EVALUASI POTENSI PENGAIRAN CALON LOKASI PERLUASAN SAWAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

ANALISIS SOSIAL EKONOMI CALON PETANI PERLUASAN SAWAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG ABSTRACT

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District)

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

KETERSEDIAAN DEBIT AIR UNTUK IRIGASI PEDESAAN DI SUNGAI CIPELES JAWA BARAT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014

BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

Analisis Neraca Air di Kecamatan Sambutan - Samarinda

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

PEMETAAN POTENSI PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KAWASAN DUMOGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI TANAMAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day.

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

ANALISIS NERACA AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 5, No. 3: 185-190 EVALUASI POTENSI PENGAIRAN CALON LOKASI PERLUASAN SAWAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG EVALUATION OF IRRIGATION POTENTIAL AREA FOR PADDY FIELD EXTENSION IN THE DISTRIC OF TULANG BAWANG, LAMPUNG PROVINCE Ahmad Thoriq dan Rizky Mulya Sampurna Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran komunikasi penulis, email: thoriq.unpad@gmail.com Naskah ini diterima pada 28 September 2016; revisi pada 11 Oktober 2016; disetujui untuk dipublikasikan pada 26 Oktober 2016 ABSTRACT Water resources availability is a key that must be met in the paddy field extension due to water is needed for the growth of paddy. This study was to evaluate the potential of irrigation area for paddy field extension in Tulang Bawang, Lampung. The study began with the preparation phase, followed by field coordination, mobilization teams, survey and investigation of the potential for irrigation area, processing and analysis of data field. The results showed that potential location of water resources in Tulang Bawang river and Pidada river with instantaneous discharge ranged 1180-3775470 liters/ sec. Those water resources are located above the candidate sites and will be used to irrigate candidates area varied from 74.39 to 1381.71 hectares. Driest month occurs in August about 85.5 mm/month of rainfall while wet months in January about 353.33 mm/month of rainfall with annual rainfall ranges from 2372 to 2539 mm/year. Keywords: irrigation, Tulang Bawang, paddy field extention ABSTRAK Ketersediaan sumber air merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan perluasan sawah, hal ini karena air dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman padi. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi potensi pengairan calon lokasi perlusan sawah di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Penelitian di awali dengan tahap persiapan, dilanjutkan dengan koordinasi lapang, mobilisasi tim, survey dan investigasi potensi pengairan, pengolahan dan analisis data lapang. Hasil penelitian menunjukkan sumber air calon lokasi berasal dari sungai Tulang Bawang dan sungai Pidada dengan debit sesaat berkisar antara 1180 3775470 liter/detik. Sumber air tersebut berada diatas calon lokasi dan akan dimanfaatkan untuk mengairi calon lokasi dengan luas bervariasi berkisar antara 74,39 1381,71 hektar. Bulan terkering terjadi bulan Agustus, dengan rata rata curah hujan 85,5 mm/bulan sedangkan bulan basah terjadi pada bulan Januari, rata-rata curah hujan 353,33 mm/bulan dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2372 2539 mm/tahun. Kata kunci : pengairan, Tulang Bawang, perluasan sawah I. PENDAHULUAN Menurut BPS (2016) 40 % luas lahan sawah di Indonesia berada di pulau Jawa dan Bali. Padahal sejak tahun 2010 di pulau Jawa dan Bali sudah terjadi defisit air dan laju alih fungsi lahan yang berimplikasi pada ketidakpastian pasokan pangan, karena Pulau Jawa dan Bali berkontribusi sebesar 60% terhadap produksi padi nasional (Suswono, 2012). Faktor utama yang mempengaruhi alih fungsi lahan yaitu, kelangkaan sumber daya lahan dan air, dinamika pembangunan, dan peningkatan jumlah penduduk (Pasandaran, 2006). Peningkatan produksi padi melalui perluasan sawah masih dimungkinkan, karena potensi lahan yang sesuai untuk perluasan sawah cukup luas. Menurut Suswono (2012) Potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk dijadikan sawah baru mencapai 7,31 juta hektar namun dalam 185

