Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF SUMBER DAYA GENETIK DOMBA GARUT JANTAN TIPE TANGKAS DI JAWA BARAT. Heriyadi, D., Sarwesti, A., dan Nurachma, S.

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

MATERI DAN METODE. Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

Denie Heriyadi dan Novi Mayasari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, 2006

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

PENDUGAAN HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI BERDASARKAN BOBOT SAPIH DOMBA GARUT DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

IDENTIFIKASI BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA WONOSOBO BETINA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Indeks Kumulatif Domba Komposit...Ai Nurfaridah

IDENTIFIKASI MODEL KURVA PERTUMBUHAN BERDASARKAN UKURAN- UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL UMUR 1 6 BULAN

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

NI Luh Gde Sumardani

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

Performa Induk Domba Lokal... Afiz Zulfahmi PERFORMA INDUK DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

Transkripsi:

SELEKSI AWAL PERFORMA CALON BIBIT DOMBA GARUT JANTAN DAN BETINA DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT Anisa Pusparini*, Heni Indrijani, Siti Nurachma Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail: anisapusparinikartaatmadja@gmail.com ABSTRAK Upaya mendapatkan domba Garut yang unggul dapat dilakukan melalui seleksi bibit yang diduga memiliki mutu genetik yang baik. Penelitian mengenai seleksi awal performa calon bibit domba Garut jantan dan betina di UPTD BPPTD Margawati Garut, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui performa domba Garut yang terbaik untuk menghasilkan bibit unggul. Data yang dikumpulkan adalah ukuran-ukuran tubuh domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari dengan populasi 126 ekor jantan dan 124 ekor betina. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata performa domba Garut jantan adalah tinggi pundak 45,84 cm ± 6,12, panjang badan 36,70 cm ± 5,89, lebar dada 9,82 cm ± 1,37 dan lingkar dada 46,02 cm ± 6,91, sedangkan rata-rata performa domba Garut betina adalah tinggi pundak 46,42 cm ± 5,34, panjang badan 37,72 cm ± 5,63, lebar dada 9,93 cm ± 1,18 dan lingkar dada 46,96 cm ± 6,45. Domba Garut jantan lepas sapih umur 95-105 hari yang lolos seleksi berdasarkan tinggi pundak adalah 64 ekor dengan rata-rata 50,91 cm, berdasarkan panjang badan 63 ekor dengan rata-rata 41,48 cm, berdasarkan lebar dada 74 ekor rata-rata 10,70 cm dan berdasarkan lingkar dada 50 ekor rata-rata 53,04 cm. Domba Garut betina yang lolos seleksi berdasarkan tinggi pundak 65 ekor rata-rata 50,81 cm, berdasarkan panjang badan 67 ekor rata-rata 41,81 cm, berdasarkan lebar dada 81 ekor rata-rata 10,61 cm dan berdasarkan lingkar dada 57 ekor rata-rata 52,79 cm. Domba Garut jantan yang lolos seleksi berdasarkan Independent Culling Level (ICL) adalah 34 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 52,84 cm, panjang badan 42,68 cm, lebar dada 10,85 cm dan lingkar dada 54,59 cm. Pada domba betina diperoleh 43 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 51,78 cm, panjang badan 42,88 cm, lebar dada 10,75 cm dan lingkar dada 53,69 cm. Kata kunci : Domba Garut, bobot badan, performa, seleksi THE INITIAL SELECTION PROSPECTIVE PERFORMANCE BREEDING STOCK RAM AND EWE GARUT SHEEP IN UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT ABSTRACT Efforts to got a superior Garut sheep could be done by the selection breeding stock were thought to had a good genetic quality. Research on the Initial Selection Prospective Performance Breeding Stock Ram and Ewe Garut Sheep In UPTD BPPTD Margawati Garut, aimed to determined the best performance of Garut sheep to produced a good breding stock. The data collected were body measurements of ram and ewe Garut sheep age of 95-105 days with a population of 126 ram and 124 ewe. The studied showed that the average performance ram of Garut sheep was a high shoulder 45,84 cm ± 6,12, the length of the body 36,70 cm ± 5,89, wide chest 9,82 cm ± 1,37 and of the circumference of the chest 46,02 cm ± 6,91, while the average performance ewe of Garut sheep was a high shoulder 46,42 ± 5,34, the length of the body 37,72 ± 5,63, wide chest 9,93 ± 1,18

