9 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kampung yaitu: Kampung Legon Pakis da Kampung Cikawung Girang Desa Ujung Jaya serta Kampung Kopi Desa Kertajaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 008. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang terkena dampak penetapan TNUK. Secara geografis TNUK terletak di Kabupaten Pandeglang, yang terdiri dari 35 kecamatan, secara administratif TNUK terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sumur dan Cimanggu. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Kecamatan Sumur dan Cimanggu. Dari seluruh populasi tersebut kemudian ditentukan sampel dengan tahap berikut:. Pengambilan sampel kecamatan dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara sengaja (purposive sampling) yaitu Kecamatan Sumur. Penentuan kecamatan ini sebagai sampel, karena kecamatan ini terdiri dari tujuh desa.. Pengambilan sampel desa dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Ujung Jaya (terdiri dari 5 kampung) dan Desa Kertajaya (terdiri dari 5 kampung). Dua desa ini dipilih karena sebagian dari desa tersebut merupakan bagian dari kawasan TNUK. 3. Pengambilan sampel kampung dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara sengaja (purposive sampling), yaitu Kampung Legon Pakis dan Kampung Cikawung Girang yang terletak di Desa Ujung Jaya. Dua kampung ini dipilih karena termasuk wilayah yang diklaim sebagai kawasan TNUK. Sampel lainnya adalah Kampung Kopi yang terletak di Desa Kertajaya. Sampel ini dipilih, karena juga termasuk wilayah yang terklaim sebagai kawasan TNUK.
30 4. Kampung Legon Pakis terdiri dari 85 kepala keluarga (KK), Kampung Cikawung Girang 3 KK dan Kampung Kopi terdiri dari 4 KK. Dari jumlah KK tersebut diambil 5 responden yang mewakili 5 KK dari Kampung Legon Pakis, 5 responden yang mewakili 5 KK dari Kampung Cikawung Girang dan 6 responden yang mewakili 6 KK dari Kampung Kopi. Penetapan jumlah sampel tersebut didasarkan pada asumsi bahwa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan oleh alat analisis yang digunakan adalah 30. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Singarimbun dan Effendi (995), bahwa penentuan jumlah sampel tergantung pada analisis yang digunakan. Bila analisis yang dipakai adalah teknik korelasi, maka sampel yang harus diambil minimal 30 responden. Dari asumsi tersebut, kemudian ditetapkan jumlah sampel minimal dalam satu kampung adalah % dan tidak ada jumlah sampel maksimal. Dengan cara ini didapatkan 5 responden (7,6%) dari Kampung Legon Pakis, 5 responden (%) dari Kampung Cikawung Girang dan 6 responden (39%) dari Kampung Kopi. 5. Pengambilan sampel responden dilakukan secara aksidental, yaitu setiap yang kebetulan ada, misalnya menanyakan siapa saja yang pertama kali ditemui pada saat penelitian (Nasution, 003). Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey explanatory, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kejelasan tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat, dimana menyoroti hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan (Singarimbun dan Efendy, 995). Dalam hal ini variabel-variabel yang akan diukur terdiri dari variabel independen yaitu, Kelembagaan (X) dan tindakan komunikasi (X) dan variabel dependen yaitu penyelesaian konflik (Y). Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen,
3 laporan-laporan instansi terkait serta literatur lainnya yang dapat menjadikan penelitian lebih komprehensif. Selain responden juga dipilih sejumlah informan sebagai pemberi informasi yaitu tokoh masyarakat, Ketua RT, Kepala BTNUK dan Kepala Humas BTNUK. Analisis Data Berdasarkan pada tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka untuk keperluan deskripsi penelitian dipergunakan interpretasi data dari masing-masing peubah. Dengan demikian pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis:. Untuk melihat pengetahuan responden mengenai transparansi dan akuntabilitas kelembagaan, persepsi responden mengenai tindakan