Evaluasi Potensi Pengairan... (Ahmad T dan Rizki M) pengembangan lahan potensial terdapat beberapa permasalahan diantaranya lahan berada dikawasan hutan sehingga harus dialihfungsikan menjadi areal penggunaan lain, lahan berada dikawasan HGU, ketersediaan sumber air, aspek lingkungan, dan masalah political will. Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan perluasan sawah adalah ketersediaan sumber air hal ini karena air dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman padi. Menurut Dirjen PSP (2015) hanya 57,07 % dari total luas lahan sawah di Indonesia yang sudah memiliki irigasi teknis. Secara parsial hanya sawah di Jawa, Bali, Nusa Tenggara saja yang secara persentase memiliki sawah beririgasi teknis lebih besar dari pada sawah dengan irigasi non teknis. Sementara digugus pulau lain, cenderung banyak sawah dengan tanpa irigasi teknis. Di Provinsi Lampung tercatat sebanyak 58,26 % sawahnya belum memiliki irigasi teknis sehingga sejak tahun 2014 pembangunan jaringan irigasi diintegrasikan dengan pelaksanaan perluasan areal sawah. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi potensi pengairan calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada Bulan April Agustus 2016. Pengambilan data lapang dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung sedangkan analisis data lapang dilakukan di Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian Universitas padjadjaran. Peralatan yang digunakan untuk survei potensi pengairan terdiri atas 1) GPS hand helde, 2) Alat pengukur debit air permukaan, 3) Meteran, dan 4) ATK, Sedangkan bahan yang digunakan untuk survei potensi pengairan adalah 1) Data curah hujan, dan 2) Kuisioner Penelitian di awali dengan tahap persiapan, dilanjutkan dengan koordinasi lapang, mobilisasi tim, survey dan investigasi potensi pengairan, pengolahan dan analisis data lapang. Tahap persiapan yang dilakukan yaitu berupa persiapan tim dan peralatan pengukuran. Tim yang akan 186 dikirim untuk pengambilan data lapang di latih berkenaan dengan teknik dan cara pengukuran parameter potensi pengairan yang terdiri atas jenis mata air, debit, lebar sungai, titik koordinat pengukuran, jarak ke calon lokasi cetak sawah, dan letak/ posisi sumber air terhadap calon lokasi. Peralatan yang dipersiapkan dipastikan dalam kondisi baik dan layak pakai. Koordinasi lapang dilakukan melalui komunikasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang dan kelompok tani calon lokasi perluasan sawah. Koordinasi lapang bertujuan untuk memastikan transportasi ke lokasi dan akomodasi selama tim peneliti melakukan survei lapang. Survei potensi pengairan diawali dengan penentuan titik pangukuran. Acuan yang digunakan dalam penentuan titik pengukuran adalah dengan melihat sumber air yang terdekat dengan hamparan /blok calon lokasi. Survei potensi pengairan dilakukan dengan mengecek secara langsung sumber air dengan diantar oleh seorang pemandu yang mengerti calon lokasi dan sumber air. Parameter yang diukur dari kegiatan survei potensi pengairan adalah jenis mata air, debit, lebar sungai, titik koordinat pengukuran, jarak ke calon lokasi cetak sawah, dan letak/ posisi sumber air terhadap calon lokasi. Koordinat titik pengukuran kemudian diplot ke peta hasil pengukuran. Hasil pengukuran kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui potensi sumber air yang ada dapat memenuhi luasan (hektar) areal calon sawah baru. Standar penentuan luasan terairi didasarkan pada standar perencanaan irigasi yaitu sebesar 1 liter per detik perhektar. Hasil analisis sumber air sangat berpengaruh besar terhadap kelayakan calon lokasi cetak sawah. Penentuan kelayakan sumber air pada survei Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) ditentukan berdasarkan karakteristik data klimatologi calon lokasi, letak sumber air terhadap calon lokasi / blok dan besaran debit. Calon lokasi dianggap layak dilihat dari potensi pengairan jika sumber air terletak diatas calon lokasi dengan besaran debit minimal 5 liter perdetik. Indikator dan cara penetuan identifikasi potensi pengairan

