komprehensif. Terjemahan Routledge. Yogyakarta : Jalasutra Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Moleong, Lexi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Subandi, Idi. 2000. Lifestyle Ecstasy. Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Jakarta: Jalasutra Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademika Pressindo, Budaya Jepang, http://wikipedia., harajuku style, http:/kompasmedia., cosplay, http:/japanholic. 14