and the circumference of the chest 46,96 ± 6,45. Ram of Garut sheep age 95-105 day that passed the selection was based on the high shoulders 64 ram with average 50,91 cm, based on the body length of 63 ram with average 41,48 cm, based on wide chest 74 ram with average 10,70 cm and based on the circumference of the chest 50 ram with average 53,04 cm. Ewe of Garut sheep age 95-105 day that passed the selection was based on the high shoulders 65 ewe with average 50,80 cm, based on the body length 67 ewe with average 41,81 cm, based on wide chest 81 ewe with average 10,61 cm and based on the circumference of the chest 57 ewe with average 52,79 cm. Ram of Garut sheep that passed the selection was based on Independent Culling Level (ICL) 34 ram with average high shoulder 52,84 cm, body lengh 42,68 cm, wide chest 10,85 cm and circumference of the chest 54,59 cm. Ewe of Garut sheep that passed the selection was based on Independent Culling Level (ICL) 43 ram with average high shoulder 51,78 cm, body lengh 42,88 cm, wide chest 10,75 cm and circumference of the chest 53,69 cm. Keywords: Sheep Garut, body weights, performance, selection. 1. PENDAHULUAN Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber genetik asli Indonesia yang potensial. Domba Garut adalah domba yang memiliki kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011). Domba Garut diyakini berasal dari kabupaten Garut sebagai sumber daya genetik ternak asli Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja (Heriyadi, 2011). Di Indonesia pengembangan bibit sangat dibutuhkan, karena domba Garut dimanfaatkan sebagai kebutuhan pangan dan juga kesenian. Berdasarkan hal tersebut, maka ketersediaan bibit sangat penting untuk menghasilkan generasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya mendapatkan domba Garut yang unggul dapat dilakukan seleksi dengan cara pemilihan bibit yang diduga memiliki mutu genetik yang baik dan juga dengan jalan perkawinan yang terarah. Seleksi dipergunakan dalam program pembibitan untuk memilih atau mengganti tetua pada generasi berikutnya. Seleksi bertujuan untuk menghasilkan bibit domba yang berkualitas baik serta meningkatkan mutu genetik dari populasi domba. Menurut Anang dan Indrijani (2009) dalam konteks pemuliabiakan ternak seleksi adalah suatu proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Keragaman (variasi) individu (terutama variasi genotip) memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan. Untuk ternak pengganti tinggal diambil ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan seleksi. Semakin tinggi variasi genotip didalam populasi, semakin besar perbaikan mutu bibit yang diharapkan. Dalam ilmu pemuliaan ternak, fenotip, genotip dan lingkungan diungkapkan dalam bentuk variasi (Anang dan Indrijani, 2009). Seleksi penyisihan bebas bertingkat (Independent Culling Level) adalah seleksi dimana dua sifat atau lebih, masing-masing dipilih secara bebas atau seleksi dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan cara memilih yang

berada pada titik tertentu untuk tiap sifat tanpa mengindahkan keuntungan dari sifat lain (Warwick, 1990). Performa atau penampilan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki individu tadi (Hardjosubroto, 1994). Mulliadi (1996) menyatakan ukuran permukaan dan bagian tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan, karena dapat menaksir bobot badan dan karkas serta memeberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri suatu bangsa tertentu. Pengukuran ukuran tubuh dilakukan berdasarkan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perebedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Penggunaan ukuran tubuh meliputi tinggi pundak, tinggi panggul, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar panggul, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, lebar panggul dan lingkar panggul pada domba Priangan yang dilakukan oleh Dwiyanto (1982) untuk menaksir bobot badan dan merupakan gambaran eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa serta untuk menentukan domba yang mempunyai produksi tinggi. Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut adalah salah satu tempat peternakan Domba Garut yang didirikan untuk melestarikan kemurnian dari domba Garut. UPTD BPPTD Margawati berupaya memperbaiki mutu genetik domba Garut dari tahun ke tahun. 2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah data yang berasal dari 126 ekor domba Garut Jantan dan 124 ekor domba Garut betina lepas sapih umur 95 105 hari berdasarkan catatan dari bulan Januari sampai Mei 2015. 2.2 Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian adalah deskriptif analisis dengan menggunakan penelitian survey yang didukung oleh data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research). Metode field research, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan data yang konkrit dari data penelitian sebagai bahan laporan. Metode Survey yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Data diperoleh secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari. 2.3 Variabel yang Diteliti 1. Bobot badan, diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,10 kg. 2. Tinggi pundak, diukur menggunakan tongkat ukur mulai dari titik tertinggi pundak sampai tanah. 3. Panjang badan, diukur menggunakan tongkat ukur mulai dari tepi tulang processus spinosus bagian vetebra thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk /os ischium ).

