JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-143

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Niar Kurnia Julianti Tantri Kusuma Wardani Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, MT

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Proses Transesterifikasi dengan Katalis MgO/CaO

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN:

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-193

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

KARAKTERISTIK BIODIESEL DARI MINYAK BIJI RANDU (CEIBA PENTANDRA) PADA REAKTOR BATCH BERPENGADUK BERTEKANAN MENGGUNAKAN KATALIS KOH

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Kapuk (Ceiba pentandra) Melalui Proses Transesterifikasi dengan Katalis MgO/CaO

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

PENGARUH JUMLAH KATALIS DAN WAKTU REAKSI TERHADAP KONVERSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS CaO DARI KULIT TELUR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

Prestasi, Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BIODIESEL DENGAN KATALIS KALSIUM OKSIDA

DEGRADASI GLISEROL DENGAN TEKNOLOGI SONIKASI MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit melalui Proses Hydrocracking dengan Katalis Ni- Mg/γ-Al 2 O 3

Rekayasa Katalis Ni/Zn-HZSM-5 untuk Memproduksi Biofuel dari Minyak Bintaro

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-290

UJI COBA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS D-GLUKOSA DAN PATI JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

PRODUKSI BIODISEL DARI MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN KATALIS CaO CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI SECARA KONTINUE

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Melalui Proses Transesterifikasi dengan Menggunakan CaO sebagai Katalis

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

JURNAL TEKNIK POMITS 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Au/HZSM-5 dan Kompositnya

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL DARI CPO FFA TINGGI DENGAN KATALIS ZnO KOMERSIAL (PENGARUH VARIASI JUMLAH KATALIS DAN RASIO MOL MINYAK : METANOL)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI

Pembuatan Biodiesel dengan Proses Ekstraksi Reaktif dari Ampas Perasan Kelapa

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

TRANSESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN CONTINOUS MICROWAVE BIODIESEL REACTOR

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BIODIESEL HASIL ESTERIFIKASI SEKALIGUS TRANSESTERIFIKASI CPO KUALITAS EMPAT DENGAN METANOL MENGGUNAKAN ASAM SULFAT SEBAGAI KATALIS

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES ETANOLISIS MINYAK SAWIT DALAM SISTEM DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) BERBASIS CHOLINE CHLORIDE ETILEN GLIKOL

