I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

Produk Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN KELAPA KOPYOR DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam penyediaan pangan, bioenergi, bahan baku industri (pangan, pakan, biofarmaka, biomaterial), kesempatan usaha, penyedia lapangan kerja, dan pengelolaan lingkungan hidup. Sektor pertanian terbagi menjadi lima subsektor, yaitu : subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Tabel 1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Jawa Tengah tahun 2011 2013 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9. Jasa-jasa 35 399 800,56 24 559 128,85 3 276 056,48 4 905 554,99 652 913,15 2 006 147,09 2 193 964,23 65 439 443,00 1 711 200,96 11 753 387,92 43 159 132,59 10 645 260,49 7 503 725,18 20 464 202,99 PDRB 2011 2012 2013 36 712 340,43 25 427 512,90 3 411 458,95 5 107 200,13 645 799,07 2 120 369,38 2 355 848,88 69 012 495,82 1 820 436,99 12 573 964,87 46 719 025,28 11 486 122,63 8 206 252,08 21 961 937,06 35 513 957,62 25 777 283,67 3 559 549,75 5 391 172,08 647 386,14 2 138 565,98 2 504 980,10 73 092 337,30 1 973 195,73 13 449 631,46 50 209 544,03 12 238 463,10 9 073 225,04 23 044 405,96 Total PDRB 198 270 117,92 198 270 117,92 198 270 117,92 Sumber : BPS Jawa Tengah, 2014 Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi pada PDRB Provinsi Jawa Tengah. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Jawa Tengah. 1

2 Sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu ujung tombak kebangkitan perekonomian di Indonesia yang belum pulih dari krisis. Menurut Saragih (2003), agribisnis akan tampil menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Agribisnis mampu mengakomodasikan tuntutan agar perekonomian nasional terus bertumbuh dan sekaligus memenuhi prinsip kerakyatan, keberlanjutan dan pemerataan baik antar individu maupun antar daerah. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembangunan sistem dan usaha agribisnis dipandang sebagai bentuk pendekatan yang paling tepat bagi pembangunan ekonomi nasional. Kelapa kopyor merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai komoditas spesifik daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif dibanding kelapa normal. Selain itu, buah kopyor juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Permintaan konsumen terhadap buah kopyor selalu tidak terpenuhi, karena terbatasnya produksi buahnya. Berdasarkan hal di atas, agribisnis kelapa kopyor saat ini menjadi sangat menjanjikan bagi petani (Balitka, 2010). Kelapa kopyor merupakan salah satu di antara kelapa unik yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, namun demikian jumlah tanaman dan produksi kelapa unik ini masih terbatas, sehingga harga jualnya relatif mahal, di pasaran bisa ditemui dengan kisaran harga antara Rp 20.000 Rp 30.000/butir, berarti 10 kali lebih mahal dibanding harga buah kelapa normal (Balitka, 2010). Penyebaran tanaman kelapa kopyor di Indonesia meliputi Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Jember (Jawa Timur), dan di Kabupaten Lampung Selatan. Tanaman kelapa kopyor yang menyebar di daerah daerah tersebut merupakan tanaman kelapa kopyor alami heterozigot yang telah dikembangkan oleh petani sejak puluhan tahun yang lalu. Melalui teknologi kultur embryo telah dikembangkan juga kelapa kopyor homozigot oleh Balai Bioteknologi Perkebunan, PT. RPN Bogor, Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (Maskromo et al., 2011).