4. Lebar dada, diukur menggunakan kaliper pada dada bagian muka yaitu jarak antara kedua benjolan siku luar atau bisa melalui dada rusuk, yaitu jarak antara rusuk kiri dan rusuk kanan yang diukur di belakang tulang belikat. 5. Lingkar dada, diukur menggunakan pita ukur secara rongga dada di belakang sendi bahu (os scapula). 2.4 Analisis Data Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis statistika deskriptif antara lain : 1. Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu populasi. 2. Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu populasi. 3. Rata-rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah populasi dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data. Rumus : μ = N i Xi N Keterangan : μ = Rata rata populasi Xi = Bilangan dari suatu populasi N = Jumlah populasi 4. Simpangan Baku (s) adalah akar dari ragam. Ragam merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata populasi. (Xi μ )2 Rumus : σ = N Keterangan : μ = Rata-rata populasi Xi = Bilangan dari suatu populasi N = Jumlah populasi σ = Simpangan baku 5. Koefisien Variasi (KV) adalah ukuran yang digunakan untuk membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan satuan yang berbeda. Rumus : KV = σ μ x100% Keterangan : KV = koefisien variasi μ = Rata-rata populasi = Simpangan baku σ 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Bobot Badan Bobot badan merupakan salah satu sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari pemberian pakan dan sistem pemeliharaan. Bobot badan seekor domba dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang dan daging, beberapa ahli menyatakan bobot badan domba sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi. Bobot badan seekor domba merupakan salah satu ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan domba dan menentukan harga