komunikasi dan persepsi responden mengenai penyelesaian konflik metode analisis yang digunakan adalah metode tabulasi silang karena data yang dianalisis adalah data kategorikal (Singarimbun dan Effendi, 995). Berikut ini adalah langkah-langkah analisis yang dilakukan: a. Menghitung total skor pada setiap butir pertanyaan dengan cara:. Mengalikan jumlah responden yang menjawab jawaban tertentu dengan skor jawaban tersebut.. Menjumlahkan seluruh hasil perkalian. b. Menghitung rataan skor, dengan cara membagi total skor dengan jumlah responden yang menjawab pada butir pertanyaan tertentu. c. Berdasarkan rataan skor dibuat rentang kriteria dengan rumus: Rentang Kriteria Jumlah Kategori Jumlah Kategori 4 4 0,75 Rataan skor,75 = sangat tidak tahu atau sangat tidak setuju atau tidak pernah Rataan skor,76,50 = tidak tahu atau tidak setuju atau jarang Rataan skor,5 3,5 = tahu atau setuju atau sering Rataan skor 3,6 4,00 = sangat tahu atau sangat setuju atau sering sekali
3. Untuk melihat hubungan antar peubah kelembagaan yang meliputi transparansi dan akuntabilitas dengan tindakan komunikasi dan penyelesaian konflik, serta hubungan tindakan komunikasi dengan penyelesaian konflik dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman (Supranto, 000), dengan rumus sebagai berikut: 6 r rank = Nilai korelasi d i = Selisih dari pasangan rank ke-i n = Banyaknya pasangan rank Penghitungan korelasi Rank Spearman dilakukan melalui langkah-langkah berikut:. Hipotesis statistik yang diuji adalah: H 0 : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel dependen dan independen H a : tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel dependen dan independen. Menghitung t hitung yang didapatkan dari rumus: Dimana: t hitung = t hit yang dibandingkan dengan t tab N = jumlah sampel R = koefesien korelasi Rank Spearman 3. Jika t tabel <t hitung <t tabel, maka H a diterima atau korelasinya tidak signifikan (Usman dan Akbar, 003). 4. Koefesien korelasi terletak antara -<r xy <+ dengan interpretasi sebagai berikut: Tabel. Interpretasi Koefesien Korelasi Interval Koefesien Tingkat Korelasi 0,00 0,99 Sangat rendah 0,0 0,399 Rendah 0,40 0599 Sedang 0,50 0,799 Kuat 0,80,00 Tinggi Sumber : Sugiyono, 000
33 Definisi Operasional. Kelembagaan merupakan kelembagaan formal dan non formal yang terkait dengan penyelesaian konflik di TNUK. Kelembagaan yang berkontribusi dalam penyelesaian konflik adalah RT, RW, BPD, Desa, tokoh masyarakat, kecamatan, LSM, BPN, DPRD dan BTNUK. Indikator kelembagaan yang dilihat dalam penelitian ini adalah: a. Transparansi adalah pengetahuan responden mengenai rencana dan pelaksanaan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh RT, RW, Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, BTNUK, Kecamatan, DPRD, BPN dan LSM. Untuk mengukur transparansi, maka setiap responden ditanyakan mengenai rencana-rencana penyelesaian konflik dan pelaksanaan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kelembagaan tersebut. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen transparansi adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak tahu; = tidak tahu; 3 = tahu; dan 4 = sangat tahu. b. Akuntabilitas adalah pengetahuan responden pada kelembagaan RT, RW, Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, BTNUK, Kecamatan, DPRD, BPN dan LSM dalam memperoleh sumber dana untuk penyelesaian konflik dan cara mereka mengelola dana tersebut. Untuk mengukur akuntabilitas, maka setiap responden ditanyakan mengenai sumber dana penyelesaian konflik dan pengelolaan dana penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kelembagaan tersebut. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen akuntabilitas adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak tahu; = tidak tahu; 3 = tahu; dan 4 = sangat tahu.. Tindakan Komunikasi adalah tindakan mengkomunikasikan penyelesaian konflik antara responden dengan kelembagan yang terkait penyelesaian konflik. Indikator tindakan komunikasi yang dilihat dalam penelitian ini adalah: a. Bertanya adalah persepsi responden terhadap tindakan menanyakan perkembangan penyelesaian konflik oleh responden kepada RT, RW,