4 Pembahasan Degumming

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-143 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit RBD dengan Menggunakan Katalis Berpromotor Ganda Berpenyangga γ-alumina (CaO/MgO/ γ-al 2 O 3 ) dalam Reaktor Fluidized Bed Niar Kurnia Julianti, Tantri Kusuma Wardani, Ignatius Gunardi dan Achmad Roesyadi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ignatius@chem-eng.its.ac.id Abstrak Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar fosil dari hasil reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan metanol. Proses pembuatan biodiesel selama ini menggunakan katalis homogen NaOH atau KOH yang memiliki kelemahan terbentuknya produk samping berupa sabun dan rumitnya pemisahan produk biodiesel dengan katalis. Maka dari itu, mulai dikembangkan katalis heterogen. Penelitian ini mengembangkan katalis berpromotor ganda berpenyangga y-alumina (CaO/MgO/y-Al 2 O 3 ) dalam reaktor fluidized bed. Pembuatan katalis melalui metode presipitasi CaO dan MgO pada y-al 2 O 3 serta asam asetat sebagai larutan precursor. Kemudian, katalis dioven selama 12 jam pada suhu 110C dan dikalsinasi pada suhu 700 C selama 5 jam. Katalis yang diperoleh digunakan untuk proses transesterifikasi dengan ratio molar minyak metanol 1:36; variabel massa katalis 4, 7, 10, 13, 16 gram; laju alir reaktan 4, 7, 10, 13, 16 ml/menit; dan suhu 125, 150, 175, 200, 225 C. Dimana yield dan % konversi terbaik dari penelitian diperoleh sebesar 0,642 gr biodiesel/gr minyak dan 63,975% pada massa katalis 16 gram, suhu 225 C dan laju alir reaktan 4 ml/menit. Kata Kunci biodiesel, katalis heterogen, minyak kelapa sawit, transesterifikasi. P I. PENDAHULUAN ertambahan populasi penduduk dan peningkatan kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan energi yang tidak dapat diperbarui. Selama ini sebagian besar sumber energi menggunakan bahan bakar fosil yang jumlahnya semakin menipis. Hal ini mendorong kita mencari berbagai cara untuk menghemat penggunaan minyak bumi serta menciptakan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil [1]. Minyak nabati dapat dijadikan feedstock untuk produksi biodiesel karena merupakan sumber energi yang dapat diperbarui, dapat diproduksi skala besar dan ramah lingkungan. Minyak nabati terdiri dari edible oil dan nonedible oil. Lebih dari 95% bahan baku untuk produksi biodiesel berasal dari edible oil yang diproduksi secara besar di beberapa wilayah. Sifat dari biodiesel yang dihasilkan oleh edible oil ini lebih cocok digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel. Akan tetapi, hal ini menyebabkan beberapa permasalahan seperti meningkatnya kompetisi di pasar edible oil, sehingga menyebabkan meningkatnya harga edible oil dan meningkatnya biaya produksi biodiesel. Selain itu, hal ini menyebabkan pembukaan hutan untuk dijadikan lahan penanaman biodiesel. Kekurangan ini mendorong beberapa penelitian pembuatan biodiesel yang berbasis nonedible oil [2]. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan oleh reaksi kimia antara minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek, misalnya metanol, etanol, atau butanol dengan dibantu katalis, proses ini disebut transesterifikasi. Dari sudut pandang lingkungan, penggunaan biodiesel memiliki beberapa keuntungan misalnya dapat mereduksi emisi karbonmonoksida dan karbondioksida, nontoxic dan biodegradable. Diharapkan biodiesel dapat mereduksi penggunaan bahan bakar fosil [3]. Minyak kelapa sawit adalah suatu sumber energi yang potensial. Sebagai negara yang tanahnya subur, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berperan dalam industri kelapa sawit. Terlebih lagi pada 2007 Indonesia tercatat sebagai penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Sampai dengan 2010, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,8 juta hektar. Dalam kurun waktu sekira 15 tahun terakhir produksi minyak kelapa sawit meningkat hampir lima kali lipat, dari 4,8 juta ton minyak sawit mentah (CPO) pada 1996 menjadi 19,8 juta ton pada 2010 [4]. Proses pembuatan biodiesel secara konvensional pada umumnya menggunakan proses transesterifikasi minyak tumbuhan dengan alkohol rantai pendek, menggunakan katalis homogen asam atau basa, misalnya H 2 SO 4, NaOH, dan KOH [5]. Proses pembuatan biodiesel secara konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu sensitif terhadap kandungan free fatty acid (FFA) yang terdapat dalam minyak, terbentuknya produk samping berupa sabun, rumitnya pemisahan produk biodiesel yang dihasilkan dengan katalis, serta adanya limbah alkali yang memerlukan proses lanjutan yang cukup kompleks serta membutuhkan energi yang cukup tinggi dan pada akhirnya menaikkan ongkos produksi. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan katalis heterogen (padat). Katalis heterogen yang sering digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu ZnO, SiO, TiO 2 /ZrO 2 dan sebagainya [6]. Kelebihan penggunaan katalis heterogen antara lain proses