jualnya. Hasil penelitian mengenai bobot lahir dan bobot sapih pada umur 95 105 hari yang dilakukan pada domba Garut jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Lahir dan Bobot Lepas Sapih Umur 95-105 hari Domba Garut Jantan dan Betina. Jenis Kelamin Bobot Lahir (kg) Bobot Sapih (kg) Jantan Betina 2,38 ± 0,65 2,44 ± 0,54 9,43 ± 3,11 9,42 ± 2,41 Berdasarkan hasil penimbangan bobot badan yang tersaji pada Tabel 1, terlihat bahwa rata-rata bobot lahir domba Garut jantan adalah 2,38 kg ± 0,65 dan bobot sapih domba Garut jantan adalah 9,43 kg ± 3,11, sedangkan rata-rata bobot lahir domba Garut betina adalah 2,44 kg ± 0,54 dan bobot sapih domba Garut betina adalah 9,42 kg ± 2,41. Menurut hasil penelitian Gunawan dkk., (2005) yang dilakukan di peternakan Domba Laga Lesan Putera Ciomas Bogor pada bulan Agustus sampai November 2002, bahwa rata-rata bobot lahir domba Garut jantan adalah 2,39 kg ± 0,38 dan rata-rata bobot sapih domba Garut jantan adalah 14,12 kg ± 3,11, sedangkan rata-rata bobot lahir domba Garut betina adalah 2,30 kg ± 0,42 dan rata-rata bobot sapih domba Garut betina adalah 14,06 kg ± 3,13. Hasil yang didapat dari penelitian ini lebih rendah dari hasil Gunawan dkk., (2005), hal ini diduga karena adanya perbedaan umur domba yang digunakan sebagai sampel dan perbedaan pola pemeliharaan ternak pada kedua lokasi tersebut. Pertumbuhan bobot badan pada usia lepas sapih masih belum stabil, hal ini dikarenakan pertumbuan pada fase ini masih terfokus terhadap pertumbuhan tulang sebagai penyokong atau pengikat jaringan otot. Indikasi perkembangan pada berat badan dilihat dari perkembangan otot dan tulang. Jaringan saraf berkembang lebih awal, diikuti oleh organ penting seperti jantung, tulang, otot dan lemak, sehingga proporsi tubuh bervariasi terus selama perkembangan domba tersebut (Johnston,1983). 3.2 Ukuran Tubuh Ukuran-ukuran tubuh perlu diketahui untuk menentukan bentuk fisik seekor ternak. Ukuran-ukuran tubuh yang dimaksud diantaranya adalah tinggi pundak, panjang badan, lebar dada dan lingkar dada. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat rata-rata ukuran tubuh domba Garut jantan dan domba Garut betina umur 95-105 hari pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 2.Ukuran Tubuh Domba Garut Jantan Lepas Sapih Umur 95-105 hari. Ukuran Tubuh Rataan Nilai Minimum Nilai Maksimum Simpangan Baku Koefisien Variasi (%) Tinggi Pundak 45,84 34,00 61,00 6,12 13,35 Panjang Badan 36,70 23,00 54,00 5,89 16,04 Lebar Dada 9,82 6,00 13,00 1,37 13,93 Lingkar Dada 46,02 31,00 68,00 6,91 15,01 Tabel 3. Ukuran Tubuh Domba Garut Betina Lepas Sapih Umur 95-105 hari. Ukuran Tubuh Rataan Nilai Minimum Nilai Maksimum Simpangan Baku Koefisien Variasi (%) Tinggi Pundak 46,42 37,00 58,00 5,34 11,50 Panjang Badan 37,72 26,00 54,00 5,63 14,92 Lebar Dada 9,93 6,00 12,00 1,18 11,93 Lingkar Dada 46,96 35,00 68,00 6,45 13,74 Total populasi domba Garut jantan lepas sapih umur 95-105 hari adalah 126 ekor dan total populasi domba Garut betina lepas sapih umur 95-105 hari adalah 124 ekor. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata dari ukuran tubuh domba Garut jantan lepas sapih umur 95-105 hari lebih rendah dibandingkan domba Garut betina lepas sapih umur 95-105 hari. Hal ini dikarenakan tipe kelahiran yang berbeda-beda, pada domba Garut betina lepas sapih umur 95-105 hari lebih banyak tipe kelahiran tunggal dibandingkan tipe kelahiran kembar (twin) dan triplet, sedangkan pada domba Garut Jantan lepas sapih umur 95-105 hari lebih banyak tipe kelahiran kembar (twin) dibandingkan dengan tipe kelahiran tunggal. Subandriyo dan Vogt (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan pada domba sangat dipengaruhi oleh tipe kelahiran (tunggal atau kembar). Menurut Ramsay et al (2000) semakin banyak tipe kelahiran anak yang dilahirkan semakin kecil rata-rata bobot lahir yang dicapai. Berdasarkan hasil yang tersaji pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi pundak domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari adalah 45,84 cm ± 6,12 dan 46,42 cm ± 5,34, rata-rata panjang badan domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari adalah 36,70 cm ± 5,89 dan 37,72 cm ± 5,63, rata-rata lebar dada domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari adalah 9,82 cm ± 1,37 dan 9,93 cm ± 1,18 dan rata-rata lingkar dada domba Garut jantan dan betina lepas sapih umur 95-105 hari adalah 46,02 cm ± 6,91 dan 46,96 cm ± 6,45. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siti Aminah dkk., (2006) yang menunjukkan rata-rata tinggi pundak domba Garut jantan dan betina lepas sapih adalah 48,5 cm dan 44,6 cm, rata-rata panjang badan domba Garut jantan dan betina lepas sapih adalah 43,92 cm dan 41,6 cm, rata-rata lebar