34 Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, TNUK, Kecamatan, DPRD, BPN dan LSM. Untuk mengukur tindakan bertanya, maka setiap responden ditanyakan mengenai apakah mereka pernah menanyakan perkembangan penyelesaian konflik kepada kelembagaan tersebut. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen bertanya adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = tidak pernah; = jarang; 3 = sering; dan 4 = sering sekali. b. Berdiskusi adalah persepsi responden terhadap tindakan mendiskusikan perkembangan penyelesaian konflik oleh responden kepada RT, RW, Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, TNUK, Kecamatan, DPRD, BPN dan LSM. Untuk mengukur tindakan berdiskusi, maka setiap responden ditanyakan mengenai apakah mereka pernah mendiskusikan perkembangan penyelesaian konflik kepada kelembagaan tersebut.cara pengukuran yang digunakan pada instrumen berdiskusi adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = tidak pernah; = jarang; 3 = sering; dan 4 = sering sekali. c. Memberikan informasi adalah persepsi responden terhadap tindakan memberikan informasi mengenai perkembangan penyelesaian konflik oleh RT, RW, Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, TNUK, Kecamatan, DPRD, BPN dan LSM kepada responden. Untuk mengukur tindakan memberikan informasi, maka setiap responden ditanyakan mengenai apakah mereka pernah memperoleh informasi mengenai perkembangan penyelesaian konflik dari kelembagaan tersebut.cara pengukuran yang digunakan pada instrumen memberikan informasi adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = tidak pernah; = jarang; 3 = sering; dan 4 = sering sekali. 3. Penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan mencari kesempatan antara pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. Indikator penyelesaian konflik yang dilihat dalam penelitian ini adalah:
35 a. Pengembalian tanah adalah persepsi responden terhadap upaya yang dilakukan oleh kelembagaan dan masyarakat untuk mengembalikan status tanah masyarakat sebagai tanah milik. Untuk mengukur pengembalian tanah, maka setiap responden ditanyakan berapa lama tinggal di kampung mereka, menggarap tanah mereka, pendapat mereka bila BTNUK mengakui tanah yang mereka tempati dan mereka garap sebagai milik BTNUK. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen pengembalian tanah adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak setuju; = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju. b. Pemindahan penduduk adalah persepsi responden terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh BTNUK untuk memindahkan warga yang bertempat tinggal di dalam zona rimba dan zona inti ke daerah di luar kawasan TNUK. Untuk mengukur pemindahan penduduk, maka setiap responden ditanyakan pendapat mereka jika dipindahkan dengan beberapa janji yaitu dipindahkan ke daeraa yang lebih subur, diberikan fasilitas yang layak, diberikan pekerjaan dan dicukupi kebutuhannya sampai bisa hidup mandiri. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen pemindahan penduduk adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak setuju; = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju. c. Kesepakatan adalah persepsi responden terhadap hal-hal yang diputuskan bersama oleh BTNUK, masyarakat dan pihak lain dimana masing-masing pihak saling berkomitmen menjaganya. Untuk mengukur kesepakatan, maka setiap responden ditanyakan mengenai zonasi TNUK, dasar penetapan zonasi, batas zona pemanfaatan dan zona penyangga, kategori zona desa, sanksi pelanggaran dan pelapor pelanggaran. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen kesepakatan adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak tahu; = tidak tahu; 3 = tahu; dan 4 = sangat tahu. c. Pengelolaan kolaboratif adalah persepsi responden terhadap kemitraan antara BTNUK dan masyarakat untuk mengembangkan ekowisata berbasis