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-144 pemisahan produk biodiesel dengan katalis cukup mudah, katalis dapat diregenerasi dan digunakan kembali. Sehingga biaya produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis. A. Preparasi Katalis II. METODE PENELITIAN Preparasi katalis dibuat dengan cara menambahkan CaO dan MgO dengan aquadest dan mengaduk selama 30 menit. Setelah itu larutan dicampur dengan asam asetat sesuai dengan stokiometri menggunakan pengaduk selama 5 menit. kemudian larutan ditambahkan penyangga y-al 2 O 3 sambil tetap mengaduk selama 3 jam. Memanaskan dan mengaduk larutan pada suhu 80 C hingga menjadi pasta. Katalis yang menjadi pasta dioven pada suhu 110 C selama 12 jam setelah itu ukuran katalis diseragamkan. Kemudian katalis dikalsinasi pada suhu 700 C selama 5 jam. Katalis yang telah dialsinasi lalu dianalisa dengan X-ray Diffraction dan XRD. Peralatan proses kalsinasi dapat dilihat pada gambar berikut. reaktan dan suhu reaktor. Variabel Laju alir reaktan adalah 4, 7, 10, 13, 16 ml/menit dan suhu reaktor 125 C, 150 C, 175 C, 200 C, 225 C. Hasil biodiesel, metanol sisa, minyak sisa, dan gliserol kemudian dihitung untuk didapatkan yield dan konversi. Kadar biodiesel dianalisa dengan metode gas kromatografi. Rangkaian proses transesterifikasi dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. Rangkaian proses transesterifikasi dalam reaktor fluidized bed Keterangan Gambar : 1. Kompresor 2. Furnace 3. Panel kontrol suhu 4. Reaktor 5. Katalis 6. Tube gas outlet 7. Erlenmeyer 8. Air Gambar 1. Peralatan kalsinasi B. Proses Transterifikasi Proses Transesterifikasi dilakukan dalam sebuah reaktor fluidized bed yang dilapisi dengan elemen pemanas. Katalis yang telah aktif dimasukkan ke dalam reaktor yang sebelumnya dibagian bawah dan atas reaktor dipasang glass woll agar katalis tidak kembali ke umpan reaktan atau terikut bersama produk. Setelah itu mengaduk umpan yang berisi minyak kelapa sawit RBD dan metanol dengan molar rasio 1:36 hingga homogen. Kemudian mensetting suhu reaktor pada 175 C dan laju alir 10 ml/menit. Jika suhu reaktor sudah sesuai dan umpan telah homogen, maka umpan siap dialirkan melalui bagian bawah reaktor. Setelah didapat variabel massa katalis terbaik untuk variabel katalis 4, 7, 10, 13, 16 gram kemudian proses transesterifikasi divariabelkan ke laju alir III. HASIL DAN DISKUSI A. Hasil Analisa GCMS pada Bahan Baku Analisa Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) bertujuan untuk mengetahui komponen asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa sawit merk Bimoli. Berdasarkan hasil analisa GCMS, diketahui bahwa komposisi asam lemak minyak kelapa sawit merk Bimoli didominasi oleh palmitic acid dan oleic acid masing-masing sebesar 38,201% dan 45,962%. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa asam lemak yang dominan dalam minyak kelapa sawit adalah asam palmitat sebesar 38% - 46% dan asam oleat sebesar 30% - 45% [7]. Dengan diketahuinya komponen asam lemak, maka berat molekul dari minyak kelapa sawit dapat dihitung. Dari hasil perhitungan didapatkan berat molekul minyak kelapa sawit sebesar 850,32 g/gmol. Berat molekul dari perhitungan ini telah mendekati berat molekul minyak kelapa sawit yang didapatkan dari literature yaitu 849,5 g/gmol [8]. B. Hasil Analisa XRD Katalis CaO/MgO/ γ-al 2 O 3 Karaketristik dari katalis mengunakan beberapa teknik analisa. Brunauer Emmet Teller (BET) digunakan untuk mengukur luas permukaan (surface area). Sedangkan difraksi sinar X (XRD) digunakan untuk mengetahui jenis dan struktur katalis. Berdasarkan hasil analisa BET diperoleh luas permukaan katalis CaO/MgO/γ-Al 2 O 3 sebesar 42,342 m²/g. Sedangkan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-145 luas permukaan pure analytic grade (PA) γ-al 2 O 3 dari Merck adalah 120 190 m 2 /g. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa promotor (CaO/MgO) menempel pada support (γ- Al 2 O 3 ). Hasil analisa XRD pada gambar 3 adalah pola difraktrogram XRD CaO/MgO/y-Al 2 O 3. Puncak senyawa CaO muncul pada 2θ 32,4 O 37,6 O 54,2 O 64,6 O dan 67,9 O. Puncak senyawa MgO muncul pada 2θ 37,1 O 43 O dan 62,8 O. Sedangkan puncak senyawa y-al 2 O 3 31,9 O 37 O 39 O 45 O 50 O 56 O dan 60 O. hal ini sesuai dengan literatur [7]. kemudian pada hasil XRD dideteksi senyawa campuran yang terbentuk yaitu senyawa Calcium Magnesium Aluminium Oksida (Al 16 Ca 0,965 Mg 2 O 27 ) muncul pada 2θ 1,8-31,6 O 32-37 O 39-49 O 51-54 O 54-60 O 61-64 O 65-67 O Gambar 4. Pengaruh yield biodiesel terhadap Massa katalis Pada gambar 4 dan gambar 5 terlihat bahwa semakin banyak Gambar 3. Pola difraktrogram XRD CaO/MgO/y-Al2O3 C. Analisa Hasil Proses Transesterifikasi C.1. Pengaruh Massa Katalis Terhadap Yield dan % Konversi Biodiesel Kondisi proses yang digunakan untuk mempelajari pengaruh massa katalis terhadap yield dan % konversi biodiesel meliputi perbandingan molar minyak metanol 1:36, laju alir reaktan (minyak dan metanol) 10 ml/menit dan temperatur reaksi 175 o C. Berikut ini merupakan tabel dan grafik hubungan antara massa katalis vs yield biodiesel dan massa katalis vs konversi (%). Adapun definisi yield dan konversi sebagai berikut: Yield Biodiesel = P B Konversi Biodiesel = Mol minyak yang terpakai Mol minyak awal Dimana : P = Mass Rate Produk Biodiesel (gr/menit) B = Mass Rate Minyak Kelapa Sawit (gr/menit) Gambar 5. Pengaruh Konversi Biodiesel (%) terhadap Massa katalis katalis yang ditambahkan maka yield dan konversi (%) biodiesel semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak katalis yang digunakan dalam reaktor fluidized bed maka semakin banyak pula reaktan yang berkontak dengan katalis yang terfluidisasi didalam reaktor. Dengan demikian, reaktan yang terkonversi menjadi biodiesel semakin meningkat sehingga yield biodiesel yang dihasilkan semakin banyak pula. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa apabila jumlah katalis ditingkatkan maka jumlah molekul yang bertumbuk akan bertambah dan kecepatan reaksi juga akan meningkat. C.2. Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel terhadap laju alir reaktan Pengaruh laju alir alir reaktan vs yield dan laju alir reaktan vs konversi (%) biodiesel pada berbagai kondisi suhu ( o C) dengan massa katalis 16 gram dan rasio molar minyak metanol sebesar 1 : 36.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-146 C.3. Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel terhadap suhu Berikut ini merupakan grafik hubungan antara suhu reaksi vs yield dan suhu reaksi vs konversi (%) biodiesel yang dilakukan pada berbagai kondisi laju alir reaktan (ml/menit) dengan massa katalis sebanyak 16 gram dan rasio molar minyak metanol sebesar 1 : 36. Gambar 6. Pengaruh yield biodiesel terhadap laju alir reaktan Gambar 8. Pengaruh Yield Biodiesel terhadap suhu Gambar 7. Pengaruh Konversi Biodiesel terhadap Laju Alir Reaktan Reaksi transesterifikasi pada reaktor kontinyu fluidized bed untuk variabel laju reaktan dioperasikan pada laju 4, 7, 10, 13 dan 16 ml/menit pada suhu 125, 150, 175, 200, dan 225 o C dengan rasio mol minyak metanol 1:36. Dari gambar 4 dan gambar 5 dapat terlihat bahwa pada reaktor kontinyu, laju alir reaktan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya yield dan % konversi dalam proses transesterifikasi minyak. Semakin besar laju reaktan yang dialirkan maka yield dan % konversi yang di hasilkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya laju alir, maka waktu tinggal reaktan akan semakin berkurang sehingga kontak antara reaktan dengan katalis di dalam reaktor fluidized bed semakin cepat pula dan mengakibatkan turunnya kadar FAME yang dihasilkan. Hal ini sesuai pula dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin besar laju reaktan yang diberikan maka waktu tinggal reaktan di dalam reaktor semakin cepat, sehingga % yield dan % konversi yang dihasilkan pun akan semakin kecil [9]. Gambar 9. Pengaruh Konversi Biodiesel (%) terhadap suhu Reaksi transesterifikasi pada reaktor kontinyu fluidized bed dioperasikan pada variabel suhu 125 o C, 150 o C, 175 o C, 200 o C dan 225 o C dengan massa katalis 16 gram dan rasio mol minyak metanol 1:36. Dari gambar 6 dan gambar 7 dapat terlihat bahwa suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya yield dan % konversi dalam proses transesterifikasi minyak. yield dan % konversi biodiesel naik seiring dengan naiknya suhu operasi transesterifikasi, karena secara kinetika, kecepatan reaksi akan naik seiring dengan kenaikan suhu operasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan Arrhenius sebagai berikut : k = ko. dimana, nilai suhu (T) berbanding lurus dengan nilai k (konstanta kecepatan reaksi). Pada suhu yang tinggi, tumbukan antar partikel reaktan menjadi besar sehingga mudah menghasilkan energi aktivasi (E) yang dibutuhkan untuk bereaksi [10]. Hasil penelitian juga telah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu reaksi transesterifikasi maka semakin besar konversi yang dihasilkan [11].