Tabel 1. Indikator dan cara penetuan identifikasi potensi pengairan Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 5, No. 3: 185-190 No Indikator Cara penentuan 1. 2. Tem peratur >21 o C atau setara dengan <1000 m dpl untuk batas Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) S3 (Sesuai Marjinal). Sum ber Air dari Curah hujan, air permukaan (sungai, rawa) atau air tanah a. Sawah Irigasi: ada air irigasi b. Sawah Tadah Hujan: Curah hujan >1000 m m/th; Bulan Basah (curah hujan 200 m m/bulan) minim al 3 bulan c. Sawah Pasang Surut: Tipe luapan A dan B dengan salinitas air <4 ds/m ; Tipe C dan D dari curah hujan >1000 mm /th. Bulan Basah (curah hujan 200 m m/bulan) m inimal 3 bulan a. Sawah Lebak: Curah hujan/ bulan kering (curah hujan <100 mm /bulan) 2-8 bulan Data dari BMKG atau m enggunakan peta RBI skala 1:50.000 Dari data BMKG dan pengam antan sum ber air (debit sungai, rawa, kedalam an air tanah). a. Berada dalam Daerah Irigasi (DI) yang sudah ada b. Data curah hujan dari stasiun pencatat hujan di lokasi terdekat c. Data curah hujan dari stasiun pencatat hujan di lokasi terdekat d. Data curah hujan dari stasiun pencatat hujan di lokasi terdekat Sumber : Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Kementerian Pertanian, 2016 mengacu pada pedoman teknis survey dan investigasi calon petani calon lokasi dan pemetaan desain perluasan sawah tahun 2016 seperti dapat dilihat pada Tabel 1. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Evaluasi Sumber Air Calon Lokasi Pengamatan sumber air dilakukan pada 4 kecamatan yang meliputi 6 Desa. Titik pengukuran calon lokasi dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan survei yang dilakukan, jenis sumber air yang berada pada calon lokasi berupa sungai. Posisi sungai lebih tinggi dibandingkan calon lokasi dan letaknya bersebelahan dengan calon lokasi. Untuk mengakses sumber air tersebut dibutuhkan sarana/prasarana pintu air, saluran irigasi namun beberapa lokasi telah tersedia jaringan irigasi sederhana. Tabulasi hasil survey potensi pengairan dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 1. Koordinat pengukuran calon lokasi 187

Evaluasi Potensi Pengairan... (Ahmad T dan Rizki M) Tabel 2. Rekapitulasi potensi pengairan di Kabupaten Tulang Bawang N o K e c a m a t a n D e s a L R -0 1 L R -0 5 L R -1 9 P e n a w a r A ji R a w a P itu R a w a P itu L u a s P o t e n s i C a lo n L o k a s i ( H a) Je n is S u m b e r A ir L e t a k S u m b e r A ir T h d L a h a n D e b it S e s a a t ( l/ d t k) S u k a M a k m u r 4 0 1,3 6 S u n g a i D i a ta s 1 1 8 0 P a n g g u n g M u ly a A n d a la s C e rm in 1 3 8 1,7 1 S u n g a i D i a ta s 3 7 6 7 5 2 7 9,7 4 S u n g a i D i a ta s 3 7 6 7 5 L R -1 4 R a w a P itu G e d u n g Ja y a 3 9 8,7 9 S u n g a i D i a ta s 3 7 7 5 4 7 0 L F -0 2 G e d u n g M e n e n g G u n u n g T a p a 6 2 4,1 2 S u n g a i D i a ta s 2 1 2 1 6 0 L F -1 3 R a w a Jitu S e la ta n K a r y a Jitu M u k ti 7 4,3 9 S u n g a i D i a ta s 4 7 9 2 0 3 1 6 0,1 1 Berdasarkan Tabel 2 sumber air calon lokasi memiliki debit sesaat berkisar antara 1180 3775470 liter/detik. Sumber air tersebut akan dimanfaatkan untuk mengairi calon loksi dengan luas bervariasi berkisar antara 74,39 1381,71 hektar. Evaluasi teknis sumber air dilakukan pada periode Juni Juli 2016 dimana berdasarkan data klimatologi pada bulan tersebut memiliki curah hujan minimal pada bulan Juni sebesar 124 mm/bulan dan pada bulan Juli sebesar 93 mm/bulan. Sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan 84 mm/bulan. Menurut pedoman teknis survey dan investigasi calon petani calon lokasi dan pemetaan desain perluasan sawah tahun 2016 luas lahan minimal yang dinyatakan layak untuk dijadikan sawah baru adalah 5 hektar dalam satu hamparan, luasan tersebut membutuhkan debit minimal 5 liter perdetik. Berdasarkan karakteristik sumber air, calon lokasi layak dijadikan sawah baru. 3.2 Analisis Klimatologi Calon Lokasi Klasifikasii iklim calon lokasi perluasan di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Sistem Köppen-Geiger merupakan Af (Iklim Tropik Basah). Sehingga daerah tersebut juga diklasifikasikan sebagai Iklim Hutan Hujan Tropis, dengan karakter iklim memiliki kelembaban di atas 60% sepanjang tahun. Jika diklasifikan berdasarkan banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi, Calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten 188 Tulang Bawang masuk dalam daerah yang beriklim tropis. Adapun altitude atau ketinggian dari daerah tersebut adalah 19-26 mdpl. Suhu rata-rata calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar 26,7 o C. Dimana suhu tertinggi terjadi di bulan Oktober sebesar 32,7 o C, sedangkan suhu terendah berada di bulan Juli Agustus sebesar 22 o C. Berdasarkan syarat pada pedoman umum cetak sawah, karakteristik suhu pada calon lokasi harus > 20 C, artinya calon lokasi layak untuk pertumbuhan tanaman padi. Sebaran suhu calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Gambar 2. Bulan terkering yang terjadi di calon lokasi adalah Agustus, dengan rata rata curah hujan 85,5 mm/ bulan sedangkan bulan basah terjadi pada bulan Januari, rata-rata curah hujan 353,33 mm/bulan. Curah hujan tahunan berkisar antara 2372 2539 mm/tahun. Berdasarkan hasil survey, calon lokasi sawah baru di Kabupaten Tulang Bawang merupakan jenis sawah pasang surut dengan syarat curah hujan >1000 mm/tahun dan curah hujan >200 mm/bulan minimal 3 bulan. Karakteristik curah hujan yang terjadi pada calon lokasi di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Gambar 3. Sistem irigasi yang direkomendasikan bagi calon lokasi di Desa Suka Makmur Kecamatan Penawar Aji Kabupaten Tulang Bawang adalah

