MENULIS KREATIF CERITA FIKSI ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tahun 2008

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu aktivitas yang dipengaruhi oleh daya pikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Menulis Karya Ilmiah Remaja 1 Oleh: Sudrajat, M. Pd. 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Menulis Karya Ilmiah Remaja 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

MENULIS KREATIF CERITA FIKSI ANAK Nurmina Dosen FKIP Prodi PGSD, Universitas Almuslim email: minabahasa1885@gmail.com Abstrak Menulis cerita fiksi anak sering dirasakan menjadi satu hal yang berat dan susah, terutama bagi para penulis pemula, termasuk mahasiswa. Cerita fiksi, adalah sebuah cerita yang berisi imajinasi penulis atau hasil rekaan pikiran si penulis. Di sekolah dasar keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat sulit dilakukan oleh siswa jika dibandingkan dengan keterampilan bahasa lainnya. Hal ini terbukti dari hasil karya mereka ketika diberi tugas oleh gurunya. Bukan hanya hasil belajar yang kurang maksimal, akan tetapi juga motivasi siswa yang sangat-sangat kurang dalam pembelajaran menulis. Masalah tersebut bukan hanya dialami oleh siswa sekolah dasar, ternyata mahasiswa juga mengalami kesulitan dalam menulis sebuah cerita fiksi. Para mahasiswa kebingungan untuk mencari khayalan-khayalan atau imajinasiimajinasi yang akan dibuat menjadi cerita fiksi. Permasalahan yang lain, adalah sejak awal mahasiswa mulai menulis, mereka terbebani oleh keinginan atau tuntutan untuk memilih diksi yang tepat, yang mampu mewakili pikiran penulis, serta mampu menimbulkan daya khayal pada benak pembaca setelah membaca cerita fiksinya. Oleh karena itu, dengan mengetahui cara menulis cerita fiksi akan mudah mengasilkan karya yang kreatif dan berkualitas serta dapat meningkatkan motivasi diri dalam menulis. Kata Kunci: Menulis kreatif, Cerita Fiksi Anak 1. PENDAHULUAN Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara tertulis. Dengan menulis guru akan mengalami proses berpikir untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara luas. Proses Menulis sangat terkait hubungannya dengan faktor pengembangan berpikir bebas, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Di mana pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui membaca, mendengar dan diskusi. Selain itu, menulis juga suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis cerita, pada hakikatnya, merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerita menurut Diponegoro (1994:6) merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan Siregar (dalam Gie, 2002:197) menyatakan bahwa cerita adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa yang dialami manusia. Cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluk dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung pada saat seseorang tersebut berinteraksi dengan manusia lain dan alam sekelilingnya. Wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan halhal yang dinyatakan dari pikiran dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan. Nurmina Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak 10

Tujuan dan manfaat pembelajaran tersebut di atas tidak secara bersamaan dapat dicapai, tetapi satu per satu mana yang menjadi prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan wawasan yang fokus pada fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai sarana pengembangan Menulis Cerita. Di mana untuk mengembangkan penalaran, guru dituntut untuk mampu menulis cerita fiksi anak dan mengajarkannya dalam pembelajaran sebagai sarana mengungkapkan gagasan secara tertulis dalam wujut cerita. 