dada domba Garut jantan dan betina lepas sapih adalah 18,78 cm dan 18,40 cm dan ratarata lingkar dada domba Garut jantan dan betina 53,71 cm dan 52,cm. Berdasarkan uraian perbandingan data penelitian dengan data pembanding hasil penelitian Siti Aminah dkk., (2006), diketahui bahwa terdapat perbedaan ukuran pada tinggi pundak, panjang badan, lebar dada dan lingkar dada. Hal ini diduga karena adanya perbedaan pada manajemen pemberian pakan yang berbeda pada jumlah dan ukuran pakan disetiap waktunya, sehingga mengurangi palatabilitas dan berpengaruh terhadap tumbuh kembang domba. Menurut Schoenian, (2014), pola manajemen dan nutrisi yang baik dapat menutupi genetika yang buruk atau biasa-biasa saja, sementara pola manajemen dan gizi yang buruk dapat menutupi genetika yang baik. Pola breeding yang tidak terarah juga merupakan faktor penyebab menurunnya kualitas genetik yang berdampak terhadap menurunnya ukuran-ukuran tubuh. 3.3 Seleksi Domba Garut lepas sapih, baik jantan maupun betina yang termasuk kriteria lolos seleksi merupakan domba yang memiliki ukuran tubuh diatas rata-rata, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Martojo dkk., (1985) bahwa dalam melaksanakan seleksi dilakukan pemilihan sekelompok ternak yang mempunyai produksi yang lebih tinggi dari rataan populasinya. Keragaman (Variasi) individu (terutama variasi genotip) memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan (Anang dan Indrijani, 2009). Kurnianto (2009), mengemukakan bahwa ternak yang dianggap baik untuk tetua bagi generasi yang akan datang dan yang dianggap kurang baik harus dikeluarkan (culling). Tabel 4. Data Domba Garut Jantan dan Betina Lepas Sapih Umur 95-105 hari yang Lolos Seleksi Berdasarkan Ukuran Tubuh. Jenis Kelamin Tinggi Pundak Panjang Badan Lebar Dada Lingkar Dada Populasi (ekor) Rataan Populasi (ekor) Rataan Populasi (ekor) Rataan Populasi (ekor) Rataan Jantan 64 50,91 63 41,48 74 10,70 50 53,04 Betina 65 50,81 67 41,48 81 10,61 57 52,79 Berdasarkan hasil yang tersaji pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa dari 126 ekor domba Garut jantan yang lolos seleksi berdasarkan tinggi pundak adalah 64 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 50,91 cm, berdasarkan panjang badan diperoleh 63 ekor dengan rata-rata panjang badan 41,48 cm, berdasarkan lebar dada diperoleh 74 ekor dengan ratarata lebar dada 10,70 cm dan berdasarkan lingkar dada diperoleh 50 ekor dengan rata-rata lingkar dada 53,04 cm. Pada domba Garut betina, dari 124 ekor diperoleh 65 ekor yang lolos seleksi dengan rata-rata tinggi pundak 50,81 cm, berdasarkan panjang badan diperoleh 67 ekor dengan rata-rata panjang badan 41,81 cm, berdasarkan lebar dada diperoleh 81 ekor dengan rata-rata lebar dada 10,61 cm dan berdasarkan lingkar dada diperoleh 57 ekor dengan rata-rata lingkar dada domba terseleksi 52,79 cm. Domba Garut jantan lepas sapih yang lolos seleksi berdasarkan Independent Culling Level (ICL), dari 126 ekor diperoleh 34 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 52,84 cm, panjang badan 42,68 cm, lebar dada 10,85 cm dan lingkar dada 54,59 cm. Pada domba betina, dari 124 ekor