3 Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi kelapa kopyor, salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi kelapa kopyor adalah Kabupaten Pati. Berikut data produksi kelapa kopyor di Kabupaten Pati menurut Jawa Tengah Dalam Angka 2010 2014 yang disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Data Produksi Kelapa Kopyor di Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Produksi (Butir) No Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pati 974.654 846.647 795.359 911.739 883.350 2 Kudus 0 0 0 5.153 9.950 Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2010-2014 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui hasil produksi kelapa kopyor di Kabupaten Pati pada tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuatif, hasil produksi di Kabupaten Pati pada tahun 2013 sebesar 883.350 butir. Produksi kelapa kopyor di Kabupaten Pati merupakan hasil produksi terbesar dibanding Kabupaten Kudus. Hal ini menandakan bahwa kelapa kopyor di Kabupaten Pati memberi kontribusi yang besar dan berpotensi untuk diolah lebih lanjut agar memiliki nilai tambah yang lebih dari produk yang belum diolah. Secara ekonomi, kontribusi komoditas kelapa kopyor terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Pati bisa diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 850.000-900.000 butir per tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas kelapa kopyor ini menjanjikan dengan semakin banyaknya permintaan akan produk kelapa kopyor dari berbagai daerah (BPS, 2013). Pengembangan kelapa kopyor harus dilakukan. Karena kelapa kopyor di Kabupaten Pati merupakan komoditas unggulan lokal sehingga harus didorong pengembangannya agar dapat bersaing dengan daerah lain yang juga memproduksi kelapa kopyor. Tanaman ini menyebar di sepuluh Kecamatan di Pati Jawa Tengah yaitu Kecamatan Pati, Gembong, Gunungwungkal, Cluwak, Trangkil, Tlogowungu, Wedarijaksa dan tiga Kecamatan yang memiliki areal lahan terluas dan produksi terbanyak yaitu Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso.

4 Kelapa kopyor di Kabupaten Pati memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki produksi yang tinggi dan menjadi salah satu produk unggulan lokal. Melihat potensi tersebut, saat ini usaha kelapa kopyor menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat di Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Tayu, dan Kecamatan Margoyoso. Kelapa kopyor selain memiliki potensi, juga memiliki permasalahan dalam pengembanganya. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kelapa kopyor, berupa adanya serangan hama Oryctes rhinoceros (kumbang badak) yang merugikan tanaman, fluktuasi harga dan belum ada agroindustri pengolahan kelapa kopyor. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk memberi rekomendasi strategi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. B. Rumusan Masalah Kelapa kopyor merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi, namun sampai saat ini jarang dikembangkan sebagai komoditas andalan secara luas. Hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usahatani kelapa kopyor adalah serangan hama penyakit yang umumnya menyerang tanaman kelapa kopyor, adanya fluktuasi harga yang tidak menentu setiap saat, keterbatasan modal dalam menambah luas area lahan, produksi kelapa kopyor yang masih kurang dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Sebagian besar petani kelapa kopyor hanya berkiprah di bidang usaha tani tingkat produsen (on-farm) dengan nilai tambah atau keuntungan yang relatif kecil. Petani belum mengenal dan mengetahui pasar sehingga posisi tawar mereka sangat lemah. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati melalui strategi pengembangan yang tepat diterapkan di agribisnis kelapa kopyor Kabupaten Pati, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, menanggulangi serangan hama, dapat menaikkan nilai jual kelapa kopyor dan meningkatkan potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional, sehingga dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di Kabupaten Pati.

5 Upaya pengembangan sistem agribisnis kelapa kopyor merupakan satu kesatuam upaya kegiatan-kegiatan, mulai dari subsistem sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pengolahan dan pemasaran, dan subsistem jasa (organisasi). Agar tujuan dapat tercapai dengan baik secara kuantitas dan kualitas, maka diperlukan adanya pengembangan agribisnis yang baik. Kegiatan-kegiatan usaha dalam sistem agribisnis memiliki kekuatan dan peluang, tetapi juga dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting di identifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati? 2. Apa saja faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) bagi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati? 3. Alternatif strategi apa saja yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati? 4. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sistem agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 2. Mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) bagi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 3. Merumuskan alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 4. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati.

6 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Pati, penelitian ini berguna sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah pengetahuan mengenai strategi pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk melakukan penelitian sejenis.