2. KAJIAN LITERATUR Pengertian Menulis Menulis adalah bagian bahasa yang berupa tulis menulis dalam rangka mengungkapkan gagasan terhadap pembaca (Fajri, 2005). Tujuan menulis, yaitu: (1) menyampaikan pokok pikiran atau gagasan pada pembaca; (2) menyampaikan informasi tentang suatu cerita kepada pembaca; (3) memberikan hiburan kepada pembaca; dan (4) mempengaruhi atau mengajak pembaca melalui tulisannya. Berdasarkan tujuannya, menulis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tulisan ilmiah dan nonilmiah (fiksi). Sedangkan, dalam proposal ini akan difokuskan pada upaya untuk meningkakan kemampuan menulis cerita fiksi (nonilmiah). Bentuk tulisan nonilmiah bahasanya tidak baku dan mungkin berupa campuran antara fiksi (khayalan) dan cerita biasa. Sifatnya kadang-kadang logis dan terkadang tidak logis. Menulis cerita narasi adalah paparan cerita yang bersifat fiktif (khayalan) atau berupa pengalaman sendiri yang pernah dialami. Di dalam cerita narasi biasanya terdapat cerita yang berkesinambungan, disajikan dalam gambaran yang jelas antar tokoh-tokoh (lakon), jalan cerita dan tempat peristiwa secara utuh. Dengan demikian, seolah-olah pembaca mengalami secara langsung peristiwa yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan (Fajri, 2005:952). Menurut Hernowo (2003:38), menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang suatu kejadian atau pengalaman akan menghasilkan suasana hati yang lebih baik padangan yang positif, dan kesehatan yang lebih baik. Menulis Cerita Fiksi Untuk memulai menulis sebuah cerita, antara penulis yang satu dengan penulis yang lain dengan teknik yang berbeda. Saat memulai menulis cerita fiksi biarlah hal ini menjadi tugas yang terus berlaku, cari tahu berapa banyak yang perlu anda ketahui tentang bahan buku untuk cerita. Jika ternyata sunguh-sungguh dalam menceritakan berbagai kejadian dengan benar-benar berdasarkan ingatan, tanpa berkeinginan mereka-reka sesuatu, bahkan tidak ingin melebih-lebihkan dan memperindah atau merinci, maka tulisan tersebut adalah cerita nonfiksi. Akan tetapi, jika tulisannya berlawanan dengan hal di atas, maka tulisan tersebut adalah cerita fiksi (Hernowo, 2003). Cerita fiksi mirip dengan dusta atau rekaan. Kita memulainya dengan sesuatu yang nyata, tetapi untuk tujuan tertentu (agar tidak ditangkap, menipu, mendapatkan uang) kita mengubah paling sedikit satu unsur penting dalam cerita itu. Dengan kemampuan kita menulis cerita fiksi secara bebas akan menjadikan kita berpikir tanpa batas. Hal ini sangat baik sebagai sarana mengungkapakan ide-ide yang ada pada penulis seingga terangkai menjadi cerita yang utuh. Manfaat Menulis Cerita bagi Guru Definisi teknik menulis cerita fiksi di atas, sungguh sangat penting bagi kita untuk mampu menulis cerita sebagai media mengungkapkan ide-ide, kritikan, permohonan, pesan moral dan nilai-nilai pendidikan. Terlebih kita berkecimpung di dalam dunia pendidikan, untuk menyampaikan pesan-pesan di atas kita bisa melakukan melalui cerita yang kita tulis. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar Dalam meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra, guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran di sekolah dasar. jangan selalu mendekte siswa. Guru harus selau terbuka sehingga akan meningkatkan dan mengembangkan pemikiran siswa lebih luas. Guru sebaiknya bersikap sebagai seorang yang menunjukkan berbagai Nurmina Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak 11

cara menulis karya sastra, membaca karya sastra, dan mengajak membaca karya sastra sebanyak-banyaknya. Dengan pengalaman yang lebih, guru dapat memahami dan menghayati karya sastra itu tanpa maksud untuk memaksakan kepada siswa. Guru sastra harus selalu ingat bahwa ia bukan guru budi pekerti atau guru agama; guru sastra hanya bertugas memotivasi menulis dan mengapresiasi karya sastra. Proses penulisan cerita fiksi sebagai media pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Kegiatan guru sebelum proses menulis yaitu melihat isi dan ide tulisan melalui observasi, brainstorming dan mendramatisasikan. Kedua ialah proses pengembangan dengan alur atau stuktur yang runtut. Komponen yang diungkap meliputi alasan, contoh, kronologi, kejadian, tokoh, dan kejadian perlu disugguhkan dalam tahap ini. Guru benar-benar diuji pengetahuan, pengalaman, dan kearifannya. Ia membicarakan karya fiksi satu demi satu, tidak secara umum, tetapi dituntut untuk menguasai teks-teks karya fiksi secara umum, mengetahui khasanah sastra secara luas. Kemudian saat kegiatan menulis karya fiksi sebagai media pembelajaran dapat dicermati dari retorika, bahasa, dan estetika. Untuk kegiatan setelah menulis ialah revisi, editing dan publishing Motivasi Menulis Cerita Fiksi Upaya untuk menumbuhkan kecerdasan, sosial dan moral/perilaku dalam pembelajaran dapat ditempuh dalam berbagai cara, salah satunya yaitu melalui karya fiksi. Cerita fiksi merupakan salah satu media yang efektif untuk mendidik, menyalurkan bakat dan menghibur. Cerita fiksi dapat digunakan Guru sebagai bahan pembelajaran untuk menyampaikan pesan yang sifatnya unik dan menghibur. Ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk memulai menulis cerita fiksi, sebagai berikut. Pertama, mengenali karakteristik pembaca. Artinya, pengarang dalam menuangkan ide kreativitasnya didorong untuk menciptakan sesuatu yang baru, tujuannya agar karya tersebut dapat diterima oleh masyarakat pembaca. Dengan demikian, masyarakat pembaca merupakan unsur yang tidak secara langsung juga ikut menentukan perubahan unsur pembangun cerita. Kaitan antara perubahan tersebut dengan kreativitas pengarang dan pembaca terkait pada perkembangan cerita. Kecenderungan tersebut pada modus penulisan cerita disesuaikan dengan penulisan media massa. Akhirnya, modus penulisan cerita bergeser sebagai media hiburan, media informasi, dan sarana kontrol sosial. Kedua, bahasanya mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun pilihan kata dan kalimatnya bermakna konotasi sebaiknya disesuaikan dengan masyarakat pembaca. Jika cerita yang ditulis untuk materi pembelajaran, guru harus mampu memilih kata yang akrab digunakan oleh siswa. Isu-isu di kalangan siswa dapat kita jadikan bahan untuk mengembangkan cerita agar lebih variatif dan menarik. Meskipun bahasa yang digunakan penulis menyesuaikan masyarakat pembaca, tetapi pesan dan nilai-nilai di dalam cerita harus tetap dijaga keutuhannya. Ketiga, ada pesan yang disampaikan, yaitu unsur-unsur pembangun cerita tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat relatif. Unsur-unsur tersebut berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan karena konsekuensi cerita sebagai bagian dari dunia sastra bahwa dalam dunia sastra selalu saja ada yang melenceng dari kriteria yang definitif, selalu terbuka kemungkinan untuk menjadi sesuatu yang baru (Atmowiloto, 1981: 23). Keempat, ceritanya menarik dan menghibur, artinya cerita menjadi semacam kebutuhan, di samping sebagai hiburan, cerita juga mengemban misi kritik sosial. Sejalan dengan fungsi media alat kontrol sosial dalam masyarakat/pembacanya. Keterkaitan cerita dengan masyarakat berhubungan dengan kenyataan bahwa sumber materi cerita adalah realita yang hidup dalam masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa tema, tokoh, penokohan, dan jalan cerita dalam cerita merefleksikan keadaan masyarakat. Perbedaan cara merefleksikan keadaan masyarakat mungkin saja terjadi karena kenyataan dalam karya sastra merupakan hasil refleksi imajinatif pengarang, walaupun tidak bisa juga ditolak bahwa realitas Nurmina Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak 12

ada di dalamnya. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa ungkapan perasaan yang diangkat dalam cerita terkait dengan kondisi emosional dan rasional masyarakat. Latihan Menulis Cerita fiksi untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menulis cerita fiksi adalah sebagai berikut 1) Menemukan Ide Cerita Beberapa pengarang pemula terkadang terhambat dalam menemukan ide cerita. Untuk memperkaya ide yang akan ditulis kita dapat melakukannya dengan berbagai cara. Pertama, mencermati fakta atau relita yang terjadi di sekitar kita dengan melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang ada. Cara tersebut di atas dapat dilakukan dengan banyak membaca buku-buku atau download materi dari internet untuk memperkaya pengetahuan kita. Kedua, melakukan kreasi dan imajinasi dengan mengolah dan mengkritisi fakta atau relita yang ada. Oleh karena itu, penting sekali menentukan ide cerita yang kita ketahui dan sering kita temui di sekitar kita. Menurut Steven James (dalam Liliani: 2007) memberikan resep LIFE untuk mengeksplorasi ide. L- untuk Literatur (memperkaya bacaan), I- Imagination (memperkaya imajinasi), F- Folklore (mengolah kembali cerita rakyat), dan E- Experience (memanfaatkan pengalaman). Penulis cerita dapat menemukan ide dari berbagai hal sudut pandang. Dapat juga dapat dimulai dengan memanfaatkan cerita rakyat, wayang, kethoprak untuk diolah atau dikemas kembali menjadi lebih menarik. 