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 5, No. 3: 185-190 Gambar 2. Suhu udara calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan bulan (diolah dari http://id.climate-data.org/) Gambar 3. Curah hujan calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan bulan (diolah dari http://id.climate-data.org/) membuat jaringan irigasi untuk mengalirkan air secara gravitasi ke lokasi pertanaman. Kondisi lahan yang berupa Rawa memerlukan sistem drainase yang baik untuk menghindari terjadinya genangan dan mencegah terjadinya salinitas di tanah, agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. IV. KESIMPULAN 1. Bulan terkering yang terjadi pada bulan Agustus, dengan rata rata curah hujan 85,5 mm/bulan sedangkan bulan basah terjadi pada bulan Januari, rata-rata curah hujan 353,33 mm/bulan dengan curah hujan > 100 mm/bulan terjadi selama 10 bulan pertahun dan curah hujan > 200 mm terjadi 6 bulan pertahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 2372 2539 mm/tahun. 2. Calon lokasi perluasan sawah merupakan jenis sawah pasang surut dengan syarat curah hujan >1000 mm/tahun dengan curah hujan >200 mm/bulan minimal 3 bulan. 3. Secara klimatologi, calon lokasi cetak sawah yang berada di Kabupaten Tulang Bawang sangat layak dijadikan sawah baru. 4. Suhu rata-rata calon lokasi perluasan sawah adalah sebesar 26,7 o C, suhu tertinggi terjadi di bulan Oktober sebesar 32,7 o C, sedangkan suhu terendah berada di bulan Juli Agustus sebesar 22 o C. 189

Evaluasi Potensi Pengairan... (Ahmad T dan Rizki M) 5. Debit sesaat berkisar antara 1180 3775470 liter/detik. Sumber air tersebut akan dimanfaatkan untuk mengairi calon loksi dengan luas berkisar antara 74,39 1381,71 hektar. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Fakultas Teknologi Industri Pertanian atas kerjasama dalam Pekerjaan Survei Investigasi Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) Perluasan Sawah di Provinsi Lampung. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2016. Luas Lahan Sawah Menurut Provinsi 2003-2013 [Tabel Dinamis]. Tersedia pada https://www.bps.go.id/linktabledinamis/ view/id/895. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan. 2016. Pedoman Teknis Survey dan Investigasi Calon Petani Calon Lokasi Dan Pemetaan Desain Perluasan Sawah Tahun 2016. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP). 2015. Statistik Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2011 2015. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian. http://id.climate-data.org/. Iklim Lampung. Tersedia pada http://id.climate-data.org/ region/1209/?page=18. Suswono. 2012. Penyediaan Lahan Pangan. Jakarta Food Security Summit, 7-10 Februari 2012. Pasandaran E. 2006. Alternatif kebijakan pengendalian konveris lahan sawah beririgasi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (4) : 123-129 190