36 masyarakat. Untuk mengukur pengelolaan kolaboratif, maka setiap responden ditanyakan mengenai pendapat mereka jika kampung mereka dijadikan daerah ekowisata dan jika hal tersebut dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta dan BTNUK. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen pemindahan penduduk adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak setuju; = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju. d. Musyawarah atau hukum merupakan persepsi responden terhadap jalur penyelesaian konflik yang dipilih oleh responden, dimana musyawarah merupakan forum untuk merembukkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Sedangkan penyelesaian konflik melalui jalur hukum dilakukan melalui pengadilan. Untuk mengukur musyawarah atau hukum, maka setiap responden ditanyakan pendapat mereka jika konflik diselesaikan melalui jalur musyawarah atahu hukum. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen musyawarah atau hukum adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak setuju; = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju. e. Pemberdayaan masyarakat adalah persepsi responden terhadap upaya meningkatkan potensi masyarakat secara mandiri melalui pelatihan dan pembiayaan usaha mandiri. Untuk mengukur pemberdayaan masyarakat, maka setiap responden ditanyakan mengenai pengetahuan mereka mengenai kelembagaan yang memberikan pelatihan dan modal dan bagaimana pendapat mereka mengenai hal tersebut. Cara pengukuran yang digunakan pada instrumen pemberdayaan masyarakat adalah skala Likert, dimana responden diminta memilih salah satu tanggapan yang sudah disediakan, yaitu = sangat tidak setuju; = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju.
37 Validitas Instrumen Validitas ialah mengukur apa yang ingin diukur (Usman dan Akbar, 003). Sebuah instrumen dikatakan valid, jika instrumen itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan tujuan tertentu (Danim, 004). Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas internal dan eksternal. Validitas internal mempertanyakan sampai seberapa jauh alat ukur berhasil mencerminkan obyek yang akan diukur pada suatu setting tertentu. Sementara itu, validitas eksternal lebih terkait dengan keberhasilan suatu alat ukur untuk diaplikasikan pada setting yang berbeda, artinya alat ukur yang cukup valid mengukur obyek pada suatu setting tertentu, apakah juga valid untuk mengukur obyek yang sama pada setting yang lain (Bungin, 006). Menurut Usman dan Akbar (003), validitas instrument penelitian dapat dicek melalui analisis daya pembeda dengan menggunakan uji t terhadap 7% skor jawaban kelompok tinggi dan 7% skor jawaban kelompok rendah. Rumusnya: t = s gab x x + n n S gab = ( n ) S n + ( n ) S + n Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau instrumen penelitian (Bungin, 006). Sedangkan menurut Usman dan Akbar (003), reliabilitas adalah mengukur instrument terhadap ketepatan. Standar reliabilitas mencakup tiga aspek yaitu, kemantapan ketepatan atau akurasi dan homogenitas (Bungin, 006 dan Kerlinger, 996). Reliabilitas, meski bukan segi terpenting dalam pengukuran, tetap sangat penting. Keandalan yang tinggi bukanlah jaminan bagi dihasilkannya hasil-hasil ilmiah yang bagus, tetapi tidak akan ada hasil ilmiah tanpa reliabilitas ini (Kerlinger, 996).
38 Menurut Usman dan Akbar (003) alpha cronbach dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrument Skala Likert. Rumusnya adalah: k s α = k ( ) i s i Dimana: k = jumlah item S i = jumlah varians skor total S i = varians responden untuk item ke i Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini adalah menggunakan metode alpha cronbach dengan program SPSS 3 for Windows. Hasil perhitungan alpha cronbach memperoleh nilai reliabilitas keseluruhan 0,99 sehingga kuesioner yang digunakan dianggap andal sebagai instrumen penelitian, karena nilai reliabilitas > 0,80-,0 dinyatakan reliable (Usman dan Akbar, 003).