2) Mengembangkan Ide Cerita Dalam keterampilan menulis atau membaca saat akan memulai mengembangkan ide dapat kita gagas dalam beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama dapat dimulai dari kata what (apa latar belakangnya, konfliknya, apa yang ingin disampaikan dll). Pertanyaan kedua dengan kata who (siapa tokohnya, pemain dalam cerita, pembacanya). Ketiga when (kapan kejadiannya, dibaca). Keempat Where (dimana settingnya). Kelima why (mengapa terjadi masalah/penyebab masalah). Keenam, how (bagaimana tindak lanjutnya, pengaruhnya, kesesuaiannya dan kemenarikannya). 3) Membuat Cerita Menarik Cerita dikatakan menarik jika dapat meninggalkan kesan pada pembacanya. Ada beberapa unsur utuk mengembangkan cerita menjadi menarik. Pertama, pilihlah tema yang sesuai dengan sasaran pembaca. Jika pembaca itu remaja, maka pilihlah tema yang sesuai dengan usia, pola hidup atau gaya mereka. Kedua, pembentukan karakter bulat pada tokoh cerita. Artinya tokoh dapat menyampaikan karakter khusus yang dapat berdampak pada pembaca. Ketiga, konflik sebaiknya di kemas secara menarik dan tidak berlebihan. Setiap konflik yang disajikan dalam cerita, sebaiknya diikuti dengan pesan/informasi untuk pembaca. Diharapkan pembaca setelah membaca dapat mengambil hikmah positif dari konflik di dalam cerita tersebut. Keempat, ending atau klimaks cerita disajikan tanpa disadari oleh pembaca. Seorang pembaca yang kritis biasanya akan meramalkan sendiri ending dari cerita yang dibaca, untuk itu pengarang harus mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda di luar perkiraan pembaca. Latihan dan Diskusi Teknik Mengapresiasi Cerita Fiksi Latihan menulis cerita fiksi dilakukan sesuai dengan langkah-langkah menulis yang telah disamapaikan. Pada tahap preparation guru berlatih menggali ide untuk menentukan tema cerita yang akan ditulis. Ada beberapa teknik yang dilakukan, antara lain ada yang membaca buku cerita, berimajinasi, kartu mimpi, interpretasi alam dan gambar. Masingmasing peserta menuliskan beberapa ide, kemudian dipilih ide yang paling manarik dan baik untuk dikembangkan. Tahap berikutnya adalah pramenulis. Pada tahap ini, peserta melakukan penulisan terhadap ide yang diperoleh seluas-luasnya. Ideide tersebut dikembangkan dalam bentuk mind mapping atau draf untuk memudahkan proses menulis. Setelah itu proses penulisan dilakukan. Peserta menuangkan ide dan mengembangkannya berdasarkan pemetaan pikiran yang telah dilakukan pada tahap Nurmina Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak 13

pramenulis. Pada tahap ini biasanya peserta mengalami kesulitan dalam mengembangkan cerita. Oleh karena itu, peserta dapat menerapkan teori 5W dan 1H untuk mengembangkan cerita. Proses terakhir ialah editing. Editing dilakukan pada kemampuan tulisan bahasa Indonesianya. Tahapan dapat diamati dari yakni kesatuan, koherensi, dukungan dan keterampilan kalimat. 3. PENUTUP Simpulan Berdasarkan Pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Menulis cerita fiksi sangat efektif untuk melatih meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang sekaligus sebagai media pembelajaran di sekolah. 2. Apresiasi terhadap karya sastra merupakan sarana efektif untuk penanamam budi pekerti, moral, budaya, dan pendidikan bagi seseorang. 3. Penulisan karya fiksi merupakan proses yang perlu dilatih dan ditekuni, karena ide dan gagasan yang disampaikan agar tepat pada sasaran/peserta didik. 2. Kegiatan ini sangat baik jika dilakukan dengan kerjasama antarintasi sebagai bagian pengembangan akativitas menulis cerita fiksi dan apresiasi di lembaga pendidikan. 4. REFERENSI Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa..2002. Beberapa Catatan Tentang New Criticism. Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Hernowo. 2003. Quantum Writing. Jogjakarta: MLC. 2003. Quantum Reading. Jogjakarta: MLC Hariwijaya. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah. Jogjakarta: Citra Pustaka. Liliani, Else.2007. Penulisan Cerita Anak dan Dongeng. Laporan PPM.Universitas Negeri Yogakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Gajah Mada Press. Saran Adapun yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pelatihan penulisan karya fiksi berbahasa Indonesia sangat bermanfaat sebagai media meningkatkan kemampuan menulis dan berbahasa bagi guru. Nurmina Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak 14