diperoleh 43 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 51,78 cm, panjang badan 42,88 cm, lebar dada 10,75 cm dan lingkar dada 53,69 cm. Ternak yang mempunyai tubuh besar akan mempunyai tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada yang lebih besar, dengan demikian dapat dinyatakan ukuran-ukuran tubuh dan berat badan merupakan ukuran penting dalam menilai sifat kuantitatif ternak yang akan digunakan untuk program seleksi (Djagra, 1994). Jaringan tulang tumbuh paling awal, kemudian disusul oleh pertumbuhan urat yang menyelubungi kerangka, oleh karena itu, domba yang masih muda memiliki persentase tulang lebih tinggi dibandingkan dengan persentasi daging dan lemak (Sudarmono dan Bambang, 2009). Jadi parameter utama yang dapat digunakan dalam seleksi adalah tinggi pundak dan panjang badan, karena tinggi pundak dan panjang badan dapat mempengaruhi masa pertumbuhan pada domba umur lepas sapih. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa: - Rata-rata performa atau ukuran-ukuran tubuh dari 126 ekor domba Garut Jantan adalah tinggi pundak 45,84 ± 6,12, panjang badan 36,70 ± 5,89, lebar dada 9,82 ± 1,37 dan lingkar dada 46,02 ± 6,91. Sedangkan rata-rata performa atau ukuranukuran tubuh dari 124 ekor domba Garut Betina adalah tinggi pundak 46,42 ± 5,34, panjang badan 37,72 ± 5,63, lebar dada 9,93 ± 1,18 dan lingkar dada 46,96 ± 6,45. - Domba Garut jantan lepas sapih umur 95-105 hari yang lolos seleksi berdasarkan tinggi pundak sebanyak 64 ekor dengan rata-rata 50,91 cm, panjang badan sebanyak 63 ekor dengan rata-rata 41,48 cm, lebar dada 74 ekor dengan rata-rata 10,70 cm, dan lingkar dada sebanyak 50 ekor dengan rata-rata 53,04 cm. Domba Garut betina yang lolos seleksi berdasarkan tinggi pundak adalah 65 ekor dengan rata-rata 50,81 cm, panjang badan adalah 67 ekor dengan rata-rata 41,81 cm, lebar dada adalah 81 ekor dengan rata-rata 10,61 cm dan berdasarkan lingkar dada adalah 57 ekor dengan rata-rata 52,79 cm. - Domba Garut jantan yang lolos seleksi berdasarkan Independent Culling Level (ICL), dari 126 ekor diperoleh 34 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 52,84 cm, panjang badan 42,68 cm, lebar dada 10,85 cm dan lingkar dada 54,59 cm. Pada domba betina, dari 124 ekor diperoleh 43 ekor dengan rata-rata tinggi pundak 51,78 cm, panjang badan 42,88 cm, lebar dada 10,75 cm dan lingkar dada 53,69 cm. 6. DAFTAR PUSTAKA Aminah, S., Z. Layla, dan Suharto. 2006. Pengukuran Morfologi Ternak Domba Garut di Kandang Percobaan Cilebut Bogor. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Anang, A. dan H. Indrijani. 2009. Ilmu Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang. Djagra, I. B. 1994. Pertumbuhan sapi Bali. Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh. Majalah Ilmiah UNUD Tahun XX1 No. 39. Hal 173-182.

Dwiyanto, K. 1982. Pengamatan Fenotip Domba Priangan serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Gunawan, A., R. R. Noor. 2005. Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia. Jakarta. Heriyadi, D. 2011. Pernak-Pernik Dan Senarai Domba Garut. Unpad Press. Bandung. Johnston, R. G. 1983. Introduction To Sheep Farming. Granada Publishing. Ltd. Great Britain. Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta. Martojo, H., S. S. Mansjoer. 1985. Ilmu Pemuliaan Ternak. Sisdiksat Intim. Bogor. Mulliadi. 1996. Sifat fenotifik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi Program Studi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ramsay, K., D. Swart, B. Oliver, and G. Hallowell. 2000. An Evolution of the Breeding Strategies Used in the Development of the Dorper Sheep and the Improved Boer Goat of South Africa. Registrar of Livestock Improvement and Identification, National Department of Agriculture, Private Bag X 138, Pretoria 0001. South Africa. Schoenian, S. 2014. Selecting breeding stock. [Online]. Sheep 101 and 201. Available at: http://www.sheep101.info/201/acquiringstock.html (diakses 9 September 2015, jam 19.00 WIB). Subandriyo and D. W. Vogt. 1995. Adjustment factors of birth weight and four postnatal weights for type of birth and rearing, sex of lambs and dam age. Jurnal ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. 1: 1-10. Sudarmono, A. S. Dan Y. Bambang. 2009. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Warwick. E. J., J. M. Astuti, H. Wartomo. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.