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-147 D. Karaketristik Produk Biodiesel Dari hasil yang telah didapatkan, karakteristik biodiesel yaitu densitas dan viskositas dari minyak kelapa sawit RBD dengan standart Biodiesel menurut SNI. Berikut ini adalah tabel analisa karakteristik biodiesel yaitu densitas dan viskositas pada suhu 175 o C dengan laju alir 10ml/menit untuk menentukan massa katalis yang terbaik. Tabel 1. Spesifikasi Biodiesel dan Viskositas Dengan Variabel Masaa Katalis Massa Katalis (gram ) Densitas (gr/ml) Viskositas (mm 2 /s) 4 0,854 5,038 7 0,851 4,947 10 0,868 5,025 13 0,877 5,106 16 0,883 5,126 Tabel 1 memperlihatkan nilai densitas dan viskositas biodisel terhadap variasi masaa katalis. Terlihat bahwa penambahan massa katalis mempengaruhi densitas biodiesel. Viskositas yang tinggi akan memberikan kerapatan molekul persatuan volume yang tinggi dan sebaliknya untuk nilai viskositas yang rendah akan memberikan kerapatan molekul persatuan volume kecil. Tabel 2. Spesifikasi Biodiesel dan Viskositas Dengan Variabel Suhu dan Laju Alir Suhu ( o C) Laju Alir Reaktan Densitas (gr/ml) Viskositas (mm 2 /s) (ml/menit) 125 4 0,864 5,014 7 0,868 5,074 10 0,862 5,007 13 0,867 5,133 16 0,869 5,148 150 4 0,861 5,036 7 0,864 5,103 10 0,862 5,014 13 0,865 5,148 16 0,868 5,140 175 4 0,854 5,036 7 0,851 4,947 10 0,855 5,022 13 0,865 5,148 16 0,868 5,140 200 4 0,833 4,947 7 0,852 4,925 10 0,851 4,992 13 0,855 5,088 16 0,853 5,118 225 4 0,851 4,880 7 0,852 4,925 10 0,851 4,955 13 0,855 4,947 16 0,853 4,984 Tabel 3. Standar Spesifikasi Biodiesel Spesifikasi SNI Biodiesel Densitas 850-890 kg/m3 Viskositas 2,3-6 cst (mm 2 /s) Tabel 2 memperlihatkan nilai densitas dan viskositas biodisel terhadap variasi suhu dan laju alir. Terlihat bahwa kenaikan suhu mempengaruhi viskositas biodiesel. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Molekul semakin merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan massa memadat karena suhu yang digunakan kecil. Dari hasil diatas didapatkan bahwa densitas dan viskositas dari biodiesel yang diperoleh sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk biodiesel. Dari hasil yang telah didapatkan, berikut ini merupakan perbandingan biodiesel dari minyak kelapa sawit RBD dengan kadar FAME tertinggi yang telah diuji karakteristiknya dengan Standar Biodiesel menurut SNI. Berikut ini adalah grafik hasil analisa dengan metode GC untuk produk katalis terbaik, yaitu pada suhu 225 o C, laju alir reaktan 4 ml/menit dan massa katalis 16 gram. Berdasarkan hasil analisa didapatkan kadar FAME dalam produk sebesar 63,975%. E. Perbandingan Spesifikasi Biodiesel Terbaik Tabel 4. Perbandingan Spesifikasi Biodiesel Terbaik Parameter Standar SNI Biodiesel Minyak Sawit RBD Titik nyala 100 o C (min) 140 o C Pour point 18 o C (mak) 3 o C Densitas 850-890 kg/m3 0,851 g/ml Viskositas 2,3-6 cst (mm 2 /s) 4,880 mm 2 /s Apabila dibandingkan dengan standar SNI, biodiesel dari minyak kelapa sawit telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk parameter flash point, pour point, densitas dan viskositas. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Biodiesel dapat diproduksi melalui reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit RBD dengan menggunakan katalis CaO/MgO/γ-Al2O3 dalam reaktor fluidized bed. 2. Massa katalis yang digunakan dalam penelitian 4, 7, 10, 13 dan 16 gram. Dimana, yield dan % konversi terbaik sebesar 0,296 gr biodiesel/gr minyak dan 29,483 % diperoleh pada massa katalis 16 gram.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-148 3. Laju alir reaktan yang digunakan dalam penelitian 4, 7, 10, 13 dan 16 ml/menit. Dan Suhu yang digunakan dalam penelitian 125, 150, 175, 200 dan 225 o C. Dimana, yield dan % konversi terbaik sebesar 0,642 gr biodiesel/gr minyak dan 63,975 % diperoleh pada suhu 225 o C dan laju alir reaktan 4 ml/menit. 4. Yield biodiesel terbaik dari penelitian ini yaitu 0,642 gr biodiesel/gr minyak dan konversi terbaik sebesar 63,975 % pada suhu 225oC dan laju alir umpan 4 ml/menit dengan menggunakan massa katalis 16 gram dan rasio molar 1 : 36. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis N.K.J dan T.K.W mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Teknik Reaksi Kimia Jurusan Teknik Kimia-FTI ITS. DAFTAR PUSTAKA [1] Hasan, M.H., Mahlia, T.M.I., Nur, H. (2012). A Review on Energy Scenario and Sustainable Energy in Indonesia, Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16, hal. 2316 2328. [2] Leung, D.Y.C., Wu, X., Leung, M.K.H. (2010). A Review on Biodiesel Production Using Catalyzed Transesterification, Applied Energy, 87, hal. 1083 1095. [3] Maceiras,R., Rodriguez, M., Cancela, A., Urrejola, S., Sanchez, A. (2011). Macroalgae: Raw Material for Biodiesel Production, Applied Energy, 88, hal. 3318 3323. [4] Departemen Agribisnis, 2013, Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, Tanggal akses 3 Maret 2014 [5] Lam, M. K., Lee, K. T., Mohamed, A.R. (2010). Homogeneous, Heterogeneous and Enzymatic Catalysis for Transesterification of High Free Fatty Acid Oil (Waste Cooking Oil) to Biodiesel: A Review, Biotechnology Advances, 28, hal. 500 518. [6] Furuta, S., Hiromi, M., Kazushi, R. (2006), Green Disel Fuel Production with Solid Amorphous-Zirconia Catalyst in Fixed Bed Reactor, J Biomass And Bioenergy, Vol. 30, hal. 870-873. [7] Albuquerque, M.C.G., Azevedo, D.C.S., Cavalcante Jr., C.L., González, J.S., Mérida-Robles, J.M., Moreno-Tost, R., Rodríguez- Castellón, E., Jiménez-López, A., Maireles-Torres, P. (2009). Transesterification of Ethyl Butyrate with Methanol Using MgO/CaO Catalysts, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 300, hal. 19 24. [8] Leevijit, T., Wisutmethangoon, W., Prateepchaikul, G., Tongurai, C., Allen, M. (2004). Transesterification of Palm Oil in Series of Continous Stirred Tank Reactors, The Joint Internasional Conference on Sustainable Energy and Environment (SEE) [9] G.B.Shinde, V.S.Sapkal, R.S.Sapkal and N.B.Raut. 2011. Transesterification by Reactive Distillation for Synthesis and Characterization of Biodiesel. India. [10] Sivakumar, P., Sindhanaiselvan, S., Gandhi, N.N., Devi, S.S., Renganatan, S. (2012). Optimization and kinetic studies on biodiesel production from underutilized Ceiba Pentandra oil, Elsevier Journal. [11] Amish P. Vyas, Jaswant L. Verma, dan Nandula Subrahmanyam. 2011. Effects of Molar Ratio, Alkali Catalyst Concentration and Temperature on Transesterification of Jatropha Oil with Methanol under Ultrasonic Irradiation. Advances in Chemical Engineering and Science, 1, pp 45-50. Ahmedabad, India.